My Russian Classmate
Disclaimer : MAPPA
Rated : T
Warning : AU, OOC, Miss Typo, Shounnen-ai gagal, EYD is amberegul, bahasa nyampur
Don't like, don't read.
Saya tidak memaksa ataupun mengharuskan anda untuk membaca cerita ini.
.
.
Summary : Kelas bahasa yang diikuti Yuuri sebelum melangsungkan kuliahnya di Australia memang memiliki banyak hal yang mengejutkan. Salah satu kejutan yang paling mengesankan untuk Yuuri adalah bertemu dengan lelaki tampan asal Rusia yang membuatnya yakin bahwa cinta pada pandangan pertama bukanlah hal yang mustahil.
Yuuri Katsuki, umur 23 tahun. Saat ini baru saja menjejakkan kedua kakinya di bandara Adelaide Australia setelah sebelumnya telah menempuh perjalanan selama kurang lebih satu jam lebih 20 menit dari bandara internasional Sydney. Menempuh waktu penerbangan selama berjam-jam dari Jepang menuju Sydney cukup membuat sekujur tubuh Yuuri pegal-pegal hebat. Belum lagi perjalanan tersebut harus ia lanjutkan tanpa istirahat terlebih dahulu untuk langsung bertolak ke kota Adelaide yang terletak di Australia Selatan.
Tujuan Yuuri saat ini bukanlah tanpa alasan, ia ingin melanjutkan studi nya di Adelaide University. Ia sendiri telah menetapkan diri untuk mengambil jurusan Filosofi di salah satu kampus ternama di Australia tersebut. Awalnya ia hanya ingin melanjutkan pendidikannya di Jepang saja, namun akibat dari keinginan kedua orang tuanya lah ia akhirnya memilih untuk kuliah di Australia.
Selama kuliah di Adelaide, Yuuri akan menyewa sebuah kamar apartemen yang terletak tidak terlalu jauh dari universitasnya. Hanya butuh waktu sekitar 10 menit menaiki angkutan kota serta 5 menit berjalan kaki, maka Yuuri telah sampai di universitasnya. Apartemen yang ia sewa saat ini juga bukan lah merupakan bangunan yang tergolong 'mewah', apartemen dengan fasilitas sederhana itu sudah lebih dari cukup bagi Yuuri, karena memang tujuannya kuliah disini adalah untuk menimba ilmu, bukan untuk bersenang-senang.
Lagi pula ia tidak ingin merepotkan kedua orang tuanya di Jepang. Bahkan kalau bisa nanti ia akan mencari pekerjaan paruh waktu untuk meringankan biaya hidupnya selama kuliah.
Yuuri hanya berharap kehidupannya di Australia dapat berjalan dengan lancar, ia bahkan telah menyusun rencana hidupnya selama berada di sini yaitu, mengikuti kuliah dengan baik, mendapatkan nilai yang memuaskan, dan lulus kuliah sesuai keinginan kedua orang tuanya. Meskipun ia tahu bahwa kehidupan yang akan ia jalani tidak semudah apa yang ada dipikirannya.
.
.
.
Kelas bahasa, merupakan kelas yang wajib diambil oleh setiap warga negara asing yang ingin kuliah di Adelaide, tak terkecuali Yuuri Katsuki. Kelas yang akan ia ikuti hingga satu semester mendatang merupakan tempat berkumpulnya orang-orang dengan latar belakang negara yang berbeda-beda. Kelas yang saat ini akan ia ikuti cukup membuatnya gugup, terlebih dia adalah tipikal orang yang pemalu. Bahkan saat masih di jenjang sekolah Yuuri tidak memiliki banyak teman karena ia merupakan orang yang sangat pemalu dan agak sulit beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Matanya menerawang ke seluruh sudut ruangan, saat ini memang tidak terlalu banyak orang yang datang. Mungkin hanya beberapa, kelas bahasa masih akan dimulai sekitar 45 menit lagi. Terlalu asyik dengan lamunannya, tanpa disadari ada seseorang yang menepuk pelan pundak Yuuri.
"Hei, orang Jepang ya? Atau Korea?" seseorang dengan kulit eksotis tersenyum ramah ke arah Yuuri.
"A..Ah iya aku orang Jepang, perkenalkan namaku Yuuri Katsuki, kalau kau?" Yuuri balas tersenyum. Seseorang di hadapannya mengambil tempat duduk persis di bagian samping kiri Yuuri.
"Perkenalkan, namaku Phichit Chulanont aku orang Thailand loh.. Oh ya Yuuri, sepertinya kita seumuran. Berapa umurmu?" seseorang yang diketahui bernama Phichit, mengeluarkan ponsel dari dalam tas punggungnya.
"Eh aku? Tahun ini 23." Yuuri tersenyum kikuk.
"TUH KAN! Sudah kuduga kita seumuran. Hei Yuuri, mau foto bareng? Nanti akan aku post di akun Instageram ku."
"Eeh..tapi..."
Belum sempat Yuuri menjawab, Phichit keburu merangkul pundak Yuuri dan kemudian mengambil foto mereka berdua. Setelah beberapa kali mengambil foto, akhirnya Phichit melepaskan rangkulan tangannya terhadap Yuuri.
Setelah berfoto bersama Yuuri beberapa saat lalu, Phichit nampak asyik memainkan ponselnya, sepertinya ia sedang meng-upload foto selfienya dengan Yuuri tadi. Hening menyelimuti mereka berdua.
Yuuri yang bingung ingin mencari topik pembicaraan seperti apa, akhirnya hanya diam saja. Namun keheningan tersebut tidak berlangsung lama karena sesaat setelah itu terdengar ribut-ribut dari luar ruangan.
Bunyi ribut-ribut itu semakin mendekat, hingga terlihat kedua sosok laki-laki yang tampak berbeda umur melewati pintu di bagian depan dan memasuki ruang kelas dimana Yuuri saat ini berada. Yang kelihatannya lebih dewasa berparas tampan dan memiliki rambut berwarna keperakan. Sementara yang terlihat lebih muda memiliki model rambut seperti perempuan dengan warna pirang pucat.
Phichit dan Yuuri saling pandang, cukup bingung melihat kedua sosok laki-laki yang masih ribut, bahkan ketika telah memasuki bagian tengah ruang kelas.
Entah apa yang mereka katakan. Sepertinya beberapa umpatan dalam bahasa asing? Atau justru omelan? Yang pasti Yuuri sama sekali tidak mengerti dengan bahasa yang mereka gunakan untuk berbicara.
"Kau kenal mereka Phichit-kun?" Yuuri masih lekat memperhatikan kedua sosok tersebut.
"Kenal. Mereka Victor dan Yuri orang asal Russia." Phichit nampak acuh dan kembali memperhatikan ponsel di genggaman tangannya.
"Yuri?" Yuuri memiringkan kepalanya dan menatap Phichit dengan wajah bingung.
"Oh namanya sama denganmu ya? Nama lengkapnya Yuri Plisetsky, kalau yang sedang ribut dengannya itu Victor Nikiforov sepupunya." Phichit memandang Yuuri kemudian ia mengantongi ponsel miliknya.
Yuuri hanya menggumamkan 'oh' singkat. Ia kembali melirik kedua orang yang disinyalir bernama Victor dan Yuri. Yuuri cukup tersentak ketika salah satu dari mereka yang memiliki gaya rambut seperti perempuan pergi menghampiri tempat duduk kosong yang terletak disamping kanannya. Sementara yang satu lagi tampak mengambil tempat duduk di deret kedua baris ketiga yang memiliki satu garis lurus dengan meja utama bagian depan kelas.
"Aku duduk disini. Kosong kan?" lelaki yang menghampiri Yuuri dan Phichit langsung duduk tanpa menunggu jawaban dari Yuuri. Yuuri yang bingung hanya dapat terdiam sambil memandangi laki-laki dengan jaket harimau yang baru saja mendudukkan diri di sampingnya.
"Pssst... Yuuri, dia emang jutek gitu orangnya, jadi jangan terlalu dipikirkan ya?" Phichit berbisik kepada Yuuri. Yuuri menatap Phichit sebentar kemudian mengangguk.
"Eh maaf?" Yuuri berusaha menyapa seseorang yang duduk di sampingnya. Yang merasa disapa menoleh singkat, kemudian bertanya dengan nada ketus.
"Apa?" singkat, padat, dan jelas sekali.
"Eh..etto anu aku ingin tahu, apa kau suka kucing? Saat di Jepang, aku dan kakakku memelihara kucing dengan jenis Russian Blue. Menurutmu bagaimana?" Yuuri mencoba membuka topik pembicaraan dengan hal yang sangat random. Ia bahkan tidak tahu kenapa tiba-tiba malah bercerita tentang kucing peliharaan kakaknya yang baru saja mati saat musim panas yang lalu.
Mungkin ini lah yang disebut dengan The Power Of Gugup.
Yuri diam. Yuuri diam. Mereka berdua terdiam. Bahkan Phichit yang duduk di samping kirinya hanya mampu menahan tawa dengan menutup mulut menggunakan punggung tangannya.
"Eh? Ma-maaf lupakan sa..." kalimat yang akan dikatakan Yuuri dipotong oleh pemuda di hadapannya.
"EH? KAU SUKA KUCING JUGA? KAU MEMELIHARA MEREKA DI RUMAH? KAU SERIUUS?" Yuri menjerit-jerit histeris
"Be-begitu, ta-tapi kakakku lah yang sering merawatnya. A-aku hanya sesekali memberi makan dan memandikannya." Yuuri menjawab terbata-bata, ia cukup kaget dengan jeritan pemuda yang duduk di sampingnya.
"Hebat sekali. Namamu siapa? Namaku Yuri Plisetsky, umur 20 tahun dan cita-citaku adalah memelihara kucing di rumah." Yuri menjabat tangan Yuuri dengan penuh semangat.
"Namaku Yuuri Katsuki, umur 23 tahun. Sepertinya nama kita mirip ya? Boleh aku memanggilmu Yurio?" Yuuri bertanya dengan gugup. Takut-takut pemuda disampingnya kembali menjerit lagi.
"Benarkah? Baiklah kau boleh memanggilku apa saja asalkan kau mau mengajariku cara memelihara kucing yang baik." Yuri atau sekarang disebut dengan Yurio, menggenggam tangan Yuuri dengan erat. Bahkan matanya manatap Yuuri dengan pandangan yang berbinar-binar.
"Kalau begitu aku juga boleh memanggilmu Yurio juga kan?" Phichit yang dari tadi diam ikut menyahut.
"TIDAK! Yang boleh memanggilku Yurio hanya Yuuri saja, kau gajah Thailand diam saja." Yurio menunjuk-nunjuk pucuk hidung Phichit.
"Eeh Yurio kau tidak boleh bilang begitu dengan Phichit-kun, umurnya lebih tua darimu." Yuuri menasehati Yurio yang menampilkan ekspresi cemberut di wajahnya.
"Biar saja, dia kalau di kelas memang sering dipanggil gajah Thailand apalagi oleh Chris." Yurio berujar ketus dan melipat kedua tangannya di depan dada.
Yuuri agak terkejut, kemudian ia mengalihkan tatapan kearah Phichit yang sedang tertawa dengan ekspresi setengah tidak ikhlas.
"Ya, karena aku dari Thailand jadi aku sering dipanggil seperti itu, jadi aku maklum saja. Setidaknya masih ada satu orang yang tidak pernah menyebutku dengan panggilan seperti itu." Phichit tertawa sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Lee Seung Gil kan?" suara asing menyahut perkataan Phichit.
Yuuri menolehkan kepala, dihadapannya kini berdirilah seorang pemuda tampan bersurai perak yang dipotong pendek. Pemuda yang tadi ribut bersama Yurio di depan kelas. Sesaat Yuuri merasakan waktu yang terhenti ketika ia menatap manik hitam di hadapannya saat ini.
"Ah Victor kau bisa saja." Phichit berbicara sambil tertawa kecil.
"Victor, mau apa kau disini hah? Sana pergi!" Yurio membentak Victor, meskipun begitu, yang bersangkutan hanya tersenyum-senyum saja, seolah bentakan Yurio hanya angin lalu.
"Aku hanya ingin menyapa anggota baru disini. Hei, perkenalkan namaku Victor Nikiforov. Siapa namamu?" Victor mengajak Yuuri untuk berjabat tangan, tapi jabatan itu ditepis oleh Yurio.
"Yuuri jangan sentuh dia, tangannya kotor ada banyak bakteri disitu." Yurio berkata dengan ketus. Yuuri hanya tersenyum lucu, kemudian membalas jabat tangan Victor.
"Yuuri Katsuki sa-salam kenal." Yuuri membalas pertanyaan dengan kikuk, nampak semburat merah di kedua pipinya. Victor tertawa kecil melihat ekspresi Yuuri.
"Salam kenal juga semoga nanti kita bisa jadi teman yang akrab ya Yuuri." Victor tersenyum tampan ke arah Yuuri.
"A..aku harap juga begitu Victor." 'Astaga, kenapa aku jadi gugup begini? Apakah ini semua karena Victor? Sial! Dia tampan sekali. Rasanya tubuhku bisa terbakar hanya dengan melihat seluruh tubuhnya. Tunggu! jangan bilang kalau ini...'
"YUURI HIDUNGMU BERDARAH!" Victor menjerit histeris ketika melihat cairan merah keluar dari hidung Yuuri.
"YUURI! OI KAU TIDAK PAPA?" Yurio juga ikutan histeris. Phichit yang duduk disamping Yuuri juga ikut panik.
'...jatuh cinta pandangan pertama?'
"Eh, aku tidak papa kok. Ini sering terjadi kok, tidak usah khawatir hehe." Yuuri tertawa kecil.
Victor, Yurio, dan Phichit menghela nafas bersamaan. Victor mengambil sapu tangan dari saku kemeja yang ia gunakan, tanpa persetujuan ia membersihkan bekas darah dari hidung Yuuri.
"Jangan membuat kami, terutama aku khawatir lagi ya Yuuri?" Victor tersenyum manis. Sangat manis malahan.
"E..eh baik." Yuuri mengambil sapu tangan yang disodorkan Victor dengan tersipu malu.
Sepertinya mulai sekarang Yuuri harus lebih membiasakan diri apabila berinteraksi seperti tadi dengan Victor.
.
.
.
TBC/END
