"Persahabatan itu identik dengan kebersamaan seseorang yang satu dengan yang lainnya. Tak pernah berpisah layaknya sepasang alas kaki yang selalu kau pakai kemanapun akan pergi. Seperti aku dan kamu. Aku yang kanan kamu yang kiri. Kita takkan pernah berpisah karena saling melengkapi."

.

.

.

Namjoon. Hoseok. Boy's Love. Friendship to love. Twoshoot. I don't take any profit with this chara

.

Do not republication! Do not plagiarize!

.

Enjoy!

.

.

.

Sebuah tulisan tangan di atas kertas HVS yang ditulis menggunakan pensil warna. Tulisan itu berpigura dan berdiri diatas sebuah meja belajar yang merapat pada dinding di dalam sebuah kamar bernuansa biru tua. Didalam sana juga ada seorang pemuda yang berbaring tertelungkup diatas ranjang singlenya dengan kedua telinganya yang tersumpal earphone putih. Kedua matanya terpejam dan sesekali kakinya menghentak pelan mengikuti irama musik yang terdengarnya. Ia akan jatuh tertidur sebentar lagi kalau saja...

"Namjoonie~"

...Tak mendengar suara melengking seseorang yang sangat akrab ditelinganya. Diikuti suara langkah yang menggebu-gebu menuju arah kamarnya sebelum akhirnya terdengar suara pintu yang dibuka dengan keras.

"Namjoonie!" Teriak suara itu lagi lalu menghampiri lelaki yang masih terbaring dengan earphone di telinganya itu. Oh, ternyata namanya Namjoon.

Merasa diabaikan, pemuda yang memanggil-manggil nama Namjoon itu tiba-tiba menaiki ranjang, lalu tanpa aba-aba dia menduduki punggung Namjoon si pemuda yang masih tertelungkup dengan earphone di telinganya itu dan segera mengguncang bahunya dengan kencang.

"Namjoon namjoon nam—"

"Jung Hoseok menyingkir dari punggungku sekarang aku akan bangun!" Teriak Namjoon pada pemuda yang datang tiba-tiba dan berbuat seenaknya di atas ranjangnya itu.

Sedangkan pemuda yang tersebut namanya sebagai Jung Hoseok itu segera menyingkir dari punggung Namjoon dan mengambil duduk di dekatnya setelah Namjoon bangkit dan mendudukkan dirinya.

"Demi Tuhan Jung Hoseok ini hari minggu. Aku ingin bersantai tanpa keributan. Tidak ada tugas apapun dan tidak ada jadwal menemanimu bermain skateboard untuk bergulir kesana-kemari hari ini!" Gerutu Namjoon dan menatap dengan wajah setengah mengantuk setengah marah pada pemuda dihadapannya.

Sedangkan yang ditatap hanya menunjukkkan cengirannya yang membuat kedua mata kucingnya yang selalu berbinar itu menyipit. Wajahnya oriental seperti orang keturunan Jepang. Lalu rambutnya yang hitam dan berponi rata melengkapi wajah tersenyumnya yang terlihat manis. "Aku tidak akan main skateboard. Tetapi aku mau kita bermain hari ini."

Namjoon yang menerima tingkah senyum itu sedikit merona kemudian dengan kesal—karena ia tak pernah bisa menolak eyesmile yang seperti itu—Namjoon mengusak rambutnya sendiri yang bercat blonde pucatnya itu.

.

Kedua pemuda ini berteman saling bersahabat hingga kini.

Jung Hoseok adalah sahabat dari Namjoon sejak dirinya masih berada dalam kandungan ibunya. Oh percayalah, Hoseok yang saat itu baru berusia tujuh bulan ikut dibawa bersama ibunya di hari pertama kelahiran Namjoon saat itu.

Hingga kini, setelah sembilan belas tahun berlalu mereka masih bersahabat. Ditambah mereka juga bertetanggaan saling bersebelahan. Kamar mereka bahkan saling berseberangan. Dan mereka tak pernah berpisah lama-lama layaknya bocah kembar. Saat marahan pun setelah beberapa jam kemudian mereka akan kembali akrab seperti biasa.

Misalnya,

Siang itu saat masih smp, Hoseok pernah marah pada Namjoon karena pemuda itu sedang asyik menulis puisi di jam istirahat dan melupakan janji makan siang bersama seperti yang mereka janjikan setiap harinya. Hoseok sangat marah kala itu dan menghampiri kelas Namjoon (meski begitu mereka selalu berbeda kelas) dan membuang kotak bekalnya di hadapan Namjoon yang langsung direspon tak terima oleh pemuda itu. Dan mereka pun bertengkar di tempat.

Tetapi sorenya, setelah pulang sekolah. Mereka malah saling mengajak untuk makan bersama di kedai ramen dekat sekolah karena keduanya belum sempat makan siang hari itu.

Dan banyak lagi pertengkaran-pertengkaran yang cukup tak lazim untuk dilihat.

Seperti berebut channel televisi—yang padahal bisa mereka tonton di rumah masing-masing.

Beradu aegyo siapa yang paling imut—yang tentu saja dimenangkan oleh Hoseok.

Atau saling membandingi siapa yang paling tinggi diantara mereka—yang tentu saja Namjoon lebih tinggi daripada Hoseok.

Dan lihat, semuanya tidak ada yang berguna untuk dipertengkarkan.

Tetapi mereka mempunyai minat yang sama terhadap musik. Mereka sama-sama penyuka aliran hip-hop dan bahkan untuk rap pun mereka sama-sama mempelajarinya. Atau vokal pun tak masalah untuk mereka.

Sejak selepas smp sampai sekarang, mereka juga sama-sama aktif di dunia hip-hop underground. Hanya saja Namjoon lebih spesialis di rap ataupun lyricist, dan Hoseok lebih aktif di dance performer terkadang rap bersama-sama dengan Namjoon.

Kalau tentang kepribadian masing-masing, hal ini adalah satu-satunya yang paling bertolak belakang dengan sepasang sahabat yang berjarak usia tujuh bulan ini.

Namjoon adalah seorang yang termasuk pendiam, rajin belajar, kikuk, berani mencoba hal-hal baru, tidak awet dalam pemeliharaan barang-barang (karena cepat rusak), kaku dalam menari, masa-masa yang membuatnya terlihat passion adalah ketika ia bernyanyi dan belajar bahasa Inggris. Dan juga ketika ia tersenyum karena lesung pipinya yang menawan.

Sedangkan Hoseok, ia tumbuh menjadi sosok yang ceria, penggembira, ramah senyum, mudah bergaul, luwes dalam menari, dan juga penakut. Tambahkan lagi, juga seorang yang cengeng. Dalam konteks mudah terharu.

Mereka saling mengenal luar dan dalam masing-masing. Sangat mengenal tingkah laku satu sama lainnya. Bahkan juga saling memendam perasaan pun mereka lakukan dengan diam-diam. Beralasan dari label sebagai seorang sahabat, mereka memilih untuk menyimpan rapat sebuah perasaan ingin memiliki lebih dari sekedar seorang sahabat belaka.

.

Di hari minggu yang cerah musim semi seperti ini, mereka akan selalu seperti itu setiap paginya. Hoseok yang datang berlari ke rumah sebelah hanya untuk mengajak Namjoon pergi keluar. Untuk sekedar hang out bersama atau bahkan melepas penat ketika mereka sedang dilanda banyak tugas.

Dan hari minggu ini seperti biasa Hoseok ingin pergi ke kafe langganan mereka. Hanya untuk berbagi cerita, mendengarkan musik dan mencari ketenangan disana. Dan Hoseok tahu kalau Namjoon menyukai tempat yang seperti itu. Karena Namjoon juga selalu bilang padanya kalau tempat seperti itu bagus untuk mencari inspirasi.

Lalu siang itu itu—sudah pukul hampir tiga—dengan ogah-ogahan Namjoon merapikan diri hanya untuk menemani Hoseok yang katanya pergi ke kafe untuk bermain.

Hoseok tentu saja akan senang. Ia menunggu Namjoon yang masih merapikan diri itu dengan menghampiri meja belajar di kamar itu lalu duduk diatas kursi di dekatnya.

Hoseok meraih selembar kertas note yang selalu ada diatas meja belajar Namjoon, ia mulai menuliskan sesuatu disana menggunakan spidol hitam. Lalu setelahnya melipat kertas tersebut menjadi sebuah origami bintang kemudian memasukkan ke dalam toples tinggi yang berada di sudut meja itu. Toples itu bening, isinya yang hampir penuh itu dipenuhi oleh bintang-bintang origami buatan Hoseok. Bintang rahasia Hoseok, begitu pemuda itu menyebutnya. Dan ia juga melarang Namjoon untuk menyentuhnya jika isinya belum penuh. Namjoon sih hanya mengiyakannya saja tanpa peduli, toh bukan miliknya ini.

Beberapa saat kemudian, Namjoon kembali ke kamarnya dengan berpakaian rapi. Rambut blonde pucatnya dibiarkan acak dan ia memakai kaus biru tua dan jeans kasual. Tampan seperti biasanya.

"Buat bintang lagi? Kau benar-benar nyampah di kamarku ya." Gerutu Namjoon menatap sahabatnya yang sedang meletakkan toples beningnya ke tempat semula.

"Sudah kubilang jangan protes. Sekarang ayo kita pergi!" Hoseok segera berdiri dan menarik lengan sahabatnya itu.

Namjoon menggeleng pelan melihat tingkah sahabatnya itu. Walaupun mereka saling memahami satu sama lain, terkadang ada beberapa hal juga yang membuat Namjoon tak paham dengan tingkah laku sahabat manisnya itu.

Seperti biasa juga mereka selalu pergi kemana-mana bersama motor milik Namjoon. Hoseok menjadi pemilik setia jok belakang motor kesayangan Namjoon itu. Sebenarnya Hoseok juga pernah hampir dibelikan motor juga sama seperti Namjoon, namun dengan alasan sungguh masuk akal kedua ibu mereka yang bilang, "Satu saja untuk berdua, 'kan memang hanya untuk dua orang. Hemat energi, sayang."

Begitu.

Mereka pergi ke taman kota lebih dahulu. Jangan tanya kenapa, Hoseok yang memaksa Namjoon. Taman yang biasanya dipakai untuk kegiatan olahraga seperti jogging ataupun sekedar jalan-jalan. Disana juga ada tempat penyewaan sepeda untuk berkeliling taman. Di pertengahan musim semi seperti ini, banyak pengunjung yang menghabiskan waktu mereka disana.

Namjoon menatap horor suasana taman kota yang terbilang cukup ramai itu. Banyak orang berlalu-lalang, banyak juga anak kecil yang berlari kesana kemari dengan suara mereka yang nyaring.

"Katanya mau ke kafe. Hoseok ayo kita—"

"Tenang saja! Ayo kita bersenang-senang dulu disini! Kuyakin kau akan mendapatkan banyak inspirasi!" Hoseok segera meraih tangan Namjoon kembali untuk menariknya menuju salah satu kursi di bawah pohon rindang untuk mereka bersantai disana.

Namjoon hanya bisa menurut menghela napasnya malas.

"Nah tunggu disini. Aku akan beli es krim dan menyewa sepeda!" Hoseok kembali menampilkan senyuman cerianya lalu segera berlalu dari hadapan Namjoon.

Namjoon sendiri hanya kembali menghela napas dan tersenyum kecil melihat senyum ceria yang selalu Hoseok ulaskan padanya itu. Namjoon lalu mengeluarkan ponselnya, ia mulai menulis sesuatu disana sebagai bahan untuk membuat sebuah lirik.

Tanpa sadar, Namjoon selalu mendapatkan awal inspirasinya dari seorang Hoseok dengan segala tingkahnya.

.

Hoseok benar-benar ingin menyewa sepeda disana, tetapi ia harus menggerutu sebal karena sewaan sepeda disana telah habis. Ia tak mendapat sepeda seukuran dirinya. Akhirnya Hoseok hanya membeli es krim, itu pun ia harus mengantri panjang lebih dahulu.

"Huft. Kenapa jadi menyebalkan."

.

Sedangkan Namjoon, ia masih setia mengetik sesuatu di ponselnya. Sesekali ia berhenti untuk menatap anak-anak yang bermain atau orang-orang yang berlalu di dekatnya. Namjoon sangat asyik dengan dunianya sendiri. Sampai-sampai ia tak sadar kalau ada seseorang sudah duduk di sampingnya.

"Namjoon-sunbae?"

Namjoon segera mendongak begitu mendengar suara seseorang. Itu bukan suara sahabatnya. Lalu Namjoon menolehkan kepalanya ke samping dan seketika ia tersenyum kaku dengan kikuk. Menatap seorang pemuda di sampingnya yang menyodorkan sebuah es kris cokelat padanya.

"Kenapa diam? Ayo ambil, ini untukmu, Sunbae." Pemuda yang menyodorkan es krim pada Namjoon itu menunjukkan cengiran bergigi kelinci miliknya. Terlihat lucu.

Namjoon segera mengambil gelas plastik es krim itu dari tangannya dan balas tersenyum pelan pada pemuda itu. Memperlihatkan kedua lesung pipinya yang terbentuk sempurna.

"Terima kasih, Jungkook."

Yang disapa sebagai Jungkook hanya kembali tersenyum dan mulai melahap es krim di tangannya sendiri. "Sama-sama. Oh apa sunbae sedang sendirian?"

"Tidak, aku bersama Hoseok disini." Namjoon juga mulai mencicipi es krimnya. "Dan sedang apa kau disini?"

"Aku bersama temanku. Aku ingin mengerjakan pr fisika disini, supaya tidak penat. Dan kebetulan aku melihatmu..."

Namjoon mengangkat alisnya. "Lalu?"

"Tentu saja aku ingin meminta bantuanmu hehehe." Cengirnya lagi.

Namjoon terkekeh mendengarnya. Ia lalu dengan gemas mengusak rambut pemuda yang tahun lalu pernah menjadi juniornya saat di sma itu.

"Haah baiklah, kau memang menggemaskan Jung—"

Tiba-tiba terdengar suara berisik dari dekat mereka. Namjoon menolehkan kepalanya ke arah berlawanan lalu menemukan Hoseok yang terlihat baru saja menendang sebuah tong sampah besar kemudian membuang sesuatu seperti kantung es krim ke dalamnya.

Dan itu benar-benar Hoseok, setelah membuang es krim yang dibuangnya begitu saja, pemuda itu menghampiri Namjoon dengan wajah datar yang terlihat sekali kalau ia begitu kesal.

"Jung Hoseok, demi apa kau baru saja membuang es krim?" Tanya Namjoon tak terima.

Hoseok melipat kedua tangannya. "Iya. Lagipula kau sudah punya es krim tuh."

Namjoon menatap genggamannya. "Umm iya sih."

"Sekarang aku mau pulang. Ayo pulang."

"Hei kita belum ke kafe, lagipula bukaknkah kita baru saja sampai—" Namjoon belum menyelesaikan perkataannya namun kalimatnya telah dipotong lebih dulu oleh Hoseok.

"Pokoknya aku mau pulang!" Hoseok mulai semakin sebal. Ia melirik-lirik pemuda di samping Namjoon dengan kesal. Ia mengenalnya. Karena saat masih jadi juniornya bersama Namjoon juga, pemuda itu sempat mencoba mendekati Namjoon.

"Tapi Hoseok, aku sudah terlanjur mengiyakan perminta—"

"Yasudah kalau tidak mau aku juga bisa pulang sendiri, huh." Hoseok segera berlalu acuh tanpa membiarkan Namjoon menyelesaikan kalimatnya apalagi membalas perkataannya.

"Yak, tunggu! Jung Ho—" Namjoon menghentikan panggilannya, ia melihat kearah tangannya. Jungkook sedang menahan tangannya agar tidak pergi.

"Sunbae katanya mau bantuin aku ngerjain pr fisika..." Ucapnya sedih.

Namjoon menghela napas lalu mengangguk pelan. Ia tersenyum ke arah Jungkook yang segera balas tersenyum ceria.

Sedangkan di sisi lain, Hoseok melihat momen itu lalu mendengus. Dan dengan langkah kesal ia mulai meninggalkan taman kota. Dadanya berdebar karena marah. Ia merasa sangat sebal. Ia terbakar dan... cemburu.

Kemudian Hoseok benar-benar pulang ke rumahnya sendirian. Ia menyesal telah mengajak Namjoon ke taman lebih dulu. Kemudian setelah Hoseok sampai di rumah, ia mengunci diri di dalam kamar seharian.

.

.

.

.

To be continued...

.

.

.

.

Nb: hai haii~ another my obsession, J-Hope uke :3 hihihi gemes.

Lagian, emangnya cuma 95line aja yang heboh, 94line juga dong wohooo.

Oke, terima kasih sudah mau membaca sampai sini, apalagi yang mau berkomentar :3

Review, please? :3

.