One Hour with Harry Potter (and the Love of Her Life?)

Summary: side story Jealousy Makes You Perfect. Post Voldemort. Setelah mengalahkan Voldemort Dan go public, Harry Dan Draco mendapat sedabrek surat meminta mereka menjelaskan hubungan mereka yang rasanya tak masuk akal. Karena merasa sudah kelewatan, akhirnya Harry mau menerima wawancara eksklusif dengan Lee Jordan soal ini.

Disclaimer: hp bukan punya Saya, punya jkr

Lee Jordan Dan tim broadcasting nya sibuk sepanjang Hari itu. Malam itu radio mereka akan kedatangan tamu Paling istimewa, Paling ditunggu-tunggu, karena Harry Potter yang terkenal sangat tak suka media, Dan satu-satunya wawancara eksklusifnya setelah mengalahkan Voldemort hanyalah pada the Quibbler. Setelah itu, cewek itu selalu tutup mulut..Tak pernah suka publikasi.

Tapi rupanya Kali ini berbeda. Mendadak gadis itu berkata bahwa dia dan Draco Malfoy akan datang untuk wawancara singkat mengenai hubungan mereka. Lee tak pernah segirang ini. Dua tahun di dunia radio sihir, ini pertama kalinya dia mengundang pembicaraan dengan konsep talk show. Dia menerima penonton yang harus membayar 25 galleon untuk duduk di 100 (35 galleon yang duduk di bangku terdepan) kursi penonton vip yang dia dan timnya sediakan. Mereka membuat konten ini bisa terdengar ke seluruh pelosok negri, mengiklankan tanpa henti, Dan setengah jam sebelum acara, rating mereka sudah 54 persen.

Penonton sudah mulai berdatangan Dan duduk di kursi masing-masing. Lee mengecek jam nya lagi, lalu menatap sekeliling. Penonton siap. Sofa tempatnya duduk siap. Sofa tempat Harry dan Malfoy duduk siap. Pencahayaan oke. Pengaturan suara lancar. Mode broadcast siap dinyalakan. Grup musik pengiring siap di sisi panggung, saat ini sedang menyanyikan More than Words. Lee meneguk air dari botol minumnya. Sedikit nervous, tapi merasa semua dibawah kontrol.

Lalu Harry dan Malfoy masuk ke studio, disambut tepuk tangan meriah dari penonton. Malfoy mengangkat sebelah alis melihat penonton ini, Harry mengernyit. Lee langsung menghampiri mereka.

"Harry! Apa kabar?" Kata Lee riang, memeluk singkat gadis itu.

Harry tersenyum Kaku. "Akan lebih baik kalau aku sudah jauh-jauh dari sini."

Lee terbahak. "Jangan begitu. Orang-orang inI rela membayar mahal untuk melihatmu."

Harry mendesah panjang. "Aku bahkan tak tahu akan Ada penonton di studio," tandasnya.

Lee menggeleng melihat betapa Tak sukanya gadis ini pada publik, lalu menatap Malfoy. Cowok itu tampak gagah dengan jubah warna navy, tinggi dan berkelas. Lee mau tak mau merasa agak defensif hanya dengan melihat pembawaannya. Kontras sekali dengan Harry, yang hanya memakai baju muggle tunik selutut warna putih Dan legging hitam. Rambutnya dia ikat tinggi. Tapi Harry selalu punya bodi yang luar biasa, dan walaupun bajunya sangat kasual, tetap terlihat apik di tubuhnya.

"Malfoy," kata Lee pendek. Malfoy hanya mengangguk. Gryffindor dan Slytherin Tak diciptakan untuk basa basi.

Lee menggiring mereka ke sofa untuk berdua di depan sofanya. Malfoy duduk di Satu sisi, Harry di sisi yang lain, membuat jarak di antara mereka berdua. Lee mengangkat alis melihat ini, tapi tak berkomentar. Mungkin mereka sedang berantem, pikirnya girang.

Harry duduk bersedekap, wajahnya jelas menunjukan dia memilih berada dimana saja selain di sini. Sedang Malfoy tampak santai, kakinya menyilang, sebelah tangannya melingkari punggung sofa, seolah dialah tuan rumahnya. Gayanya yang elegan tanpa dibuat-buat sekali lagi membuat Lee terintimidasi.

"Kita akan on air sepuluh menit lagi. Kalian siap?" Tanyanya pada mereka berdua. Pasangan itu mengangguk. Lee duduk di sofanya, membaca ulang pertanyaan-pertanyaan yang akan dia ajukan nanti.

Lagu di belakangnya berubah. Still the one by Shania Twain. Lee suka lagu ini. Lagu muggle memang yang terbaik.

"Looks like we made it,

Look how far we've come my baby..."

Lee melihat Malfoy mengetuk-ketuk kakinya pelan mengikuti irama. Lee mengangkat sebelah alisnya. Siapa sangka darah murni macam Malfoy bisa menikmati lagu muggle. Tapi cowok itu mengagetkan Lee lebih jauh lagi. Dia mengetuk pundak Harry dengan tangannya yang melingkari sofa, nyengir saat cewek itu menoleh menatapnya. Harry masih sedikit cemberut.

"We maybe took the long way,

We knew we'd get there someday..."

Lee melihat Malfoy membuka mulutnya, me-lipsync lagu tersebut. Kali ini Lee sungguh terpana. Malfoy hafal lagu ini? Malfoy! Fanatik darah murni pembenci muggle! Hafal lagu muggle?

"They said, I bet they'll never make it..." Malfoy mengedik Lee tanpa melihatnya saat me lipsync lirik ini.

"But just look at us holding on..." Dia mengedik dirinya dan tersenyum pada Harry.

"We're still together, still going strong..."

Lee bagai terhipnotis melihat ini. Senyum Harry mulai merekah, cewek itu menggigit bibirnya menahan tawa. Malfoy nyengir lebar. Mereka berdua saling bertatapan seolah dunia hanya milik mereka, tanpa mengubah posisi duduk mereka, tanpa mendekat, tanpa bersentuhan...

"Still the one

You're still the one I run to

The one that I belong to

You're still the one I want for life..."

Malfoy masih me-lipsync dengan sempurna, kakinya masih mengetuk pelan mengikuti irama, matanya masih menatap Harry lekat. Harry berusaha keras menahan senyumnya, menggeleng-geleng menatap langit-langit. Tapi Malfoy menarik rambutnya pelan, meminta perhatiannya kembali.

"You're still the one that I love

The only one I dream of

You're still the one I kiss goodnight..."

Lee tak tahu harus mengatakan apa. Dia tahu Malfoy Dan Harry sudah lama pacaran, menurut George sejak mereka kelas Satu, tapi dia Tak benar-benar percaya sampai melihat ini. Hal intim ini. Malfoy tidak meneriakan cintanya pada seluruh dunia, tapi bahkan Lee bisa melihatnya, dari matanya yang bersinar saat menatap Harry tersenyum lebar padanya...

"Ain't nothing better

We beat the odds together

I'm glad we didn't listen

Look at what we would be missing..."

Malfoy menaikkan kedua alisnya sambil mengangkat bahu saat me-lipsync ini. Harry kini sama sekali Tak berusaha menahan senyumnya. Mereka tampak tak bisa mengalihkan mata dari yang lain.

Lee merasa seolah dia sangat kecil. Sendirian. Menatap dua orang yang rasanya Tak mungkin bersama, tapi berhasil melaluinya...

Lee menggeleng, dia harus tetap fokus.

Fokus. Dia punya penggemar yang harus dipuaskan rasa ingin tahunya.

Dia bangkit, mengalihkan dirinya dari menatap momen privat Harry Dan Malfoy. Kedua orang itu bahkan tak perlu berciuman di depannya untuk membuat nya malu. Sialan.

Saat dia kembali, Dua menit sebelum on air, Harry sudah nampak lebih ceria dibanding saat dia datang tadi. Lee menelan ludah. Malfoy berhasil membuat gadis ini tersenyum, hanya dengan me-lipsync lagu...

"Enam puluh detik lagi," seru salah seorang tim nya dari sisi panggung. Lee berdiri di posisinya, menghadap penonton. "...Lima, empat, tiga, dua, Satu...!"

Musik pengiring memainkan musik pembuka, fokus cahaya pada Lee, penonton bertepuk tangan riuh.

"Selamat malam para penonton maupun pendengar setia radio Lee Jordan Show. Aku berharap kalian semua sedang dalam kondisi fit, siap menghadapi malam minggu yang gila, atau hanya bersantai di rumah bersama yang terkasih? Karena Kita semua tahu betapa berharga setiap momen bersama orang-orang tercinta Kita.

Bicara soal cinta, tentu saja Kita semua mau tak mau membicarakan yang satu ini. Sang penyelamat dunia sihir. Berulang Kali orang memaksaku untuk mewawancara gadis yang Bertahan hidup, karena rupanya seluruh dunia sihir bertanya-tanya, bagaimana bisa dia pacaran dengan... Well... Pelahap maut?"

Kata-kata ini disambut sorakan Dan tepuk tangan penonton.

"Tapi tenang saja, Kita akan mengetahui segala kebenaran sebentar lagi! Karena sudah hadir di studio, Harria Potter dan pacar yang dipertanyakan, Draco malfoy!"

Sorakan penonton sungguh luar biasa. Lee nyengir lebar, ikut bertepuk tangan sambil menghampiri Harry dan Malfoy lagi. Posisi mereka masih sama. Harry tersenyum tipis, sedang malfoy tampak sama sekali tak peduli dengan sekelilingnya. Cowok sok. Lee berusaha menguasai diri, duduk di sofanya.

"Apa kabar kalian berdua?" Tanyanya basa-basi. "Kau tahu ini seperti mimpi yang menjadi kenyataan bagi dunia sihir. Wawancara eksklusif dengan Sang Penyelamat!"

Harry hanya meringis. Malfoy menatap Lee tertarik.

"Jadi itu julukan barunya? Setelah gadis yang Bertahan hidup, sang terpilih, muka codet..."

Penonton mau Tak mau tertawa. Harry menatap Malfoy tersinggung. "Cuma kau yang memanggilku muka codet!"

"Pothead?"

"Juga cuma kau!"

"Cewek gila?"

"Kau juga!"

Penonton Makin terbahak mendengar ini. Lee menatap cowok itu impresif. Malfoy selalu tahu bagaimana cara menghibur penontonnya, terlihat jelas di jaman mereka masih di Hogwarts dari meja Slytherin yang selalu penuh raungan tawa jika Malfoy sedang bicara.

"Oke, jadi kita tahu kalian berdua pacaran, tapi aku jelas masih ingat persaingan luar biasa saat di Hogwarts dulu. Apa maksudnya itu? Kalian mengelabui seluruh kastil..." Kata Lee, menatap penasaran Harry. "Apa itu hanya cover untuk merahasiakan hubungan kalian?"

Harry menatap Lee tak percaya. "Apa semua orang berpikir begitu? Pada anak sebelas tahun?"

Malfoy tertawa. "Mengelabui... Mungkin saja. Tak ada yang menyangka kan?" Katanya menyebalkan.

Harry memutar bola matanya. "Jangan bicara yang aneh-aneh. Kau tahu mereka akan menangkap lain maksudmu," katanya pada Malfoy, yang mengangkat bahu.

"Tak ada yang berniat menyembunyikan apapun," kata cowok itu. "Hanya saja, aku dan dia sama-sama private person. Dengan sebegitu populernya dia, tak mungkin bisa ngobrol dengan tenang jika Ada di depan banyak orang kan? Pasti Ada yang menatap, menguping... Jadi kami lebih suka bertemu dalam privat. Dan orang melihat kami hanya saat berdebat, karena kami sama-sama emosional, mungkin." Malfoy mengernyit sendiri. "Nah, aku hanya mudah emosi jika bersangkutan dengan dia."

Harry tertawa. "Selalu menyalahkanku."

"Kau, yang selalu menyalahkanku," tandas Malfoy tak mau kalah.

Lee mencium pertengkaran, buru-buru menengahi. "Oke, kurasa aku bisa mengerti itu. Tapi tujuh tahun! Memangnya kalian tidak capek? Bahkan merahasiakan dari sahabat-sahabat kalian sendiri!"

Harry dan Malfoy bertukar pandang. "Tidak juga," kata Malfoy. "Sebenarnya kalau dibilang resminya, kami baru jadian saat kelas empat. Setelah itu Pangeran Kegelapan berjaya, Dan kami baru benar-benar menyembunyikan hubungan. Sebelum itu sih kami tak terlalu peduli siapa yang tahu. Kami bertemu di perpus, tempat yang bisa di datangi semua orang. Kadang berhenti di koridor untuk mengobrol sebentar..."

"Jadi selama kelas Satu sampai kelas empat kalian hanya teman?"

"Teman... Tapi eksklusif?" Kata Harry, mengangkat bahu. "Aku tahu dia menyukaiku dan dia tahu aku menyukainya, dan kami Tak pernah dekat dengan lawan jenis yang lain... Walaupun dia selalu tebar pesona kesana-kemari di belakangku..."

Malfoy memutar bola matanya. "Tentu saja. Mereka memanggilku jalang," tandasnya sarkastis. "Dan Harry Potter pastinya cewek suci yang matanya selalu menunduk dari godaan pria lain..."

Lee dan penonton terbahak mendengar ini. "Kurasa tak begitu Harry," katanya berusaha adil. "Mereka mengatai Malfoy impoten loh. Seluruh sekolah tahu itu, karena dia tak pernah menunjukan ketertarikan pada wanita."

Harry cemberut. "Kau tak tahu saja."

Malfoy menggeleng. "Trims atas kepercayaanmu padaku" tandasnya datar.

"Well, sama-sama," sahut Harry. Mereka bertukar senyum penuh paksa, membuat penonton terbahak lagi.

"Jadi eksklusif. Kalian tak membicarakan soal jadian secara resmi, tapi seolah jadian?" Kata Lee memastikan.

Harry mengangguk. "Bisa dibilang begitu."

"Tapi kalian tetap bertengkar setiap Kali bertemu?" Pancing Lee.

"Ada banyak perbedaan, so banyak pertengkaran," kata Malfoy enteng. "Tipikal Gryffindor dan Slytherin. Kutebak kami akan selalu rukun kalau dia masuk asrama Slytherin."

Penonton yang berasal dari Gryffindor mendesis Tak senang. Harry menatap Malfoy.

"Kenapa bukan kau yang ke Gryffindor?"

"Karena Kita Akan tetap terus bertengkar kalau aku termasuk salah Satu anggota 'serang dulu, berpikir belakangan'."

Penonton berseru-seru marah. Malfoy terbahak. Beberapa penonton tapi ikut tertawa Dan bertepuk tangan.

"Ruangan ini Lima puluh persen berisi gryffindor," ketus Lee tak terima.

Malfoy mengangkat bahu. "Tak pernah takut pada Gryffindor, sori," katanya santai. Penonton mem-buuu Makin keras. Harry tertawa.

"Jangan percaya dia. Dia tahu aku lebih kuat darinya," katanya.

Malfoy meringis. "Tapi aku percaya Sang Penyelamat tak akan menyakiti warga tak bersalah," katanya menggoda. Harry tertawa lagi.

"Menghina Gryffindor adalah kesalahan terberat!"

Para penonton bertepuk riuh mendengar ini. Malfoy memberi Harry senyum manis.

"Aku mulai mempertanyakan cintamu, kau tahu."

Penonton kembali tertawa, bahkan Lee Tak bisa menahannya.

"Oke lanjut, lanjut," kata Lee. "Soal merahasiakan. Kenapa tidak bercerita pada Ron dan Hermione?"

Harry meringis. "Karena aku tahu mereka tak akan senang mendengarnya," katanya simpel. "Tak pernah tahu ada Gryffindor dan Slytherin yang bisa dekat, sampai saat kelas lima Dan aku melihat Alicia Spinnet dengan Warrington. Tapi Warrington tak pernah mengutuk, memaki, menghina keluarga Angelina dan Katie kan? Jadi no, kurasa saat itu, demi ketenangan bersama, merahasiakan adalah jalan satu-satunya."

"Kau tahu akhirnya akan ketahuan juga. Kecuali kau Dan Malfoy tak pernah berniat serius?"

"Aku tahu, aku tahu," tawa Harry bersalah. "Aku hanya berharap, ketika saat itu tiba, kami bisa membahasnya dengan baik-baik, tanpa tongkat teracung. Dan memang berhasil kan?"

"Kalian menjalani ini dengan tanpa keraguan?" Tanya Lee. "Dengan segala perbedaan?"

"Berjalan begitu saja sejak awal," kata Malfoy. "Tak pernah ada keraguan sedikitpun soal perasaanku padanya. Kalau meragukan perasaanya padaku sih sering." Penonton tertawa lagi mendengar ini.

Harry mendesah. "Cemburuan, nama tengahnya."

Malfoy mendengus, tapi tak berkomentar lagi. Dia Dan Harry bertukar pandang, menahan tawa. Privat joke, tentu saja, batin Lee sebal. Dia Paling tak suka melihat pasangan yang bertukar privat joke, seolah sedang menertawainya. Tapi Lee harus fokus. Fokus.

"Jadi Malfoy cemburuan? Tidak kaget juga sih, model egois, anak orang Kaya..." Kata Lee, penonton yang Tak suka pada Draco bertepuk tangan setuju.

Malfoy mengangkat bahu. "Yup. Aku egois, cemburuan, anak orang Kaya, darah murni, pelahap maut... Tapi aku punya pacar yang Bertahan denganku selama tujuh tahun. Sedangkan kau?"

Jawaban itu disambut tawa para penggemar Malfoy Dan tepuk tangan heboh. Lee merasakan wajahnya merah. Sialan si Malfoy. Dia sudah lupa betapa tajamnya lidah itu.

"Trims sudah mengingatkan bahwa aku jomblo," kata Lee Tak bisa menyembunyikan rasa kesalnya.

Malfoy nyengir malas, sekali lagi tak merasa perlu menjawab. Lee makin geram. Harry melihat ini buru-buru berkata, "Tapi ada banyak kebaikan Draco yang menutupi kekurangannya."

"Seperti?" Ketus Lee tak percaya.

"Em," Harry berpikir. "Dia yang memperingatkan Kita saat pertemuan laskar Dumbledore, bahwa umbridge sudah tahu dimana markas Kita."

Lee jelas Tak menyangka mendengar ini. "Hah?"

"Dia yang mengirim Dobby untuk memperingatkanku," tambah Harry. "Tanpa peringatan nya, Kita semua akan di keluarkan dalam sekejap. Jadi kau pun berhutang budi padanya."

Malfoy tertawa melihat Lee melongo. Lee buru-buru menguasai diri.

"Well aku lupa kejadian itu," katanya cepat. Harry hanya tertawa, menggeleng.

"Oke, sekarang aku Akan membacakan sederet pertanyaan dari fans. Dan haters. Kalian harus menjawabnya dengan cepat." Kata Lee lagi, mengeluarkan kartu dari kantung jubahnya. "Kalian siap?"

Harry mengangguk pasrah, sedang Malfoy mengangkat bahu tak peduli. Lee berusaha menahan geramannya.

"Kapan kalian pertama bertemu?"

"Kelas Satu, sebelum Hogwarts." Jawab Harry.

"Dimana?"

"Madam Malkin, diagon alley."

"Siapa yang menyapa duluan?"

Malfoy mendengus. "Sungguh pertanyaan tak penting," tandasnya.

Lee memelototi nya. "Banyak orang yang bertanya-tanya bagaimana bisa kalian saling suka, jadi kuharap kau maklum."

Malfoy memutar bola matanya. "Aku."

"Apanya?"

"Aku yang menyapa duluan," ulang Malfoy lambat-lambat. Lee Makin geram, tapi dia berusaha tetap fokus pada pertanyaan berikutnya.

"Apa kesan kalian terhadap Satu sama lain saat itu?"

Malfoy menatap Harry. "Dia punya mata yang bagus."

Harry nyengir licik. "Dia brengsek." Lee Dan penonton terbahak mendengar ini..

"Cowok brengsek yang tak bisa kau lupakan," sahut Malfoy, mengangkat-angkat alisnya.

Harry meringis. "Terserah apa katamu deh."

Lee tertawa. "Jadi kau belum menyukai Malfoy saat itu?"

Harry mengangguk. "Aku merasa dia cuma cowok sombong tukang buli saat itu. Tapi saat kami sudah mengobrol saat di Hogwarts, baru aku tahu bahwa dia lebih dari itu."

"Siapa yang bilang suka duluan?"

"Draco." Kata Harry.

"Kapan?"

"Kelas dua."

"Tapi kalian jadian saat kelas 4?"

"Yup."

"Siapa yang nembak?"

"Tentu saja aku," tandas Malfoy tersinggung.

"Well, hanya memastikan," kata Lee riang. "Jadi kau duluan juga yang bilang I love you? Atau kata itu tak pernah keluar?"sindirnya.

Malfoy menatapnya tak percaya. "Really Jordan?"

Harry meringis. "Aku yang duluan bilang. Saat kelas lima. Dan dia langsung membalasnya," tambahnya sebelum Lee sempat bertanya lagi.

"Oke, tapi kau jadian dengan Dean Thomas di kelas enam?"

"Putus selama sembilan bulan sejak akhir owl sampai maret tahun depannya." Jawab Harry.

"Wow, dan kalian balikan lagi akhirnya."

"Yeah, begitulah."

"Well, bagaimana rasanya mencium Draco Malfoy?" Kata Lee, tertawa. Penonton bersorak, akhirnya pertanyaan yang seru.

Harry memelototi Lee. "Pertanyaan macam apa itu?"

"Pemirsa ingin tahu Har, apa yang kau rasakan saat berciuman dengan... Well... Slytherin? Atau pelahap maut?"

Malfoy tampak sama sekali tak tersinggung. Dia nyengir, malah menatap Harry, seolah penasaran cewek itu akan memberi jawaban apa.

"Apa yang kurasakan? Apa yang kau rasakan saat berciuman Lee?" Ketus Harry, wajahnya merona.

"Oh ayolah Harry, semua penasaran kan?" Kata Lee, menanyai penonton yang bersorak mengiyakan.

Harry tergagap, menoleh menatap Malfoy untuk mencari pertolongan, tapi Malfoy malah memberinya cengiran menggoda. Harry memelototi nya.

"Aku... Entahlah... Deg-degan?" Katanya bingung. "Sayang?"

Penonton bersorak dan bertepuk tangan kegirangan. Harry menutup wajahnya yang terbakar, sungguhan super malu. Malfoy terkekeh, menggeleng. Lee langsung menyerangnya.

"Bagaimana denganmu Malfoy? Apa yang kau rasakan saat mencium Harria Potter?"

Malfoy nyengir kecil. "Well, yang kurasakan saat berciuman dengannya: aku ingin lebih."

Studio bagai terbalik, penonton bersorak sorai luar biasa. Harry tergagap menatap Malfoy tak percaya, yang cowok itu balas hanya dengan mengangkat bahu. Lee bahkan tak bisa menahan tawanya karena jawaban super jujur ini. Tentu saja, semua cowok akan menjawab sama, hanya saja tak Ada yang berani mengatakan itu di depan pacarnya. Atau di depan Lima puluh persen penyihir di Inggris Raya.

"Draco!"

"What? Aku kan hanya bicara jujur."

"Keluargaku mendengarkan in!"

Malfoy mendengus. "Dan sebelumnya mereka berpikir Kita hanya gandengan tangan selama tujuh tahun pacaran?" Tanyanya sarkastis

Harry Makin tergagap, Dan penonton bertepuk tangan meriah.

Lee harus menarik napas untuk mengendalikan tawanya. "Oke, oke rileks Harry. Tak ada yang menghakimimu di sini."

Harry memelototinya dengan wajah masih merah padam, bersedekap, tapi tak menjawab lagi. Malfoy terkekeh melihat ini, tapi tampak cuek saja melihat pacarnya ngambek padanya.

"Oke, pertanyaan selanjutnya. Apakah draco Malfoy pernah selingkuh?" Tanya Lee.

"No!" Jawab Harry dan Malfoy kompak, Malfoy dengan nada sedikit tersinggung.

Lee tertawa. "Ini pertanyaan dari publik guys, mereka kan tidak tahu. Next, apakah kalian berencana menikah muda?"

"Yes."

"No."

Malfoy mengernyit menatap Harry. "Kau sudah bilang iya!"

Harry tertawa. "Yeah, yeah. Sori keceplosan."

"Jadi Malfoy sudah mengajakmu menikah?" Tanya Lee kaget.

Harry meringis. "Yah, begitulah..."

"Semangatmu membuatku ikut terbakar, Babe," sindir Malfoy, membuat penonton terbahak lagi.

Harry berusaha menahan tawa. Jelas dia sedang menggoda Malfoy soal ini. Lee menahan diri untuk tidak memutar bola matanya.

"Next, siapa yang lebih jago Quidditch? Oh well, tak perlu di jawab yang ini..." Kata Lee, membuat penonton tertawa lagi. Harry nyengir lebar.

"Siapa menurutmu?" Tanyanya pada Malfoy, yang hanya mengibaskan tangannya.

"Next question!"

Penonton tertawa lagi. Lee terkekeh.

"Oke. Siapa yang menghabiskan lebih banyak waktu di kamar Mandi?"

"Dia," kata Malfoy cepat.

"Masa?" Tanya Lee tak percaya, menatap Malfoy yang rapi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Malfoy nyengir malas.

"Oh yeah, Jordan, aku bisa tampil sebagus ini hanya dengan sepuluh menit top."

Lee cemberut. Satu lagi kelebihan si pelahap maut ini. Sebal, dia melanjutkan. "Siapa yang lebih moody?"

Harry Dan Malfoy bertukar pandang.

"Dia," jawab Harry. Malfoy tidak membantah.

Lee mengangkat sebelah alis. "Siapa yang nilai owl nya lebih tinggi?"

Harry menggeram kesal. "Pertanyaan apaan sih itu?" Membuat penonton terbahak.

"Tujuh outstanding dariku. Kau bisa simpulkan sendiri," kata Malfoy, nyengir lebar. Penonton bertepuk tangan kagum. Harry mendesah pasrah. Lee bersiul.

"Wow. Padahal kau tak terlihat kutu buku..."

Malfoy mengangkat bahu. "Aku suka jadi orang pintar."

Penonton tertawa, bertepuk tangan lagi.

Jelas bagi Lee, Draco Malfoy sudah mengambil hati sebagian dari mereka. Cowok ini, elegan,cerdas, rapi, punya selera humor yang oke, Dan jelas sangat menyukai Harry. Apalagi yang diharapkan orang?

Selain kenyataan bahwa dia pernah menjadi pelahap maut...

"Pertanyaan selanjutnya, bagaimana rasanya pacaran dengan pelahap maut?"

Harry mengernyit dalam. "Dan apa maksudnya itu?"

Lee meringis. "Sorry Har, ini pertanyaan terbanyak yang masuk ke redaksi kami..."

"Kau mengatakannya seolah dia bukan manusia," tandas Harry, jelas berusaha keras menahan marah. Malfoy sendiri nampak tak benar-benar peduli, kepalanya masih terangkat tinggi. "Aku tak mengerti kenapa setiap orang harus mempermasalahkan hal seperti ini."

"Kurasa kau tak adil Harry, semua orang bertanya-tanya kenapa kau yang merupakan musuh utama Kau Tahu Siapa malah berkencan dengan anak buahnya..."kata Lee, mengangkat bahu.

Harry menatapnya Tajam. "Lee, coba pikir, apakah kau kira Ada anak enam belas tahun di Hogwarts Kita, bahkan jika anak itu darah murni Paling fanatik sekalipun, Slytherin Paling bull sekalipun, yang ingin jadi pembunuh?"

Lee berjengit. "Well..."

"Yang orang tahu hanyalah, oh Draco Malfoy, pelahap maut. Ayahnya pelahap maut. Bibinya pelahap maut. Pamannya pelahap maut. Jelas dia menikmati ini..."

"Kau tak bisa menyalahkan orang karena berpikir begitu kan?" Kata Lee defensif.

Harry menarik napas, jelas berusaha sabar. "Voldemort," hampir semua penonton, termasuk Lee, berjengit mendengar nama ini. "Pindah ke rumahnya saat dia enam belas tahun, mengancamnya bahwa ibunya akan mati kalau dia tak mau ditandai." Penonton terkesiap mendengar ini. "Kalau kau jadi dia, Lee, apa yang akan kau lakukan? Menolak Dan melihat ibumu mati di depanmu?"

Lee merasa tak nyaman mendengar ini, dia hanya mengangkat bahu. Harry mendengus.

"Draco harus menerimanya. Dan dia berusaha memperbaiki dirinya dengan menjadi mata-mata setelah itu. Satu ekspresi aneh, Satu pikiran yang bebas dari occlumency, Satu kesalahan, Dan dia Akan mati di tempat. Apa kau bisa menanggung Hal seperti itu?" Tandas harry,masih menatap dingin Lee.

Lee mendesah. "Yah..."

"Draco bertempur dengan caranya sendiri, dia berulang Kali membantuku agar tetap hidup. Tanpa dia, aku tak akan Ada di sini sekarang, Dan kalian semua akan masih menikmati hidup dengan tirani Voldemort." Kata Harry tajam.

Penonton bagai terkesima mendengar ini.

"Aku dan Draco tidak menjalani hubungan yang mudah, tapi saat akhirnya bisa hidup tenang tanpa perlu menoleh ke belakang setiap saat, saat dimana kami ingin menikmati rasa tenang setelah hidup penuh tegang tiada henti selama setahun, orang-orang nampaknya Tak rela kan? Setiap Hari kami harus menerima pos burung hantu berisi penghakiman Dan pertanyaan Tak jelas. Yang terakhir menyertakan bubuk mesiu yang hampir meledak di rumah kami," ketus Harry. "Aku sungguh tak mengerti. Apa lagi yang kalian tuntut dariku?"

Semua terdiam, menunduk.

"Aku dan Draco ingin mendiamkan ini, tapi kami merasa Serbuan POS ini harus dihentikan karena kalian sangat mengganggu. Kalau kalian memang tak suka dengan hubungan kami, kenapa tak kalian simpan di pikiran kalian sendiri? Kenapa harus mengirim paku, howler, bubuk mesiu! Setelah apa yang aku dan Draco lakukan untuk kalian?"

Harry menarik napas. "Aku bahkan tak menuntut terimakasih, aku hanya ingin kalian membiarkanku sendiri. Tak perlu berkomentar tentang hidupku, karena aku tak peduli sedikitpun pada pikiran kalian. Tapi aku peduli kalau kalian menyakiti Draco," tandasnya dingin. "Kalau tak suka, datang padaku Dan Kita berduel, Kita lihat siapa yang lebih baik. Jangan cuma berani menyerang lewat POS, menggunakan nama samaran. Pecundang macam kalian membuatku muak."

"Aku juga Akan memberi peringatan," kata Harry. "Jika Ada Satu lagi Surat Tak mengenakan dengan segala hadiah menjijikan dari kalian, aku bersumpah akan mengusutnya, dan Akan kukejar orang itu. Dia Akan berhadapan dengan tongkat ini. " Dia mengeluarkan tongkatnya. "Aku pernah mengalahkan Voldemort hanya dengan expelliarmus. Kalian tak akan menyangka apa lagi yang bisa kulakukan dengan tongkat ini."

Pernyataan ini membuat seluruh penonton bergidik horor.

Lalu Harry kembali duduk bersandar, bersedekap, tanda dia sudah selesai bicara. Malfoy mengusap pipinya dengan Satu jarinya, sangat cepat, sampai Lee tahu tak akan Ada yang menyadarinya. Tapi Lee melihatnya, Dan senyum kecil Harry pada cowok itu jelas mengkonformasinya. Rupanya Dua orang ini sungguh tak bisa menunjukan kemesraan mereka. Walaupun tetap saja siapapun bisa melihatnya.

Membuat Lee sekali lagi merasa kesepian.

Dia ingin punya hubungan seperti ini...

"Well Harry, aku tak tahu Ada penggemarmu yang melakukan itu," kata Lee hari-hati. "Kau benar melakukan ini. Kuharap setelah acara ini, seluruh penggemar Harria Potter bisa melihat bahwa yang dia inginkan hanya hidup tenang. Dan kuharap semua sudah memaklumi bahwa pilihan Harry adalah urusannya sendiri."

Harry mengangguk mengapresiasi.

Lee berdeham, ini saatnya kembali membangkutkan spirit semua orang.

"Baiklah semua, Kita masuk ke sesi kedua acara ini yang berjudul: How much you know Harry Potter: friends vs boyfriend."

Harry Dan Malfoy bertukar pandang, kemudian melihat Ron, Hermione, Dan Dean Thomas masuk ke ruang siaran. Wajah Harry berubah ngeri.

"Pada sesi ini, aku akan bertanya 5pertanyaan terntang dunia Harry Potter. Setiap dari kalian akan di beri papan perkamen, menuliskan jawaban kalian, Dan Kita lihat berapa yang bisa menjawab sama dengan Harry. Intinya, siapa yang lebih mengenal Harry, sahabat-sahabat yang selalu menghabiskan waktu dengannya, atau pacar rahasianya," jelas Lee sambil membagikan papan berisi 5 lembar perkamen. "Lima pertanyaan, tiap soal benar mendapat satu point. Aku tahu ini agak sedikit Tak adil, tiga lawan 1..."

Draco memutar bola matanya. Lee mengangkat alis menatapnya menantang. "Atau kau takut?"

Draco mengangkat bahu. "Well, let's just do it. Aku tahu ini hanya konspirasi untuk membuatku nampak seperti pacar yang Tak mengerti Harry Potter yang terkenal, but whatever," katanya seolah Tak peduli.

"Kalau kau begitu mengenal Harry, seperti yang kalian berdua ungkapkan dalam sesi pertama tadi, harusnya Tak Ada masalah kan?" Sindir Lee.

Draco tak menjawab, tapi membuka botol tinta di sebelahnya, siap menulis. Lee mendesah, mengalihkan pandangannya ke Harry, yang tampak pasrah, Dan ke tiga Gryffindor lain yang nampak penuh tekad. Lee yakin sekali bahwa mereka akan menang. Mungkin Malfoy malah Tak akan bisa menjawab Satu pertanyaan pun. Itu akan membuat Harry berpikir Dua Kali untuk tetap mengencaninya.

Lee menatap penonton lagi, yang nampak antusias. Dia nyengir lebar. "Oke guys, apa kalian semua siap? Right, Ayo Kita mulai pertanyaan pertama,

"It's pretty basic. Apa warna favorit Harry Potter?"

Harry mendengus. "Bisakah kau Tak mengucapkan nama lengkapku seperti itu? Kau bisa mengatakan Harry, Dan semua tetap tahu bahwa itu aku,"tandasnya.

Lee terbahak. "Oh ayolah Harry, Kau tahu aku suka nama lengkapmu."

Harry memutar bola matanya, lalu menuliskan jawabannya di kertasnya.

"Apa kalian sudah selesai menulis jawabannya?" Tanya Lee. Semua mengangguk. "Oke, Mari Kita lihat. Boyfriend, buka jawabanmu duluan."

Malfoy tampak Tak terkesan dengan nama panggilannya, tapi dengan patuh membalik papannya. "Hijau," katanya dengan nada bosan.

Lee mendengus. "Really Malfoy? Kau pikir Harry akan memilih warna Slytherin hanya Karena dia mengencanimu kan? Oke, friends, apa jawaban kalian?"

Ron Dan Hermione menjawab merah, tapi Dean Thomas rupanya sepaham dengan Draco, menjawab hijau. Lee merasa agak kaget melihatnya. Dean mantan pacar Harry, mestinya dia Tak Akan salah.

"Well, terbagi dua jawaban. Aku pribadi merasa merah lebih masuk akal, maksudku, semua Gruffindor suka merah," kata Lee berpikir. "Oke Harry, berikan jawabanmu."

Harry membalik kertas jawabannya, menunjukan HIJAU.

"Oh my God!" Lee terbahak, penonton bertepuk tangan meriah. "Harry! Aku Tak percaya! Kupikir Tak Ada yang lebih Gryffindor darimu!"

"It's the eyes," kata Draco enteng. "Bukan warna asrama. Matanya bagus kan, kalau aku jadi dia, aku juga akan suka warna hijau."

"Tapi kau hanya punya sedikit barang warna hijau,"protes Hermione. "Malah kau cuma punya Satu jubah hijau."

Harry meringis. "Well..."

Draco nyengir. "Baju luar maksudmu..."

Lee Dan penonton langsung berteriak Dan bersorak heboh mendengar ini. Harry menutup wajahnya dengan tangannya, tapi Lee masih melihat rona luar biasa di Sana. Ron tampak seperti mau muntah, Dan Hermione tampak terpukul.

"Maksudku..." Kata Draco berusaha mengalahkan suara penonton, cengirannya Tak hilang. "Dia punya banyak baju muggle hijau."

Lee mendengus. "Alasan bagus Malfoy. Baiklah, masuk ke pertanyaan kedua sebelum Harry terbakar di kursiku, cicilannya belum lunas," penonton kembali tertawa. "Skor sementara, friends 1, boyfriend 1. Well, siap untuk pertanyaan kedua. Kita di Gryffindor tahu persis bahwa Harry sangat suka makan. Aku pribadi merasa tak pernah melihat Harry tak suka pada makanan tertentu. SO, pertanyaan, makanan apa yang sebisa mungkin Harry hindari?"

Ron tampak dengan gesit menulis. Hermione Dan Dean kelihatan sedikit ragu, tapi tetap menuliskan jawaban mereka. Draco sudah meletakkan pena bulunya di atas tintanya, yang berarti dia sudah selesai menulis.

"Oke, Kita lihat jawabannya. Friends, kalian dulu," kata Lee. Ron menulis tofu. Hermione juga menulis tofu. Dean menulis buncis.

"Aku yakin tofu," kata Ron pede. "Sama sepertiku."

"Aku Tak terlalu yakin, tapi Harry Dan Ron punya selera makan yang menakjubkan miripnya, Dan tofu adalah makanan yang Tak terlalu Ron suka..." Kata Hermione ragu.

"Aku pernah melihat Harry menyingkirkan buncis ke piring lain, jadi kupikir dia Tak suka," kata Dean.

"Oke, bagaimana dengan boyfriend?" Tanya Lee. Draco memutar kertasnya.

"Definitely tofu," katanya.

"Oke Harry, beritahu mereka jawabanmu."

Harry memutar kertasnya.

"Yak! Dan jawaban yang benar TOFU! Skor Dua sama."

"Tofu Tak terasa seperti makanan asli. It's just, yaik," jelas Harry.

"Sungguh mengagetkan, Dan selama ini kupikir kau Tak pernah pilih-pilih makanan," tawa Lee, Harry memelototinya.

"Baiklah pertanyaan selanjutnya. Pertanyaan ini berasal dari penggemar berat Harry Potter. APA sifat terburuk Harry?"

Lee melihat Harry meringis saat menulis jawabannya, Draco memberi cewek itu tatapan geli. Ron, Hermione, Dan Dean juga nampak percaya diri.

"Oke, boyfriend, tunjukan jawabanmu."

Draco memutar kertasnya. Cemburuan.

Lee mendengus keras. "Yang benar saja, apa yang di cemburui Harry darimu?" Ketusnya tanpa berpikir.

Draco tampak Tak terpengaruh emosi, dia hanya mengangkat sebelah bahu. Sejauh ini dia bisa menjawab semua pertanyaan dengan benar, Dan Lee jadi mulai meragukan dirinya sendiri. Dia butuh pertanyaan yang lebih sulit mungkin...

"Friends, buka jawaban kalian."

Ketiga teman Harry menjawab kompak. Keras kepala.

"Right. Thanks for your opinions,"kata Harry penuh sarkasm. Ron Dan Dean dan penonton terbahak, tapi Hermione mengernyit dalam menatap Draco.

"Oh ayolah Harry, kau tahu kepalamu keras seperti Batu," goda Ron, membuat semua tertawa lagi.

"Well then, Kita lihat, APA menurut mu sifat terburukmu Harry?"

Harry mendesah panjang, membalik kertasnya. Cemburuan.

Penonton yang mendukung Draco bertepuk Dan bersorak luar biasa heboh. Lee hanya bisa melongo. What? Dia mengenal Harry selama di sekolah, Dan dia tahu persis bahwa Harry sangat santai, sedikit keras kepala, tapi cemburuan jelas bukan hal yang akan kau pikiran tentang Harry Potter.

"Beberapa orang Tak Akan percaya," kata Draco, tampak sangat menikmati kekagetan semua orang. "Tapi akan ku ambil Satu contoh menyebalkan soal ini. Saat aku kelas 5, professor Snape menyuruhku mengajari cewek kelas 2 Slytherin yang gagal di Ramuan. Cewek ini entah mengapa memakai parfum yang luar biasa banyaknya. Aku mengajari dia di ruang prof Snape, sekitar 2 jam mungkin. Aku Tak memikirkan apapun, maksudku, dia anak kelas 2 kan? Dan saat aku bertemu Harry selesai member Les privat, dia mengendusku...yeah, literally mengendusku, Dan mulai meluncurkan aneka kutukan tanpa mendengar penjelasanku..."

"Oh my God..." Harry menutup wajahnya yang merah padam. Seluruh penonton melongo menatap Harry Tak percaya.

Draco terbahak. " Merlin, sungguh menyebalkan. Aku bahkan Tak tahu apa salahku. Dia berteriak soal komitmen, soal apa saja yang kulakukan di belakangnya sampai bisa Ada parfum cewek yang menempel di jubahku... Maksudku, manusia normal akan bertanya dulu sebelum mengutuk pacarnya kan?" Draco nyengir lebar, tampaknya dia Tak mempermasalahkan Hal ini, hanya menganggapnya geli. "Aku mencoba memberitahunya tapi dia mengutukku dengan kutukan tutup mulut. Dan saat aku sedang berpikir berapa hari yang akan kuhabiskan di rumah sakit setelah in, McGonagall datang Dan memisahkan kami. Dia mendudukan kami di kantornya, aku menjelaskan apa yang terjadi, Dan si bodoh inI mendapat sejam penuh omelan kepala asramanya soal mengekang pria, cemburuan kelewat batas, dan entah apa lagi..."

"Astaga, stop Draco!" Tukas Harry, wajah merahnya menyaingi latar merah di belakangnya. Draco terbahak.

"Hanya memberi mereka bukti soal sifat burukmu," kata Draco. "Kau tahu aku tetap menerimamu walau sifatmu buruk."

Penonton terbahak.

"Yeah, aku di kuliahi soal cemburu olehmu!" Bentak Harry tampak sangat kesal.

Draco hanya nyengir kecil. "Oh, aku juga cemburuan. Tapi kau tahu itu bukan sifat terburukku..."

Harry bersedekap, wajahnya masih merah padam, memelototi pacarnya.

Lee berdeham. "Well, jadi skor sementara 3 untuk boyfriend, 2 untuk friends," katanya, melambaikan tongkaynya untuk memperbarui papan skor. "Lanjut ke pertanyaan basic selanjutnya. Apa yang Harry cium di amortensi?"

"Astaga, Mana bisa ingat yang begituan," gerutu Ron, tapi setelah berpikir, dia menulis jawabannya.

Kali in, Draco nampak ragu. Dia mengernyit, tampak mengingat-ingat, lalu menuliskan jawabannya. Lee entah mengapa merasa sangat puas. Akhirnya dia bisa memulai speech soal pacar yang Tak mengerti sama sekali soal pacarnya...

"Baiklah. Friends, kalian duluan."

Dean membuka jawabannya. Treacle tart. Sapu.

Hermione menulis, treacle tart, sapu, dan sebuah parfum.

Ron menulis, treacle tart Dan sapu.

"Very good. Kita lihat jawaban boyfriend."

Draco membalik kertasnya. Treacle tart, sapu, Woody Oriental eau de parfum.

"Very detail Malfoy," kata Lee. "Tapi Kita lihat jawaban Harry."

Harry nyengir, membalik kertasnya. Treacle tart. Sapu. Woody Oriental.

Penonton bersorak heboh. Lee mendesah pasrah.

"Woody Oriental Harry? Siapa sangka seleramu begitu tinggi..."

Harry merona. "Itu parfumnya," katanya sambil mengedik ke arah Draco, yang tampak sangat puas.

" bertengkar saat pelajaran Ramuan amortensi," kata Draco." Aku hanya mendengar dari jauh saat Slughorn menanyainya tentang aroma APA yang dia cium. Granger harus mendapat poin, Karena Harry memang bilang treacle tart, broomstik, and some parfume. Aku hanya menebak kalau parfum itu mungkin milikku, Karena Harry sangat suka aroma itu."

Lee menggerutu, mengganti skor dengan 4-3.

"Kita masuk ke pertanyaan selanjutnya. Apa lagu muggle favorit Harry?" Lee sangat oercaya diri dengan pertanyaan ini. Malfoy terkenal sebagai darah murni anti muggle, Tak mungkin dia bisa tahu apa yang Harry suka. Tapi seluruh Gryffindor tahu lagu apa yang sering dia senandungkan.

Tapi dipikir lagi, dia hafal seluruh lirik lagu Shania Twain tadi kan?

Dan Malfoy Tak terlihat ragu sama sekali saat menulis jawabannya, membuat Lee sangat sebal. Apa yang dia tahu soal muggle?

"Baiklah boyfriend, reveal your asnwer."

Draco membalik kertasnya. Kiss me.

Lee Dan teman-teman Harry terbahak. "Kau kalah Kali ini Malfoy!" Kata Dean girang, membalik jawabannya. Can't help falling in love. Ron Dan Hernione menunjukan jswaban mereka yang sama dengan Dean.

"Right, Dan bahkan aku tahu Harry sangat suka liriknya! Wise maaan saaayyy," kata Lee girang, akhirnya merasa menang. "Oke Harry, tunjukan buktinya."

Harry tampak Tak yakin, tapi membalik kertasnya. Kiss me.

"What?!"

"Tapi Tak pernah sekalipun aku mendengar menyenandungkannya!"

"APA ini konspirasimu Dan Malfoy?"

"Seluruh Gryffindor bisa bersaksi soal ini!"

Harry tampak ingin mengubur dirinya hidup-hidup..Draco menatapnya kasihan.

"Ini bukan salah kalian, lagu jtu lagu privat kami," kata Draco, membuat semua diam mendengar. "Harry selalu menyenandungkannya saat bersamaku. Dia kadang menyanyikannya jika ingin meminta ciuman. Aku justru akan sangat heran kalau kalian tahu..."

"Jadi berapa banyak Hal privat yang kalian punya?" Ketus Hermione. "Aku jadi Tak yakin benar-benar mengenalmu Harry."

Harry berjengit, tapi Tak bisa menjawab.

"Bukan seperti itu," Draco kembali bersuara. "Aku Dan kalian punya posisi yang berbeda kan? Pasti Ada Hal yang aku Tak tahu..tapi aku Dan Harry memulai semua ini dari sebagai teman. Tentu aku tahu hal-hal seperti makanan favorit, teh atau kopi... Dan kemudian kami berkencan, Dan pasti aku tahu soal Hal yang lebih privat yang Tak Akan pernah kalian tahu, seperti kaus atau satin..." Penonton tertawa mendengar ini. "Aku hanya beruntung tahu semua jawaban pertanyaan Jordan. Bahkan sampai saat in, kadang aku masih terkejut dengan sikap Harry. Seperti tadi pagi, dia bangun mendadak, mendorongku jatuh dari kasur saking semangatnya, Karena merasa sangat lapar..." Penonton tertawa terbahak.

Ron Dan Hermione bertukar pandang. Lee mengernyit dalam. Tentu saja. Betapa bodohmya Lee. Harry Dan Draco tinggal di 1 apartment, tentu Tak mungkin mereka tidur di ranjang yang berbeda...

"Oke, jadi skor 5-3. Sudah Lima pertanyaan. Pemenangnya, tak disangka, adalah boyfriend Draco Malfoy!"

Penonton bersorak, bertepuk tangan ramai.

"Oke, Kita akan break sebentar. Stay tuned di channel Lee Jordan show!" Seru Lee dan terdengar suara musik dinbelakangnya.

Harry berdiri, menghampiri Ron dan Hermione, berbicara berbisik dengan teman-temannya. Malfoy tampak sangat berpuas diri, sekali lagi melingkarkan tangannya ke punggung kursi, mengetukkan kakinya sesuai irama band. Kiss me. Lee tak bisa menahan diri, melirik sebal band nya. Percaya pada mereka untuk jatuh pada pesona Malfoy juga.

Mereka break selama lima menit. Lee mendatangi Harry yang masih ngobrol dengan Ron Hermione. "Har, Kita on air tiga puluh detik lagi."

Harry mengusap wajahnya, tidak menjawab Lee tapi berjalan ke kursinya. Malfoy memberinya tatapan bertanya. Harry duduk di sebelah nya, masih dengan posisi terjauhnya, lalu mendekatkan wajahnya sedikit untuk mengatakan sesuatu pada Malfoy. Cowok itu menjawab hanya dengan memutar bola matanya. Harry menatapnya tak terkesan.

Well, trouble in paradise sepertinya.

Nyengir dalam hati, Lee membuka acara lagi. "Ladies and gentlemen, kembali lagi di acara Lee Jordan show!" Penonton bertepuk tangan, beberapa bersiul. "Masih bersama tamu istimewa Kita, Harria Potter dan Draco malfoy. Tadi Kita sudah melihat bahwa ternyata Malfoy sangat mengenal Harry, bahkan dari hal-hal Paling remeh sekalipun, dari hal-hal yang bahkan sahabt terdekatnya tak mengetahuinya. Jadi sekali lagi berikan tepuk tangan untuk malfoy!"

Penonton bertepuk tangan meriah. Malfoy nyengir kecil.

Lee duduk di kursinya di depan Harry dan Malfoy lagi.

"Kurasa sudah cukup membuktikan bagi seluruh dunia sihir bahwa kalian memang tujuh tahun pacaran, mengerti Satu sama lain, Dan saling jatuh cinta," kata Lee sportif.

"Dan jangan lupa ancamanku," tambah Harry, tersenyum kaku. Lee mengangguk.

"Kami semua berharap kau bisa menikmati hidupmu yang selanjutnya Harry. Kau tahu seluruh dunia sihir mencintaimu."

Harry hanya mengangkat kedua alisnya tinggi sebagai jawaban. Lee tertawa.

"Kudengar kalian akan kembali ke Hogwarts tahun ini?"

"Yeah, masuk tahun ke-8. Kepala sekolah meyakinkan seluruh siswa yang ingin kembali untuk segera menghubunginya, dan Akan langsung bisa mulai September ini," kata Harry.

"Jadi tahun ini kalian akan ke sekolah tanpa menyimpan rahasia. Bersemangat?" Kata Lee, sedikit sarkasme.

Malfoy mengangkat bahu. "Tak akan Ada bedanya kurasa."

"Tentu beda. Kalian bisa ke Hogsmead bersama, makan bersama di Satu meja di aula besar..."

Harry dan malfoy bertukar pandang. "Yeah, kurasa," kata Harry akhirnya, nyengir. "Tak terpilih sampai Sana, sejujurnya."

"Kau menolakku untuk pergi ke Hogsmead bareng saat kelas 3," Malfoy mengingatkan datar.

Harry memutar bola matanya. "Karena aku tak mendapat izin pergi dari paman dan bibiku. Berapa Kali harus kukatakan!"

Lee terkekeh. "Pasti akan menjadi tahun yang berbeda untuk kalian, Dan kami semua berharap kalian menikmatinya." Lee menatap jam nya. "Wow tak terasa sudah Satu jam berlalu. Sudah saatnya berpamitan..."

Penonton berseru protes.

"Sori guys, tapi Harry hanya menjanjikan siaran selama sejam. Aku juga berharap bisa mengundang kalian lagi setelah ini. Sungguh satu jam yang sangat seru, mengulik kehidupan cinta Harria Potter yang selama ini dia simpan rapat-rapat. Thanks so much Harry dan Malfoy atas kesempatan nya." Harry dan Malfoy mengangguk, wajah Harry tampak sangat lega. "Terimakasih banyak untuk penonton yang Ada di studio maupun di rumah, penggemar setia radio Lee Jordan show. Kita Akan kembali hadir besok dengan beragam topik berbeda setiap harinya. Selamat bermalam minggu, Dan, sampai jumpa."

Band di belakangnya mulai menyanyikan can't help falling in love. Lee berdiri dari kursinya untuk memeluk Harry Dan bersalaman dengan Malfoy. Harry langsung berpamitan, lalu mengajak Malfoy pergi buru-buru.

Lee mendesah, menatap dua punggung itu dari belakang.

Cinta tak terduga.

Andaikan dia juga bisa mendapatkannya...

-fin-

Review?