Jadi ... bagaimana cara kau memulai sebuah cerita?
Haruskah aku mulai dengan cara klasik yaitu "Pada suatu hari yang cerah"?
Kurasa terlalu klasik, dan lagipula waktu itu sedang jauh dari kata cerah dan salju turun lebih cepat dari Papyrus menghabisi spaghettinya.
Bagaimana dengan "it's the best of times, it's the worst of times"? Hmm ... terdengar fancy jika kau tanya aku, namun aku tak tahu harus dilanjutkan dengan apa setelah kalimat tersebut, dan aku bahkan tak mengerti arti kata tersebut.
Atau harus kuawali dengan quote inspiratif seperti di kebanyakan cerita-cerita bermotivasi?
Ya ... aku bahkan tak ada kutipan inspiratif sama sekali, dan ini bukan cerita bermotivasi.
Baiklah kurasa kembali dengan cara lama.
The Relief, The Regret, The Refusal
Warning : Absolutely melodramatic, dan possible OOC, typos dkk
One shot dengan 3 resolution dari masing-masing ending yang ada di game (walau untuk yang neutral cuman diambil 1)
Pada suatu hari yang cerah, *uhuk* ... maaf, tidak begitu cerah, Sans, yaitu aku, si tengkorak pendek serta pemalas sedang duduk di sofa menonton TV entah berapa jam lamanya, dia terus-terusan menekan tombol atas dan bawah, mencari acara TV yang menurutnya menarik, sayangnya ... acara TV kali sangat membosankan di jam-jam seperti ini, sangking membosankannya, aku tertidur dengan remot tv masih dalam genggamanku.
Tak lama kemudian, seseorang datang membuka pintu dengan keras dan berjalan dengan tapak kaki yang amat berisik, dari bunyi langkah kakinya, sudah bisa kutebak kalau itu adalah saudaraku Papyrus yang sedang kesal akan sesuatu, dan itu biasanya karena aku, dan juga dia akan melupakannya dalam hitungan detik.
Tidak kali ini.
"SAAAAAAANNSS!" gertaknya membangunkanku.
Aku terbangun tanpa reaksi terkejut sedikitpun, mungkin karena aku terbiasa dibanguninya seperti itu ataupun juga karena aku secara teknik tak punya telinga. Wajah Papyrus terlihat sangat kesal dan marah bagaikan banteng melihat kain warna merah yang dipancing oleh matador.
"SEHARIAN LEBIH DAN KAU HANYA DUDUK DI SINI MENONTON TV"
"bone-jour, papyrus," jawabku yang tentu saja membuatnya tambah emosi.
"APA KAU TAK INGAT JIKA HARI INI ULANG TAHUNKU?"
"benarkah? maksudku ... ya tentu aku ingat."
"YA AMPUN, SANS! INI KEEMPAT KALINYA KAU MELUPAKAN ULANG TAHUNKU. AKU SELALU INGAT ULANG TAHUNMU."
"tenanglah, papyrus. kau tak perlu menjadi keras kepala soal ini," baiklah ... kuakui itu lelucon yang buruk, dan aku tak tahu kenapa aku mengeluarkan lelucon tersebut.
"SAAAAAANNSSS! KAU BAHKAN MASIH MEMBUAT PUN DIHARI ULANG TAHUNKU!" teriakannya menjadi lebih keras lagi dan dia langsung meletakkan kedua tangannya di kedua sisi atas kepalanya, menunjukkan betapa kesalnya dia.
Papyrus keluar dari kamar, lagi-lagi dengan langkah kakinya yang berisik, dan aku kembali menglihati TV berharap mendapatkan saluran TV yang tidak membuatku mati kebosanan lagi.
"SAAAAANNNSSS!" Papyrus memanggilku dari belakang, aku menoleh kebelakang. Dia berdiri tepat didepan pintu, mencoba untuk membuka pintu namun tak terbuka.
"SANS! KITA TERJEBAK DISINI KARENA SALJU MENUTUPI PINTU KITA DAN AKU PERLU MENCARI MANUSIA. MEREKA BISA DATANG KAPAN SAJA. BANTU AKU SANS!"
Aku terpaksa beranjak dari sofa berjalan untuk melihat keadaan, aku berjalan langkah demi langkah. Tubuhku terasa lebih berat dari yang kuingat, kurasa karena aku terlalu lama bersantai di itu sofa. Setelah beberapa detik berlalu karena aku berjalan selambat siput, aku melihat keadaan di luar lewat jendela dan ... salju memang membanjiri halaman depan rumah ini dan membuat kami tak bisa membuka pintu karena tertutupi olehnya.
"baiklah ... tampaknya rumah kita baru saja ... snowdin (snowed in)"
"SAAAAANNNNSS! AAAHHHH!" Papyrus menutup telinganya dengan kedua tangannya.
30 menit berlalu, sekarang aku berada di griilby's, duduk ditempat yang sama tiap kali aku kesini dan juga menikmati hidangan yang sama, satu botol saus tomat. Tiap kali aku kesini, semua orang melakukan kegiatan yang sama, 5 anjing bermain poker dengan salah satu dari mereka tak pernah ikut bergabung dan lebih memilih bermain melawan dirinya sendiri, 1 kelinci mabuk di meja paling depan dengan 1 monster mulut besar dibelakangnya, 2 monster tepat di sebelah kiriku yang dimana salah satu dari mereka aku tak pernah mengerti berbicara apa dan juga 1 hamster bertampang punk.
Oh ... dan tentu saja si Grillby sendiri, yang selalu langsung berikan aku 1 botol saus tomat ini tiap kali aku datang dan kemudian sepanjangan akan mengelap meja pelanggan.
"Aku dengan jika adikmu ulang tahun hari ini," ucap Grillby sambil mengelap meja.
"Darimana kau tahu?" tanya ku seraya meminum satu botol saus itu.
"Dia keliling memberitahu tiap orang di Snowdin satu-satu, dan juga mengatakan 'kau tak jauh beda dengan Sans' untuk tiap orang yang tak ingat."
"oh papyrus ... "Aku menutup seluruh wajahku setelah mendengar penjelasan dari pria yang seluruh tubunhya adalah api.
"Apa maksudnya ucapannya itu?" tanya Grillby yang, yup ... tepat sekali, masih mengelap meja.
"aku lupa lagi hari ini hari ulang tahunnya."
"Lagi?"
"ya ... yang keempat kalinya."
"Mengapa kau tak memberikan dia sesuatu sebagai hadiah? Kurasa dia akan lupa soal ucapannya itu jika kau berikan dia sesuatu."
"sesuatu seperti apa?"
"Entahlah, kau kakaknya, mungkin sesuatu yang dia sangat senangi ataupun cari sekarang."
"dia suka spaghetti, dan kurasa tak bisa dibilang hadiah jika itu yang dia makan 24/7. dan untuk yang dia cari ... " omonganku berhenti untuk sementara.
Sesuatu yang dia cari ... hanya ada satu yang sedang dia cari sekarang ... dan itu adalah ...
"terima kasih untuk saus tomatnya, Grillby," aku langsung beranjak dari kursi lalu berjalan keluar.
"Sans, tunggu!" Grillby mencoba memanggilku, namun aku telah sudah tak lagi didalam bar, "kau belum bayar," lanjut Grillby.
"hanya satu hal yang adik cari, dan itu adalah manusia, jika aku bisa membantunya mencari manusia ini ... tentu dia akan sangat bahagia dan menjadi royal guard," pikirku dalam hati disaat aku berjalan melewati sebuah jembatan.
"tapi ..." pikiranku berubah 180 derajat disaat aku berdiri tempat di pintu besar yang merupakan jalan keluar dari reruntuhan.
"Jika manusia pernah keluar dari gerbang ini ... bisakkah kau, kumohon berjanji padaku? Untuk mengawasi dan juga menjaga mereka, kumohon." Ingatanku akan permintaan wanita dibalik pintu besar ini langsung teringat kembali dipikiranku
Dan ini alasan aku benci membuat janji dengan orang lain khususnya kepada wanita yang aku bahkan belum tahu namanya, namun kau tak bisa berkata tidak kepada satu-satunya orang yang menyukai lelucon burukmu itu.
GREEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEKKKKKKKK
Pintu gerbang tersebut tiba-tiba terbuka dengan perlahan, dengan refleks aku langsung bersembunyi di pepohonan dan memastikan siapa yang keluar dari dalam sana.
Setelah pintu terbuka keseluruhan, keluarlah sosok yang kurasa tingginya sama sepertiku, "apakah itu wanita dibalik pintu itu selama ini?" pikiran pertama yang muncul dikepalaku.
Semakin menjauh dia dari pintu itu, semakin aku dapatkan pandangan jelas siapa dia, dan ... dia tak terlihat seperti monster, oh tidak ... kurasa sudah waktunya aku menjadi babysitter manusia.
Kubiarkan dia melewatiku, dan setelah dia lumayan jauh dari posisiku sekarang, aku mengikutinya dari belakang dengan perlahan. Manusia itu terus melengok kanan kiri, bisa kubaca dari tingkah tersebut kalau dia berpikir "Dimana aku?"
Dia berhenti tepat sebelum jembatan yang baru saja kuseberangi tadi, aku terus berjalan hingga tepat berada dibelakangnya, memegang pundaknya.
"manusia ... tidakkah kau kau tahu cara menyapa teman baru?" ucapku dari belakangnya.
"menghadaplah belakang dan bersalam tangan denganku," manusia tersebut berbalik dan menyalami tanganku.
Dan disinilah kita bertemu, Nak. Kurasa kau tahu sisanya.
BLLLLLLLUUUUUUUUUUUUURRRRRFFFFFFFF
Ok ... 3 endingnya ditaruh di tiap masing-masing chapter lain, silahkan pilih sendiri mau yang mana.
Dan jika lu nanya "kenapa ini dialog sans pada gak ada huruf kapitalnya?" well ... it's intentional
