"HOME WORK"

CHAPTER 1 :: WORST HOMEWORK EVER

.

.

Aha! First Fic! Karena Curut bahagia akhirnya publish juga, curut akan menjadi gila sesaat. Hanya sesaat. Fic selanjutnya gak akan segila ini. Curut janji

Hiks... curut jadi terharu... hiks*crooot**buang ingus*

Okey, hentikan dramatisnya, curut harus tegar.

Murasakibara : Cu-chin, hentikan semua itu. Aku terlalu lelah menunggu. Bisa kita mulai sekarang?, aku ingin makan coklat.

Curut : iyaiya, sebentar ya Mukkun sebentar...

Murasakibara : ciih... sebentar versimu itu minimal 20 menit tahu...

Curut : hehe... *sweatdrop*

Okey minna, untuk cerita kali ini, sepertinya tidak ada puisi pembukanya.

Kise : HUUUWAAAAAAAA

Curut : are..., kenapa kau menangis?

Kise : entahlah hiks... aku jadi tidak bisa merasa terharu atau kesenangan lagi ketika membaca ceritamu karena kali ini tidak ada puisinya.

Curut : hei, kau sudah baca naskah kan Kise?, kau pikir cerita ini cocok aku beri puisi manis seperti itu?

Kise : enggak-ssu

Curut : ya sudah, di sini aku yang berkuasa jadi kau ikuti saja perintahku HWAHAHAHAHA-"

*di ignite pass*

Kise : KUROKOCCHIII!, KAU MEMBUAT AUTHOR MATI!

Kuroko : Author-san membuatku marah.

Kise : ya sudah mau bagaimana lagi, sekarang aku yang harus melakukan Opening Fic yang lebih gak jelas ini. OKE MINNA, TANPA BANYAK BACOT DARI TERIAKAN CEMPRENG SUPER AUTHOR, MARI KITA AWALI FIC INI!. HAVE A NICE READ! *ngedipinsebelahmata**ngasihtandapeace**ignitepassmeluncur**Kisepunpingsanjuga*

Kuroko : Kau tidak beda jauh Kise-kun

0_o

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Mendapat tugas mengarang? Baaah ... itu merupakan tugas terburuk yang pernah ada menurutku. Jika kau menawarkanku push-up 1000 kali sehari atau mendapat tugas mengarang, dengan cepat aku akan memilih tugas push-up 1000 kali nonstop dalam sehari. Yaaa ... memang terdengar terlalu sadis. Jika kau memintaku untuk menceritakan kenyataannya, aku sih tidak bisa push-up 1.000 kali nonstop dalam sehari, 10 kali saja pun aku juga pasti sudah kelelahan. Tapi, inikan hanya sebuah "kata pemisalan". Pemisalan untuk menunjukan seberapa bencinya diriku jika di beri tugas mengarang.

Guru sastraku, Ma'am Sinaki yang seorang guru sastra killer, bukan guru bahasa inggris yang meminta kami memanggilnya "Ma'am" bukan "Sensei", yang pikirannya aneh, kepalanya sedikit miring, dan aku juga ragu jika ia waras, memberi kami "murid – murid dengan daya khayal dan imajinasi di atas rata – rata" tugas mengarang minimal 2 lembar kertas HVS dan dikumpulkan besok. BESOK, bukan LUSA, ataupun mungkin MINGGU DEPAN. Ya ampun, ini sangat buruk. Sangat buruk, maksudku BURUK SEKALI. Melebihi level BURUK SEKALI yang tertinggi.

Kata pemisalan untuk keadaannya adalah Super Duper Hyper Mega Super Buruk. Tidak, keadaannya jauh lebih buruk, seharusnya pemisalannya adalah super-duper-mega-hyper-kilo-sangat-sangat-extra-terlalu-sangat-buruk.

Jika aku kembali mengingat apa yang dikatakan oleh Ma'am Sinaki tadi siang di depan kelas dengan suara cemprengnya yang sukses membuat seluruh murid yang duduk di dalam kelas menutup kuping dan membuat kaca kelas sedikit retak karena teriakan Ma'am dengan sufiks-nge nya yang membuat semua orang mulai greget untuk memutilasi tubuhnya saat ia tertidur nanti malam.

KUROKO NO BASUKE

DISCLAIMER : DARI DULU SAMPAI SEKARANG, KUROKO NO BASUKE HANYALAH MILIK FUJIMAKI TADATOSHI SENSEI SEORANG.

HOME WORK: THIS STORY BELONGS TO ME

COMEDY(COMEDY KAGAK JADI), SCHOOL LIFE, TRAGEDY, ETC.

WARNING : CERITA INI BERASAL DARI IMAJINASI OTAK CURUT SENDIRI BUKAN HASIL KARYA MENCONTEK, ATAU MENJIPLAK ATAU APAPUN YANG SEJENISNYA. BILA TERDAPAT PERSAMAAN NAMA TOKOH, ATAU TEMPAT ATAU CERITA, ITU TIDAK DISENGAJA. Sekali lagi, TIDAK DISENGAJA. SELAIN ITU, COMEDY DI FIC INI JUGA JADI-JADIAN, JADI MOHON MAAF KALO GAK ADA YANG KETAWA. Sekali lagi, MOHON MAAF. CURUT TIDAK MEMAKSAKAN SIAPAPUN UNTUK MEMBACANYA, JADI JIKA KURANG SUKA SILAHKAN TEKAN TOMBOL BACK.

OKEH MINNA, LET'S START THIS FIC

READY?

.

.

GO!

...

"anak – anak!" suara cempreng entah yang mungkin melewati level tertinggi di muka bumi itu memulai hal buruk di hari ini. " Karena hari ini Ma'am harus ikut pergi rapat dengan guru – guru di seluruh kota Tokyo, jadi dengan terpaksa Ma'am harus meninggalkan kalian hari ini. Untuk kalian agar tidak terlalu merasa kebosanan karena merasa rindu pada ma'am, jadi ma'am akan memberikan tugas untuk kalian-nge".

"APA? SERIUS?SERIUS?SERIUS?SERIUS?SERIUS?"

Batinku menjerit kesenangan. Mungkin, jika aku seorang anak alay, batinku akan menjerit seperti...

"SUMPEH LO?! SUMPEH LO?! SUMPEH LO?! SUMPEH LO?! SUMPEH LO?! AAAGGHHHH GILE TU GURU YANG CEMILANNYA KADAL REBUS KAGAK SALAH NGOMONG?"

(lupakan yang di atas... itu out of script...)

Aku sebagai seorang anak yang selalu berimajinasi di mana pun, kapan pun, dan yang sudah sangat benci pada guru yang satu ini, tentu saja aku merasakan rasa bahagia tidak tertahankan dari dalam tubuhku.

"OOHHH YEEEAAAAAHH! PERGI SANA GURU BUSUUUK!"

Ya kira – kira itulah jeritan batinku.

Walaupun ma'am Sinaki hanya pergi untuk hari ini tetapi tetap saja rasanya aku akan bebas dari jeratan omel cerewet dari guru yang uforia berat dengan kacang tanah ini. Jika bisa diartikan dalan kata – kata yang tertoreh di atas kertas, pemisalannya jika kau memiliki guru seperti ma'am Sinaki adalah kau akan merasa tersiksa dan menyesal seumur hidupmu. Selain itu, jika kau memiliki guru seperti ma'am Sinaku, sama saja artinya seperti kalian menghabiskan masa SMP kalian yang sangat berharga. Sebegitukah rasanya? Iya.

Aku bisa mendengar suara teriakan kencang yang di tahan oleh murid – murid di kelasku. Beberapa anak bahkan juga telah menahan tawa kegirangan mereka.

"Asik-ssu! Betulkan Aumoocchi?" teriakan cempreng ala model yang duduk di sebelah kananku terdengar terlalu bersemangat. Ya, jujur saja ini akan menjadi salah satu hari terbaik di dalam hidupku. Sehari tanpa Ma'am Sinaki di kehidupan rasanya mungkin sama seperti meminum minuman dingin di gurun sahara.

Kise Ryouta, model di salah satu majalah ternama itu terlihat menyandarkan dirinya ke kursi dan dengan dengan gayanya yang menurutku sok tampan mungkin?, ia tersenyum ke arahku. O-okey.. aku merinding ketka ia menatapku.

"yes, akhirnya aku bisa tidur siang dengan bebas" ucap laki-laki berkulit nan hitam di sebelahku sambil menutup buku tulisnya yang kosong melompong. "tak perlu aku mendengar celotehannya yang tidak masuk akal"

"Aomine-kun, kau sangat tidak sopan!", kini perempuan berambut merah mudah yang duduk di sebelah pemuda yang bernama Aomine itu menyikut lengan Aomine dengan cukup keras dan sukses membuat Aomine meringis kesakitan. "bersikaplah sedikit lebih sopan bodoh!"

"oi.. Momo-chin, Mine-chin..." kini suara yang lebih malas lagi ikut dalam perbincangan aneh ini. "lebih baik kalian menemaniku ke supermarket di depan Maji Burger saat Sinaki-chin keluar" suara santai Murasakibara menggema di kuping – kuping pemuda pemudi yang berada di sekitarnya.

"haha... kau lebih tidak sopan lagi tau Murasakibaracchi!" ucap Kise kegirangan.

"aku tidak peduli. Aku ingin Poc*y" ucap Murasakibara yang terlalu lapar, ia bahkan mulai kembali mengemut pensilnya. Mungkin kini ia sedang membayangkan bahwa pulpen itu merupakan poc*y rasa coklat.

"kalian terlalu berisik nanodayo, terutama kau Kise, seorang Gemini sebaiknya tidak terlalu banyak bicara hari ini tau, gemini hari ini berada di urutan paling bawah". Kini suara pemuda yang mempunyai ciri khas mulai ikut campur dalam percakapan aneh ini. Di atas mejanya ada sebuah balon berwarna kuning yang di ikatkan padda batu agar tidak terbang ke atas. Biar aku tebak, itu adalah lucky item-nya untuk hari ini. Entah apa yang di pikirkan oleh laki-laki yang kepalanya lumutan ini, aku tidak pernah paham dengan pikirannya mengenai ramalan Oha-Asa itu.

"nyeh, aku tidak peduli dengan Oha-asa bodohmu itu" ucap Aomine kasar.

"Aomine-kun!" kini suara perempuan yang halus kembali menegur Aomine.

"hei Midorimacchi, balon itu jangan bilang kau mencurinya dari tukang balon di taman! lagi pula, tumben sekali kau memperhatikan aku" teriak Kise kegirangan.

"oi!, aku tahu mencuri itu tidak baik jadi tidak ku lakukan. Lagi pula aku hanya memberi tahumu, bukan karena aku peduli padamu. Tetapi hanya melakukan untuk kebaikan bersama dan kesaktian Oha-asa tentunya" tukas Midorima cepat.

"tsundere-nya kambuh..." pikirku.

"memangnya Oha – asa memiliki kesaktian seperti sailormoon?, bisa mengubah mahkota di dahinya menjadi senjata" ucap Aomine malas.

"atau mungkin kesaktiannya melebihi kesaktian pak dukun?" susul Kise (sumpah ini ngawur)

"Poc*y... Poc*y " aku bisa mendengar bisikan pelan dari si titan ungu itu.

Aku yang mendengar percakapan bodoh di sekelilingku iini hanya sanggup untuk menutup telinga, ya kurasa kepergan Ma'am Sinaki tidak akan berjalan dengan sangat menyenangkan karena adanya pemuda MeJiKuHiBiNiU di kanan, kiri, depan dan belakang kursiku. Ya ampun.

"Oha-asa itu tidak pernah salah nanodayo. Itu kesaktiannya" kini Midorima kembali melakukan tapping.

Kise tercengir lebar dan mulai mengubah posisi duduknya ke bagian samping kanan. "benarkah? Apa jika aku bertanya apa merek celana dalamku Oha-asa juga tidak akan salah?" . ini pertanyaan yang luar biasa absurd.

"kupikir Oha-asa tahu segala macam sampai merek celana dalammu? Baah... itu namanya kau yang kelewatan bodoh Kise" ucap Aomine malas dan di susul suara Aomine menguap.

"aku baru tahu bahwa Kise-kun dan Midorima-kun juga bodoh" terdengar suara halus yang baru saja mengikuti percakapan di tengah pelajaran ini.

Tunggu dulu...

Hening...

Terdiam...

Mulai merinding...

"GGYAAAAAAAAAAAA! KUROKO/TETSU/TETSU-KUN/KURO-CHIN/KUROKOCCHI! BERHENTI MELAKUKAN HAL ITU!" Kini teriakan laki – laki unyu di tambah dua remaja putri (jangan lupakan aku) menggema keras tanpa peduli dengan keadaan kelas.

"e-ee... aku melakukan apa?" ucap Kuroko tanpa rasa penyesalan karena sudah berhasil membuat Kisedai plus Momoi nyaris kehilangan nyawa akibat keterkejutan dengan kemunculan Kuroko secara tiba – tiba.

"TEME! KAU!"

"KUROKOCCHI! JANGAN PURA – PURA TIDAK MENGETAHUI APA YANG TERJADI!"

"Kuro-chin. Kau harus menghilangkan kebiasaan burukmu itu"

"Tetsu-kun, bisakah kau muncul dengan cara normal yang alakadarnya?"

Suara protes menggema di kelas hanya dikarenakan oleh satu remaja lelaki dengan warna rambut biru blunnete, bola mata berwarna biru yang indah dan kulit putih pucat dan jangan lupakan tentang hawa keberadaannya yang sangat tipis. Ya, dialah Kuroko Tetsuya.

Aku rasanya ingin juga memberikan protesku pada Kuroko-kun, tetapi aku segera menengok ke arah belakang dan menemukan Akashi duduk tenang dengan wajah manis. Tetapi ada yang tidak beres. Tangannya memegang gunting. Aku yang sudah membuka mulut dan bersiap memberikan tanggapanku segera tutup mulut.

"e-eh.. maafkan aku jika begitu. Akan aku usahakan agar aku muncul dengan cara yang normal" ucap Kuroko dengan wajah datar.

Bisakah kau sedikit saja menujukan ekspresi? Pikir batinku.

"ya, itu harus kau usahakan sebelum kau berhasil membuat semua sahabatmu memiliku penyakit jantung koroner" ujar Aomine yang masih mengelus – elus dadanya

CEKRIS... CEKRIS...

Suara yang lebih menyeramkan dibandingkan dengan lolongan serigala itu memang sangat kecil suaranya, tetapi, aku dan Kisedai dapat merasakan sesuatu yang dingin masuk melewati telinga kami masing –masing. Terus... terus mengalir ke dalam dan menyalurkan hawa dingin yang menakutkan. Bulu kuduk kami semua mulai berdiri dan menengok ke arah belakang dengan patah – patah. Sang kapten, Akashi Seijuuro duduk dengan tenang sambil memainkan gunting panjang berwarna merah di tangannya. Membukanya... menutupnya. Oh ya tuhan, kuharap kau akan mengampuni semua dosa yang telah kuperbuat.

Tatapan ceria dan tawa canda sirna seketika setelah melihat sang kapten yang tersenyum manis. Itu kelihatannya tersenyum manis, di balik senyum itu ada seringai jahat setan yang kapan saja siap membunuh kami hanya dengan gunting besar milik Akashi Seijuuro.

Bagus, pikirku. Aku hanya berpikir jika seorang Akashi Seijuuro hanya memegang gunting saktinya dan ia bisa membuat semua bocah pelangi ini bungkam, mungkin aku bisa mencobanya. Aku hanya perlu membawa gunting kecilku yang berbentuk kodok, dan jika seseorang menggangguku aku hanya perlu merogoh kantung dan meraih gunting serta menodongkannya kepada orang yang mengancamku dan berteriak "MATI KAU! MATI KAU! ATAU AKU YAKIN KAU AKAN AKU MUTILASI DENGAN KEKUATAN GUNTING KERTAS BERBENTUK KODOK!"

Okey, sudah kubilang di awal. Imajinasiku ini tanpa batas.

Akashi Seijuuro memberikan senyuman mautnya kepada kami semua, aku yang tidak terlibat sama sekali juga ikut terkena senyuman maut dari Akashi-kun. Rasanya aku ingin sekali berteriak "hei kepala merah!, aku tidak ikut campur sama sekali. Jadi bolehkan aku keluar atau akan ku gilas kepalamu sampai tidak berbentuk!", tetapi kini Akashi Seijuuro berada tepat di depan mataku. Aku yakin jika aku melepaskan ucapanku tadi padanya, aku pasti sudah kembali dengan meninggalkan jasad penuh bekas besetan gunting Akashi. Hiii... creepy...

"sudah puas kalian berbicara tentang hal bodoh?" tanya Akashi halus. Aku yang sudah ketakutan setengah mati hanya ikut mengangguk – angguk sebagai tanda mengerti. Begitu juga semua anggota Kisedai.

"bagus. Akhirnya kalian mengerti. Jika kalian tidak mengerti, mungkin kini darah akan mengalir deras dengan indah dan membanjiri meja sekolah. kalian hanya beruntung aku sangatlah baik hati terhadap kalian"

"BAIK HATI DARI MANA?" Semua batin kami menjerit setelah jantung kami rasanya seperti sedang melakukan skiping.

"Bagaimana tawaranku?, mau kalian mati dengan cara mengenaskan atau diam hanya untuk beberapa menit?" kata – kata yang sangat dangkal tetapi sangat masuk ke dalam. Secara spontan kami hanya berkeringat dan membetulkan posisi duduk kami masing – masing.

Kami mencoba untuk kembali tenang di meja masing – masing. Tubuhku masih bergetar ketakutan karena aku masih benar – benar ingat wajah Akashi yang menyeringai ke arahku dan mengatakan "matilah kau". Semua bulu kudukku masih berdiri dan dingin masih menyelimuti tubuhku.

Segitu menyeramkannya kah Akashi Seijuuro ini?

Yaaa, kira – kira itulah yang aku rasakan.

Tubuhku merinding dan bergetar ketakutan. Hawanya, tidak mungkin, Akashi hanya duduk dan berbicara halus serta beberapa kali memainkan guntingnya. Bagaimana caranya ia dapat menyebarkan aura – aura yang menakutkan ini. Memang, yang ku tahu adalah Akashi Seijuuro adalah seorang anak laki – laki yang baik, tetapi ada beberapa saat di mana Akashi dapat menjadi sesuatu yang sangat mengerikan. Bahkan jika kau ingin pendapat pribadiku, lebih menyeramkan dari pada seorang pembunuh yang siap menusukku dengan belati, jika kau minta perbandngannya akan aku berikan angka 1000 : 1.

Bagus pikirku. Jika aku berbicara sekali saja, atau mungkin hanya mengatakan "aahh", besok orang – orang akan datang ke acara pemakanam "Aumo Ichiya".

Ma'am Sinaki yang melihat tingkah Akashi yang duduk di bagian belakang kelas hanya memberikan senyum lebar yang sama sekali tidak dapat diartikan dengan kata – kata. Terlalu rumit dan sulit.

"Arigatou Seijuuro-san telah menenangkan bocah – bocah tengik di sekitarmu itu"

"KAMI BUKAN BOCAH TENGIK!", jerit batinku dan anggota Kisedai kecuali Kuroko dan Murasakibara. Perempatan muncul di dahiku, Aomine, Kise dan Midorima, sedangkan Akashi hanya tersenyum puas atas keberhasilannya membuat mulut kami berhenti berceloteh tidak penting, Kuroko hanya membekap mulitnya agar tidak berbicara. Aku tahu Kuroko masih menyayangi hidupnya. Sedangkan Murasakibara... aah... dia hanya diam dan melihat ke arah langit – langit atap sekolah. mungkin kini di benaknya, melayanglah Poc*y di atas kepala Murasakibara.

"Nah, anak – anak. Kalian akan Ma'am berikan tugas mengarang-nge. Lihat buku sastra kalian halaman 174. Di halaman itu adal sebuah cerita-nge. Kalian bisa melihatnya kan? Iya kan? Nah judul cerita itu adalah Tommy? Tommy apa anak – anak?"

Satu kelas terdiam.

"Tommy Breifer-nge. Nah, cerita itu-nge, bisa kalian baca sendiri. Cerita itu terpotong. Tugas kalian adalah sambung cerita itu sesuai dengan imajinasi kalian. Jangan lupa gunakan bahasa baku, yang menggunakan bahasa tidak baku, tugasnya tidak akan ma'am terima. Ma'am akan suruh yang salah membuat tugas berlari keliling sekolah 20 kali-nge, lalu mengerjakan ulang. Ingat? Kerjakan ulang"

Aku mulai meneguk ludah dan keringat mulai mengalir deras.

"kumohon hentikan sufiks-nge itu-ssu..." ucap Kise jengkel sambil menutup kedua telinganya rapat. "itu sangat menjengkelkan bukan Aumocchi?" tanya Kise padaku.

Kenapa dia jadi bertanya padaku...

"ngeh..." ucapku untuk memberi respon pada laki – laki berambut kuning terang itu. "sufiks-ssu mu itu lebih menjengkelkan lagi tahu" ejekku padanya.

Aomine tertawa kencang.

"hidoi-ssu!"

Yes aku berhasil.

CEKRIT...

Jengjengjengjeng... Akashi Seijuuro kembali memainkan gunting. Jantungku berdebar sangat kencang, mungkin jantungku sedang bermain skipping di dalam(apaan sih...).

Aku kembali bungkam sebelum nyawaku melayang – layang bebas di angkasa.

"tugas itu di kumpulkan besok. Ingat besok anak – anak. Di ketik di komputer minimal 2 halaman kertas HVS" Ma' am Sinaki melanjutkan kata – katanya.

"pppffftthhh... kita mau menulis naskah atau mengerjakan tugas?" aku bisa mendengar bisikan kecil dari Aomine. Dan tak lama, disusul pukulan kasar dari Momoi.

Seseorang di ujung kelas menunjuk tangannya ke atas dan memberanikan dirinya untuk bertanya. Ya, aku kenal dia. Yukita Mizuki. Di terkenal akan nyalinya yang besar di serta berani menanggung resiko ketika berhadapan langsung dengan Ma'am Sinaki. Anak itu punya nyali besar ternyata.

"Ma'am Sinaki. Ano... bagaimana jika saya menggabungkan cerita Tommy ini dengan cerita Romance? Atau mungkin Hurt /Comfort, atau mung-"

"blablabla... jangan banyak bicara kau!" potong Ma'am Sinaku kasar. Aku sudah mulai menggenggam tanganku untuk menahan amarah yang mulai menguasai tubuhku.
"apa itu Hurt atau Comfort atu blablabla itu? Hah? Kupingmu di mana-nge? Ma'am bilang bebas tetapi dengan bahasa baku kan?" teriak ma'am Sinaku cempreng.

Yuki-san masih berdiri kaku karena nyalinya sudah di hisap habis oleh ma'am Sinaki.

"A-ano, Ma'am, itu genrenya ma'am. Bukan masalah baku atau tidak. Uuummmmhhh... ma'am tahu? Itu genre cerita" ucap Yuki mulai mengumpulkan keberanian.

Beberapa anak mulai menahan tawa melihat Ma'am Sinaki yang mulai merah padam akibat rasa malu yang ia dapat hanya karena tidak mengerti hals sesepele itu.

"yaaa... coba kau bilang seperti itu sejak tadi-nge bahwa itu genre. Kan Ma'am sudah bilang, terserah kalian. Yang penting di kumpulkan besok!" teriak ma'am Sinaki lagi dengan memasang wajah garang terpaksa untuk menahan rasa malu.

Seorang anak berdiri dan mengacungkan tangannya sebagai tanda untuk bertanya.

"ma'am, apabila lanjutan ceritanya sang Tommy menemukan Gundam raksasa boleh tidak?" tanya anak laki-laki dengan rambut berantakan.

"boleh, terserah kalian-nge"

"jika sang Tommy menemukan tumpukan buku?" tanya anak berkacamata tebal.

"boleh, terserah kalian-nge" ucap Ma'am Sinaku yang mulai emosi.

"jika sang Tommy melihat sungai lalu ternyata sungai itu memperlihatkan masa depan?"

Ma'am Sinaku menarik nafas dalam, dan bomnya meledak. "SUDAH MA'AM BILANG BOCAH – BOCAH TENGIK!TERSERAH KALIAN! MAU SANG TOMMY TERCEBUR, ATAI MENEMUKAN GUNDUKAN KOTORAN, ATAU BERTEMU DENGAN HARRY POTTER ITU TERSERAH KALIAN! YANG TERPENTING GUNKAN BAHASA BAKU-NGEEE!" teriakan cempreng memecahkan jendela kelas.

.

.

.

Yaaa... itu yang kira – kira terjadi tadi siang di kelasku. Freeclass setlah itu memang menyenangkan, tetapi sejak pertengkaran hebatku dengan anggota Kisedai tadi, itu malah membuatku dengan dengan mereka, para anggota Kisedai tidak berhenti – henti mengajakku berbicara dengan mereka. Melelahkan. Selain itu, entah mengapa ide untuk melanjutkan cerita Tommy Breifer itu sangat sulit keluar. Semenjak tadi siang, ide – ide briliant ku tidak juga keluar. Itu jelas membuatku frustasi berat.

Malamnya, setelah aku menghabiskan makan malam di rumah aku segera meraih handphoneku yang tergeletak di meja makan dan segera berjalan ke arah kamar untuk mengunci diriku di kamar untuk membuat tugas dari ma'am Sinaki. Tetapi malam ini aku hanya sendiri di rumah.

Ketika aku pulang sekolah tadi, keadaan rumahku mencari keberadaan Kaa-san selama 20 menit, yang aku dapatkan hanyalah sepucuk kertas yang terletak di atas meja makan dan menorehkan kata – kata.

HAAAIIII AUMOOOOO ANAKKUUUUU!

Maafkan kaa-san karena kaa-san tidak ada di rumah. Pasti kau mencari – cari kaa-san kan? Sekali lagi MAAFKAN KAA-SAN! MAAFKAN KAA-SAN!

Seperti yang kau tahu, kaa-san harus menemani adikmu untuk drama malam nanti. Kau tahukan adikmu mendapat peran apa, iya kan? Iya kan? Adikmu itu mendapat peran penting tahu!

Setelah membaca separuh surat itu, aku mencoba mengingat adikku mendapat peran apa. Oh ya, ia mendapat peran supir truk (jangan tanya jika kalian berteriak "MEMANG ADA?!"). aku memutuskan untuk kembali membaca apa lagi isi surat alay dari kaa-san.

Kaa-san akan berada tetap di teater sampai tengah malam. Selain itu, kakak-mu akan menginap di rumah kawannya sampai lusa. Tou-san juga akan lembur malam ini. Tidak keberatankan kau tinggal sendirian di rumah? Iya kan? Iya kan?, oh ya makan malammu ada di dalam freezer, kau hanya perlu menghangatkannya di microwave oke? Oke?

Sayonaraa Aumo! :* :* :*

Aku hanya sweatdrop membacanya.

Kaa-san alaynya naujubilah...

Yaa... kira – kira kejadiannya seperti itu. Aku hanya duduk termenung menatap laptopku yang masih suci tanpa satupun huruf. Yaaa, aku buntu ide. Tidak biasanya ini terjadi, karena aku adalah anak dengan imajinasi tertinggi di kelas. Setiap kali aku mengucapkan sesuatu, atau aku ikut dalam suatu perbincangan, pasti akan ada sesuatu yang mengalir dari atas kepalaku dan itulah yang di namakan ide. Setelah itu, aku akan berimajinasi seharian penuh. Tetapi kali ini, semuanya buntu.

Cerita Tommy Breifer cukuplah simpel. Alkisah, ada seorang pemuda miskin yang hanya hidup dengan seekor anjing kumal peninggalan ayahnya terdahulu yang bernama Budy. Suatu hari, Tommy yang sedang beristirahat setelah bekerja melihat anjingnya Budy menggonggong – gonggong dengan keras. Tommy merasa bahwa Budy ingin menunjukannya sesuatu. Tommy akhirnya mengikuti Budy berlari ke pinggir kota. Budy berlari sampai akhirnya, Budy dan Tommy sampai ke sebuah kolong jembatan dan menemukan sesuatu di sana. Nah tugas kita hanya perlu melanjutkan, "apa yang Tommy dan Budy temui di kolong jembatan?"

Gaaaaahhhhh, buntu! Buntu!

Sudah aku hanya tingal sendiri di rumah, Tou-san pulang malam, dari mana aku bisa mendapatkan ide ceritauntuk besok? Di tambah lagi membayangkan apabila aku tidak mengumpulkan tugas itu besok, aku dapat membayangkan tubuhku pingsan ketika sedang menerima hukuman berlari keliling sekolah nonstop sebanyak 30 kali. Mungkin kedua kakiku, maksudku semua tulang di tubuhku akan patah, mengingat seberapa luasnya SMP Teikou.

Aku hanya mengetik tombol space berulang kali, dan akhirnya aku delete juga. Dari mana aku harus mencari ide? Aku ingin sesuatu yang jarang! Tommy menemukan uang dan akhirnya menjadi pengusaha terkenal? Tidak, itu sangat membosankan. Tommy mendapat kejutan ulang tahun? Tidak ide buruk. Jadi jika itu merupakan acara ulang tahun, apa sang ayah akan bangkit dari kubur dan menyapa sang Tommy seperti "apa kabar bung?", mayat rege?. Ide jelek. Mungkin, jika di sebelah Tommy ada sungai, sang Budy menipu Tommy dan mendorongnya kedalam sungai lalu Tommy mati?, aha... ide jelek. Mungkin ketika Tommy sedang berjalan, kepala Tommy terken lemparan bola baseball yang lebih keras dari besi, lalu pingsan dan masuk keadalam sungai? Yang itu tidak buruk.

APA YANG HARUS AKU LAKUKAN?!

OH TIDAAAKK! AKU TIDAK INGIN MATI BESOK! AKU MASIH MENCINTAI HIDUPKUUUU!

Jeritan batinku menggema di kepalaku. Aku hanya memukul – mukul kepalaku, berharap itu berpengaruh agar ide keluar. Aku hanya melempar tubuhku ke atas kasur agar dapat merasa nyaman. Aku juga berharap itu berpengaruh agar dari kepalaku keluar ide.

BIPBIPBIPBIP!

Ada yang menelfonku? Bagus, aku berharap itu Kaa-san yang menelfonku. Mungkin ia akan pulang lebih cepat dari perkiraanku. Dengan malas, aku meraih telfonku yang berdering di atas meja lampu yang terletak di sebelah kiri kasurku, setelah meraih handphone flipku dengan penuh kerja keras, aku kembali merebahkan tubuhku di atas kasur dan menjawab telefon.

"Moshi-moshi?" ucapku.

"aah! Moshi – moshi Aumocchi!"

Tunggu dulu...

Sufiks itu...

"KISE-KUN?" teriakku kencang di kamar tanpa memperdulikan tetangga di sebelah rumahku dan langsung terduduk di atas kasurku.

"hehehe ... Gomene-ssu" kise tertawa kecil, mungkin karena ia mendengar suara teriakan cemprengku. Sialan.

"yamate..., da-dari mana kau dapat nomor telefonku Kise-kun" teriakku lagi dengan suara sedikit terbata – bata. Ya, sejak kapan seorang model dan anak populer di sekolahku SMP Teikou menelfon seorang anak paling payah di kelas yang hanya selalu berkhayal dan berkhayal?.

Itulah yang kira – kira aku pikirkan.

"itu tidak penting dari mana aku mendapatkan nomor telefonmu Aumocchi"

"TAPI AKU INGIN TAHU!" balasku dengan teriakan super cemprang.

"HIDOI-SSU! KAU TIDAK PERLU BERTERIAK PADAKU-SSU! SUARAMU TERLALU CEMPRENG!" Kise membalas teriakanku dengan teriakan yang membuat telingaku pengang sesaat. Mungkin jika yang mendengarnya seorang lansia, sang lansia akan mengalami tuli sesaat sekitar 5 sampai 10 menit. Aku yakin teriakan Kise di atas 150 desible.

"AAHHHH... Kise-kun, jangan berteriak!"

"KAU JUGA BERTERIAK-SSU!"

"SUDAH HENTIKAN!" teriakku. "dari mana kau mendapat nomor telefonku Kise-kun?" ujarku melanjutkan pertanyaan agar acara saling balas membalas teriakan dapat selesai. Jika tidak di selesaikan, bisa saja genndang telingaku meledak.

"hehehe..." suara cengengesan Kise dari ujung telefon membuat darah emosiku naik dan perempatan muncul di dahiku.

"aku ini anak yang serba bisa, mendapatkan nomor telfonmu itu mudah saja-ssu, lebih baik jika kita sekarang langsung ke intinya saja ya!, aku sudah mengantuk-ssu. Seorang model tidak boleh tidur terlalu malam"

Jika memang begitu, kenapa tidak dari tadi saja menelfonku? Bodoh...

"jadi Aumocchi apakah kau sudah selesai mengerjakan tugas dari Ma'am Sinaki?" tanya Kise dengan suara cemprengnya.

Mengapa Kise menanyakan tugas dari ma'am Sinaki?

"ne ... aku belum mengerjakannya. Aku sedang kosong ide" jawabku jujur.

"APA? SESEORANG SEPERTIMU BISA KOSONG IDE?" Teriak Kise kencang tanpa memperdulikan kesehatan pendengaranku di masa depan. Otomatis, aku segera menjauhkan handphoneku dari telinga.

"JANGAN TERIAK BODOH! FIKIRKAN JUGA GENDANG TELINGAKU! GENDANG TELINGAKU!" balasku.

"Gomen nasai! Aku hanya kaget. Orang dengan ide tanpa batas sepertimu saja bisa kosong ide di saat – saat seperti ini-ssu"

"yaaa ... memang sudah seperti ini, mau bagaimana lagi? Terpaksa aku harus paksa otakku mencari ide" jawabku santai.

"bagaimana ini-ssu..." ujar Kise pelan, lalu ia terdiam.

"Oi Kise..." sahutku pelan.

"yaaa?" jawab Kise. Uugghhh... aku benci suara cemprengnya.

"apa tujuanmu menelfonku?"

"eei, memangnya kau tidak suka jika aku menelfonku?" ucap Kise yang tersinggung.

Aku panik sendiri dan segera berusaha memutar otak untuk menjawab pernyataan yang nge-jleb dari Kise.

"bu-bukan begitu" jawabku terbata. "aku merasa sedikit terganggu karena sekarang aku juga sedang dalam proses pengetikan" ucapku bohong.

Mengetik dari mana? Ucap batinku. Sekarang saja laptopku masih suci tanpa ada tulisan satu huruf pun?

"ooooooohh... mengapa tidak bilang sejak awal" ucap Kise setelah ber-ooohhhh ria.

"jadi apa tujuanmu menelfonku Kise-kun?" tanyaku agar urusannya cepat selesai.

"naah... mungkin ini akan sulit untuk kau jawab-ssu" ucap Kise licik.

o-ookee... aku mulai merasa ada yang tidak beres dengan pertanyaan Kise ini. Dengan suara Kise yang seperti itu, aku mulai merasa merinding dan... entahlah.

Apakah pertanyaan Kise pada Aumo?

Bagaimanakah ekspresi Aumo ketika mengetahui pertanyaan Kise yang sepertinya 99% bodoh?

Bagaimanakah dengan nasib Aumo? Apakah pendengaran Aumo akan selamat jika akan terjadi kembali ajang perang teraikan cempreng antara Aumo dan Kise?

Saatnya mengatakan...

TUBERCULOSIS! (TBC, atau To Be Continued)

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Hee.. minna, Curut harus punya ciri khas kan? Jadi kalo ceritanya TBC, Curut ngomongnya Tuberculosis aja yaa, kan terserah curut karena curut yang berkuasa di sini HWAHAHAHAHA

*di igntie pass lagi*

Kise : Kurokocchi! Kau membuat author pingsan lagi-ssu!

Kuroko : Aku tidak peduli. Aku tidak suka Author-san yang bertindak seperti seorang yang berkuasa.

Curut : hadoooh *ngelus – ngelus punggung abis kena ignite passnya Kuroko* nee... Gomen nasai Kuroko-kun, Curut minta maaf. SUMIMASEN! SUMIMASEN! SUMIMASEN!

Sakurai*entah datang dari mana* : Curut-san, Sumimasen. Jangan ikuti gayaku, sumimasen. Kau tidak kreatif

Curut : weee...biarlah, terserah curut nanodayo

Midorima : OOOIII!

Tak lama, Akashi datang. *DATANG DARI MANA KAU AKASHI*

Akashi: Sudahlah author, kau terlalu cerewet tahu!, lebih baik sekarang aku ending saja eheem. Oke minna-san, Curut mengucapkan teri-mmpphhhh *Akashi dibekep*

Curut : sudah diam. Biar aku saja yang closing.

OKEY MINNA-SAAAN!

Curut mengucapkan terimakasih sebanyak – banyaknya kepada minna yang dengan tulus membaca

JAA NE MINNA! tulisan Curut yang tidak jelas ini. Oh ya, curut juga sudah menggaris bawahi bagian orang yang berbicara di telefon agar lebih mudah mengertinya. Jika minna tidak suka, Curut tidak memaksakan minna untuk terus membaca chapter selanjutnya. Semua itu terserah pada minna, toh tujuan curut nulis fanfic untuk menghibur minna. Jika tidak suka cukup tekan tombol back aja.

Jujur, ini adalah fic teraneh yang pernah curut buat, tapi kenapa malah fic ini duluan yang dipublish? Entahlah... hanya rumput bergoyang yang tahu...

Oh ya, maaf Curut ngasih chapter ini cuman sedikit, semoga chapter depan lebih panjaaaang!

Jadi...

Keep waiting for :: CHAPTER 2 : USELES CHAT.

See you later!

Cengiran kelebaran, Manusia Curut