"Kota... Ayolah kita keluar..."

Pria muda bersurai coklat itu memandang sinis bungsu kesayangan ayahnya itu. "Kau lupa kalau pestanya akhir minggu ini, dan masih banyak persiapan yang harus dilakukan?"

"Tapi Kou... Kau sudah berkutat dengan kertas-kertas itu dari semalam!"

Kota tetap tidak menggubris adiknya. Dia lebih memilih kembali tenggelam dalam persiapan pesta
keluarga besar mereka. Memang semua itu bukan tugas Kota, tapi sebagai anak tertua dikeluarga, dia
merasa harus melakukan semuanya dengan baik. Ayahnya sudah sering menyuruhnya untuk tidak merepotkan dirinya sendiri dalam urusan keluarga besar mereka, tapi kota tetap bersikukuh kalau itu adalah tugasnya. Banyak orang yang menaruh harapan besar padanya. Maka dari itu, Kota tidak ingin mengecewakan mereka.

"Terserah padamu saja Kou." Tidak berhasil membuat kakaknya beranjak dari kamar, Hikaru memilih
membiarkan Kota sendiri. Sebenarnya dia sangat kesal jika Kota sudah mulai mengabaikan dirinya dengan pekerjaan. Hikaru tahu kalau semua ini Kota lakukan demi kebaikan keluarganya, demi menyenangkan orang-orang yang ingin melihat Kota sukses. Tapi apakah orang-orang itu peduli dengan apa yang terjadi dibalik layar?


"Apa yg kau lakukan?"

"Huh?" Ryosuke mendapati ayahnya tengah berdiri didepan pintu kamarnya yang terlihat seperti baru saja diterpa angin ribut.

"Kenapa kamarmu berantakan sekali?" Dengan langkah hati-hati, ayah dua anak itu menghampiri anak bungsunya yang sedang berdiri didepan cermin.

Dengan gugup Ryosuke mengaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, dia bingung harus menjawap apa.
"Anoo..."

"Kalau ibumu lihat, kau pasti akan dimarahi."

"Aku akan membereskanya kok!"

"Kapan? Saat ibu sudah pulang?" Goda ayahya.

"Aku pasti sudah membereskanya sebelum ibu tahu!"

"Kapan?"

"Nanti setelah aku pulang berkenca!" Ryosuke langsung memutup mulutnya. Melihat ayahnya tersenyum penuh kemenangan, Ryosuke merutuki dirinya sendiri karena mulutnya tidak bisa menjaga rahasianya sendiri.

"Hahahaha... Dengan si chibi itu? Bukankah dia sudah memiliki kekasih?"

"Si Hamster itu bukan kekasih Yuri..." Jawab Ryosuke setegah berbisik.

Tak tega melihat Ryosuke cemberut, Jin mengacak-acak rambut Ryosuke yg tertata rapi.

"Ayah!"

"Sana cepat pergi. Kalau ibumu tahu kau mengencani anak kliennya. Kau bisa dihukum." Jin tertawa melihat wajah anaknya yang ketakutan.


Suasana kafe riuh ramai disiang itu. Seorang pemuda berwajah manis tengah duduk sendiri dengan sebuah novel berbahasa asing. Secangkir kopi yang masih mengepul terduduk cantik dihapannya. Pemandangan yang sangat disayangkan karena pemuda itu hanya duduk sendiri. Dengan lihai, seseorang diseberangnya mencoba mengabadikan moment itu dengan kamera polaroid yang dibawanya.

Setelah puas dengan hasil jepretannya, orang itu berdiri hendak meninggalkan kafe tapi tidak sebelum dia mendatangi pemuda dengan buku ditangannya itu. Sebuah senyum manis menghiasi wajah orang itu ketika dia menyelipkan foto polaroid itu dibuku yg sedang dibaca si pemuda. Terkaget, si pemuda menengok kearah orang yang mengganggu waktu membacanya, walau yang didapati hanya punggung
lebar orang itu.