FanFiction TeukKyuBum, STRAIGHT!

Title : Destiny (Chapter 1)

Main cast :

KiAnn (Kibum - Annishi)

TeukLenn (Leeteuk - Lenny)

KyuMonn (Kyuhyun - Emon)

.

Warning : Straight/ Typo/ Bahasa tidak baku/ DLDR/ No Bash/ Tidak suka dengan Pairnya tolong abaikan dan jangan dibaca langsung close oke! Terima kasih atas pengertiannya (?) Hehehe

.

.

.

Happy Reading

.

.

~KyuLennyChan~

Disebuah club malam yang cukup terkenal diSeoul, malam itu nampak lebih ramai dari biasanya. Tentu saja jika tiga namja tampan dengan aura menggoda mereka masing-masing tengah mengadakan party disana dengan semua teman-teman mereka. Setelah baru saja ketiga namja yang ternyata bersaudara sepupu itu baru saja memenangkan kembali pertandingan balapan liar yang sering mereka lakukan. Dan ini sudah ke lima kalinya mereka menang berturut-turut.

"Kau hebat Kibum-ah, setelah pertandingan kemarin Leeteuk yang menang sekarang kau juga." Puji pemuda bergummy smile sembari menenggak gelas vodka yang ada ditangannya.

"Tentu saja!" Sahut Kibum menyeringai. Menatap remeh secara tidak langsung ke arah Kyuhyun. Membuat yang ditatap hanya memandang jengah sepupu datarnya itu.

"Jangan menatap ku seperti itu Kim, dipertandingan berikutnyaaku juga akan menang." Ujar Kyuhyun merasa tidak terima dengan tatapan remeh dari Kibum.

"Kau harus buktikan ucapan mu itu Kyu." Sambung Leeteuk yang menyandarkan tubuhnya pada sofa dengan sebuah gelas minuman yang ada ditangannya.

"Sudahlah, daripada kita hanya duduk saja. Ayo kita turun menari, lihat malam ini banyak yeoja-yeoja sexy kelihatannya." Donghae menimpali, tatapan matanya memandang kearah para yeoja-yeoja yang sedang menari dengan erotis.

"Baiklah ayo kita turun." Tukas Zhou Mi namja tinggi itu langsung menarik lengan Donghae dan Eunhyuk yang memang duduk didekatnya.

Ketiga namja itupun sudah pergi untuk menari dengan para yeoja yang memang sedari tadi menatap genit pada mereka. Sedangkan Leeteuk, Kibum dan Kyuhyun hanya bisa tersenyum saja melihat kelakuan teman-teman mereka.

"Kalau begitu aku juga." Hankyung yang sedari tadi diam akhirnya ikut bangun, "Kalian tidak?" Lanjutnya kemudian menatap tiga sepupu yang seolah enggan untuk beranjak dari teman mereka.

"Kau saja, aku mau ke toilet." Leeteuk bernjak dari tempatnya dan menuju kearah toilet.

"Ya sudah." Sahut Hankyung sebelum benar-benar pergi.

Sedangkan kini hanya ada Kibum dan Kyuhyun disana, keduanya entah kenapa terlihat sedikit bosan. Tanpa sadar pandangan Kibum mengarah ketempat bartender, dimana seorang yeoja yang menurutnya cukup manis tengah meracik minuman dan seorang yang entahlah Kibum tidak tau apakah orang itu namja atau yeoja. Karena meski bentuk tubuhnya kecil tapi pakaiannya seperti seorang namja urakan. Apalagi ada sebuah topi yang dikenakannya. Sedangkan kyuhyun tengah asyik memainkan PSPnya.

~LennyChan~

Sedangkan di tempat meja bartender salah seorang waitress disana, Tengah menyajikan beberapa minuman pada para pengunjung yang datang ke meja bartendernya. Mengabaikan keberadaan seseorang yang sedari tadi berada duduk tepat dikursi depan yang memang disediakan disana.

"Nishi beri aku minuman juga." Pinta seorang yeoja dengan gaya ala pakaian premannya yang membalut tubuh mungilnya.

"Kau masih dibawah umur Lenny." Ujar Nishi menatap saudari angkatnya malas. Ia pun kembali dengan aktifitasnya meracik minuman.

"Ck, ayolah aku sudah sembilan belas tahun Nishi, hanya lebih muda setahun darimu." Rengek yeoja itu menatap memelas ke arah Nishi.

"Tidak, ini saja kau minum." Nishi mengabaikan saudarinya yang merengut kesal kearahnya. Ketika melihat hanya sebuah susu soda yang diberikan padanya.

"Huh, menyebalkan." Gerutunya, tapi tetap saja menerima minuman itu dengan senang hati.

Keduanya kembali larut dalam aktifitas masing-masing. Nishi yang masih membuat campuran minuman untuk para pelanggannya. Sedangkan Lenny, yeoja itu mengitari pandangannya kearah sekitar dengan sedikit bosan.

"Hari ini club sangat ramai." celetuk Lenny sembari menahan dagunya diatas kedua tangannya yang terlipat diatas meja bartender.

"Ya, ada yang sedang mengadakan party disini." Jelas Nishi setelah menyelesaikan racikan minuman yang terakhir untuk pelanggannya. Kini ia sedang mengelap gelas-gelas yang ada di dekatnya.

"Nishi, kapan kau akan berhenti bekerja ditempat ini?" Tanya Lenny, kembali membahas masalah yang selalu sama.

"Sampai kau juga berhenti dari pekerjaan berbahaya mu itu, mungkin." Ujar Nishi melirik saudarinya dengan sedikit cuek. Yang dibalas hanya dengan dengusan kesal.

"Aku tidak mungkin berhenti sekarang, Nishi. Kau tau alasannya." Tukas Lenny malas. Memandang saudarinya lekat.

"Dan kau juga tau kalau alasan ku juga sama." Timpal Nishi, mendadak suasana diantara keduanya sedikit tidak mengenakan.

"Kau tau, aku hanya tidak ingin kejadian minggu lalu terulang lagi. Itu membuatku naik darah." Lenny memandang gelas minumannya sendu. Dan ucapannya berhasil membuat Nishi menatap kearahnya lekat.

"Bukankah karena hal seperti itu takut terjadi lagi makanya kau sering menemaniku bekerja." Lenny menatap Nishi ketika mendengar perkataan saudarinya. Keduanya tiba-tiba saling tersenyum kecil.

"Kau benar. Akan ku hajar siapapun yang mencoba melecehkanmu." Ucap Lenny mantap.

Sedikit tersenyum kecil ketika mengingat kejadian minggu lalu dimana ia berhasil menghajar namja botak mesum kurang ajar. Ya, bagaimanapun kejadian minggu lalu ditempat kerja Nishi dimana saat itu Lenny tengah ingin mengunjungi tempat pekerjaan saudarinya. Melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau saudarinya hampir saja dilecehkan jika saja dia tidak dengan segera menyambar tangan si namja botak berhidung belang itu dan langsung menghajarnya. Yang untungnya pemilik bar itu ternyata cukup baik dan bertanggung jawab atas insiden itu. Dan akan lebih mengawasi kelakuan tidak bermoral dari para pelanggannya.

"Len, bukannya kau yang harusnya berhenti dan mencari pekerjaan lain." Nishi menatap Lenny dengan pandangan yang sulit diartikan. Pasalnya yeoja itu juga sering was-was dengan pekerjaan saudarinya yang satu ini.

"Nanti Nishi, kalau uang kita sudah cukup untuk biaya operasi appa dirumah sakit." Lenny menyahut dengan suara lirih. Dan mendengar kata appa membuat dua hati yeoja muda itu mencelos.

"Tapi pekerjaanmu sebagai pencopet itu sering membuatku dan Emon khawatir. Bagaimana kalau kau tertangkap?" Benar juga. Lenny sedikit merenung tapi mereka sedang butuh banyak uang. Bahkan mereka sampai berhenti dari kuliah mereka masing-masing hanya untuk fokus mencari uang.

"Tunggu sebentar lagi sampai uang kita sudah terkumpul. Bukankah itu kesepakatan kita bertiga dari awal."

Kedua yeoja itu kembali terdiam sibuk dengan pikiran masing-masing. Inilah kenapa keduanya memilih pekerjaan beresiko ini. Nishi yang mau tidak mau akhirnya memilih bekerja di club karena gaji yang didapatnya cukup besar. Sedangkan Lenny, ia terpaksa menjadi pencompet karena pikirnya meski berbahaya tapi sekali dapat hasil uangnya cukup lumayan. Dan Emon ia juga tak kalah ekstrem, yeoja satu itu malah sering menipu namja-namja kaya demi mendapatkan uang dari mereka. Karena dalam hati ketiga yeoja itu yang terpenting mereka jangan sampai jual diri.

"Oh ya, apa sekarang Emon yang menjaga appa dirumah sakit?" Tanya Nishi memecah keheningan diantara mereka.

"Ya, bukankah setelah pekerjaan mu selesai kita akan langsung kesana." Sahut Lenny mengiyakan.

"Hm." Hanya ituyang bisa dikeluarkan Nishi.

"Aku antar minuman dulu". Setelahnya Nishi pergi meninggalkan Lenny untuk mengantar minuman. Yeoja itu hanya memandang punggung saudarinya sendu.

"Aku ke toilet." Teriaknya sedikit keras sebelum Nishi benar-benar hilang dari pandangannya. Sedangkan Lenny, yeoja itu pun beranjak dari tempatnya dan menuju ke toilet.

~LennyChan~

Dirumah sakit yang cukup ternama di Seoul. Seorang yeoja manis tengah menunggui seorang namja paruh baya yang sedang terbaring lemah diranjang pasien. Kedua tangannya menggenggam erat jemari tangan namja tua yang tak lain adalah appanya sendiri. Ia menatap sedih wajah sang appa yang terlihat pucat apalagi dengan berbagai alat yang ada ditubuh appanya tersebut membuat hati sang yeoja yang masih muda itu mencelos.

Bagaimanapun meski namja tua yang sedang sekarat saat ini bukanlah appa kandung mereka tapi tetap saja namja tua inilah yang mengurusnya dan juga dua saudari angkatnya yang lain sejak mereka masih kecil. Itulah yang membuat ketiganya amat menyayangi namja tua tersebut. Yeoja itu yang tak lain adalah Emon, melirik kearah jam dinding yang hampir menunjukan angka jam 1 malam.

Dan dua jam lagi kedua saudarinya pasti nanti akan datang. Emon baru saja akan memutuskan untuk tidur ketika ia merasa ada pergerakan dari tangan yang digenggamnya.

"A-appa, kau sadar." Ucap Emon antusias sedikit mencondongkan tubuhnya kearah sang appa untuk memastikan. Yeoja itu tersenyum bahagia, ketika dilihatnya mata milik appanya yang seolah ingin terbuka dan karena memang appanya juga sudah tak sadarkan diri selama tiga hari karena kembali mengalami serangan komplikasi jantung dan ginjalnya, akhirnya perlahan membuka matanya.

"Appa sudah sadar, syukurlah. Emon panggilkan uisa dulu ne appa." Emon memencet tombol berwarna merah yang yang ada ditembok sebelah kanan dekat ranjang appanya. Ia memandang appanya dengan mata berkaca-kaca, perasaannya begitu lega.

"Nishi dan Lenny pasti akan senang mendengar kabar kalau appa sudah siuman." Batin Emon dalam hati.

Sedangkan namja tua itu hanya terdiam. Ia ingin menjawab ucapan salah satu putri angkatnya, tapi tenggorokannya entah kenapa terasa sakit. Tangan yang sudah mulai dimakan usia itu mengangkat perlahan, menyentuhsebelah pipi Emon yang sudah basah karena airmata. Perasaan namja tua itu entah kenapa sangat bahagia, tanpa sadar ia merasakan airmatanya mengalirdari sudut-sudut matanya.

Ia memandangi wajah putrinya yang ternyata sekarang sudah besar dan menjadi yeoja yang manis. Padahal dulu ketiga putri angkatnya masih begitu kecil tapi sekarang mereka telah tumbuh dengan baik. Mengingat hal itu, ia jadi ingat kedua putrinya yang lain. Kemanakah mereka?. Namja tua tersebut ingin bertanya. Tapi sekali lagi lidahnya terasa kelu. Ia menatap Emon dengan tatapan seolah bertanya.

"Appa kenapa? Apa appa menginginkan sesuatu? Appa sabar me sebentar lagi uisa datang." Cerocos Emon, ia bisa melihat tatapan appanya yang seolah ingin mengatakan sesuatu.

"Dimana saudarimu yang lain?" Akhirnya meski harus berusaha dengan keras namja tua itu bisa mengucapkan beberapa kata walau begitu pelan dan lirih.

Emon menatap appanya dengan pandangan yang sulit diartikan, kerena masalahnya appa nya sama sekali tidak pernah tau pekerjaan sambilan mereka. Dan juga tidak tau kalau ketiga putrinya bahkan sudah tidak kuliah lagi. Emon, Nishi dan Lenny memang merahasiakan semuanya dari appa mereka.

"N-nishi dan Lenny besok pagi baru datang appa." Jawab Emon seadanya. Menatap sang appa sedikit dengan rasa bersalah.

CEKLEK..! Pintu ruangan terbuka, seorang uisa yang cukup muda masuk kedalam ruangan tersebut membuat Emon dan sang appa mengalihkan pandangan mereka pada sang uisa.

"Saya akan memeriksa appa anda dulu, bisa tolong keluar dulu?" Pinta sang uisa lembut. Emon hanya mengangguk sebelum akhirnya keluar ruangan.

~Lenny Chan~

Kembali ke club Nishi baru saja selesai mengantar minuman tapi saat ia berbalik hendak pergi, seorang namja yang lumayan tampan dengan kulit tan nya berusaha mengahadang langkahnya. Reflek saja tubuh yeoja itu sedikit mundur kebelakang.

"Hey, manis bisakah kau menemaniku?" Pinta namja itu dengan pandangan mesumnya kearah Nishi, yeoja itu mulai sedikit takut.

"Maaf tuan saya hanya bekerja sebagai pelayan disini. Jadi saya permisi." Jawab Nishi dengan cepat dan hendak melangkah pergi dari hadapan namja yang sedang menggodanya.

"Tidak bisa, kau harus menemaniku." Belum sempat kabur lengan kekar namja itu sudah mencengkram erat lengan mungilnya. Nishi membulatkan matanya horror, seketika ia melayangkan tatapannya disekitar berharap bisa menemukan keberadaan saudarinya itu.

"Maaf tuan, tolong lepaskan atau saya akan_"

"Lepaskan tanganmu darinya!" Belum sempat Nishi menyelesaikan ucapannya, sebuah suara super datar dan dingin sudah lebih dulu mengintrupsi.

Entah kenapa keadaan disekitar mereka saat itu mendadak jadi menegangkan. Nishi dan namja mesum itu menatap kearah sumber suara, dimana seorang pemuda tampan dengan surai hitam tengan menatap kearah mereka dengan sangat datar.

Membuat sang namja mesum hanya mendecih tidak suka karena merasa terganggu. Sedangkan Nishi hanya menundukan kepalanya berusah menyembunyikan pipinya yang entah kenapa terasa memanas saat bertatap mata dengan namja tampan tersebut.

"Jangan ikut campur, sialan!" Desis namja mesum itu geram.

"Lepaskan dia dan aku tidak akan ikut campur." Ujarnya lagi dengan tenang.

Tatapannya menatap jijik pada namja mesum itu. Pemuda itu melepas cengkramannya dari lengan Nishi dan berusaha bergerak dengan cepat untuk menyerang namja yang sudah mengganggu kesenangannya. Hingga baku hantam pun tidak bisa dihindari. Dan Nishi hanya menatap kejadian itu takut saat orang-orang disana mulai memperhatikan kejadian tersebut.

~Lenny Chan~

Lenny baru saja keluar dari toilet ketika ia sedikit terkejut karena melihat seperti ada keributan, yeoja itupun membenarkan letak topinya dan hendak bergegas kesana untuk melihat apa yang terjari, karena mendadak perasaannya tidak enak. Mungkin karena ia terburu-buru, Lenny tidak sengaja bertabrakan dengan seorang pemuda tampan berwajah seperti malaikat. Lenny menatap namja tampan yang sempat membuatnya terpesona itu dengan tajam.

"Yak, kau itu kalau jalan hati-hati brengsek." Maki Lenny tanpa ampun kearah pemuda yang kini juga menatapnya malas.

"Jaga bicaramu nona jejadian." Balas pemuda itu sinis tidak terima dimaki oleh yeoja aneh dihadapannya saat ini.

"Mwo? Sialan, kalau aku tidak sedang buru-buru. Ku pasti ku habisi." Setelah mengatakan hal itu, tanpa menunggu balasan dari namja tampan menyebalkan tersebut.

Lenny langsung pergi menuju kearah kerumunan. Meninggalkan namja itu yang hanya menatap punggungnya menyeringai. "Menarik."

~Lenny Chan~

Diruang tunggu rumah sakit Emon sedikit gelisah, karena uisa yang memeriksa keadaan appanya belum juga keluar. Sampai tak lama suara pintu ruang rawat appanya terbuka.

Cklekk..!

Emon langsung berdiri dan menghampiri uisa yang kini sudah ada dihadapannya. Entah ke kenapa perasaannya mendadak jadi tidak enak.

"Uisa bagaimana keadaan appa saya? Apa dia baik-baik saja?" Tanya Emon beruntun kearah sang uisa penuh harap.

"Seperti yang sudah pernah saya katakan Emon-ssi, kondisi kesehatan appa anda semakin memburuk." Jelas sang uisa dengan pandangan simpati.

"T-tapi bukankah uisa bilang jika diopresi kemungkinan appa saya akan sembuh." Tanya Emon khawatir.

"Sayangnya penyakit komplikasi appa anda sudah semakin parah, jika dioprasipun hasilnya bisa saja tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan." Uisa itu menarik nafas dengan berat. Tidak tega juga menyampaikan berita sedih ini pada yeoja manis itu saat ini. Tapi bagaimanapun itu adalah kewajibannya sebagai uisa.

Emon hanya terdiam. Ia mendudukan dirinya dan menyandarkan kepalanya lelah ketembok. Uisa sudah pergi dari hadapannya. Yeoja itu menutup mulutnya, mencoba menahan isakan yang bisa saja kapan lolos terdengar. Bagaimana ia akan memberitahu saudarinya yang lain?. Laluapa arti mereka bekerja selama ini dengan mengambil resiko yang besar untuk mencari uang agar bisa membiayai operasi appa mereka.

Jika uisa saja sudah mengatakan hal seburuk itu. Yeoja itu semakin terisak. Sebelum akhirnya pergi dari sana menuju ke club tempat kedua saudarinya berada sekarang. Setelah sebelumnya ia menyempatkan diri untuk melihat kondisi sang appa.

~enny Chan~

Nishi menatap ngeri dengan kondisi namja mesum tadi yang sekarang sudah babak belur karena ulah sang namja tampan yang menolongnya. Kyuhyun dan yang lainnya kini sudah berada didekat namja yang baru saja menghajar seseorang dan tak lain adalah Kibum.

"Astaga, kibum kau keterlaluan menghajarnya." Celetuk Zhou Mi sedikit ngeri, meski ia sama sekali tidak masalah dengan apa yang dilakukan sahabatnya itu.

Kibum hanya memandang Zhou Mi malas. Setelah keributan sang pemilik datang dan meminta maaf pada Kibum dan teman-temannya juga pada tamu-tamu yang lainnya atas keributan yang terjadi.

Pemilik bar itupun menyuruh beberapa penjaga clubnya untuk mengusir namja mesum yang hampir tak sadarkan diri itu keluar. Dan menatap Nishi untuk kembali bekerja.

"Kau tidak apa-apa?" Kini Kibum menatap lekat kearah Nishi yang sedikit menundukan kepalanya.

"Kamsahamnida tuan." Ujar Nishi tulus. Baru ia akan berkata lagi teriakan Lenny sudah lebih dulu mengintrupsinya.

"Nishi apa yang terjadi? Apa kau hampir dilecehkan lagi? katakan padaku siapa dan dimana orang itu." Cerocos Lenny berapi-api menatap Nishi khawatir sekaligus geram. Karena lagi-lagi saudaranya itu jadi sasaran. Nishi hanya memutar kedua bola matanya kesal.

"Kau darimana saja pabbo? untung ada yang menyelamatkan ku kalau tidak habis sudah." Ujar Nishi mendelik kesal pada saudarinya itu.

"Benarkah? Maafkan aku, tadi aku ke toilet. Tapi kau tidak apa-apakan." Sahut Lenny lega meski ada rasa bersalah dihatinya. Nishi yang melihat tatapan sedih itu akhirnya hanya menghela nafas.

"Sudahlah aku juga tidak apa-apa." Ucap Nishi dengan senyum manis kearah saudarinya. Membuat Lenny ikut tersenyum lega.

Keduanya tidak menyadari kalau Kibum dan teman-temannya sedari tadi memperhatikan meraka.

"Sepertinya ku ketinggalan sesuatu?" Leeteuk yang baru saja dari toilet ikut nimbrung kearah teman-temannya.

"Kau melewatkan aksi Kibum yang tadi baru saja menghajar seorang namja mesum." Sahut Kyuhyun menatap Kibum dengan seringaiannya. Yang hanya dibalas tatapan datar Kibum.

"Dan itu dilakukan hanya demi seorang pelayan." Sambung Donghae.

Leeteuk hanya mengangguk-ngangguk saja, sambil tatapannya menatap yeoja jejadian yang tidak sengaja bertabrakan dengannya tadi. Yeoja yang saat ini tengah berbicara dengan seorang yeoja pula.

Keadaan sudah kembali aman. Akhirnya Kibum, Kyuhyun dan Leeteuk juga teman-temannya kembali ketempat mereka tadi. Tapi baik Kibum dan Leeteuk kedua tatapan mereka tetap saja sesekali melirik yeoja yang mungkin sudah mencuri perhatian hati keduanya.

Sedangkan Nishi kini sudah kembali kemejanya dengan Lenny yang sudah duduk ditempatnya semula. Mereka berdua baru saja bernafas lega, sampai seorang yeoja yang tak lain adalah saudari mereka yang lain tiba-tiba sudah ada didekat mereka.

"Nishi, Lenny!" Panggil Emon sedikit keras, membuat dua yeoja itu sedikit kaget dengan penampakan yang tak lain adalau saudari mereka yang lain.

"Emon sedang apa kau disini? Kenapa tidak menjaga appa?" Cecar Nishi langsung, pasalnya tidak biasanya Emon kesini. Biasanya yeoja itu pasti akan langsung menunggu saja dirumah sakit sampai mereka datang.

"Emon kenapa hanya diam? Appa baik-baik sajakan?" Kali ini Lenny menatap Emon penasaran.

Keduanya tau ada yang tidak beres, apalagi melihat Emon hanya diam dan menatap mereka dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Appa tidak ada harapan." Lirih Emon, mendengar kenyataan itu membuat tubuh Nishi dan Lenny menegang.

Perasaan mereka campur aduk. Apakah mereka tidak salah dengar?. Lalu bagaimana kedepannya mereka nanti jika appa mereka tidak ada?

Dan saat itu juga ketiga yeoja itu langsung pergi dari sana dan pergi menuju rumah sakit tempat appa mereka dirawat. Nishi bahkan meninggalkan pekerjaannya begitu saja. Lenny tidak bisa berpikir apa-apa kecuali segera menemui sang appa. Begitu juga dengan Emon. Sampai ketiganya tidak menyadari tiga pasang mata yang sedari tadi mengawasi sampai mereka menghilang dari pandangan.

.

.

.

TBC

.

.

Review Please! Jika berkenan tapi kalau tidak abaikan saja oke.

Maafkan kami, karena kami buat fanfic dengan Pair kami sendiri (?) Hehehe

Tolong abaikan dan jangan baca oke. Karena Kami tidak terima Bashing maupun War.

Terima Kasih buat yang sudah baca dan review fict ini dan atas pengertiannya (?) Hehehe

Next see you chapter!

.

.

KyuLennyChan (Author)

Annishi KiAnn Kim (Editing)