Baby and Marriage
A Bleach Fanfiction
Sebuah fic baru dari Julie dengan pair IchiRuki*lagi* dan maaf bila cerita ini tak layak baca.
Dan fic ini terispirasi dari sebuah novel berjudul The Sicilian Marriage.
Disclaimer : Bleach © Tite Kubo
The Sicilian Marriage © Sandra Marton
xxx
Sebuah Ferrari convertible hitam berhenti di halaman depan apartemen mewah di wilayah Yokosuka. Seorang pria keluar dari mobil itu, seorang pria berambut orange, memakai kacamata tanpa frame, setelan abu-abu, kemeja putih, dan dasi merah marun.
Pria itu menyerahkan kunci mobil agar dapat diparkir. Kemudian berjalan memasuki gedung tersebut, menuju lift pribadi yang akan membawanya menuju tempat berlangsungnya pesta perayaan kecil-kecilan pernikahan sahabatnya, Kuchiki Byakuya.
Ahh,... betapa lelahnya dia, bermobil dari Connecticut menuju London untuk menyelesaikan pekerjaannya sebelum naik pesawat menuju bandara terdekat dengan apartemen Byakuya di Yokosuka.
TING. Setelah cukup lama menunggu, akhirnya pintu lift terbuka, dan tanpa ragu lagi, dia melangkah masuk ke dalam lift sepi yang akan membawanya ke lantai 11, tempat pesta berlangsung.
"Hei!" seseorang berseru, dan seseorang itu menahan pintu lift dengan tangannya agar tidak tertutup.
Kurosaki Ichigo, si pria tampan dengan rambut orange mencolok, menekan tombol yang membuat pintu lift terbuka lagi.
Seseorang tadi adalah seorang wanita pendek, tingginya terpaut sekitar 40 cm dari Ichigo, cantik dengan rambut hitam berkilau bagaikan sayap gagak, dan matanya, mata itu berwarna violet bagaikan lavender.
"Ini lift pribadi," kata wanita itu.
Ichigo berkata balik dengan nada sarkasme, "Aku tahu."
"Dan kenapa kau ada disini? Aku akan memanggil sekuriti kalau perlu."
"Dan aku akan menunjukkan SIM, kartu penduduk, paspor, atau apapun yang dapat membuktikan bahwa aku layak disini. Aku datang untuk menghadiri pesta Kuchiki," sergah Ichigo.
Wanita itu merona.
"Oh, aku juga akan menghadiri pesta itu."
"Kita akan segera sampai disana andai saja kau segera masuk ke dalam lift," kata Ichigo.
Dengan sedikit kesal, wanita itu memasuki lift, berdiri tepat di sebelah Ichigo, pandangannya terarah lurus ke depan.
"Kurosaki Ichigo," kata Ichigo.
"Hn?" gumam si wanita tanpa menoleh sedikitpun.
"Namaku Kurosaki Ichigo, Miss. Dan apakah aku diperbolehkan mengetahui namamu?"
Oh, gadis itu jelas bukan tipe Ichigo, hanya saja ada yang menarik dari gadis itu, mulai dari rambut ravennya, gaun kuning terang pendek tanpa lengan dan sepatu putih berhak tinggi.
"Untuk apa?" tanya si Raven.
"Itu, karena kurasa kau teman Hisana mungkin." Padahal Ichigo sendiri tak pernah bertemu si penganti wanita itu.
"Bukan," sela si Raven cepat.
"Teman Byakuya?"
"Bukan."
"Tapi-"
"Bukan urusanmu, Sir," timpal si Raven, tatapannya bergeming. Kemudian mata amethyst itu menghujam Ichigo dengan tatapan sedingin es Antarika. "lagi pula aku tidak tertarik."
Giliran Ichigo yang wajahnya panas.
"Maaf, bukan itu maksudku," ujar Ichigo. "Aku-"
Lift berhenti dan pintunya terbuka, tepat di selasar Byakuya. Ichigo tak bisa membayangkan bagaimana jadinya bila mereka harus berhadapan dengan pintu, atau apapun yang bisa menahan kebersamaan mereka lebih lama.
Si Raven keluar mendahului Ichigo, bertemu langsung dengan sang tuan rumah, Kuchiki Byakuya. Dan dengan bersemangat, wanita itu menghampiri Byakuya dan memeluknya. Keduanya mengobrol sebentar sebelum Byakuya melihatnya.
"Ichigo!" seru Byakuya, menghampirinya, meninggalkan si Raven pada sekumpulan tamu yang lain.
Entah siapa si Raven ini, dia pasti memiliki hubungan yang sangat baik dengan Byakuya, sampai bisa membuatnya begitu percaya diri untuk memeluk Byakuya, pikir Ichigo.
"Oh, hai, Byakuya," kata Ichigo ketika Byakuya sampai di dekatnya, mengajaknya menuju balkon.
"Bagaimana pekerjaanmu di Inggris Raya, Kurosaki Ichigo?"
"Hm, baik," jawab Ichigo, matanya menatap si Raven yang sedang mengobrol dengan istri Gin yang hamil tua, Ichimaru Rangiku.
Ichigo heran sendiri, kenapa Gin dan Byakuya, sahabatnya sejak berumur 10 tahun, bisa memutuskan melepaskan kebebasan mereka demi seorang wanita yang penuntut?
"Dan bagaimana dengan perjalananmu kemari?"
"Perjalananku melelahkan." Dan apakah barusan dia melihat si Raven tersenyum pada Rangiku?
"Wah, aku tak pernah bisa membayangkan seorang Kurosaki Ichigo yang bebas bisa kelelahan juga."
Tidak, tentu saja tidak, itu yang dipikirkannya dulu, sebelum bertemu dengan si Raven. "Kupikir dulu juga begitu, sebelum bertemu si Raven."
"Si Raven? Banyak gadis dengan rambut sewarna Raven di pestaku ini Ichigo," kata Byakuya, menuntut penjelasan lebih.
"Dia wanita yang memelukmu dengan sukacita ketika sampai disini," kata Ichigo.
Byakuya mengangkat alisnya. "Setiap wanita memelukku dengan sukacita, Ichigo."
"Dan jangan sampai Hisana mendengarnya."
"Kau bahkan belum bertemu Hisana, Ichigo."
Apa matanya sudah rusak, atau kacamatanya yang perlu diganti? Ichigo melihat dua Raven berjalan kemari.
"Oh, ini dia Hisana-ku, baru saja kami membicarakanmu," kata Byakuya, menarik si Raven yang bergaun putih ke dalam pelukannya.
"Dan Ichigo, yang satu ini adalah adik iparku, Kuchiki Rukia," tambah Byakuya.
Pantas saja Rukia bilang bukan teman Byakuya maupun Hisana, ternyata dia adalah adik Hisana.
"Hai," sapa Ichigo, berusaha bersikap sopan.
"Kuchiki Rukia," kata si putri es berambut Raven sambil mengangguk kemudian langsung pergi dari hadapan ketiga orang itu.
"Oh, maafkan aku, tak biasanya dia bersikap seperti itu," kata Hisana menyesal.
Ichigo tersenyum masam. "Tak masalah, mungkin saja kesalahan memang ada di pihakku."
Si putri es berambut Raven bersikap begitu dingin padanya, dan tertawa pada semua orang kecuali dirinya. Apa sih salahnya? Pikir Ichigo, dan dia tak akan mengetahui jawabannya andai sebuah musibah tak terjadinya.
T B C
Terima kasih pada semua orang yang akan dan sudah membaca cerita ini.
Karena saya sudah berusaha, walaupun hasilnya pasti ancur, maukah anda sekalian memberikan REVIEW untuk cerita ini?
