Upside Down [거꾸로]
Cast: Byun Baekhyun, Wu Yifan, Park Chanyeol, and other EXO member
Pairing: KrisBaek
Length: Chaptered
Genre: BL/yaoi/boyxboy, romance, drama, school life
Warning: typo, bahasa non baku, crack pair
BAGIAN 1
Baekhyun kecil sudah terbiasa dengan berbagai macam kemewahan dan fasilitas serba ada yang disediakan oleh keluarganya. Ia juga terbiasa dengan belaian kasih sayang dari semua orang di sekitarnya, khususnya orang tua dan hyungnya. Setiap permintaan yang terlontar dari mulutnya akan terpenuhi dalam waktu kurang dari dua puluh empat jam. Seperti saat Baekhyun ingin menjadi orang pertama yang mencoba semua wahana di Disney Land Hongkong bahkan sebelum wahana tersebut resmi dibuka. Terdengar mustahil memang, tapi Baekhyun melakukannya. Tepat tanggal 10 September 2007-dua hari sebelum pembukaan resmi- orang tua Baekhyun mengajaknya ke Disney Land Hongkong dan mengijinkan Baekhyun mencoba seluruh wahana disana.
Semu orang menyayangi Baekhyun, bahkan menghormatinya tak peduli bahkan di usianya yang belum menginjak sepuluh tahun. Semua orang ingin dekat dan berteman dengannya. Baekhyun kecil sangat menikmati itu semua, bagaimana semua orang mengemis agar bisa diundang dalam pesta ulang tahunnya atau bagaimana semua teman sekolahnya menginginkan duduk sebangku dengan seorang Tuan Muda dari keluarga Byun.
Hidup Baekhyun hampir sempurna, jika saja ia tak memiliki sifat egois dan kekanakan yang berlebihan. Baekhyun dengan tidak sabar menelpon kedua orang tua nya yang sedang berada di Spanyol. Baekhyun dengan nada bicara manjanya yang khas meminta kedua orang tuanya untuk segera pulang dan merayakan pesta kenaikan kelasnya bersama, saat itu Baekhyun berhasil mendapatkan peringkat pertama di kelasnya. Awalnya mereka menolak, namun Baekhyun mengancam dengan memastikan dirinya tidak akan naik kelas tahun depan jika mereka tidak segera datang.
Keesoka harinya, 20 Agustus 2008, pukul dua belas siang waktu setempat orang tua Baekhyun bergegas menuju Bandar Udara Brajas yang terletak di Madrid. Sedangkan disisi lain, Baekhyun sedang mempersiapkan diri untuk menyusul alam mimpi saat sebuah telepon dari kedutaan Korea Selatan yang berada di Spanyol menyambangi rumahnya. Tepat pukul 21.45 KST (14.45 CEST) pesawat Spanair Penerbangan 5022 jatuh saat lepas landas dari Madrid, menewaskan 153 orang dari 162 penumpang. Dan orang tua Baekhyun berada dalam daftar penumpang tewas.
Baekhyun menangis seharian. Ia marah dan ia juga hampir gila. Seluruh stasiun televisi di negaranya menyirakan berita tentang jatuhnya pesawat jenis MD-82. Baekhyun mengutuk bagaimana setiap orang bahkan pemerintah mengutarakan keprihatianannya dan kepedulian mereka pada keluarga korban sedangkan sampai sekarang, sehari setelah kejadian, jasad orang tua Baekhyun belum sampai di rumahnya.
Baekhyun kesal. Dia berlalu menuju lantai dua, memasuki kamar hyungnya dan mengambil sebuah tongkat baseball disana. Ia, dengan muka memerah dan air mata yang membajiri wajahnya memukulkan benda tersebut pada televisi berlayar besar yang baru dibelinya empat bulan lalu.
.
.
Luhan selalu mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja selama mereka masih memiliki satu sama lain. Luhan juga bilang bahwa orang tua mereka sangat baik karena meninggalkan mereka dengan harta selangit, bukannya hutang berbunga-bunga di bank. Baekhyun percaya, ia selalu mempercayai semua yang hyungnya katakana. Setidaknya sampai setahun yang lalu saat semua yang 'baik-baik saja' berubah menjadi 'tidak baik-baik saja', atau 'kacau' lebih tepatnya.
Baekhyun hanya anak berusia dua belas tahun sedangkan hyungnya baru berusia enam belas tahun saat orang tua mereka pergi. Mereka bukan anak super seperti dalam drama atau cerita fiktif dimana Tuan Muda dari perusahaan terkenal mampu mengelola perusahaan di usia belia. Luhan yang merupakan anak tertua tidak mengerti apa pun tentang bisnis ayahnya. Ia hanya anak remaja yang bahkan masih sering mengganti pola tanda tangannya.
Semua berada dalam kuasa Tuan Lee selaku wakil presdir. Luhan dan Baekhyun tidak mau tau apa yang sedang terjadi dengan perusahaan, yang mereka tahu hanyalah hidup dengan normal seperti biasa (normal dalam artian mewah) . Namun saat Luhan semakin dewasa ia menyadari sesuatu yang aneh. Nominal pada rekening orang tua mereka-simpanan yang biasa Luhan gunakan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari- terus berkurang bahkan saat perusahaan semakin mengibarkan sayapnya di daerah Eropa. Saat itu Luhan menyadari bahwa dunia kejam dan tak seindah sebelumnya, bahwa semua orang disekelilingnya hanya berkedok topeng, dan bahwa namanya dan nama adiknya sudah tidak ada lagi dalam daftar waris perusahaan Byun yang kini berganti nama sesuai pemiliknya, Lee.
Luhan terus berusa meminta penjelasan dari Tuan Lee. Ia berkali-kali mendatangi kantornya dan menuntut agar semua haknya di kembalikan. Tapi Luhan hanya seorang remaja SMA yang argumennya akan selalu terkalahkan oleh orang dewasa licik seperti Tuan Lee. Luhan selalu pulang dengan tangan hampa dan tawa mengejek dari Tuan Lee yang selalu menggema di telinga dan otaknya. Yang terparah, pernah ia pulang seracar tidak hormat karena di usir oleh security perusahaan orang tuanya sendiri, atau mungkin bekas perusahaan orang tuanya?
"Hyung, kau harus membiarkanku pindah sekolah." Baekhyun mengatakannya sesaat setelah ia melihat nominal terakhir yang ada dalam buku tabungan mereka.
"Tidak, Baek."
Luhan mengacak rambutnya frustasi. Ia telah memecat semua maid, menjual rumah mewah dan mobil mereka, dan ia menggantinya dengan sebuah rumah sederhana yang berisi dua buah kamar dan sebuah sedan bekas. Luhan menggunakan sisa uangnya untuk mendirikan toko buku mungil di pinggir jalan dan membiayai biaya pendidikan Baekhyun dan dirinya sendiri.
Baekhyun telah memasuki SMA dan dirinya sendiri sudah menjadi seorang mahasiswa. Dan yang membuat semua uang mereka hampir terkuras adalah biaya uang sekolah Baekhyun yang segunung. Baekhyun masih menempati sekolah lamanya, sekolah yang sama saat ia di SD maupun SMP. Sekolah berstandar internasional yang biaya perbulannya sama dengan biaya makan selama setahun. Sedangkan Luhan, ia memasuki SNU, Universitas negri memang, namun tetap saja biaya yang harus dikeluarkan bisa mencekik Luhan hidup-hidup.
Luhan memiliki alasannya sendiri kenapa ia tidak memindahkan Baekhyun. Luhan akan lebih memilih untuk tidak melanjutkan kuliahnya dan fokus membiayai sekolah Baekhyun dari pada memindahkan adik kesayangannya di sekolah umum biasa. Tentu saja Baekhyun membantah mentah-mentah pola pikir aneh hyungnya tersebut dengan alasan Luhan akan mendapatkan pekerjaan lebih layak jika ia adalah sarjana jebolan SNU.
"Jika kau tak memindahkanku, aku akan berhenti bersekolah!"
Luhan membulatkan matanya, "Kau gila?"
"Kau lebih gila, hyung. Ayolah aku sama sekali tidak keberatan jika harus pindah ke sekolah termurah di Seoul."
Luhan memejamkan matanya menahan pening. Ini bukan masalah murah atau tidaknya. Ini adalah masalah kualitas, lingkungan dan pergaulan. Luhan mengenal Baekhyun luar dalam bahkan melebihi orang tuanya sendiri. Ia tidak ingin terjadi apa-apa pada Baekhyun-nya.
Baekhyun menggenggam tangan Luhan meyakinkan bahwa ia akan baik-baik saja. Luhan menatap lekat mata sang adik sebelum iya berbicara, "Baiklah. Kau pilih sekolah mana yang ingin kau masuki dan kita akan mengurus kepindahanmu besok."
.
*O*
.
Baekhyun benar-benar serius dengan perkataannya bahwa ia tidak keberatan jika harus bersekolah di sekolah termurah di Seoul, karena sekarang ia berdiri di sebuah gerbang usang yang mulai ditumbuhi tanaman liar dan di atasnya terdapat plat yang bertuliskan 'SMA Myeongseok'. SMA baru Baekhyun memang terkenal dengan biaya yang murah dengan fasilitas belajar yang serba kurang. Baekhyun juga tahu bahwa SMA barunya sering berurusan dengan kantor polisi karena terlibat tawuran antar sekolah.
Baekhyun sedikit merapikan blazer sebelum akhirnya mulai melangkahkan kaki jenjangnya memasuki area sekolah. Baekhyun sedikit heran dengan suasana lengang di sekolah barunya. Ia melirik jam tangannya sekilas yang menunjukkan pukul delapan kurang lima menit, itu artinya lima menit lagi bel akan berbunyi. Ia sempat berfikir bahwa mungkin semua murid sudah bersiap di kelas masing-masing, namun pikiran itu kandas saat Baekhyun melihat barisan kelas yang sepi penghuni dalam perjalanannya menuju ruang guru.
Baekhyun disambut dengan sangat ramah di ruang guru. Oh, bagaimana Baekhyun merindukan suasana seperti ini. Kemuadian seorang guru yang akrab dipanggil Tuan Choi dengan senang hati mengantarkan Baekhyun menuju kelas barunya. Diperjalanan Baekhyun berkomat-kamit memilih kalimat yang tepat untuk memperkenalkan dirinya, dan mempersiapkan diri jika ada beberapa anak yang ingin bertanya lebih jauh tentangnya.
Baekhyun sedikit tersentak, ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang. Sesaat setelah ia memasuki kelas barunya, 11-3, ia berharap akan disambut oleh riuh dari teman-teman barunya, namun pada kenyataannya hanya ada enam orang di hadapannya. Ya, hanya terdapat enam orang dalam kelas Baekhyun saat itu. Baekhyun tiba-tiba kehilangan semangat, percuma saja dari tida ia merangkai kalimat-kalimat indah untuk memeperkenalkan diri jika hanya ada enam siswa dihadapannya.
"Salam kenal, namaku Byun Baekhyun. Mohon bantuannya." Dan akhirnya hanya itu yang bisa keluar dari mulut Baekhyun.
"Kau bisa duduk dimana pun yang kau inginkan." Tuan Choi menginstruksikan. Tentu saja ia bisa duduk dimana saja, lihatlah, bahkan ada lebih dari dua puluh tempat duduk kosong dihadapannya.
Baekhyun sedikit berpikir sebelum melangkahkan kakinya menuju bangku dekat jendela yang terletak nomor dua dari belakang, tepat di sebelah seseorang dengan mata bulat. Duduk sendirian di hari pertamanya sekolah bukanlah pilihan yang bijak.
Baekhyun meletakkan tas ranselnya dan teman sebangkunya sedikit terkejut ketika ia mulai duduk disampingnya. Baekhyun mencoba memberikan senyuman termanis yang ia punya dan sedikit membungkuk sopan, namun sepertinya teman barunya itu tidak menyukainya.
"Kenapa kau duduk disini?" Tanya si mata bulat.
"Aku…. Hanya ingin saja." Baekhyun menggaruk tengkuknya canggung, "Jika kau tidak mau, aku bisa pindah dengan dia." Baekhyun menunjuk seorang wanita cantik yang duduk sendirian di meja paling depan.
"Woah seleramu bagus juga."
"Apa?"
"Ya, kau memilih pelacur termahal yang ada diangkatan kita." Si mata bulat mengatakannya acuh seolah perkataan tadi bukanlah apa-apa.
Sedangkan Baekhyun, matanya sudah mendelik lebar seakan mau keluar. Apa tadi yang dia bilang? Pelacur? Bukankah itu kata-kata yang kasar jika ditujukan untuk seorang wanita, terlebih wanita yang dintunjuk sama sekali tidak terlihat seperti pelacur.
"Kau duduk disini saja." Tiba-tiba si mata bulat mulai berbicara lagi, "Itu hanya akan menghabiskan setengah dari hartamu jika kau duduk dengannya."
Baekhyun hanya mengangguk.
Pelajaran dimulai sekitar pukul sembilan. Barusan Baekhyun ketahui dari Kyungsoo-ya, nama teman sebangkunya adalah Kyungsoo-jika guru-guru mulai mau mengjar di kelas apa bila sudah ada minimal sepuluh anak di dalamnya. Baekhyun kembali tercengang, seperti inikah kebobrokan kualitas pendidikan di negaranya?
Saat istirahat Baekhyun meminta Kyungsoo untuk mengantarkannya berkeliling sekolah, sekalian mengisi perutnya yang kosong di kantin. Kyungsoo awalnya tidak mau dengan alasan takut dipalak oleh berandalan sekolah jika bertemu mereka nanti, namun Baekhyun merengek hingga membuat telinga Kyungsoo jengah.
Mereka mulai mengitari sekolah, Kyungsoo berperan sangat handal sebagai tour guide hari itu. Ia menunjukkan tempat-tempat apa saja yang ada disana, tempat mana saja yang tidak boleh Baekhyun kunjungi, tempat mana yang cocok untuk bersantai dan membolos, dan yang terakhir tempat yang cocok untuk ngesex. Hell, memangnya ada tempat seperti itu di sekolah? Sepertinya mulai sekarang Baekhyun harus terbiasa dengan Kyungsoo yang sering menggunakan kata-kata fulgar.
Destinasi terakhir mereka adalah kantin sekolah. Ternyata sekolah ini memiliki kantin yang luas dan tak sejelek gerbang sekolahnya. Baekhyun juga sempat heran dengan puluhan manusia yang berdesak-desakan disana, padahal tadi pagi ia jelas-jelas melihat keadaan sekolah barunya yang hampir tak berpenghuni.
Baekhyun berjalan lebih dahulu memasuki kantin, namun setelah beberapa saat ia sadar bahwa Kyungsoo tak lagi mengikuti langkahnya. Baekhyun pun menoleh ke belakang.
"Ada apa?"
"Baek, kita kembali saja." Kyungsoo berkata seperti orang ketakutan, bisa Baekhyun lihat dari posisi berdirinya yang mulai tidak nyaman.
"Tapi aku lapar."
"Aku membawa bekal, kita bisa memakannya bersama di kelas." Kyungsoo terlihat tidak sabar dan maju ke depan untuk meraih lengan Baekhyun dan menyeretnya keluar.
Baekhyun pasrah mengikuti Kyungsoo untuk kembali ke kelas, namun detik berikutnya Baekhyun merasa seseorang meraih lengannya yang satunya.
"Ugh. We're dead, chingu."
Baekhyun bisa dengan jelas mendengar gumaman Kyungsoo barusan. Kemudian ia menoleh untuk memeriksa siapa seseorang yang dengan lancang memegangi lengannya. Baekhyun sedikit melebarkan matanya ketika melihat sosok lelaki tinggi dengan rambut dicat pirang sedang mencengkeram tangannya erat.
"Hai, anak baru." Sapanya. Disusul kemudian siulan yang berasal dari beberapa laki-laki yang berada di belakang si rambut pirang.
"Hai." Baekhyun berkata dan tersenyum, dan semua yang ada disana terbahak.
Kyungsoo mengusap wajahnya tidak percaya, "Jangan katakana 'hai' padanya, Baek." Kyungsoo mengatakannya dengan sedikit berbisik. Setelahnya ia menarik lengan Baekhyun agar sang anak baru berada di belakangnya.
"Maaf sunbae, dia anak baru. Tolong jangan ganggu dia." Kyungsoo berkata takut-takut.
Yang diajak bicara terlihat tidak menggubris sama sekali dan membiarkan temannya yang menjawab.
"Baiklah, tapi sebagai gantinya kau harus menemuiku sepulang sekolah."
Baekhyun bisa melihat Kyungsoo mengangguk kecil dan jakunnya bergerak naik-turun tanda bahwa sang pemilik sedang menelan ludahnya kasar. Kemudian Kyungsoo dengan cepat menyeret lengan Baekhyun kembali ke kelas.
Kyungsoo benar-benar memberikan setengah bagian dari bekalnya kepada Baekhyun, namun dengan ekspresi masam. Baekhyun sempat bertanya siapa mereka dan apa sebenernya yang sedang terjadi namun Kyungsoo lebih memilih diam. Ia hanya menasehati Baekhyun agar tidak dekat-dekat dengan mereka jika Baekhyun ingin masa SMAnya bahagia.
Bel masuk berbunyi. Baekhyun membantu Kyungsoo merapikan tempat bekalnya kemudian kembali duduk dibangkunya. Baekhyun lagi-lagi terkejut saat menyadari isi kelasnya hampir full, Baekhyun masih mengingat dengan jelas bahwa hanya ada sepuluh orang anak yang mengikuti empat jam pelajaran pertama. Kyungsoo yang menyadari hal itu memberikan tepukan kecil di pundak Baekhyun seolah mengatakan 'itu sudah biasa'.
Baekhyun belum sempat menstabilkan pikirannya saat ia merasa dua orang duduk tepat di belakangnya dengan kasar sehingga membuatnya sedikit terjungkal ke depan. Baekhyun menoleh hendak memperingatkan mereka agar berhati-hati, namun Baekhyun lagi-lagi terkejut untuk kesekian kalinya pada hari itu. Dua orang itu yang tadi ia temui di kantin. Yang satu adalah yang tadi bersiul-siul mengejeknya dan yang satunya adalah yang menyuruh Kyungsoo untuk menemuinya sepulang sekolah.
"Apa?" seseorang diantara mereka, yang memiliki suara berat, bertanya dengan wajah datar ke arah Baekhyun.
Nyali Baekhyun tiba-tiba menciut. Ia hanya menggelengkan kepalanya sambil menunduk dan kembali menghadap depan. Baekhyun sedikit melirik Kyungsoo yang tidak setakut tadi saat di kantin. Kali ini Kyungsoo terlihat seperti sudah biasa dengan kehadiran dua laki-laki di belakang mereka. Baekhyun jadi membayangkan bagaimana keadaan Kyungsoo sebelum ia pindah, Kyungsoo yg duduk sendirian dengan dua preman di belakangnya. Baekhyun hanya bergidik ngeri dan tak mau membayangkannya lebih lanjut.
.
.
Baekhyun sedang sendiri berada di kelas menunggu Kyungsoo yang sejak lima belas menit yang lalu belum kembali dari kamar mandi. Bel sekolah sudah berbunyi sejak tadi, langit mulai menjadi orange dan sekolah menjadi sepi. Sebenarnya Kyungsoo sudah menyuruh Baekhyun untuk pulang terlebih dahulu, namun namja yang memiliki mata yang lebih sipit menolak dan bersikeras mengajaknya pulang bersama.
Baekhyun meletakkan kepalanya diatas meja dengan beralaskan tangannya. Ia memandangi jendela yang berada disampingnya. Kalau boleh jujur Baekhyun tidak yakin dengan suasana seperti ini. Koridor sempit, meja berderit, debu, makanan tidak higenis, guru yang seenaknya, preman sekolah, kata-kata kasar dan fulgar dan semuanya. Semua yang ada di sekolah barunya sangat menjengkelkan menurut Baekhyun. Ia tidak pernah menjumpai semua ini di sekolahnya yang lama, walaupun harus Baekhyun akui untuk beberapa tahun terakhir ia kehilangan teman-temannya, namun tak pernah separah ini. Baekhyun bisa terbiasa hanya dengan sendirian disana, karena memang dari awal dia selalu sendirian. Tapi disini berbeda, walaupun ada Kyungsoo sebagai teman barunya-entah Kyungsoo menganggapnya teman juga atau tidak-Baekhyun tetap merasa tak bisa melewati ini sendirian.
Baekhyun membenamkan wajahnya diantara lengannya. Ia lelah sekaligus bangga karena berhasil menekan ego dan sifat kekanakannya seharian ini. Tiba-tiba Baekhyun merasakan kesunyian, ia ingin kembali ke kehidupannya yang lama.
Baekhyun hampir saja jatuh tertidur menunggu Kyungsoo. Ia melirik jam tangannya dan ini hampir setengah jam Kyungsoo pergi ke kamar mandi. Perasaan Baekhyun menjadi gusar, ia kemudian mengingat perkataan anak laki-laki yang duduk di belakangnya saat di kantin. Baekhyun kemudian bangkit dari tempat duduknya dan berlari menuju kamar mandi dan berharap tidak terjadi apa-apa pada Kyungsoo.
Baekhyun sampai di depan pinti kamar mandi pria. Ia membuka perlahan pintu abu-abu di depannya, takut-takut jika ada sesuatu di baliknya. Naumn tidak ada, Baekhyun tidak menemukan apapun disana termasuk Kyungsoo. Kemudian ia melangkahkan kakinya untuk membuka satu persatu bilik kamar mandi. Mata Baekhyun melebar setelah ia membuka pintu bilik ketiga, Kyungsoo disana.
Sebenarnya Baekhyun ingin berteriak karena kaget namun yang keluar hanyalah suara lemah yang lebih terdengar seperti bisikan.
"Kyungsoo.."
.
.
.
TBC
a/n: Anyeong :)
semoga kalian menikmati ff ini, saya meletakkan rated M karena bakal banyak scene kekerasan dan kata-kata fulgar hehe
untuk NC saya gak bisa menjamin full, jd buat yang ngira ff ini bakal full NC saya minta maaf hehe
well, tolong tinggalkan review kalian untuk memperbaikin cerita ini hehe
thankyou :)
