Judul : Friend or Love?

Author : Kim Jong Soo 1214

Cast : Do Kyungsoo (Kyungsoo)

Kim Jongin (Jongin)

Huang Zi Tao (Tao)

Baekhyun (Baekhyun)

Chanyeol (Cameo)

Genre : Friendship

Rate : T

Warning : Yaoi (boyxboy), Typo (s) bejibun, Alur Gaje

Disclamer : Cerita ini asli/real dari pemikiran saya. Tidak ada plagiat sama sekali walaupun jalan ceritanya pasaran. Saya hanya meminjam nama tokoh idola saya (cast EXO) untuk menulis cerita ini. Karena sesungguhnya mereka hanya milik Tuhan, orang tua, dan SM Ent.

Summary:

Inilah cobaan sebenarnya dari kata "Persahabatan". Bagaimana Kyungsoo bertahan dengan statusnya sebagai seorang 'Pembunuh'?

.

.

Dia memang tampan. Bagaimana tidak? Tubuh atletis dengan otot yang terbentuk sempurna. Tidak terlalu terlihat memang,tapi mampu membuat siapapun yang melihatnya iri. Wajah yang dipahat Tuhan dengan begitu sempurna. Kulit tan eksotis yang menambah daya tariknya. Ugghh...dari sisi mana saja kau melihatnya,kau pasti tidak akan menemukan kekurangan darinya. Sedangkan aku? Oh, ayolah. Aku tidak sesempurna dia. Yah,aku akui itu. Bagaimanapun orang menyebutku, aku memang tidak sesempurrna dia. Cukup manly untukku mengakui itu bukan?

Kalian ingin tau siapa dia? Baiklah akan aku kenalkan dia pada kalian. Ehem..dia adalah Jongin, Kim Jongin. Mahasiswa Fakultas Seni di SM University. Dia adalah sahabatku. Sahabat dekatku. Hampir setiap hari waktuku tidak pernah lepas dari sosoknya. Entah siapa yang memulai,tapi dimanapun ada aku,disitu juga ada Jongin. Kami dari Fakultas yang sama,dikelas yang sama,bahkan dibangku yang sama.

Jadi kalian bertanya kenapa aku mengenalkan sahabatku pada kalian? Itu karena aku teropsesi padanya. Tidak, ini tidak seperti yang kalian fikirkan. Aku bukan teropsesi seperti seorang fans yang mengejar-ngejar idolanya dimanapun mereka berada. Tapi opsesiku ini lebih kepada...ah entahlah. Aku sendiri juga sulit menjelaskannya. Kalau Tao-sahabat ku yang lain disini, dia pasti akan mengatakan bahwa aku menyukai Jongin. Ahh..yang benar saja. Tapi apa itu mungkin? Apa benar aku menyukai sahabatku sendiri? Ini sangat rumit untuk dijelaskan.

"Kyung" dia menggoyang-goyangkan tubuhku. Dia sedang berusaha membangunkanku dari tidur siangku. Yah,itu adalah salah satu hobby-ku saat jam kuliah kosong seperti sekarang ini. Sebenarnya aku tidak benar-benar bisa tidur. Bagaimana tidak? Chen, teman sekelasku yang berwajah kotak itu selalu saja membuat kegaduhan dengan suaranya yang cempreng.

"Hmm"satu deheman untuk menjawab panggilan Jongin. Mataku masih menutup rapat. Menekuk kepalaku jauh lebih dalam dengan lengan sebagai bantal.

"Aku lapar" nada bicaranya memang manja saat bersamaku. Tapi tidak dengan yang lain. Dia itu orang yang sangat dingin. Bahkan melebihi es dari kutub utara. Terkadang aku bingung, bagaimana bisa ada orang yang memiliki dua kepribadian berbeda dalam satu tubuh?

"Lalu?" tanyaku enteng. Masih setia menenggelamkan wajahku pada lengan yang tertekuk manis diatas bangku.

"Kau bawa bekal?" aku mengangkat wajahku. Membuka mataku yang terasa berat. Mengerjapkan kelopak mataku membiasakannya pada sinar yang menyilaukan mataku. Kulihat Jongin masih setia menunggu jawabanku. Tanpa basa basi aku mengangkat ransel yang ada dibawah laci bangkuku. Mengeluarkan sekolak bekal yang tadi pagi kumasak. Yah,setiap hari aku memang memasak sendiri mengingat aku memang tinggal sendiri. Kalian tanya dimana orang tuaku? Maka aku akan menjawab mereka terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Jangan salah,aku memiliki maid yang bisa dibilang tidak sedikit. Tapi aku tidak suka jika bekalku dimasakkan mereka.

Aku menyodorkan bekalku didepan Jongin. Jongin tersenyum senang setelah membuka isi bekal itu. Yah,hari ini aku membuat bulgogi, ayam goreng, dan ada beberapa salat sayur yang menurut Jongin sangat lezat. Kenapa aku rajin membuat bekal untuk dibawa kekampus? Itu karena aku memang sengaja. Aku tau kalau Jongin sering melupakan sarapannya. Dan dia sering mengeluh lapar saat jam mata kuliah berlangsung.

"Woah..mashita! kau yang terbaik Kyung" dia tersenyum lebar. Mengangkat jempolnya didepan wajahku. Aku tersenyum melihat reaksinya yang mungkin hanya ditunjukkan padaku. Entah mengapa mataku tidak bisa berhenti memandang senyum tampannya itu. Aku tidak tau, mengapa setiap aku menatap matanya, selalu ada desiran aneh disini. Didadaku.

"Kau suka?" tanyaku lembut. Dia menganggukkan kepalanya tanpa menoleh padaku. Dia masih terlalu sibuk dengan acara makan siangnya. Ini yang sangat aku suka dari sifat Jongin. Dia menikmati setiap masakan yang ku buat. Dan dia selalu menghabiskannya tanpa sisa.

"Kyung, kau mengenal Baekhyun?" Jongin belum mengalihkan pandangannya pada kotak bekal itu. Mengunyah ayam goreng yang baru dia masukkan kedalam mulutnya.

"Baekhyun?"

"Emm,teman satu club musikmu"

"Ahh...iya aku mengenalnya. Ada apa?"

"Aku juga mengenalnya" Jongin tersenyum lebar

"Bagaimana bisa? Bukankah dia dari Fakultas sastra? Dan setahuku kau tidak mengikuti club musik?" tanyaku penasaran. Dan kalau boleh jujur, aku mulai tertarik dengan arah pembicaraan ini. Bagaimana tidak? Jongin itu orang yang sangat dingin. Dan dia jarang bersosialisasi kecuali denganku dan Tao.

"Aku mengajaknya berkenalan" jawabnya enteng

Deg

Deg

Oh Tuhan apa ini? kenapa ada desiran aneh didadaku? Kenapa rasanya berbeda?

"B-benarkah?" tanyaku memastikan. Jongin hanya menganggukkan kepalanya. Kulihat kotak bekalnya sudah habis. Dia menutupnya kembali dan menyerahkan padaku.

"Hari ini aku tidak bisa pulang bersamamu dan si Panda. Aku harus mengantarkan Baekhyun"

"K-kau mengantarnya?" kenapa aku terbata? Kenapa?

"Emm" dia tersenyum lembut. "Aku pergi dulu ne?" Jongin mulai melangkahkan kakinya meninggalkanku sendiri. Yah,sendiri. Karena jam kuliahku telah berakhir beberapa menit yang lalu. Dan teman-teman sekelasku juga sudah tidak ada ditempatnya lagi. Hanya tinggal aku yang menatap punggung Jongin dari sini. Dari tempat dudukku. Apa ini? bahkan aku tidak bisa menggerakkan tubuhku setelah obrolan singkat yang sukses membuat jantungku seakan ingin melompat dari tempatnya. Sungguh, ini bukan Jongin yang aku kenal. Sejak kapan Jongin berubah seperti itu? Mengeluarkan banyak senyum yang ternyata bukan hanya untukku.

"Kyung, kau melamun? Dan ada apa dengan bocah hitam itu? kenapa dia senyum-senyum sendiri? Tidak biasanya" entah sejak kapan Tao berdiri didepan bangkuku. Aku masih terdiam menatap kotak bekal yang telah kosong. Entahlah, aku merasa ini bukan awal yang baik.

"Ya! Ada apa denganmu? Apa kau sakit?" Tao memegang keningku,memeriksa apakah aku baik-baik saja. Mungkin dia khawatir padaku. Tentu saja, sejak Tao didepanku, aku sama sekali tidak merespon pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari bibir Tao. Aku terlalu sibuk dengan pikiranku sendiri. Pikiran tentang perubahan Jongin.

.

.

.

Seminggu sejak Jongin mengenal Baekhyun. Aku merasakan Jongin mulai berubah. Entahlah, aku hanya merasa Jongin tidak seperti Jongin yang aku kenal. Aku akui, aku senang melihatnya tersenyum. Setiap hari dan pada siapapun. Aku rasa efek yang diberikan Baekhyun begitu dahsyat. Jongin yang terkenal dingin sekarang sudah mulai menghangat. Arghh...tetapi ada satu ruang dihatiku yang mengatakan rasa ketidak sukaanku. Bukannya aku tidak suka Jongin bahagia, hanya saja rasanya aneh jika melihat Jongin bahagia bukan karenaku. Tapi karena orang lain.

"Kyung,aku lihat sekarang Jongin mulai aneh" Tao, namja bermata Panda yang sudah menjadi sahabatku sejak kecil ini membuka percakapan. Sekarang aku dan Tao sedang ada dirumahku. Ini adalah kebiasaan kami diakhir pekan. Berkumpul disalah satu rumah kami untuk sekedar bermain. Bedanya sekarang tanpa Jongin.

"Aneh bagaimana Tao?" tanyaku sok cuek.

"Aku merasa sekarang bocah hitam itu semakin...mengerikan!" katanya sambil menatap horor kearahku. Aku yang tidak mengerti langsung menaikkan satu alisku.

"Mengerikan bagaimana? Bukankah sekarang auranya jadi tidak segelap dulu?" belaku

"Justru itu, Kyung" Tao menjeda perkataannya dan duduk mendekat padaku. Mata pandanya menatapku "Aku merasa Kkamjong sangat berbeda. Bayangkan saja, dulu dia adalah pangeran es dikampus yang bahkan untuk tersenyum saja sangat sulit. Dan sekarang dia tersenyum kepada siapapun yang ditemuinya. Apa kau tidak merasa kalau Kkamjong seperti orang gila?"

PLAK!

"Aww! Yak! Kenapa kau memukul kepalaku?" Tao mengelus kepalanya yang baru saja kuberi 'hadiah' sambil memonyongkan bibirnya.

"Seharusnya kau merasa senang dengan perubahan Jongin. Dia jadi bisa bersosialisasi sekarang. Lagipula bukankah itu baik untuknya?"

Yah sebenarnya ucapan Tao ada benarnya juga. Jongin menjadi sedikit mengerikan sekarang. Dia akan terus tersenyum sepanjang hari. Bahkan saat mata kuliah berlangsung dia tidak pernah berhenti menyunggingkan senyumnya. Terkadang aku berfikir apa Baekhyun begitu merubah Jongin? Tapi ada satu hal yang membuat ku dan Tao merasa Jongin bukan sahabat kami seperti dulu, Jongin sudah tidak pernah pulang bersama kami lagi, tidak pernah kekantin bersama kami lagi, tidak pernah bercanda bersama kami lagi, dan sudah tidak pernah memakan bekal yang kubawa lagi.

.

.

.

Saat ini aku dan Tao sedang berada didalam kelas. Mata kuliah masih akan berlangsung satu jam lagi tapi aku dan Tao memutuskan untuk datang lebih awal dan menikmati suasana hening diruang kelas ini. Itu juga salah satu kebiasaanku yang lain.

Kulihat Jongin memasuki ruang kelas dengan senyum mengembang diwajahnya. Entah apa yang selalu membuatnya seperti itu. Yang ku tau pasti adalah ini semua karena Baekhyun. Namja manis teman satu club musik ku.

Jongin mulai mendudukaan dirinya disebelah ku. Senyum tetap mengembang dibibirnya. Aku dan Tao saling pandang. Sedikit merasa terganggu dengan kebiasaan barunya ini. Bagaimana tidak, kelas masih sepi dan sedang tidak ada hal lucu disini. Bagaimana bisa Jongin terus tersenyum dan melupakan fakta bahwa aku dan Tao sedang memandangnya horor.

"Yak! Kkamjong. Kurasa kau memang harus segera memeriksakan otakmu?" Tao mulai jengah dengan sikap Jongin yang bahkan tidak menganggap aku dan Tao ada didekatnya sekarang.

"Apa maksudmu?" seketika senyum yang memancar sedari tadi meredup setelah perkataan Tao selesai diutarakan.

"Kau tidak sadar apa yang kau lakukan? Kau selalu tersenyum-senyum tanpa sebab, bodoh!"

"Aku tersenyum bukan tanpa sebab. Aku sedang merasa senang. Apa masalahmu?!" Jongin sedikit meninggikan volume suaranya.

"Jongin, aku tau kau sedang merasa senang sekarang. Tapi bisakah kau tidak selalu tersenyum seperti itu? kau terlihat sedikit mengerikan" kataku mencoba menjelaskan.

"Kalian tidak suka melihatku senang?!" kulihat aura hitam kembali menyelimuti diri Jongin. Entahlah, setiap kali aku dan Tao berbicara padanya, aura itu selalu saja muncul. Apakah dia lupa kita ini siapa? Apakah dia melupakan fakta bahwa aku dan Tao adalah sahabatnya?

"Bukan begitu maksudku. Aku senang melihatmu bahagia. Hanya saja, apakah kau tidak melihat semua orang memandangmu aneh sekarang?" aku mencoba memberi pengertian pada Jongin. Yah...ku rasa aku memang harus mengatakannya. Sudah banyak mahasiswa disini yang menilai Jongin mulai gila karena sikapnya yang mendadak aneh. Oh ayolah,kalian ingat kan kalau dulunya Jongin adalah seorang yang sangat dingin dan kaku? Pasti akan ada banyak pihak yang menanyakan tentang perubahan Jongin yang sangat mendadak itu. Dan pertanyaan itu selalu muncul pada ku dan Tao yang notabene adalah sahabat Jongin. Bukannya kami risih dengan pertanyaan itu, hanya saja aku dan Tao merasa bahwa kita harus melindungi Jongin dari pikiran-pikiran aneh orang-orang itu. Apalagi sekarang banyak yeoja yang semakin merapat padanya.

"Kenapa harus menanggapi mereka? Kau lebih memilih membela mereka daripada aku?!" Jongin mulai tersulut emosi. Entah apa yang terjadi padanya, tapi setahuku Jongin tidak pernah berkata sedingin ini padaku walaupun sifatnya memang dingin. Tapi Jongin sama sekali tidak pernah bersikap seperti ini sebelumnya padaku dan Tao.

"Kau itu aneh, Jongin!" kali ini Tao yang mulai meninggikan volume suaranya. Membuat Jongin semakin memandang dingin kearah Tao.

"Aneh? Kalian yang aneh"

"Jongin! ada apa denganmu? Kau jauh berubah. Kalau aku boleh jujur,aku lebih suka sifatmu yang dulu dari pada sifat gilamu yang sekarang! Apa ini karena Baekkiemu itu?!" Tao berdiri didepan Jongin. akupun kaget dengan reaksi Tao yang menurutku sedikit berlebihan. Yah, aku tau bagaimana perasaan Tao. Melihat Jongin seperti ini membuat aku dan Tao seperti kehilangan sosok Jongin sebagai sahabat.

"Jangan membawa-bawa nama Baekhyun dengan masalah kita!"

"Oh, jadi kau sadar juga kalau kita sedang bermasalah sekarang?" tanya Tao sinis. Jongin terdiam. Entahlah, dia diam karena tidak bisa menjawab pertanyaan Tao atau terdiam karena sedang menahan emosinya. Aku yang melihat adegan yang mulai memanas tanpa pikir panjang menenangkan mereka. Memegang tangan Tao agar dia mau kembali duduk dibangkunya.

"Sudahlah, ini hanya masalah kecil Tao. Dan Jongin, kenapa kau jadi sensitif begini? Eoh?"

"Tanyakan saja pada Panda itu!" Jongin berkata ketus. Huft...sebenarnya aku juga sedikit gemas dengan sikapnya. Sungguh ini bukan Jongin yang aku kenal.

"Jadi kau menyalahkanku?! Kau sadar tidak, sikapmu berubah padaku dan Kyungsoo. Kau sudah tidak pernah lagi bermain dengan kita. Bahkan kau sudah tidak pernah lagi datang kerumahku atau kerumah Kyungsoo! Kau berubah sejak mengenal Baekhyun!" Tao kembali berdiri dari duduknya. Mengepalkan kedua tangannya. Aku tau Tao sedang benar-benar kesal sekarang.

"Kau tidak tau apa-apa Panda!" Jongin juga mulai berdiri dari duduknya. Sungguh, ini hanya masalah kecil. Kenapa jadi seperti ini?

"Sudahlah, kalian ini apa-apaan? Eoh? Ini dikampus. Jangan membuat keributan" aku mencoba menengahi mereka lagi. Aku menarik tangan Tao dan tangan Jongin agar mereka mau duduk dibangku mereka lagi.

"Kalian belum sarapan kan? Hari ini aku memasak makanan kesukaan kalian. Kita makan sama-sama, ne?" kataku sambil mengeluarkan kotak bekal yang selalu aku bawa. Aku mencoba tersenyum riang sambil menyodorkan kotak bekal itu kedepan wajah Tao dan Jongin bergantian. Tapi sungguh aku tidak akan pernah melupakan ini, untuk pertama kalinya Jongin melempar kotak bekalku kelantai. Membuat isi bekal itu berserakan tak berbentuk. Aku mendelik melihat bagaimana tangan besar Jongin menampik tanganku. Dan Tao melebarkan mata Pandanya karena terlalu shock dengan kejadian yang baru saja terjadi.

Masih dalam suasana tegang, Jongin membawa kembali tas nya dan mulai berjalan keluar kelas meninggalkan aku dan Tao yang masih menatap tak percaya pada bekal yang tergeletak tak berbentuk dibawah sana. Tanpa kusadari cairan bening menetes dipipiku. Rasa ini sungguh aneh. Kenapa rasanya sangat sakit? Kenapa aku ingin menangis?

"Kau lihat kan Kyung? Jongin berubah sekarang. Aku benci dia" Tao mendesis. Aku masih belum mengalihakan pandanganku pada kotak bekal itu. menahan isakan yang memaksa ingin keluar dari bibirku. Ini adalah hal yang paling menyakitiku. Jongin yang selalu tersenyum lebar saat melihat kotak bekalku, Jongin yang selalu bersemangat memakan bekal buatanku, Jongin yang selalu menghabiskan bekalku tanpa sisa, sekarang tanpa hati melemparkan kotak bekal itu kelantai. Apa Jongin sudah tidak menganggapnya sahabat lagi?

"Kyung. Gwencana?" Tao menyadarkan lamunanku. Aku segera mengusap air mata yang membasahi pipiku. Tanpa menjawab pertanyaan Tao, aku mengambil kotak bekalku dan berjalan meninggalkan Tao.

"Kyung, miane. Aku membuat keadaan semakin buruk" lirih Tao yang sejujurnya masih bisa kudengar.

'

'

'

Sudah seminggu sejak kejadian itu. Jongin semakin menjauhiku dan Tao. Bahkan sekarang Jongin tidak mau lagi duduk disebelahku. Dia lebih memilih duduk dipojok belakang kelas sendirian. Entah ada apa dengannya, sekarang Jongin lebih banyak diam dan tidak lagi tersenyum-senyum seperti seminggu yang lalu. Apa mungkin Baekhyun menjauhinya? Ah, aku rasa tidak. Buktinya setiap kali jam istirahat Jongin masih tetap menempel pada Baekhyun saat dikantin dan mereka masih mesra seperti biasa. Seperti saat ini. dan aku melihatnya secara langsung. Ugghh...mengatakan kata "mesra" untuk mereka berdua rasanya ada yang aneh padaku.

"Kyung, aku rasa Jongin benar-benar sudah tidak mau lagi berteman dengan kita" Tao membuyarkan lamunanku. Arah pandang Tao begitu sinis menatap Jongin dan Baekhyun yang berada diseberang bangku kantin.

"Menurutmu begitu?"

"Kau lihat kan? Bahkan sekarang dia seperti sengaja menjauhi kita. Dia tidak mau lagi duduk bersamamu" kata Tao yang sukses membuatku terperangah. Ahh...aku juga tau hal itu, tapi saat kalimat itu diucapkan oleh Tao entahlah, rasa aneh itu lagi-lagi menyerangku.

"Aku tau" jawabku sekenanya

"Kyung, berhentilah menyembunyikan ini. Aku tidak tega melihatmu terus membohongi dirimu sendiri"

"M-maksudmu apa Tao-ah"

"Aku tau kau menyukai Jongin. Dan sekarang Jongin bersikap dingin padamu. Itu sama sekali bukan sifat Jongin. Berhentilah berharap padanya. Aku tidak suka kau menyukai penghianat seperti dia" kata Tao yang menurutku terlalu blak-blakan itu.

"Aku tidak bisa Tao-ah" jawabku sambil menundukkan wajahku.

"Kau harus bisa, Kyung. Jongin sudah memilih Baekhyun dan kau harus merelakannya. Bukannya malah menangisi namja pabo itu setiap malam. Pikirkan juga kesehatanmu"

Yah, aku rasa Tao benar. Hampir setiap malam sejak kejadian itu, aku selalu menangis sendirian dikamar. Aku juga tidak tau apa yang aku tangisi. Apakah aku menangisi perlakuan Jongin yang kasar padaku? Atau aku menangisi Jongin yang mulai menjauhiku? Atau aku menangisi Jongin yang lebih memilih Baekhyun daripada aku yang selama ini ada untuknya? Entahlah, aku sendiri juga bingung.

Tapi aku tidak boleh menyerah. Mungkin Jongin hanya bosan terhadap persahabatan kami. Aku tidak mungkin melepaskan sahabatku sendiri dan meninggalkannya setelah bertahun-tahun kami berteman.

"Tidak Tao, aku akan terus berusaha" jawabku mantab dengan menyunggingkan sedikit senyum.

.

.

.

"Jongin!" panggilku pada namja berkulit tan seksi itu. kulihat dia menoleh sesaat. Setelahnya memalingkan lagi wajahnya kearah lain. Aku berlari mendekati Jongin yang masih berdiri dilorong kampus.

"Apa kau ada waktu?" tanyaku setelah berdiri didepan nya.

"Ada perlu apa? Aku sibuk"

Deg

Kalimat itu begitu dingin ditelingaku. Ini adalah percakapanku yang pertama dengan Jongin setelah seminggu yang lalu. Dan sekarang nada bicaranya sangat berbeda dari biasanya dulu menyapa telingaku. Tapi aku tidak boleh menyerah. Mungkin mood Jongin sedang tidak baik sekarang.

"Ada yang ingin aku bicarakan padamu"

Jongin tidak menjawab. Pandangannya begitu dingin padaku. Entahlah, apa yang sedang ada dipikirannya. Yang aku tau, sekarang aku merasa takut dengan tatapannya yang begitu menusuk.

"Bicara apa?" tanyanya dingin

"Ikutlah, aku akan mengatakannya. Tapi bukan disini" jawabku sambil berjalan menjauhi Jongin. awalnya aku ragu Jongin akan mengikutiku atau tidak, tapi setelah ekor mataku melirik, aku melihat Jongin mengikutiku dari belakang. Dan tanpa aku sadari senyum riang menghiasi bibirku.

TBC

Kyaaaa! Author gaje balik lagi bawa fic abal. Padahal yang Broken aja belum dipublish lagi, tapi udah ditulis kok *Plak

Gak tau ini epep pengennya dibikin Twoshoot, tapi mungkin akan jadi Threeshot (?). Soalnya jujur aja, bikin ini epep gegara lagi ngelamun, tau nya dapet kalimat yang muter-muter dikepala. Dan jadilah satu karya abal saya lagi :D

Revie dalam bentuk kritik maupun saran sangat saya hargai, asalkan jangan bash ya. Gomawooo