Pair: IchiRuki

Des: Kubu Tite

Warning: Typo/s bertebaran dimana-mana, gomen.

*YMK*

"Jadi, bagaimana?"

"Aku sedang berpikir."

"Wajahmu tidak nampak serius."

"Aku bilang sedang berpikir bukan serius, bodoh."

"Kau terlalu banyak alasan."

"Dan kau terlalu banyak bicara."

Menikmati secangkir kopi di siang hari dengan Kurosaki Ichigo ternyata cukup buruk. Rukia kira, Ichigo mengajaknya keluar minum kopi untuk sedikit menghiburnya yang baru-baru ini tekena penyakit patah hati. Patah hati? Pfft.. Kuchiki Rukia si gadis bangsawan adik dari Kuchiki Byakuya yang bahkan menatapnya saja membuatmu terintimidasi sekarang sedang patah hati? Well, siapa lelaki hebat yang bisa membuat adik Byakuya patah hati begini?

"Kalau begitu mari kita tentukan tanggal pernikahannya"

Rupanya si Kurosaki ini tidak main-main. Si kepala Orange pemilik dahi kerutan semi-permanen itu benar benar merencanakan sebuah pernikahan. Jika caffe ini sepi mungkin Rukia sudah menendang atau memukulnya dengan kekuatan full power seorang Kuchiki, tapi sayang caffe ini sangat ramai dan dia tidak mau dituduh sebagai gadis gila yang melakukan tindak kekerasan pada laki-laki di tempat umum. Bagus, hari ini kau selamat Ichigo.

"Kurasa aku belum mengatakan aku menyetujuinya." Rukia meneguk secangkir kopinya yang mulai mendingin, wajahnya terlihat tetap tenang.

"Aku yakin kau akan menyetujuinya."

Dasar kepala Orange terlalu percaya diri.

"Aku serius, Ichigo, menurutmu kenapa aku harus menyutujui penikahan konyol ini? Pernikahan itu bukan permainan Ichigo! Itu adalah janji sehidup semati sebuah pasangan. Dan sekarang kau yang—biar kuperjelas disini, aku bukan pasangan mu atau pacarmu juga kekasihmu, tapi kau mengajakku mengucap janii pernikahan sehidup semati? Sehidup denganmu saja aku tidak mau, apalagi semati denganmu. Aku menolak."

Rukia merasa ia sedang berada di puncak amarahnya, gadis bermata Amethyst itu sungguh tidak bisa membaca jalan pikiran seorang Kurosaki Ichigo. Pernikahan? Well, Ichigo memang sahabatnya sejak sekolah menengah dan mereka memang dekat bahkan sangat dekat. Membolos kelas saat pelajaran Ochi-sensei, mencoret tembok sekolah dengan gambar Chappy (oke, ini hanya Rukia yang gambar), atau mengotori koridor sekolah dengan sepatu yang berlumur tanah, ya, mereka sering melakukan itu saat sekolah. Tapi, itu bukan sebuah alasan Rukia harus menyetujui ajakan Ichigo untuk menikah.

"Kita sahabat, Rukia, kau harus membantuku dan aku akan membantumu."

"Jelaskan, Ichigo."

Ichigo menarik nafas perlahan

"Aku sudah mengatakan tadi padamu bahwa aku ingin mengajakmu menikah."

"Um.."

"Aku dijodohkan oleh ayahku, ayahku merasa aku adalah seorang gay karena tidak pernah mengencani gadis selama 26 tahun. Dan kau tahu aku dijohokan dengan siapa? Dia—

Dokugamine Riruka"

Ohh Dokugamine Ri—tunggu, Riruka? Apa telinganya bermasalah hingga dia salah dengar?

"Riruka kau bilang? Kau bercanda" Rukia menaikan satu oktaf suaranya, matanya melebar dan mulutnya sedikit menganga, mungkin jika Nii-sama nya melihat, ia akan di tegur dengan tumpukan buku etika.

"Benar, dia Riruka, dan aku tidak bercanda." Ichigo memasang mimik serius kali ini. Kerutan di dahinya bertambah banyak.

"Kau ingat dia kan, Rukia? Dia adalah Riruka, gadis yang sangat menyukaiku sampai menyakitimu. Aku tidak tahu kenapa si tua bangka itu menjodohkan aku dengannya. Tapi, sungguh, daripada menikahi Riruka, aku lebih baik melajang seumur hidup. Kau tahu kan bagaimana sifatnya yang bertindak semaunya? Jujur, aku membencinya setelah dia menyakitimu dulu."

Yaa, benar Ichigo, kau harus membencinya karena dia menyakitiku, aku kan sahabatmu.

"Sebenarnya aku sudah tidak masalah dengan kejadian di masa lalu kita, sebelum kau membahas ini."

"Rukia—

"Tapi setelah mendengar nama Riruka, kenapa rasanya aku kembali mengingat kejadian 6 tahun lalu?"

Rukia menghela nafasnya, entah kenapa ia tiba-tiba merasa lelah. Ichigo memandangnya prihatin, seharusnya dia tidak membawa nama Riruka, tapi permasalahan utama disini adalah Riruka, um.. bukan, tapi pernikahan.

"Ichigo, jika alasanmu ingin menikahiku karena Riruka, lebih baik kau menikahi gadis lain saja. Menurutku banyak gadis yang tertarik denganmu, misalnya, Inoue-san?"

Ichigo sudah memikirkan ini masak-masak, tentang calon istri, pernikahan, resiko, atau apapun, Ichigo sudah memikirkannya. Dan dia hanya menemukan satu jawaban, yaitu, Rukia. Ichigo merasa, Rukia adalah sahabat terbaiknya seumur hidup jadi, kenapa harus minta bantuan orang lain jika ia memiliki sahabat wanita yang bisa diminta bantuan?

"Jika benar menurutmu Inoue tertarik padaku maka, aku tidak bisa menikahinya."

Rukia mengerutkan dahinya, jawaban macam apa itu? Bukankah jika salah satunya menyukaimu justru akan mudah memulai kedepannya?

"Apa maksudmu, Ichigo? Itu lebih mudah, kau tahu? Dia tertarik padamu dan kau hanya tinggal mengikutinya hingga akhirnya kau jatuh cinta padanya, maka kalian hidup bahagia, selamanya. Selesai."

Ichigo mengehela nafas entah yang keberapa kali. Mengajak bisnis dengan Rukia tidak bisa dengan satu point lalu beres, tidak, dia sangat butuh alasan yang detail. Atau mungkin, karena ini bisnis yang sulit, ya, bisnis pernikahan. Lucu juga pernikahan dianggap bisnis.

"Aku punya alasan tersendiri untuk itu, Rukia. Jadi, ayo kita menikah."

Ichigo menatap Rukia di kedua mata besar indahnya dengan serius, seolah dia benar-benar ingin menikahi gadis cantik itu. Rukia bahkan tidak mampu membalas tatapan itu, ia takut, takut masuk kedalam tatapan itu.

"Aku tidak mau."

Benar benar keras kepala, Kuchiki yang keras kepala. Ichigo mengusap wajahnya gusar. Sabar Ichigo, sedikit lagi.

Ichigo tersenyum dengan lembut-sangat lembut membuat Rukia mengerutkan alisnya, bingung.

"Kenapa?" sungguh pertanyaan terbodoh Ichigo, menurut Rukia.

"Aku menagatakan ini sekali lagi, jadi dengarkan baik-baik, Ichigo. Pernikahan adalah janji sakral yang dilakukan oleh pasangan yang saling mencintai, kau mengerti?"

Ichigo menganggk dengan patuh "aku mengerti."

"Kau mengerti?! Jadi itu masalahnya Ichigo, kita bukan pasangan dan masalah terpentingnya adalah, kita tidak saling mencintai. Aku tidak mau mengucap janji sehidup semati tanpa adanya perasaan cinta, aku tidak mau." Rukia memijat pelipisnya pelan, berbiacara dengan Putera Sulung Kurosaki ini bisa memperpendek umurnya.

"Aku mengerti dan bahkan sangat mengerti, tapi, kali ini kita berbisnis Rukia, baiklah mungkin ini terdengar konyol. Begini, aku tahu kau tidak suka melakukan pekerjaan yang Byakuya lakukan, tapi kau dipaksa menjadi seorang Kuchiki seperti Byakuya, benarkan? Kau ingin menjadi Designer seperti Rangiku-san, aku tahu itu dan aku juga tahu, hubunganmu baru saja kandas dengan Kaien-dono mu itu, kau di selingkuhi, aku tahu."

Rukia diam, dia ingin sekali membalas perkataan Ichigo, tapu mulutnya seolah terkunci, semua perkaataan yang Ichigo lontarkan benar adanya. Rukia tidak mau meneruskan perusahaan Kuchiki, dia mau menjadi Designer seperti senpainya, Matsumoto Rangiku. Tapi kembali lagi, Rukia adalah seorang Kuchiki. Kuchiki tetaplah Kuchiki, Kuchiki yang menjunjung tinggi harga diri, kehormatan, kesopanan dan kesempurnaan—tidak ada cacat sedikitpun dalam berperilaku. Dan masalah kaie—Tunggu, darimana Ichigo tahu kalau hubungannya dengan Kaien-dono kandas?

Aku bahkan belum cerita apa-apa padanya tentang Kaien-dono, pikir Rukia.

Ichigo mengubah posisi duduknya menghadap Rukia kembali serius, ini serangan terakhir, pikir Ichigo "Jika kau pikirkan baik-baik, kita berdua akan mendapat keuntungan, Rukia. Kau menikah denganku, lalu kau hidup berdua hanya denganku, Oyaji tidak akan memarahiku karena aku sudah menikah, aku juga tidak akan dianggap gay dan yang terpenting, aku tidak punya masalah lagi dengan si tua bangka itu, lalu, kau bisa bebas melakukan apapun karena kau bukan lagi seorang Kuchiki, juga untuk masalah Kaien-dono mu, kau bisa membuatnya bungkam, tunjukan padanya bahwa kau sudah menikah lalu, katakan 'tada, aku bahagia' seperti itu." Ichigo menjelaskan dengan menggebu-gebu, lelaki orange ini benar-benar konyol, memegang sendok dengan kepalan kuat di tangan kanannya, tambahan juga wajah yang menunjukan, err, apa ya—seperti ekspresi wajah para pahlawan yang sedang berjuang untuk kemerdekaan, sangat semangat.

Rukia membuka mulutnya beberapa detik hingga kesadarannya pulih kembali, konyol sekali melihat sahabat orange nya ini. Tapi benar juga sih, menikah dengan Ichigo pasti membuatnya bebas. Ichigo juga seorang dokter, Rukia tidaak akan kekurangan dalam keadaan ekonomi, untuk masalah cinta? Ahh cinta kan bisa datang seiring brjalannya waktu. Tapi, jatuh cinta dengan Kurosaki Ichigo? Tidak! Itu adalah skenario terburuk. Baik, Rukia, pikir baik-baik keuntungan apa saja yang kau dapatkan dengan menikahi Kurosaki Ichigo

Kebebasan? pasti.

Kecukupan ekonomi? Rukia yakin iya.

Suami tampan? um, Ichigo cukup tampan untuk di tunjukan pada teman-temannya.

Cinta? err, tidak, ia tidak butuh itu. Mungkin belum—apa?

Baiklah, ini keputusan Rukia, ia juga tidak mau kembali pada bayang-bayang dengan Kaien-dono, Rukia juga tidak mau terkekang di keluarga Kuchiki. Tapi, tapi Nii-sama nya, bagaimana Nii-sama nya kalau Rukia menikah? Rukia sangat menyayangi Nii-sama, Rukia tidak mau membuat Nii-sama kesepian. Tapi ini kesempatan Rukia, Rukia ingin kebebasan dan Ichigo menjajikan itu. Maafkan aku Nii-sama tapi aku janji akan selalu mengunjungimu.

"Aku setuju." Rukia menjawabnya dengan mantap.

Ichigo tersenyum, ini jawaban yang ia tunggu-tunggu.

"Baiklah, sekarang kita buat perjanjian, kita tidak menikah seungguhan, kita hanya menikah diatas kertas. Saat kita mencapai puncak kebosanan dan lelah dengan ini semua, kita akan bercerai, tapi harus disetujui oleh kedua belah pihak, kau dan aku. Bagaimana?"

Cukup bagus, Rukia tidak akan terus menerus berlindung di balik punggung Ichigo.

"Baiklah, aku setuju."

Keduanya menghela nafas lega, ini baru akan di mulai. Ini bukan permainan, ini bisnis, lupakan soal janji sehidup semati, lupakan tentang cinta. Semua ini akan berjalan diatas ketas dan berakhir diatas kertas. Ini tidak akan menyedihkan, mereka melakukan atas dasar persahabatan bukan orang asing, mereka bisa melalui ini tanpa adanya scenario terburuk, jatuh cinta, ya, semoga tidak ada.

Tapi, siapa yang tahu?

"Omong-omong Ichigo, tentang perkataan yang ayahmu bilang, apa kau benar benar gay?"

Ichigo menepuk jidatnya.

"Aku berharap kau tidak bodoh hingga kau berpikir perkataan ayahku itu benar."

"yaa, mungkin saja kan?"

Gadis ini.

*YMK*

Wedding Invitation

Kurosaki Ichigo & Kuchiki Rukia

On Saturday, 14 february, 2015
At 07.00 PM – completion
Venue: Okura Hotel – Tokyo, Japan

It is an appreciation and happiness for us,
if you can attend our sacred moments

Kaien memandang undangan pernikahan di tangannya dengan tidak percaya, Kuchiki Rukia menikah? Kekasihnya beberapa minggu yang lalu sekarang akan segera menikah? Kaien benar benar tidak bisa percaya ini.

"Kau berniat balas dendam padaku, eh, Kuchiki?" Kaien tersenyum miris.

Aku bahkan belum bisa mengatakan maaf padamu, Kuchiki.

*YMK*

"Tadi pagi aku mendapat undangan pernikahan, ternyata si bodoh itu akan menikah." Arisawa Tatsuki—teman semasa kecil Ichigo, tersenyum mendengar kabar sahabat kecilnya akan menikah. Tatsuki berjalan ke ruang tengah dimana sahabat terbaiknya berada, ya, Inoue Orihime. Tatsuki meletakan teh yang ia buat, diatas meja dekat Orihime.

"Orihim—

"Aku tidak apa apa Tatsuki-chan, aku bahagia mendengar kabar Kurosaki-kun akan menikah. Kuchiki-san adalah gadis yang cantik dan baik. Aku tahu pilihan Kurosaki-kun selalu benar, ia pasti akan bahagia, benarkan Tatsuki-chan?" Orihime tersenyum sampai matanya membentuk bulan sabit, tapi Tatsuki tahu itu bukan senyum kebahagiaan, itu adalah senyum.. menyakitkan. Tatsuki tentu tahu Orihime menyukai Ichigo sejak sekolah menengah, tapi yang bisa Orihime lakukan adalah, mendukung setiap keputusan Ichigo, karena Orihime selalu mengagumi Ichigo. Tapi sepertinya, kali ini adalah keputusan terakhir dari Ichigo yang harus Orihime dukung. Ia tidak bisa meraih ichigo, sekeras apapun usahanya, Orihime hanyalah teman baik bagi Kurosaki Ichigo.

"Kau benar, Orihime. Ichigo pasti bahagia, dia akan baik baik saja." Tatsuki memberi senyuman terbaik yang dia punya, Tatsuki tidak mau membuat sahabatnya makin terpuruk.

"Yosh tentu saja, naa bagaimana kalau sekarang kita membeli gaun baru untuk pesta pernikahan mereka? Aku ingin berpenampilan baik dihadapan Kurosaki-kun dan Kuchiki-san." Orihime menarik tangan Tatsuki dengan semangat. Ia tidak mau terpuruk. Kurosaki-kun bahagia, maka ia juga harus bahagia.

Tatsuki mengikuti Orihime, dalam hati ia berdoa semoga Orihime bisa tetap tersenyum walau tanpa impian dengan Ichigo.

*YMK*

Tutt.. tut—

"Hallo—

"Oi Kurosaki! Semoga ini bukan sandiwara, kau—kau menikah? Dengan Kuchiki-san? Aku bahkan tidak tahu menahu jika kalian pacaran, dan sekarang kalian akan menikah? Lelucon macam apa ini?"

Ichigo hanya menguap mendengar suara Ishida di telpon

"Ini bukan lelucon, dan kami memang akan menikah."

"Tapi bagaimana bisa, kau—

"Sudah ya, Ishida. Aku sibuk mengurusi pernikahanku. Kuharap kau nanti bisa datang, oh ya, aku sudah meminta izin cuti kepada pihak rumah sakit, agak lama sih, semoga kau tidak mati bosan di rumah sakit. Sampai ketemu nanti."

Ichigo menutup telponnya. Dasar Kurosaki sialan, Ichigo berhutang cerita pada Ishida—teman sekaligus musuhnya.

*YMK*

1 New Message

Kuchiki Rukia

Aku menunggumu di tempat yang kemarin kita bicarakan,
sebagai calon suami yang baik kau harus memilihkan gaun pengantin untukku
juga cincin pernikahannya, aku tunggu 15 menit. Tidak ada kata telat,
atau aku akan membatalkan pernikahan kita.
hati hati dijalan, sayang :*

Benar-benar gila, 15 menit? Sekarang bahkan ia belum mandi, dan jika telat maka Rukia akan membatalkan penikahannya, tidak. Itu tidak boleh terjadi, usahanya selama ini akan sia-sia., Byakuya juga mungkin akan membunuhnya. Ichigo merinding membayangkan itu semua. Lebih baik ia buru buru sebelum di terkam Puteri Kuchiki.

TBC

A/N

Maafkan saya karena mempublish cerita abal ini, semoga masih ada yang mau baca dan memberi review^^ kritik dan saran sangat di perlukan.