Real Little Ghost Girl (chapter 1)

Disclaimer

Naruto©Masashi Kishimoto

StoryBy©MisaAnaru

Pairing. : SasuNaru/SasuSaku/ItaNaru/

Warning : Misa dan Naru Fujo, sudah pasti tema ini berunsur Yaoi! Gak suka, Gak usah baca! Flame? Maaf, tidak dibutuhkan!

Rated : T (masih belum cukup umur untuk M ^^)

Genre : Romance / Horror

~Chibi Naruko~

.

.

.

Summary :

Awalnya Namikaze Naruto (18) tidak percaya akan pertemuan dirinya dengan arwah gadis kecil yang meminta pertolongan padanya, pertemuan saat musim panas itulah yang membawa sang Namikaze menuju sebuah gerbang kehidupan yang sangat rumit. Dirinya harus menghadapi kenyataan dimana arwah gadis kecil itu telah membawanya ke dalam kehidupan barunya.

.

.

.

The Day When I Met Your Late Sister

.

.

.

Naruto's Pov

Hi, perkenalkan nama ku Namikaze Naruto. Aku seorang yatim piatu yang sudah tidak mempunyai orang tua lagi. Kaa-san ku meninggal saat melahirkan ku, sedangkan Tou-san meninggal secara misterius saat usia ku baru berusia 4 tahun.

Para maid yang tinggal di mansion ku, mengatakan bahwa Tou-san meninggal dibunuh oleh rekan kerjanya, yang tidak suka akan keberhasilan Tou-san dalam mengelola bisnisnya. Usia ku tahun ini baru menginjak usia 18 tahun.

Banyak yang mengatakan jika aku tidak sama sekali terlihat seperti seorang pemuda. Bahkan, banyak yang bilang kalau aku sangat cantik melebihi seorang gadis-gadis sebaya ku. Juga tak jarang teman-teman pria ku banyak yang menyatakan cintanya pada ku, dan mendapatkan penolakan secara halus dari ku.

Sebenarnya aku tidak enak hati jika menolak pernyataan cinta dari mereka, akan tetapi aku tidak bisa menjalani hubungan percintaan dengan orang yang tidak aku cintai. Aku hanya ingin menjalani hubungan yang benar-benar serius bersama 'Pangeran' yang pernah berjanji akan datang dan menjemput ku 14 tahun silam.

Tok..Tok..Tok~

Suara ketukan pintu terdengar jelas di telinga ku. Aku yang tengah membaca komik hanya memutar mata bosan dengan ulah sang pengetuk pintu itu. "Masuk!" Seru ku.

Cklek...

"Ada apa Baa-chan?" Tanya ku kepada wanita paruh baya bersurai pirang dan masih terlihat cantik itu. "Besok Baa-chan, akan ke Paris apa kau yakin tidak akan ikut?" Tanya ibu kandung dari mendiang ayah ku ini. Senju-Namikaze Tsunade. Wanita yang sudah berganti marga menjadi Namikaze setelah menikah dengan kakek ku. Baa-chan juga yang telah mengasuh ku hingga sekarang.

Dia adalah pemimpin perusahaan keluarga kami, hingga usia ku terbilang cukup untuk memegang perusahaan.

"Tidak, Naru ingin disini" jawab ku. Tsunade Baa-chan nampak kecewa mendengar penolakan halus dari bibirku. "Baiklah, tidak apa.. Jaga diri mu, baik-baik sayang" Ujar Baa-chan tulus.

End of Naruto Pov

.

.

.

Normal Pov

Seorang pemuda manis terlihat tengah asyik bergumul manja dibawah selimut. Seakan tak peduli jika hari sudah semakin siang. Libur musim panas, masih belum berakhir. Sehingga, ia masih bermalas-malasan menghabiskan libur panjangnya.

"Bocah ini masih saja jadi pemalas" Gerutu seorang wanita cantik bersurai merah dengan kacamata yang bertengger di hidungnya.

Kesal..

Wanita bernama Karin itu kesal melihat keponakannya yang masih terlelap di atas kasur. Sebenarnya dia sangat menyayangi pemuda bersurai pirang itu. Hanya saja, dia sering gemas jika melihat kemalasan dari Naruto (nama pemuda itu).

"Naru-chan kau yakin ingin tidur terus? kyuubi-chan sudah bangun lho, apa kau mau persedian Ramen mu dihabiskan anak balita seusia kyuubi?" Tanya Karin-Mengeluarkan jurus ampuhnya untuk membangunkan Naruto.

Clliinkkk...

Kelopak mata berwarna tan itu pun terbuka dan memperlihatkan iris biru secarah langit di siang hari. Karin menyeringai begitu pemilik blue sapphire eyes itu sudah terbangun akibat jurus jitunya.

"Naru sudah bangun Ba-chan" Seru Naruto. Karin hanya menggelengkan kepalanya menghadapi pemuda yang baru berusia 18 tahun itu. "Cepat mandi! Ba-chan sudah menyiapkan sarapan untuk mu" Seru Karin. "Yosh" Sahut Naruto seraya menunjukan ibu jarinya dan tak lupa senyuman lima jari miliknya.

"Jangan lama-lama Naru-chan, Rekan kerja Baa-chan akan kemari dan ingin berkenalan dengan mu" Ujar Karin.

"Baiklah"Sahut Naruto yang sudah menghilang di balik pintu kamar mandi.

Seusai menyiapkan baju untuk keponakan tersayangannya, Karin pun segera meninggalkan kamar milik Naruto. Masih banyak pekerjaan yang harus ia kerjakan.

.

.

.

"Na..Na..Na..Na.." Senandung Naruto yang selalu ia kumandangkan saat tengah menikmati siraman air di tubuhnya. Naruto memang selalu bersenandung jika sedang mandi. Baginya, senandung bisa menghilangkan rasa penat yang selalu ia rasakan sehabis bangun tidur.

"Aduhh.."Pekik Naruto. Busa-busa shampoo yang ada di rambutnya, jatuh dan mengenai matanya. Dan bodohnya Naruto malah mematikan shower yang tengah menyala. "Aduh, perih aduhh" Ringis Naruto. Seharusnya dia segera membasuh matanya memakai air dari shower yang tadi menyala, tapi sekali bodoh tetap saja bodoh, bukannya membasuh Naruto malah mematikan shower itu.

"Terimakasih" Ucap Naruto, saat tangannya menerima sebuah handuk yang disodorkan untuknya. Naruto pun segera membersihkan wajahnya memakai handuk putih miliknya. Awalnya, ia tak merasa curiga sama sekali. Namun, setelah ia mengingat dimana letak handuk yang semula ia letakan. Tiba-tiba saja, ia merasa ketakutan dan bergegas keluar dari kamar mandi miliknya.

"Astaga, tadi itu siapa ya" Gumamnya entah pada siapa. Naruto yang masih berdiri di depan pintu kamar mandi, masih menerka-nerka siapa gerangan yang tadi menyodorkan handuk untuk nya. "Itu tadi aku" Seru seseorang yang berada di sampingnya.

Secara slow motion, Naruto menoleh ke arah sampingnya begitu mendengar suara seorang gadis kecil yang ia perkirakan baru berusia 5 tahun. "Huwwaaahhhhhh" teriak Naruto. Tanpa aba-aba, pemuda berusia 18 tahun itu segera berlari ke atas tempat tidurnya dan menutupi dirinya dengan selimut.

"Nii-san penakut sekali sih" ejek gadis kecil itu kepadanya. Naruto lagi-lagi menoleh ke arah gadis kecil yang berada disamping kanannya. "Huuuaaaa..hump..hummpp" Baru saja hendak berteriak, gadis kecil itu langsung membekap mulutnya.

"Suara nii-san itu seperti wanita, jangan berteriak lagi ya!" Seru gadis kecil itu. "Hummp..hump" Sahut Naruto seraya mengangguk pelan, dengan air mata yang berlinang. "Bagus" Ujar gadis kecil itu.

Naruto sangat kesal dengan gadis kecil dihadapannya ini. Benar-benar kesal. 'Sebenarnya dia ini siapa sih? Kenapa dengan lancangnya masuk ke kamar ku' Inner Naruto mulai bertanya-tanya. "Maaf, Naru memang lancang" Lirih gadis kecil itu. Naruto terkejut mendapati perubahan sikap dari gadis kecil misterius itu. "Hey, kamu kenapa?" Tanya Naruto.

"Hiks..Abis Nii-san bilang kalau aku 'lancang' " Isak gadis kecil itu. 'Hey, kenapa dia bisa tahu apa yang aku katakan?' Tanya Naruto dalam hati. "Hoy, nama mu itu siapa?" Tanya Naruto. "Nama ku Naruko, Uchiha Naruko" jawab gadis kecil itu.

"Ehh"

Naruto terkejut, begitu mengetahui nama gadis kecil itu. Nama yang sama dengan nama nya. Hanya saja gadis itu memakai 'K' sedangkan dia memakai 'T' untuk namanya. Naruto pun memperhatikan sosok kecil dihadapannya kini. "Astaga" Pekik Naruto. Lagi-lagi ia terkejut melihat fisik Naruko yang sangat mirip dengannya itu. Kedua iris Sapphire yang sangat mirip, juga surai blonde yang benar-benar sama dengan miliknya.

'Kok sama ya' batin Naruto. "Tentu saja, tapi Naru lebih imut dibanding Nii-san" Timpal Naruko. "Eh, kamu kok bisa membaca pikiran ku sih?" Tanya Naruto-heran. "Tentu saja, semua roh itu bisa membaca pikiran orang yang masih hidup" jelas Naruko.

Naruto begidik ngeri mendengar penjelasan Naruko. Jika, Naruko berkata jika dia adalah 'Roh' berarti dia sudah mati, kalau dia sudah mati berarti dia itu 'hantu'. H-A-N-T-U, satu kata yang sangat ditakuti Naruto. H-A-N-T-U, satu kata juga yang membuat dirinya bisa 'pipis' di celana jika mendengar cerita-cerita mengenai H-A-N-T-U.

"Nii-san tak perlu takut, aku ini baik kok" Ujar Naruko. 'Hah,baik apanya inikan sama saja menakut-nakuti aku' Batinnya.

"Nii-san, Naru itu gak bermaksud nakutin Nii-san" Timpal Naruko. "Lagi-lagi baca pikiran! Kamu tuh gak bisa seenaknya baca pikiran orang lain Ruko-chan!" Seru Naruto-jengkel dengan sikap hantu cilik dihadapannya kini. Naruko tertegun dengan panggilan Naruto kepadanya. Panggilan yang selalu diucapkan oleh seseorang yang amat sangat menyayanginya. "Nii-chan" lirih Naruko.

"Kamu kenapa?" Tanya Naruto. Serius, kini Naruto terlihat panik mendapati perubahan mimik wajah Naruko yang terlihat sedih itu. Jujur saja, Naruto tidak tahan melihat wajah sedih dari wajah imut hantu cilik itu. Naruto terus memperhatikan dan terus memperhatikan. Hingga..

"Naluuuu-nii" seru suara anak kecil yang tiba-tiba saja menyerukan nama Naruto. "Kyuu-chan, astaga aku belum memakai baju" Panik Naruto. Naruko hanya menghela napas melihat kepanikan Naruto. Dengan menjentikan jari telunjuknya tiba-tiba saja keajaiban terjadi, keajaiban dimana Naruto sudah berpakaian lengkap.

"Aduhh, bagaimana ini" Gumam Naruto. "Nii-san, Nii-san," Seru Naruko. Akan tetapi Naruto malah mengacuhkan seruan dari bibir kecil Naruko. Kepanikan Naruto semakin menjadi-jadi, saat kaki-kaki kecil kyuubi mulai melangkah menuju kasur yang kini ia tempati.

"Nii-chan kok bobo lagi sih" Ujar kyuubi.

"Aduuhh, Mati aku" gumam Naruto-ketakutan. Naruko menggeleng pelan, sudah berkali-kali dia memanggil Naruto dan berkali-kali itu juga Naruto tidak menyahuti panggilannya.

Plakkk..

"Aduhh" pekik Naruto. Naruto memasang deathglare nya kepada gadis cilik yang telah berbaik hati memberikan cap telapak tangan di pipi tembam nya. Dengan wajah Innocent miliknya, Naruko malah menatap balik Naruto.

Melihat tatapan Innocent Naruko, Naruto menjadi tak tega untuk memarahi Naruko. "Hah, yasudahlah" Ujar Naruto. "Nii-san, Nii-san sudah berpakaian tahu" Jelas Naruko. Naruto segera melirik keadaan dirinya. "Astaga" pekik Naruto. Naruto terkejut begitu melihat dirinya yang sudah tidak memakai handuk lagi.

"Kapan aku pakai baju?" Tanya Naruto. Naruto pun segera melempar pandangannya ke arah Naruko yang mengedipkan satu mata padanya. "Nii-chan" Seru Kyuubi, Bertepatan ketika Kyuubi menarik selimut yang menutupi tubuh mereka, Naruko sudah menghilang dari pandangannya.

"Kyuu-chan" Seru Naruto. "Nii-chan, jangan lama-lama Kaa-chan bilang Nii-chan halus segela tulun" Ujar Kyuubi sambil menyilangkan kedua tangannya ke dada. Naruto hanya menggeleng pelan memperhatikan sikap 'sok' dewasa adik sepupunya itu.

"Jangan 'sok' dewasa, ayo turun" ajak Naruto seraya mencubit hidung bangir milik kyuubi. Kyuubi mendengus kesal mendapati perlakuan kekanak-kanakan dari kakak sepupunya itu. "Kyuu, memang sudah dewasa tahu" Protes Kyuubi.

"Mananya yang sudah dewasa?" Tanya Naruto, sambil berdiri disamping Kyuubi (hendak mengukur tinggi Kyuubi yang hanya sepinggangnya). "Nii-chan 'sok' tinggi, Ji-san dibawah sana jauh lebih tinggi dali Nii-chan lho" Cibir Kyuubi. "Masa?" Tanya Naruto-sedikit tidak rela.

Naruto pun segera menengok ke bawah sana, dimana dua orang pemuda bersurai raven dengan postur tubuh layaknya seorang model. 'Naru Nii-san' sapa Naruko, yang tiba-tiba saja hadir di belakangnya. Naruto hendak berteriak, jika saja Naruko tidak membekap mulutnya. 'Ssst, jangan teriak!' Seru Naruko. "Kamu itu menyebalkan" Ujar Naruto. "Siapa yang menyebalkan? Kyuubi ya? Nii-chan jahat" Teriak Kyuubi kesal. Para tamu pun segera mendongak ke atas, begitu mendengar teriakan Kyuubi.

"Kyuu-chan, dengarkan Nii-chan dulu!" Seru Naruto seraya mengejar bocah kecil itu.

Karin dan Tsunade yang berada disana hanya menggeleng pelan, melihat tingkah Naruto yang begitu kekanak-kanakan. "Ya ampun, Anak itu" Gumam Karin.

.

.

.

Seorang pemuda bersurai raven nampak bosan dengan percakapan yang terjadi diantara orang tuanya dan rekan kerja perusahaan yang dikelola keluarga mereka. "Maaf Namikaze-san, dimana toilet berada?" Tanya pemuda bernama Sasuke itu.

"Anda bisa ikuti jalan lurus disana, lalu belok ke kanan disanalah toiletnya" Jawab Tsunade ramah. Pemuda bernama Sasuke itu segera mengucapkan terimakasih, dan bergegas menuju toilet. Sebenarnya, Sasuke tidak berniat untuk ke toilet sama sekali. Ia hanya menghindar dari obrolan-obrolan diantara keluarganya dan rekan bisnis keluarga mereka.

Bukannya menuju jalan yang sudah Tsunade tunjukan, Sasuke malah berjalan ke arah lain. Ia sendiri pun tak tahu kenapa, kakinya telah membawa dirinya pergi ke sebuah jalan, yang Sasuke yakin adalah jalan menuju sebuah taman.

"Kyuu-chan, maafkan Nii-chan dong"

Sasuke segera mempercepat langkahnya menuju taman itu, begitu mendengar suara seorang pemuda yang menurutnya tidak terdengar seperti suara pemuda kebanyakan.

*bruggh*

Seorang bocah kecil bersurai jingga kemerah-merahan, berjalan menabrak dirinya. Sasuke mendengus kesal, melihat sosok kecil itu yang berjalan angkuh tanpa melihat keberadaan dirinya. "Kyuu-chan"

Sasuke's Pov

Aku sedikit merasa kesal begitu bocah tengik itu menabrak diri ku. Apa dia itu buta? Tulikah? Entahlah, yang jelas anak ini benar-benar tidak ada lucu-lucunya dibanding bocah kecil seusia dirinya. Bukannya minta maaf, bocah kecil itu malah melemparkan tatapan tajam ke arah ku. Apa-apaan dia? Dia pikir dia yang paling tampan apa? Mana bisa begitu!

"Kyuu-chan"

Seru seorang 'gadis' manis yang memanggil nama bocah tengik itu. 'Cantik' Pikir ku. Wajahnya sangat imut, meskipun body nya tidak menarik seperti gadis-gadis lain sebayanya.

Mata Onyx dan Mata Sapphire milik ku dan miliknya bertemu pandang.

Deg..

Iris sapphire yang mengingatkan aku pada seseorang yang sangat aku sayangi. Seseorang yang telah lama pergi meninggalkan aku, Aniki , dan kedua orang tua ku. Seseorang yang masih meninggalkan duka yang amat dalam untuk kami sekeluarga.

"Kyuu-chan!" Seru 'gadis' bersurai pirang itu. Tanpa, aku sadari aku malah menarik pergelangan tangan 'gadis' manis itu. "Ehh, Tuan.." Pekik 'gadis' itu. Ck, panggilan formal itu lagi. Jujur saja, aku sangat tidak suka dengan panggilan 'tuan' yang mengalun dari bibir ranumnya itu.

Kedua mata kami lagi-lagi saling bertemu pandang. Dengan sekuat tenaga, ku hempaskan tubuh mungil itu ke tembok dengan pelan. Aku tidak suka dengan cara kasar, bagaimana jika aku memakai cara kasar, lalu dia membenci ku? Bisa-bisa aku gagal mendapatkan hatinya.

Ku himpit tubuh itu diantara tubuh ku dan tembok yang berada tepat dibelakangnya. Mata kami saling berjumpa. Seakan terhipnotis dengan iris biru secerah langit siang tanpa awan itu, aku pun memberanikan diri mendekatkan bibir ku pada bibirnya.

Tanpa ku duga 'gadis' itu juga mendekatkan bibirnya juga. Gotcha! I got your kiss Baby, sorak ku dalam hati.

4 cm

3 cm

2 cm

1 cm

Dan...

"Hey, Ji-chan mesum lepaskan Nalu-nii!" Seru seorang bocah yang mencubit kencang pinggang ku. "Aduuhh" ringis ku.

"Heehh, Kyuu-chan" Seru gad- tunggu tadi bocah iblis itu memanggilnya 'Nii' berarti dia. "Kau laki-laki" Ujar ku.

"Uaappaa?"

End of Sasuke's Pov

"Jadi, kau laki-laki?" Tanya Sasuke asal. "Aku ini laki-laki, memangnya kau kira aku ini apa" Protes Naruto-kesal, karena Sasuke telah menganggapnya seorang wanita. "Wajah mu tidak memastikan Dobe" Cibir Sasuke.

"Cih, Teme menyebalkan" Decih Naruto. Sedangkan Kyuubi, dan Naruko (yang tidak terlihat) hanya memandang bingung kedua pemuda yang tengah bertengkar di hadapannya kini. "Ck, Merepotkan" Decak Sasuke meminjam Trademark milik sahabat nya Nara Shikamaru.

"Ayo Kyuu-chan, kita tinggalkan Teme Ji-san ini" Ajak Naruto seraya menggandeng pergelangan kecil adik sepupunya itu.

Kyuubi hanya menurut dan berjalan mengikuti langkah Naruto. Sedangkan Sasuke hanya memandang kepergian Naruto dan Kyuubi. Naruto sendiripun sempat menjulurkan lidahnya meledek Sasuke.

"Wajah kalian mirip sekali" gumam Sasuke.

Tanpa ia sadari, sosok yang tak terlihat tengah memandang sedih dirinya itu. "Nii-chan" Lirih sosok itu. Perlahan-lahan sosok itu menghilang dan menimbulkan sebuah angin yang menerpa tengkuk pemuda tampan itu.

.

.

.

Skip Time

Di sebuah restoran mewah, nampak 3 orang pemuda tengah menikmati hidangan-hidangan mahal yang berjejer rapih di hadapan mereka. Uchiha Sasuke bersama 2 sahabatnya Nara Shikamaru dan Hyuuga Neji, terlihat begitu serius menikmati makanan-makanan lezat itu.

Entah, kebetulan atau memang sebuah takdir tuhan. 3 orang sahabat yang memiliki sikap yang tidak memungkinkan menjalin persahabatan itu. Telah meng-claim diri mereka satu sama lain adalah sahabat.

"Jadi, bagaimana hubungan mu dengan Sakura?" Tanya Neji, yang memulai pembicaraan lebih dulu. "Entahlah" jawab Sasuke. "Kemarin, aku tengah mengantar kaa-san berbelanja di butik milik sahabatnya, aku tak menyangka jika akan bertemu Sakura bersama Kabuto-sensei disana" Jelas Shikamaru Panjang Lebar.

"Apa kau akan diam saja, Sasuke?" Tanya Neji. "Tentu saja, tidak" Jawab Sasuke.

"Apa kau berniat untuk selingkuh?" Tanya Neji (lagi). "Mungkin, jika kamu bersedia meminjamkan 'panda' merah mu itu" Jawab Sasuke. "Cih, cari sendiri dong!" Seru Neji-Benar-benar posesif jika menyangkut 'panda' merah nya itu. Apa yang dimaksud panda merah? Tentu saja, kekasih (Uke) dari sulung Hyuuga itu.

Shikamaru menarik napas panjang, mendengar keributan kecil dihadapannya itu. Ia pun melempar pandang ke arah lain, hinga mata kuacinya itu berjumpa dengan seorang pemuda bertatto segitiga di kedua pipinya sedang memegang sebuah buku tebal di tangan kanannya. 'Manis' batinnya.

"Shika jatuh cinta" Ujar Neji. Shikamaru pun tersadar begitu mendengar perkataan sang sahabat dan menemukan dua sahabatnya yang tengah memandang ke arah yang sama dengannya. "Inuzuka ya" gumam Sasuke, memasang pose berpikir. "Bantu aku mendapatkannya!" Seru Shikamaru, yang dihadiahi anggukan setuju oleh kedua sahabatnya.

.

.

.

"Ba-chan, jangan bikin Naru malu dong" Ujar Naruto, begitu sang bibi menyelesaikan ceritanya. "Lho, kenapa? Ba-chan serius tahu" Sahut Karin. "Sudahlah karin-chan, jangan buat keponakan mu bagaikan udang rebus seperti itu lagi" bela seorang pria tampan dengan masker yang menutupi wajahnya (kecuali mata)

Mereka sekeluarga tengah bersenda gurau di sebuah ruang keluarga, yang selalu mereka gunakan jika mereka memiliki waktu luang. "Sudah malam, ayo tidur" ajak Kakashi (suami dari Karin) . Karin pun mengangguk setuju. "Ba-chan, tidur duluan ya Naru" pamit sang Bibi. "Ya, selamat malam Ba-chan, Ji-chan" seru Naruto. "Malam" sahut mereka berdua.

Naruto kembali fokus pada televisi yang menyala di depannya. Baru saja film horror itu menunjukan sosok hantu berwajah pucat, tiba-tiba saja layar televisi itu menjadi kabur. Seperti kumpulan-kumpulan semut yang tengah berkumpul masuk kedalam layar televisi.

Bulu kuduk Naruto pun meremang begitu mengingat bagian dari adegan film horror yang pernah ia tonton. Layar televisi berubah menjadi buram, dan sosok wanita berambut hitam acak-acakan keluar melalui layar televisi dengan cara merangkak.

'Tidak, jangan takut Naru!' Inner nya mulai berontak. Innernya mulai meminta dirinya supaya menjadi pribadi yang lebih berani.

Tapi, tiba-tiba saja sosok seorang perempuan tengah merangkak keluar dari televisi. Naruto seakan terpaku sehingga dia tidak bisa berlari menjauhi ruang keluarga. Lampu yang tiba-tiba mati itu pun menambah suasana menjadi kian mencekam.

Tak pelak, keringat sebesar biji jagung itu mengucur dari ujung rambut, hingga membasahi ujung pipinya.

'Kami-sama, lindungi aku' Doa Naruto dalam hati. Naruto terus saja memperhatikan sosok yang tengah merangkak mendekati dirinya itu. Hingga..

"Supriseeeeee..." Seru sosok itu. "NARUKO!" Geram Naruto. Begitu mengetahui siapa gerangan dari sosok merangkak itu. "Hehehehehe, gomen... Habis, Naruto-nii belum tidur sih" Tawa Naruko. Naruto mencubit pelan pipi gembil 'hantu' cilik dihadapannya itu.

"Kau ini hampir membuat ku pipis di celana tahu" gerutu Naruto. "Ruko, kan gak tahu" Gumam Naruko. "Nee, Ruko kamu itu sebenarnya mau apa ke sini?" Tanya Naruto. Ia benar-benar heran dengan 'hantu' yang setiap hari mendatangi dirinya setiap ia tengah sendiri.

"Aku ingin, Naru-nii membantu ku" Pinta Naruko. "Membantu apa?" Tanya Naruto, dengan mimik heran di wajahnya.

"Aku belum bisa pergi ke surga, kalau keluarga ku belum mengikhlaskan aku" Lirih Naruko. "Terus, aku harus apa?" Tanya Naruto. Sebenarnya apasih yang Naruko inginkan? Naruto sendiri pun masih belum tahu, apa dia bisa membantu atau tidak. Karena dia yakin, sangat sulit untuk membantu 'hantu' cilik itu.

"Aku tidak tahu, tapi aku benar-benar tersiksa saat aku tidak bisa pulang ke alam ku" Jelas Naruko, meminta pengertian dari sosok yang tengah ia mintai 'pertolongan' itu. "Jangan minta tolong pada ku dong, aku belum tentu bisa membantu kamu" Sahut Naruto.

"Tapi, yang bisa melihat aku itu cuma Nii-san" Ujar Naruko. "Kamu itu jangan memaksa! Memangnya kamu tidak bisa berusaha sendiri apa? Dasar gak mau Usaha!" Cibir Naruto.

Naruko terkejut dengan perkataan Naruto yang mengatakan jika dia adalah orang yang tidak mau berusaha sendiri. Air mata mulai mengalir menganak sungai membasahi kedua pipi chubby nya. Naruko memandang penuh harap pada Naruto. "Hehehe, Nii-san benar.. Orang seperti 'Ruko memang gak pantas di tolong" Tawa miris Naruko mulai terdengar.

"Ruko, kamu-"

"Maaf ya, Naruko memang egois" Lirih Naruko. 'Hah, apa boleh buat' Batin Naruto. Naruto pun mendekati gadis kecil di sampingnya itu. "Ssstt, jangan nangis..Nii-san pasti bantu Ruko" Hibur Naruto.

Naruko mendokak dan memberanikan diri menatap mata Naruto. Naruto tersenyum dan menghapus air mata yang membasahi pipi gadis kecil itu. "Terimakasih Nii-san" Ucap Naruko-seraya memeluk Naruto.

"Jadi, Nii-san harus bantu apa?" Tanya Naruto. "Nii-san, harus membantu 'Ruko dan bilang ke Anikinya Ruko supaya mengikhlaskan kepergian Ruko" Jelas Naruko. "Begitu ya" Gumam Naruto.

"Terus Nii-san harus membuat semua keluarga Ruko tersenyum kembali" Ujar Naruko.

"Apa?" Tanya Naruto. Terkejutkah? Tentu saja, Naruto bahkan tidak tahu siapa keluarga Naruko. "Nii-san datang saja ke kantor Uchiha Corps" Usul Naruko. "Terus?" Tanya Naruto. "Bilang saja ingin ketemu Uchiha Itachi" Jawab Naruko.

Mendengar nama Itachi, wajah Naruto blushing sendiri. Apalagi begitu mengingat cerita ba-chan nya, yang mengatakan jika pemuda bernama Itachi itu memuji dirinya. Sudah gitu, Naruto baru mengingat jika sosok Itachi memiliki ciri-ciri yang sama dengan 'pangeran' masa kecilnya itu.

"Baiklah, Nii-san akan mencoba" Ujar Naruto. "Yatta, terimakasih Nii-san" Ucap Naruko, kelewat bahagia. Lagi-lagi tanpa disadari, Naruto mengulas senyum di wajahnya begitu mendapati pelukan dari 'hantu' cilik dihadapannya kini.

'Mungkin, ini tidak buruk' Batin Naruto.

.

.

.

TBC

So, Mind To Review?