Lolly :Huaaa! Kucingku hilang!(nangis gulung-gulung)
Ichigo :teruuus? Ada gitu yang peduli? Ga ada!
Lolly :Ada respect dikit kek! Mana aku nyadarnya pas dua hari setelah ilang lagi…
Ichigo :Dasar bodoh! Tanya coba ke Grimm! Dia kan pencinta kucing…
Rukia :Eh! Eh! Kamu mau bikin fic tentang apa nih kali ini?
Lolly :Kucing…(masih tersedu-sedu)
Ichigo :waduh! Jangan-jangan aku bakal dijadiin kucing sama dia?
Lolly :enggak! Aku ga mau jadiin kamu kucing!
Ichigo :tegaaaaaaaa!
Rukia :kamu mau jadiin kucing?
Ichigo :Enggak sih! Ya udah! Aku cuek aja!
Lolly :please read and enjoy.
Diclaimer : Tite Kubo
Magical Cat
By: Lollipop26
Pada pagi yang cerah, aku berangkat sekolah seperti biasa, oh ya! Aku lupa memperkenalkan diri, namaku Hinamori Momo… aku sedang di mobilku, bersama pak supir aku berangkat, tiba-tiba ada yang menarik perhatianku…
"Pak! Berhenti sebentar dong!" sahutku pada supirku Pak Yumichika.
"Ah! ada apa siih?" kata Yumichika heran.
"Itu! Kucing! Bagus ya?" kataku sambil membuka mobilku, dengan Yumichika dibelakangku.
"Waah! Kayanya ini kucing mahal nona! Milik siapa ya kira-kira?" kata Yumichika berbinar-binar.
"Boleh aku memilikinya? Boleh? Boleh? Boleh kan?" kataku mengeluarkan puppy eyesku.
"Bagaimana dengan tuan besar?" takut Pak Yumichika.
"Kalau ayah tahu ini bukan kucing dari jalanan gapapa kan? Yang penting tidak mengundang penyakit, makanya habis ini pertama—pertama kau ke pet shop buat memandikan kucing ini!" kataku mengangkat kucing berbulu putih salju itu dengan lembut.
"Duitnya?" pinta Yumichika.
"Haah! Ini" kataku sambil memberikan uang bertuliskan seratus ribu dari kantungku, "Kembaliannya jangan kau ambil, itu uang jajan dua minggukku!" kataku menatap pak Yumichika dengan sinis.
"Iya nonaa!" kata Yumichika mencubit pipiku.
"Ya udah! Ayo masuk, nanti aku telat lagi!" kataku sambil memasuki mobilku lagi.
"Hei! Bagaimana keadaan kucingku?" kataku girang.
"Nona! Kau beruntung! Pada saat aku mencuci kucing itu, pet shopnya bilang itu kucing bagus, kalau ga salah jenisnya persib…" kata pak Yumichika tersenyum.
"Persia kali! Kira-kira kalau dia dikasih nama Shiro gimana? Dia kan putih!" kataku bergaya seperti orang yang sedang berfikir-fikir.
"Bagus…" singkat pak Yumichika.
"Kita ke pet shop! Aku sudah bilang sama ayah! Kata ayah, ayah sudah mengirim uang ke ATM ku untuk membeli perlengkapannya!" kataku semangat.
"Sip deh boss!" kata Yumichika dengan semangat melajukan mobil.
"Hallo Yumichika! Kok kesini lagi?" kata wanita berambut bergelombang dengan ramah.
"Ini! Pemilik kucing tadi mau membeli perlengkapan kucing!" sahut pak Yumichika.
"Oh! Pasti gadis manis itu! Saya Matsumoto! Ada yang bisa saya bantu?" tanya ramah, dan tatapannya sudah menuju ke arahku.
"Aku ingin membeli tempat makannya, terus makanannya, terus bajunya, terus tempat minumannya…" kataku dengan semangat tetapi terputus.
"Nona, daripada kau capek untuk ngomong, sebaiknya kau tulis atau kau cari sendiri, kalau ada yang tidak ada baru tanyakan kepadaku!" kata Ibu Matsumoto yang sepertinya sweat drop melihatku.
"Hehe! Baiklah!" kataku sambil tertawa lugu.
Aku mengambil dan mencata apa yang kubeli agar aku bisa melihat dengan jelas apakah ada yang kurang. Pak Yumichika sepertinya kewalahan mengikutiku di pet shop yang cukup luas itu.
"Sepertinya sudah selesai!" kataku tersenyum puas melihat catatanku, dari tempat tidur, sampai pengasah kuku…
"Kenapa harus beli pengasah kuku? Nanti ditaruh dimana nona?" heran pak Yumichika.
"Umm… kamu nanti ke toko kaca deh, kamu bikin rumah yang besar buat Shiro…" kataku senang.
"Jangan! Gini aja nona, nanti saya beli kayu, nanti saya, pak Ikkaku, dan yang lainnya buatin kandang yang lucu…." Kata Yumichika yang merasa nonanya itu terlalu boros.
"Tak usah repot-repot, nanti kalau ada yang mau bunglon gimana? Kan bisa awet, lagian aku cuma beli tempat makan, tempat minum, makanannya, baju, pasir, kotak pasir, sisi, tempat tidur, pokoknya kan gitu-gitu doang!" kataku enteng.
"Itu banyaak nona! Nona harus mulai mengatur keuangan nona!" kata pak Yumichika menjelang pingsan.
"Ya udah deh! Terserah aja! Aku ini kan ceroboh!" kataku lemas.
"Aku beli semua! Tetapi jangan beli rumah kacannya!" kataku tiba-tiba cemerlang dan mengeluarkan dompetku.
"Miau!" Shiro menyambutku dengan baik, seperti sudah lama kenal denganku.
"Hei Shirooo! Aku membawakanmu banyak barang baru! Pak! Angkut saja ke kamarku kecuali makanannya!" kataku sambil mengangkat Shiro.
"Iya…" kata pak Yumichika yang tampaknya keberatan.
"Ayooo! Kita coba baju barumu!" kataku menuju kamar.
…...
"Hmmm… aku tidak bisa membedakan jenis kelaminnya! Tetapii! Anggap saja dia perempuan! Toh aku membeli bajunya semuanya perempuan!" kataku mengangkatnya tinggi-tinggi, tentunya setelah memakaikan dia baju maid untuk kucing.
Upps, tak sengaja, mungkin karena sangking imutnya aku mencium sedikit bagian kepalanya di paling atas.
"Bwe! Gapapa deh, dia kan sudah mandi tadi…" kataku terkekeh sendiri.
…Tring…
"Kyaaaaaaa!" aku teriak, karena yang tadinya aku memegang Shiro, seperti berubah wajud, menjadi manusia, lumayan imut sih, tapi tetep aja.
"Ssssh! Diamlah!" katanya menutup mulutku.
Aaah, akhirnya aku mulai tenang, dan mengangguk pelan, tapi di depanku sekarang ada laki-laki, iya! Itu Shiro? Berambut silver dan memakai baju maid?
"Aku ini laki-laki tau! Huuh!" katanya dengan pipi yang agak merona, mungkin karena baju yang dipakainya.
"K-kau siapa? Kembalikan Shiro! Dia tidak bersalah!" kataku sudah salah sangka duluan…
"Aku ini Shiroo! Ngomong-ngomong… NAMAKU BUKAN SHIRO! Aku Hisugaya Toushiro tau!" kata Hitsugaya sebal.
"Yaah! Aku kan ga tau!" kataku cuek, lama perlama aku mulai menyadari sesuatu…
"Gyaaaaa! Menyingkir dari hadapanku!" sahutku yang sadar kalau dia sedang dalam posisi, seperti orang mau menindihku.
"Maaf! Siapa suruh kau mengangkatku tinggi-tinggi!" katanya mulai berdiri.
"Aku tidak tahu kalau kau manusia…" kataku, dengan pipiyang terasa agak panas,
"Yah! aku memang yang salah, daaan! Jangan pernah menciumku seperti tadi, kalau tidak aku akan berubah lagi… kecuali kau…" katanya tersenyum.
"Aaah! Mesum! Sana! Aku lebih suka kalau kau jadi kucing!" kataku dengan wajah merona.
"Umm… satu lagi pesan untukmu! Kau harusnya beli baju untuk kucing laki-laki!" katanya lalu kembali lagi menjadi kucing.
"Ya! Selama kau jadi kucing, tak ada yang pesuli kau laki-laki atau perempuan!" kataku dengan cuek, dan tiba-tiba dia menginjakiku dengan kaki mungilnya.
"Ga mempan Shiroo!" kataku sambil menjulurkan lidahkan.
Bruak! Tiba-tiba pintu kamarku terbuka dengan kasar…
"Ada apa nona!" kata pak Yumichika panik.
"Ah! telat! Emang kok telat sih?" heranku sambil mengelus Shiro.
"Tadi aku kira ada sapi laut kesakitan, pas aku tanya ke pelayan-pelayan suara nona!" kata Yumichika terkekeh.
"Heh! Kau kira aku sapi lauut!" kataku menggembungkan pipiku.
"Maaf nona, mungkin kalau didengar dari dekat suara anda seperti Paris Hilton!" kata pak Yumichika.
"Ya sudah deh! Terima kasih ya!" kataku dengan senyum, pak Yumichika hanya membalasnya dengan senyum, lalu dengan perlahan menutup pintu kamarku.
Keesokan harinya di sekolah…
"Shirooo! Kenapa kau disini?" kataku kaget melihat pria berambut putih di depanku.
"Aku bosan di rumah! Tidak ada salahnya kan aku disini?" kata pria yang sebenarnya Hitsugaya Toushiro itu.
"Kapan kau mengikutiku? Aku rasa tadi kau diam manis di rumah…" kataku, dan perlahan dia mendekat ke kupingku.
"Aku bisa sihir nona…" bisiknya di kupingku.
"Kau pulang sana! Orang rumah akan mengkhawatirkanmu!" kataku seperti orang risih.
"Tidak akan… lagian ada satu kursi kosong disini…" katanya, dan sialnya, di disebelah tempatku.
Tiba-tiba, sahabatku Rukia mendatangiku… dia mengembangkan senyumnya…
"Heiii! Kamu siapanya Momo?" tanyanya dengan senyum jahil.
"Aku…" kata Shiro yang omongannya terputus olehku.
"Dia saudaraku!" kataku singkat.
"Dia kekasihku!" kata Shiro yang membuatku tersentak.
"Kau itu saudaraku! Masa tak ingat?" kataku menginjak kakinya.
"Kau itu kekasihku, kau lupa? Baru kemarin kita jadian!" kata Shiro yang membuatku semakin kesal.
"Jangan ngarang deh! Hehe! Dia memang pandai mengarang, baru kemarin tanteku mengantarnya, dia pindahan dari New York…" kataku tetap tidak mau mengalah.
"Sudah! Yang benar yang mana?" kata Rukia yang sepertinya bingung.
"Aku!" kataku, dan Shiro secara bersamaan.
"Sudahlah! Aku bingung!" kata Rukia meninggalkan aku.
"Kamu sih!" kataku menyenggol Shiro.
"Harusnya kamu mendengarkan aku! Pasti idak akan begini!" kata Shiro tetap cuek.
"Siapa juga yang mau jadi pacar kamu!" kataku cemberut.
"Masaaa?" katanya dengan nada menggoda, yang juga memunculkan sedikit unsur merah di pipiku.
"Benar!" kataku tergagap.
"Kau tuh pengennya jadi kucing atau manusia sih? Terus kok kamu bisa berubah wujud gitu, kamu siluman ya?" kataku meposisikan tanganku untuk menopang daguku.
"Aku ini pangeran, aku dikutuk dari negri 'Violla' menjadi kucing, kutukanku akan hilang jika ada orang yang menyukaiku dengan tulus… aku tadi berhasil kesini karena aku tadi masuk mobilmu secara diam-diam... pas aku sampai gerbang sekolah, entah mengapa atau mungkin sangking imutnya aku kali ya? Aku diangkat lalu tak sengaja dia mencium kepalaku, untuk amannya aku menggunakan sihirku untuk menghilangkan diriku, terus mereka terheran-heran deh!" katanya panjang lebar.
"Owh! Panjang banget!" kataku singkat.
"Tapi-tapi, kalau kutukanmu sudah hilang? Kau meninggalkan orang yang bisa menyukaimu itu dong?" kataku memulai pembicaraanku lagi.
"Aku tidak tahu, tapi itu sepertinya terlihat kejam, ayahku mungkin tidak memikirkan hal itu!" katanya lemas.
"Ya sudah, aku bantu deh! Oc? Semangat dong My Shirooo!" kataku mencubit pipinya.
"Terima kasih…" katanya tersenyum.
...
"Shiro! Hari ini ke pet shop yuk! Supaya kamu bisa pilih baju yang kamu mau!" kata ku senang.
"Miau!" Shiro yang sudah menjadi kucing hanya mengeong, mungkin itu berarti iya…
"Pak! Dia kabur ke sekolah, dia katanya pengen baju baru!" sahutku kepada pak Yumichika.
"He? Kok bisa? Orang di rumah dari tadi hanya tidur…" kata Pak Yumichika heran.
"Yah! mungkin hal yang bisa dilihat malahan tidak nyata!" kataku mengarang.
"Baik! Tapi jangan lama-lama ya?" sahut pak Yumichika.
"Ya! Emang ada apa sih?" heranku.
"Ada pertandingan catur nih sama pak Ikkaku... lumayan dapat traktiran…" kata pak Yumichika terkekeh.
"Ya udah! Nanti aku ikutan!" kataku berminat.
"Jangan! Kalau nona mah mungkin sudah masternya…" kata pak Yumichika yang nampaknya sudah ketakutan.
"Biarin, nanti kan aku yang di traktir!" aku terkekeh sendiri.
"Buu! Tolong carikan baju untuk lkucing laki-laki dong!" kataku kepada ibu Matsumoto.
"Oh! Yaya! Kebetulan ada barang baru!" kata Matsumoto menunjuk lorong buat baju.
"Tolong titip ya bu!" kataku memberikan Shiro.
"Sip de!" kata Matsumoto yang perlahan mengambil Shiroo.
Lalu aku pun berjalan menuju lorong itu…
"Hmmm… yang mana ya?" kataku dengan pelan.
"Gyaaaaaaa!" teriak seorang wanita yang sepertinya mba Matsumoto.
"Upps! Apa ya?" kataku agak merinding.
To Be Continued
Lolly : Maaf ya kalau ceritanya aneh… aku bikin to be continued, karena menurutku ceritanya akan agak panjang...
Ichigo :kasian banget ya…
Rukia :eh! Mumpung kamu kasian sama dia…
Ichigo :ia! Dia kaya orang depresi…
Lolly :Gapapa deh! Please enjoy, tunggu ya chap selanjutnya selanjutnya ya! Maaf kalau ada kesalahan!
