Author: Saya buat fic baru lagi… XD
Len: Banyak tugas woi!
Author: Nyantai aja… Lagi proses kok tugas-tugasnya.
Rin: Tokoh kali ini siapa?
Author: VanaN'Ice kesukaan Author ini…. :3
Kaito: Kita tampil?
Author: Yup. Kali ini cerita zaman Edo di jepang. Jadi, kalian jadi samurai gitu 'deh…
Len: Oke, kita langsung mulai aja ya!
Declamair:
Vocaloid bukan punya saya! Saya hanya punya fic ini.
Summary:
Len, Kaito dan Gakupo adalah seorang samurai pengembara yang hidup di zaman Edo. Mereka biasanya mendapat uang dari pekerjaan membunuh. Hingga mereka diutus untuk memasuki istana karena di panggil Kaisar. Apa yang mereka lakukan selama di istana? Untuk apa Kaisar memanggil mereka?
Warn:
Saya gak niru siapapun, fic ini murni ide saya yang lagi gila Basara Sengoku. Typo, gaje, dan lain sebagainya.
Story of Samurai and Princess by VanaN'Ice
Normal P.O.V
Di tengah kota jepang yang penuh sesak, terlihat beberapa penduduk yang berlalu lalang sambil menarik gerobak berisi sayuran untuk dijual. Ada yang hanya berkeliling kota. Ada juga yang berlari di jalan kota itu.
Diantara banyaknya warga kota, terlihat tiga orang pemuda yang berjalan sejajar. Seorang pria berambut biru laut yang berjalan di sisi kanan, seorang pemuda yang berambut pirang di tengah dan seorang pemuda paling tinggi berambut ungu panjang di sisi kiri.
Mereka menelusuri jalan dengan santai. Mereka ingin segera tiba di 'markas' mereka. 'Markas' yang merupakan sebuah rumah kosong tak berpenghuni yang disulap menjadi sebuah rumah dengan onsen yang besar di belakang rumah. Hebat? Tentu, karena mereka adalah tiga samurai paling terkenal di kota itu.
Terkenal karena keahlian mereka dalam berpedang dan membunuh. Mungkin tak pernah ada mangsa yang lepas dari mereka. Ya, tak pernah ada yang lepas. Semua target mereka pasti akan mati di tangan mereka.
Kemudian ketiga pria itu memasuki sebuah rumah yang cukup sederhana dan menutup pintu itu rapat. Si pria biru langsung duduk di sofa yang berada di ruangan itu. Si pemuda kuning hanya tiduran di lantai kayu sambil menghela nafas berat. Terakhir, si pemuda ungu yang membuka lemari minuman dan meneguk habis minuman yang ada di gelas yang dipegangnya.
"Aku lelah…" keluh si pemuda kuning, Len Kagamine.
"Kau pikir aku tidak, hah?" tambah si pemuda biru kesal, Kaito Shion.
"Kalian hanya menghabisi 20 orang saja sudah lelah? Aku menghabisi 30 orang! Harusnya aku yang mengeluh!" tambah si pemuda ungu, Gakupo.
"Berendam yuk… Kayaknya enak 'nih…" kata Len sambari menatap langit-langit rumah yang terbuat dari kayu.
"Kau saja, aku mau santai dulu," balas Kaito datar.
"Aku juga mau istirahat dulu," timpal Gakupo yang duduk menyandar pada dinding kayu.
Len pun segera bangkit dan berjalan menuju pintu belakang rumah yang terhubung dengan onsen pribadi milik mereka. Sementara, Kaito dan Gakupo hanya duduk sambil menghela nafas berat berkali-kali. Dan suasana di dalam rumah menjadi sangat sunyi. Sunyi. Sangat sunyi…
KRIIING KRIIIING
Bel rumah mereka berbunyi, menandakan ada orang di luar rumah yang memanggil sang pemilik rumah itu. Dengan malas Kaito bangkit dari duduknya dan membuka pintu dengan malas. Di balik pintu kertas itu terlihat seorang pria paruh baya yang mengenakan seragam hitam putih yang biasanya dipakai oleh staff istana. Kaito hanya mengangkat sebelah alisnya saat melihat orang itu.
"Ada surat dari Kaisar untuk kalian."
"Surat apa?"
"Saya tak tahu."
Kaito hanya mengerutkan keningnya dan segera mengambil surat yang disodorkan oleh orang itu. Setelah orang itu pamit, Kaito menutup pintu rumah mereka dan masuk ke dalam rumah menghampiri Gakupo.
"Siapa?" tanya Gakupo. Kaito hanya diam dan mulai membuka amplop putih dari surat tersebut.
Gakupo yang penasaran pun segera berdiri dan duduk di sebelah Kaito. Mereka mulai membaca isi surat itu. Kira-kira isi surat itu seperti ini:
Kepada VanaN'Ice samurai. Dengan hormat, saya mengundang kalian ke istana saya. Saya ingin meminta sesuatu pada kalian. Jika berkenan, kalian dapat datang jam 7 besok malam. Saya akan segera menyambut kedatangan kalian.
Kaisar Mikuo
Kaito dan Gakupo hanya diam setelah membaca surat tersebut. Terkesan formal. Padahal yang mengirimnya adalah Kaisar yang memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan dengan mereka.
SREK
Pintu belakang rumah terbuka, terlihat Len yang sedang menggunakan atasan kimono kuning yang lengannya digulung hingga bahu dan sebuah celana selutut berwarna senada. Dan sebuah handuk kecil yang digunakannya untuk mengeringkan rambutnya.
Len yang melihat Gakupo dan Kaito yang sibuk melihat secarik kertas, dengan segera ia menarik kertas tersebut dari tangan Kaito dan membacanya.
Terlihat sebuah senyum lebar dari wajah Len setelah ia membaca surat itu. Impian Len adalah dapat memasuki istana dan bertemu putri bungsu dari sang Kaisar yang dulu ditaksir oleh Len. Meskipun sangat tak mungkin dirinya disandingkan dengan sang putri bungsu yang cantik itu.
"Kita akan berangkat 'kan?" tanya Len dengan semangat. Gakupo dan Kaito hanya bertukar pandang sebentar, sebelum akhirnya mereka mengangguk bersamaan.
"YAAAAYY! I'm coming my Princess!" pekik Len sambil mengangkat tinggi-tinggi kedua tangannya.
Gakupo dan Kaito hanya menghela nafas pelan melihat semangat Len itu. Len sudah seperti adik mereka, karena Len memang yang paling muda diantara mereka bertiga.
Malamnya, mereka tidur di kamar mereka masing-masing dengan nyenyak karena besok malam mereka harus menemui Kaisar yang memimpin negeri mereka itu.
Samurai to Hime
Pagi yang cerah di negeri Sakura. Membangunkan beberapa penduduk karena sinar dari sang mentari. Hal itu pun berlaku bagi tiga tokoh utama kita yang sedang terbaring dengan tak elitnya di atas tempat tidur masing-masing. Mau tahu posisi tidur mereka? Mari kita lihat dengan seksama.
Len tidur di kasurnya yang berseprai kuning cerah. Dengan posisi kepala di bawah kasur dan kaki di atas kasur. Bisa di bilang 'nungging', karena bagian perut dan dada Len terekspose karena posisinya itu membuat pakaian tidurnya turun menutupi wajahnya yang berantakan.
Kedua, Gakupo yang tidur di kasur berseprai ungu dengan motif terong. Kekanak-kanakkan? Memang. Posisinya nungging di atas tempat tidurnya dengan mulut terbuka dan kaki kiri yang terangkat ke atas. Sungguh posisi yang jauh dari kata elit.
Ketiga, Kaito yang tidur dengan nyaman di atas kasur berseprai biru laut itu. Warna yang menyejukkan. Kali ini, Kaito tidur dengan posisi yang cukup elit. Karena tak seperti kedua temannya. Ia tidur di balik selimut dengan nyamannya.
Sungguh pemandangan yang langka. Len yang masih dalam posisinya itu menggeliat pelan hingga tubuhnya terjungkil balik ke belakang. Dan-
"WADAAAWWW!~~"
-pekikkan Len pun terdengar nyaring di pagi yang cerah itu.
Gakupo hanya bergumam tak jelas setelah mendengar teriakan Len. Sementara, Kaito hanya menarik selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya.
Len langgung terduduk dan mengusap kepalanya yang terkena lantai kayu itu. Rasanya 'nyut-nyut' gimana gitu…
"Ukh… Sakit…" rintih Len sembari mengusap kepalanya. Siapa suruh tidur sambil nungging?
Len yang telah pulih dari rasa sakitnya pun segera memandangi kedua temannya yang masih tertidur lelap. Sebuah seringai jahil langsung terpampang di wajahnya yang SHOTA itu.
Len segera berjalan perlahan menuju kasur Gakupo. Terlihat Gakupo yang masih tidur nyenyak dengan posisinya itu sambil mengeluarkan cairan bening dari mulutnya yang terbuka lebar itu. Satu kata, JOROK.
Seringai Len bertambah lebar. Len segera mengambil teko kaca berisi air dengan beberapa bongkah es batu yang tersedia di meja. Len segera menarik bagian bawah baju tidur Gakupo, sehingga terlihat punggung Gakupo.
Len menuangkan air es tersebut secara perlahan di punggung Gakupo. Awalnya, Gakupo hanya bergumam tak jelas. Hingga-
"DIIIIINGIIIIIIINNNN!~~"
-Gakupo memekik sangat keras.
Kaito yang mendengarnya langsung menyibakkan selimutnya dan duduk di atas kasurnya dengan wajah kesal, plus empat sudut siku di keningnya.
"BWAHAHAHAHAHA~~~~"
Len hanya bisa tertawa dengan sangat kencang, sambil berguling-guling di lantai kayu, kedua tangannya memegang perutnya. Yah… Jika diperhatikan, ekspresi Gakupo saat berteriak mirip wanita. Kenapa? Karena rambut Gakupo diurai saat tidur. Berbeda dengan len yang tidak melepas ponytailnya saat tidur.
Kaito hanya meninggalkan kedua rekannya ke dapur. Ia ingin mendinginkan pikirannya agar ia tak menghajar kedua rekannya yang ribut di pagi hari itu.
Kaito pun mengambil segelas jus dan meminumnya dalam sekali teguk. Tapi-
"BWAAAA~~"
BRUUUUUUUUUUUUUSH
"GYAHAHAHAHAHAHA~~~~"
Ingin tahu apa yang terjadi? Yang terjadi adalah, Gakupo dan Len mengagetkan Kaito dari belakang hingga jus yang diminumnya disemburkan seluruhnya. Len dan Gakupo hanya tertawa dengan puas tanpa dosa. Tanpa menyadari aura gelap di sekitar Kaito.
"Kalian…"
"HAHAHAHAHA~~"
Len dan Gakupo terus tertawa tanpa mempedulikan wajah Kaito yang kusut bagai benang(?) itu. Sungguh tak peka kedua sahabat Kaito itu.
"…cari mati 'ya…?"
"HAHAHAHA-Hah?!"
Len dan Gakupo menghentikan tawa mereka setelah mendengar kalimat dari Kaito. Keduanya menatap Kaito dengan pandangan bertanya-tanya.
"Ku bantai kalian…"
"HIIIII~~~ YANDERE KAITO!"
Len dan Gakupo pun segera berlari mengitari rumah mereka, diikuti Kaito yang berlari di belakang mereka dengan pedang di tangan kanannya yang siap menebas kedua rekannya yang kelewatan itu.
BRUGH PLANG CRANG PRAK BUGH
"AKH… AMPUN KAITO!"
"AKU NYERAH! AKU KALAH! UWAAAAAAAAAA~~"
Ingin tahu yang terjadi? Perang dunia ketiga baru dimulai. Dengan Kaito yang membantai Len dan Gakupo hingga tepar di tempat dengan memar dan bonyok. Padahal, Kaito hanya menyerang mereka dnegan punggung pedang an gagang pedang saja. Luar biasa…
"Tak akan kuampuni…."
"KYAAAAAAAAAAAAA~~~~~~"
Oke, karena adegan ini terlalu sadis, sebaiknya kita skip langsung ke acara malam itu ya!
SKIP
Kaito dan kedua temannya sekarang berada di depan istana sang Kaisar. Sunggu istana yang mewah dan besar.
Kaito hanya berdiri dengan tampang datar. Ia mengenakan kimono biru langit dengan hiasan ombak laut di sudut kimono yang dikenakannya. Ia juga mengenakan celana panjang dan sepatu boot hitam di balik kimononya itu. Sementara, bagian dadanya terbuka. Keren? Sangat.
Berbeda dengan Kaito, Len memandang istana tersebut dengan mata berbinar-binar. Ia mengenakan kimono kuning dengan kedua sisi lengan yang digulung hingga pundaknya. Ia hanya menggunakan kimono sebagai atasan, bawahannya adalah celana pendek berwarna senada. Dan sandal jepit sebagai alas kaki.
Mungkin, Gakupo adalah yang paling GAK waras diantara semuanya. Ia hanya memandang istana dengan pandangan cengo seperti orang bodoh. Ia mengenakan kimono ungu panjang dengan katana yang tergantung di pinggang kirinya. Jujur, wajahnya bikin kesel.
KRIIIIIEEET
Pintu gerbang istana terbuka perlahan. Memperlihatkan tampilan istana yang sangat megah dan indah yang dihiasi oleh pohon sakura yang baru mekar. Wajah Kaito masih datar, mata Len makin berbinar dan Gakupo semakin cengo dengan wajah blo'on.
Sekarang, mereka sudah berada di dalam istana yang bernuansa Jepang. Tentu, karena mereka tinggal di Jepang sekarang.
Mereka bertiga memasuki wilayah istana yang rata-rata berwarna kuning dan tosca itu. Yah… Mungin image Kaisar dan istrinya, Mikuo dan Neru.
Mereka terus berjalan semakin jauh ke dalam istana hingga mereka berhenti di suatu ruangan megah yang lebih mirip ruangan dansa. Ruangan megah yang terdapat beberapa lampu sorot dan lima orang yang berdiri di tengah ruangan. Kaito menyipitkan matanya untuk menangkap siapa sosok yang berdiri di tengah ruangan itu.
Seorang pria berambut tosca pendek dengan pakaian zirah dan seorang gadis berambut pirang panjang kuncir samping yang berpakaian kimono kuning berdiri berdampingan. Di belakang mereka ada tiga gadis yang berparas cantik.
'Rambut kuning pendek dengan pita besar, mungkin lebih cocok dengan Len. Gadis rambut pink sepunggung, wajahnya tegas, akan cocok untuk menghajar Gakupo yang tablo(Tampang blo'on). Dan Gadis berambut tosca kuncir dua panjang. Manis, tapi gak susah apa ngerawat rambut sepanjang itu?' batin Kaito.
"Selamat datang VanaN'Ice," sambut sang Kaisar dengan sopannya.
Len P.O.V
"Selamat datang VanaN'Ice," sambut sang Kaisar yang berambut hijau daun bawang itu. Aku lupa namanya dan aku malas mengingat namanya.
Karena aku malas mendengar ocahan Kaisar daun bawang itu, aku memutuskan untuk melihat wajah ketiga gadis yang berdiri di belakang sang Kaisar.
Gadis rambut tosca? Bukan dia yang kuincar, toh, dia lebih cocok dengan Kaito. Gadis rambut 'gulali'? Tidak, wajahnya terlalu serius dan terlihat dewasa, bisa dibilang pacaran sama tante-tante kalau jalan sama gadis itu. Gadis rambut pirang? Ini dia yang ku incar. Tapi, dia 'kok ngeliatnya ke Kaito 'sih? Aku kan iri!
"Intinya, saya mengundang kalian ke sini untuk dituangankan dengan ketiga Putri saya. Itu pun jika kalian mau."
"MAU!" Aku mendengar Gakupo yang berteriak paling keras. Atau, hanya dia yang menjawab?
"Nafsu banget."
"Mau banget 'ya?"
"Hentai…"
Kira-kira begitulah komentar para Putri sang Kaisar. Pasti nusuk banget.
"Baiklah, kalian kuijinkan. Tapi,-"
TBC
A/N: Cukup sampai di sini dulu! Saya mau belajar, saya lagi ujian 'sih =3= Doakan saya lulus dan agar saya bisa cepat menyelesaikan semua fic saya yang numpuk itu. Mohon maaf kalau ada typo. Semoga fic kali ini diterima readers. Review please!
