Disclaimer : Baru kali ini nulis disclaimer, banyak pihak yang terlibat soalnya. High School Musical © Disney Channel Original Movie; Harry Potter © J.K Rowling; Dan semua lagu/lirik lagu yang dimuat disini adalah © artis yang menyanyikannya/menciptakannya. Dan untuk sang juri American Idol, Pak Simon Cowell, kami tidak bermaksud menjelek-jelekkan anda. Bener, deh .. ini cuma fanfiction.

x——————————x

Hogwarts School Musical

By : Remus Black

Song selected by : Sirius Lupin

Bab 1 : Sebuah Ajakan

Remus Lupin adalah salah satu dari sedikit penyihir yang berbakat dalam menyanyi. Misalnya Ia disandangkan dengan The Weird Sisters, Remus jelas jauh lebih unggul, kemampuannya bisa disamakan dengan Josh Groban atau Stevie Wonder. Kalaupun Remus ikut American Idol, dijamin Simon-Cowell-sang-juri-galak akan bertekuk lutut bahkan saat Ia hanya melantunkan nada Do.

Tahun ini Remus akan memulai tahun ke-7 di Hogwarts dan Ia akan menghadapi semacam ujian akhir bernama NEWT.

Anak-anak kelas 7 akhirnya mau tak mau akan berhadapan dengan apa yang mereka resahkan selama ini. Menyadari ada banyaknya atmosfer kecemasan yang terdapat pada setiap murid kelas 7, kepala Sekolah Hogwarts, Albus Dumbledore, mengadakan semacam Drama Musikal dengan maksud untuk sekedar mengendurkan urat syaraf yang tegang akibat ujian.

Dengan guru pembimbing Profesor Dolores Umbridge, klub drama Hogwarts menjadi sangat populer di asrama Slytherin. Hampir semua anak Slytherin menjadi anggota klub drama. Nampaknya penghuni Slytherin memang ditakdirkan untuk hidup dalam drama.

Klub drama punya anggota emas. Mereka adalah Black Bersaudara, sebut saja BB, ketenarannya di Hogwarts bahkan melebihi kepopuleran BBB di dunia muggle.

Black Bersaudara disebut-sebut sebagai the next big thing dalam industri musik penyihir, kemampuan mereka dalam menyanyi maupun berakting tak bisa dipandang sebelah mata.

Dengan kharisma artis yang luar biasa, Bellatrix dan Regulus Black dengan mudahnya memikat mereka yang menonton pertunjukan teater akhir tahun di Hogwarts. Tak ada yang bisa mengalahkan mereka.

Setidaknya belum ..

xxx

"Sirius" kata Remus suatu hari.

"Hm?" Sirius menjawab ogah-ogahan dari balik The Quibbler yang sedang dibacanya.

"Kau pernah mendengar Bellatrix atau Regulus bernyanyi?" tanya Remus takut-takut. Ia tahu Sirius sangat membenci hampir semua saudaranya.

Sirius menutup The Quibbler-nya dan bangkit sambil bertolak pinggang seperti bos yang hendak memecat karyawannya. Ia menggumam 'huh' pelan lalu berkata, "Setiap libur musim panas di Grimmauld Place, aku se-la-lu mendengar mereka bernyanyi!" katanya sambil memutar bola mata dan menggerakkan pinggangnya ke kanan dan ke kiri saat berkata 'se-la-lu'.

Remus membenamkan kepalanya ke dalam buku Seni Suara Sihir karya Gilderoy Lockhart sambil mendengus.

"Aku tidak tahan! Setiap mereka mulai bernyanyi, mereka meneriakkan sesuatu seperti ringkikan kuda dan saling berteriak 'mah!' .." kata Sirius sambil menirukannya.

Kini bahu Remus bergetar hebat akibat tawa yang tak tertahankan.

"Memang kenapa kau tanya-tanya itu?" kata Sirius seraya duduk di sofa Remus.

"Aku—jangan tertawa!—sepertinya ingin ikut audisi Drama Musikal itu .." kata Remus pelan.

Sirius mendengus keras lalu berkata, "Bah! Omong kosong macam itu! Moony, lebih baik aku melihatmu kayang di Ruang Rekreasi daripada harus menyaksikan kekalahanmu di tangan BB!" kata Sirius memohon.

"Yah .. Kalau belum dicoba mana tahu, 'kan?"

"Moony, please .." kata Sirius sambil memasang tampang melas, tapi tiba-tiba ekspresinya berubah normal lagi saat berkata, "Memangnya kau bisa menyanyi?"

Remus meletakkan punggung tangannya di dahi sambil bergumam 'capek-deh' ala muggle, "Astaga, Sirius .. Apa kau belum pernah mendengarku bernyanyi?!"

"Kap—kapan kau menyanyi?" Sirius bertanya dengan nada yang aneh seolah Ia tidak menginginkan jawaban.

"Kalau sedang belajar, aku selalu membuat nyanyian untuk rumus tertentu agar gampang diingat .." kata Remus percaya diri.

Sirius melongo.

Remus mengangguk antusias, "Mau coba? Efektif, lho .."

"Kau tahu, belajar dengan cara biasa saja sudah membuatku bosan setengah mati .." Sirius menambahkan sambil mengernyit, "Apalagi dengan—"

"Sama sekali tidak seperti yang kaubayangkan, kok! Nih, misalnya ketika kau mencoba mengingat bahan-bahan untuk ramuan Polijus—"

"Setop!!" Sirius buru-buru memotong ketika melihat Remus mengambil napas hendak menyanyi, "Aku percaya deh! Nah, jadi bagaimana rencanamu? Kudengar audisi itu untuk penyanyi berpasangan"

Remus menutup bukunya dan duduk tegak. Memandang Sirius dengan tatapan memohon yang sangat kentara.

"Tidak!" kata Sirius tegas.

Remus meraih lengan Sirius dan mengguncang-guncangnya.

"Tidak! Kubilang tidak!"

"Ayolah, Padfoot .."

"Tidak dan tidak akan pernah!"

"Ini kesempatan sekali seumur hidup! Nanti kalau kau mati perjaka bagaimana?" kata Remus berusaha meyakinkan.

"Tunggu saja sampai saatnya kau menikah dengan keponakanku si Nymphadora, barulah saat itu aku akan bilang iya!" bentak Sirius.

"Jangan bercanda, dia baru 4 tahun .." kata Remus kesal.

"Nah, jawabanku jelas kan?"

"Sirius .. Ayolaah!"

"Beri aku T—Beri aku I—Beri aku D-A-K! TIDAK!" kata Sirius sambil melotot.

Remus melepaskan lengan Sirius ketika anak itu bangkit dari sofa dan berjalan menuju lubang lukisan.

xxx

Di ruang rekreasi Slytherin, Black Bersaudara yang terkenal sedang mendiskusikan sesuatu sambil mengabaikan tatapan-minta-tanda-tangan dari anak-anak kelas 3 yang kebetulan duduk disitu.

Dengan posisi kaki diatas meja, Bellatrix menyibakkan rambut hitam yang menyembunyikan wajah cantiknya sambil berkata, "Regulus, audisi drama sudah semakin dekat .."

"Aku tahu itu, Bellatrix, saudaraku .. Kau juga sudah tahu kalau kita pastinya menduduki posisi dua besar, 'kan?" kata Regulus sambil menyampirkan jubahnya dengan anggun dan duduk disamping Bellatrix.

"Yeah, seperti yang kita lakukan tahun-tahun sebelumnya" kata Bellatrix sambil tersenyum jahat, "Tapi bukan itu yang kupikirkan saat ini .."

"Kalau begitu apa, wahai saudaraku yang rupawan?" kata Regulus dengan nada suara yang dipanjang-panjangkan.

"Kau tahu Remus Lupin dari Gryffindor?" kata Bellatrix sambil menaikkan sebelah bibirnya.

"Anak berambut coklat yang selalu terlihat bersama Sirius?" Regulus mendengus, "aku tahu .. Sirius pernah membawanya ke rumah waktu itu, memangnya kenapa dengan dia?"

"Sirius-si-aib-keluarga-Black .." Bellatrix menghela napas panjang sambil terus memilin-milin rambutnya yang hitam panjang, "Jadi begini, Regulus .. Waktu itu, aku ke toilet dan tak sengaja mendengar si Remus Lupin bernyanyi—"

"Tunggu—Bella, kau masuk toilet laki-laki?" potong Regulus cepat membuat Bellatrix memutar bola matanya.

"Ya ampun, masih kaku aja .." kata Bellatrix sambil terkekeh mesum, "Habis toilet laki-laki lebih dekat, sih .."

"Kau—iih .." kata Regulus sambil mengerutkan hidung.

"Itu tak penting, tahu!" kata Bellatrix sambil mengibas-ngibaskan tangannya dengan tidak sabar, "Masalahnya adalah—sampai mana aku tadi?"

Regulus mendecak tak sabar, "Kau mendengar si Lupin bernyanyi di toilet .."

"Oh ya, benar—saat itu aku baru sadar satu hal .." Bellatrix memelankan suaranya, "Ternyata suaranya bagus sekali!"

Regulus menggerakkan kepala ke kanan-kiri sambil membuka mulutnya, "Oh-ya?"

"Aku tidak akan lupa! Suaranya seperti—perpaduan antara Christina Aguilera dan Il Divo!" kata Bellatrix berapi-api.

"Jujur saja ya—aku tak bisa bayangkan—" kata Regulus mengangkat bahu.

"Payah, kau .." kata Bellatrix sambil mendengus penuh hina.

"Terus kenapa kalau suaranya bagus?" tanya Regulus sambil menaikkan kaki ke meja seperti Bellatrix, membuat mereka terlihat seperti turis yang sedang berjemur di pantai.

"Aku baru saja berpikir—bagaimana kalau si Lupin itu punya niat untuk ikut audisi Drama Musikal tahun ini?" kata Bellatrix sambil merendahkan kepalanya.

Regulus tertawa, membuat beberapa anak perempuan memekik senang seperti melihat artis-yang-baru-saja-turun-dari-limosin-dan-berjalan-dengan-anggun-di-karpet-merah.

"Apa yang lucu? Itu sudah jelas merupakan ancaman buat kita, tahu!" bentak Bellatrix yang sekarang sudah berhenti memilin-milin rambutnya.

"Bellatrix, saudaraku sayang .. membayangkannya saja sudah mustahil! Remus Lupin? Ikut audisi Drama Musikal? Astaga .." kata Regulus diantara kikikkannya.

"Maksudmu? Memangnya ada apa dengan dia?"

Regulus menurunkan kakinya dari atas meja dan sekarang duduk menghadap Bellatrix, "Nih, misalnya, kau bayangkan ada seorang anak kutu buku .."

Bellatrix mengangguk.

Regulus menekuk alisnya, "Ngg—terus kenapa ya?"

"Kau mau bicara apa sih sebenarnya?" kata Bellatrix tak sabar.

"Oh, Bella! Coba kau bayangkan seorang Remus 'Geek' Lupin tiba-tiba memasuki panggung dan bernyanyi dengan suara sengau ala Christina Aguilera sambil mengeluarkan kharisma ala Il Divo—TIDAK MUNGKIN!" kata Regulus berapi-api.

"Jujur saja ya—aku tak bisa bayangkan—" kata Bellatrix sambil menyeringai.

"NAH! Dibayangkan saja tidak bisa! Apalagi kenyataan?" Regulus mengangkat jari telunjuk dan menaruhnya di pelipis, "Pikir!"

"Oh, Regulus, kau sungguh aneh .." kata Bellatrix sambiil geleng-geleng kepala.

xxx

Remus membereskan bukunya sambil bernyanyi.

"Bisakah kau diam?!" teriak Sirius kesal.

"Wah, biasanya 'kan aku yang selalu ngomong begitu kalau kau sudah mulai mengangguku .." Remus cekikikan, "Hei, kau mau kemana?"

"Ke perpustakaan!" kata Sirius dingin, "Setidaknya disana lebih tenang .."

"Waduh, biasanya itu kata-kataku .."

Tapi Sirius tidak mendengarkan. Ia berjalan begitu cepat ke arah perpustakaan.

Dalam perjalanan menuju perpustakaan, Sirius bertemu kapten tim Quidditch Gryffindor, "Hei, Sirius! Siang ini kita ada latihan, kau tahu 'kan? Jangan terlambat ya!" serunya lantang.

"Siang ini? Bisa dimajukan jadi detik ini tidak?" kata Sirius, mengingat latihan Quidditch jauh lebih menyenangkan daripada ke perpustakaan.

"Wah, aku tidak menyangka kau begitu bersemangat .. pergilah ke lapangan, kalau begitu, ada si Potter disana" kata si kapten sambil lalu.

Sirius mempercepat langkahnya dan benar saja, dia melihat James sedang men-dribble snitch layaknya bola basket. Sirius heran bagaimana Ia bisa melakukannya.

James menoleh, tapi setelah melihat Sirius, tampangnya langsung lesu tak bergairah.

"Kau kenapa, sih? Tidak seenerjik biasanya, tahu .." tanya Sirius sambil bertolak pinggang.

"Aku sedang memikirkan tentang Drama Musikal itu .." katanya lesu.

"DUH! Kenapa sih semua orang memikirkan Drama Omong-Kosong itu?!" kata Sirius sambil menghentak tanah lalu melipat lengannya.

"Bukan, bukan!" sergah James dengan cepat, "Aku bukannya mau berpikir untuk ikut audisinya atau apa .."

"Lalu apa?!" tanya Sirius masih sama kesalnya seperti tadi.

"Hari pentas Drama Musikal itu bertepatan dengan pertandingan final kita!!" teriak James tak kalah kesal, Ia bangkit dan berdiri menantang Sirius.

"Oh .." Sirius mengeluarkan nada minta maaf dan bertampang bingung.

"Dan, menurut pengalaman—katanya, 10 tahun yang lalu, hari dimana pertandingan final Quidditch dan Drama Musikal diadakan bersamaan .." James menghela napas, "perbandingan penontonnya 2:15 untuk Drama Musikal!"

"Oh .." Sirius masih berusaha mengeluarkan nada minta maaf.

James duduk lagi, menghela napas panjang dan bertampang sedih, "Aku jadi tak semangat latihan kalau begini .."

"Oh, ayolah, Prongs .. dengan kehebatan kita, mereka pasti lebih tertarik menonton final Quidditch daripada Drama Musikal itu!"

James menatapnya penuh keraguan.

xxx

Di kelas Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam, seperti biasa, Remus terlihat sedang mencatat pelajaran dengan sungguh-sungguh sedangkan Sirius mencoret-coret perkamennya asal dan jatuh tertidur.

Guru Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam mereka, Profesor Umbridge, adalah orang yang sangat tegas dan patuh terhadap peraturan.

Jadi ketika Ia melihat ada yang tidak beres dari arah meja Sirius dan Remus, Ia menghampirinya dan mendapati seorang anak bernama Sirius Black sedang tidur pulas sambil mendengkur.

"Ehem-ehem"

Remus nyengir kepadanya dan mulai mengguncang-guncang bahu Sirius, "Sirius! Bangun!" desisnya pelan.

Sirius mengangkat kepalanya, matanya merah dan kulit pipinya lecek tak beraturan, "Hoh?", Ia menoleh ke kanan dan melihat sosok gemuk-pendek berdiri disitu.

"Detensi untukmu sore ini dikantorku Mr.Black" kata Profesor Umbridge enteng.

Sirius membelalakkan matanya yang masih merah karena mengantuk, membuatnya terlihat seperti monster, "Sore ini?" katanya mengulang, "SORE INI?!" katanya sambil menggebrak meja, "TIDAK BISA! Apa kau tidak tahu kalau sore ini aku ada latihan Quidditch?!"

"Pertama-tama, jangan panggil gurumu dengan sebutan 'kau', Mr.Black yang sopan" kata Profesor Umbridge sambil menunjukkan angka satu dengan jarinya, "Kedua, kau sudah melanggar peraturan dikelasku dengan tidak memperhatikan pelajaran dan tertidur" Ia mengangkat jari kedua, "Ketiga, memangnya aku peduli dengan latihan Quidditch-mu? Salahmu sendiri kalau kau sampai didetensi" katanya sambil mengerling jahat, "Jelas?"

Sirius masih menatapnya penuh kemarahan, lalu mengangguk tanpa suara.

"Nah," kata Profesor Umbridge, "Bagus kalau begitu .."

Sirius mengangkat kedua jari tengahnya ketika Profesor Umbridge tidak melihatnya, tetapi dengan satu gerakan tiba-tiba, Profesor Umbridge berbalik lagi dan Sirius langsung menyembunyikan tangannya.

"Dan satu hal lagi, jangan rusak fasilitas sekolah dengan menggebrak-gebrak meja" katanya sambil mengangkat alis.

"Sudahlah, Sirius!" kata Remus sambil menarik jubah Sirius ketika dilihatnya Sirius hendak maju dan menerjang Profesor Umbridge, "Kau hanya akan mendapat banyak kesulitan lagi nanti!"

Sirius menurut dan duduk sambil merengut, menggumamkan sesuatu yang tak jelas seperti kutukan.

xxx

"Lho? Dimana Sirius Black?" tanya Madam Hooch berang, "Kita tak bisa mulai latihan kalau begini!"

Tim Quidditch Gryffindor hanya angkat bahu, "Tak adakah yang tahu kemana perginya?" tanya kapten tim agak kecewa.

Remus mengacungkan tinjunya di udara dari arah tribun penonton, membuat semua anggota tim Quidditch Gryffindor menoleh kepadanya dengan tatapan aku-baru-tahu-kalau-ternyata-ada-orang-yang-menonton-disana.

Madam Hooch menggumam sonorus pelan, mengeraskan suaranya dengan sihir, "Ada apa, Mr.Lupin?"

"Sirius Black sedang menjalani detensinya dengan Profesor Umbridge" jawabnya sambil mengeraskan suara dengan sihir juga.

Madam Hooch mengernyit penuh kebencian, para anggota tim bisa melihatnya menggumamkan sesuatu yang mengerikan sambil menyebut-nyebut Profesor Umbridge, "Kalian semua, mulailah berlatih, aku akan menemui Profesor Umbridge untuk membuat perhitungan!" katanya sambil lalu.

xxx

Sirius sedang mengecat dekor panggung untuk Drama Musikal (rupanya ini benuk detensinya), Ia bisa melihat Bellatrix dan Regulus sedang berlatih vokal.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA"

"IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII"

"UUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU"

"EEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE"

"Ella-ella-ella-eh-eh-eh"

Sirius bersumpah, andaikan Ia punya empat tangan, Ia akan menutup telinganya dan menggunakan kedua tangan yang lain untuk memantrai mereka.

"Halo, Sirius!" sapa Bellatrix, "Yang rata dong nge-catnya, nanti gak ada yang nonton kalau dekornya jelek", Ia cekikikan dan Regulus mendengus dambil menyeringai menyebalkan.

"KALAU BEGITU KURUSAK SAJA SEKALIAN, YAHH?!!" Sirius meraung.

"Ckk .. rupanya kau tidak mengerti seni, ya .." kata Regulus menyebalkan.

"Kau—"

"Profesoooor," kata Bellatrix dengan suara manja yang diapanjang-panjangkan, "Sirius menganggu latihan kami, niih!"

"Mr.Black! Jangan sampai aku menyuruhmu menghadiri detensi tambahan!" ujar Profesor Umbridge keras.

"Tidak akan!"

Kali ini bukan Sirius yang berteriak. Suara lantang itu berasal dari arah pintu. Semua orang yang hadir disitu menengok kearahnya. Madam Hooch, masih dengan jubah lapangan, berjalan menyusuri bangku penonton dan berhenti didepan Profesor Umbridge sambil bertolak pinggang. Profesor Umbridge, yang dari tadi masih duduk, bangkit sambil menatapnya penuh keheranan.

"Ada apa, Madam?" katanya dengan suara manis yang dibuat-buat.

"Sirius Black seharusnya berada dilapangan Quidditch untuk latihan!—sekarang!"

"Lalu?" tantang Profesor Umbridge, "Dia sedang didetensi sekarang!"

Sambil menonton kedua guru tersebut bertengkar, Sirius berdoa dalam hati supaya Madam Hooch yang menang dan membawanya keluar dari sini.

Tapi tampaknya Madam Hooch kalah berdebat dengan Profesor Umbridge dan pergi meninggalkan ruangan itu sambil menggerutu.

Sirius menggeram penuh kekecewaan dan kembali ke pekerjaannya.

xxx

Ruang Rekreasi Gryffindor penuh dengan atmosfer aneh. Sebagian anak terlihat bedebar-debar tak karuan mengingat audisi Drama Musikal yang tinggal besok, mereka terus-terusan menoleh ke partitur musik yang mereka bawa sendiri—yang sudah kusut akibat digenggam terlalu keras. Anggota tim Quidditch Gryffindor juga tak kalah nelangsanya, mereka tidak lagi punya semangat untuk latihan.

Lubang lukisan terbuka dan Sirius Black masuk kedalam dengan jubah penuh noda cat. Ia duduk disamping Remus yang sedang membaca buku dengan tenang, mencoba mencari—satu-satunya—atmosfer nyaman yang ditemukannya disekeliling Remus.

"Duh, Padfoot! Bersihkan dulu jubahmu!" kata Remus sambil menyingkir.

"Baiklah, scourgify!" kata Sirius sambil melepaskan jubahnya.

"Bagus .." katanya pelan lalu kembali membaca bukunya.

Sirius menghela napas, mencoba menarik perhatian Remus, tapi karena situasinya tak berubah, Ia berkata asal, "Audisinya tinggal besok, lho .." kata Sirius sambil menyampirkan jubahnya.

"Sejak kapan kau jadi peduli dengan Drama Omong-Kosong itu?" kata Remus dingin, "Apa kau masih mau menertawakanku karena belum mendapat pasangan?"

"Oh, ya—sepertinya, ha-ha-ha" katanya sambil tertawa garing, "Maksudku—kau tidak terlihat sedang latihan atau semacamnya" kata Sirius sambil menunjuk beberapa anak yang sedang berkonsentrasi penuh pada partitur lagu yang mereka bawa.

"Sampah .." ujar Remus dingin.

"Kau masih marah padaku, ya?" kata Sirius, "Maaf, deh .. tapi aku tetap pada pendirianku" Ia bangkit dan berjalan menuju kamar, meninggalkan Remus yang masih menatap bukunya.

Xxx