Asuka membanting pintu apartemen Lili dengan kasar dan berjalan cepat ke arah sofa. Gadis tinggi berambut pirang menoleh dari arah dapur dan menghampiri Asuka sembari membawa gelas berisi jus apel.
"Yah, etiquette! Kau masuk ke apartemen seseorang, lalu membanting pintu, dan langsung duduk, maksudmu apa?!" Lili mengarahkan jarinya kearah Asuka yang berantakan. Rambut acak-acakan, kaos hijau tentara yang lembab dan sepatu yang sangat kotor. Lili memandang ke luar jendela dan mendapati titik-titik hujan yang cukup deras turun dari langit. Ia kembali melihat ke arah jins Asuka yang sama lembabnya dengan kaosnya.
"Shut up you little slutty face! Aku lelah, mengerti?!" Balas Asuka sambil merebut jus apel milik Lili dan menenggaknya sampai habis.
"Bitches! Kau dari mana saja, heh? Kacau sekali," Lili melemparkan handuk kuning ke arah Asuka yang dia ambil dari kamarnya sambil menyalakan tv. Asuka menatapnya tidak percaya dan berseru keras.
"Kau bertanya aku darimana saja? Tuan rumah mana yang berani-beraninya bertanya seperti itu sebelum menghidangkan minuman?!" Asuka mengeringkan rambutnya dan tersenyum licik.
"Minuman? Lalu apa yang kau rebut dariku dan kau minum sampai habis itu? Racun?" Lili menggelengkan kepalanya.
"Aku merebutnya, kau tidak memberiku. Sudahlah, sana ambil cepat jus apelmu itu. Aku haus sekali," Asuka mendorong bahu Lili, membuatnya terpaksa pergi ke kulkas untuk mengambil jus apel untuk sahabat serta tamunya yang kurang ajar itu.
"Baiklah, nona Kazama. Ah, atau mulai sekarang harus kupanggil Nyonya Kazama?" Lili berseru keras dari dapur. Asuka tersenyum kecil dan menyandarkan punggungnya.
"Margaku memang Kazama, bodoh." Asuka kembali tersenyum manis. Lili menatapnya heran dan menyodorkan segelas jus apel padanya.
"Nona dan Nyonya punya banyak perbedaan," Lili duduk di sebelah Asuka dan mengambil remote di atas meja, mengganti saluran televisi.
"Apa saja?" Asuka bertanya ditengah kegiatannya menghabiskan segelas jus apel itu.
"Hanya ada dua. Yang pertama, nona hanya punya kesamaan marga. Nyonya 'mewarisi' marga itu." Lili menjelaskan dengan wajah serius, mengundang kekehan Asuka. Ia mempersilahkan Lili melanjutkan dengan gestur tangannya.
"Yang kedua, nona itu masih muda, nyonya itu kedengaran tua!" Sahutan Lili itu membuat Asuka tersedak dan terbatuk-batuk. Lili tertawa keras melihat gadis yang setahun lebih tua daripadanya itu tersedak jus apel.
"Jangan kurang ajar! Aku masih 18 tahun, Rochefort," Asuka memukul ringan lengan Lili. Lili meredakan tawanya dan memfokuskan pandangannya ke arah layar.
"Apa bedanya? You're 18 and you're soon to be engaged with Jin Kazama. It means you're old, stupid!" Lili berujar santai dan kembali mengganti channel televisi yang mereka lihat. Asuka hanya terdiam, tak tahu harus menjawab apa kepada wanita Monaco itu.
"Kau belum menjawab pertanyaanku, kau darimana saja?" Lili mengambil toples biskuit di hadapannya dan mengambil beberapa.
"Aku dari Mishima Zaibatsu," Asuka terkekeh kecil dan mengundang pandangan tidak percaya Emilie de Rochefort.
"Mishima Zaibatsu? Kau kesana? Untuk apa?"
"Aku juga tidak akan mau pergi kesana, little diva," Asuka merebut biskuit dari tangan Lili dan memakannya, "Jin yang mengajakku. Katanya aku harus mulai berkenalan dengan lingkungan Mishima Zaibatsu. Aku bosan sekali dan aku kabur di tengah hujan, tapi aku sudah titip pesan ke nona Williams kalau aku ada di apartemenmu," jelas Asuka panjang lebar. Lili tertawa kecil mendengar keluhan Asuka yang panjang lebar itu.
"Kau memang harus beradaptasi dengan Mishima Zaibatsu, nona. Bagaimanapun itu milik Jin dan mau tidak mau kau juga berperan disitu," Lili membela Jin dan membuat Asuka melipat tangannya.
"Aku malas berdebat sekarang. Aku ingin baju ganti. Ayo carikan aku!" Asuka berdiri, menarik tangan Lili menuju kamar bernuansa pink cerah, satu-satunya di apartemen itu. Lili membuka lemari pakaiannya dan menarik satu kaos biru tua dan celana training lalu melemparkannya ke arah Asuka.
"Itu milikmu, tertinggal ketika kau kabur dari Mishima Zaibatsu tiga minggu yang lalu." Ujar Lili singkat. Asuka tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya.
"Tentu saja, kiddo. Kau tak mungkin punya baju seperti ini. Lihat, baju perempuan dimana-mana. Tidak seru!" Asuka kabur ke kamar mandi untuk berganti pakaian, juga menghindari omelan Lili. Terdengar geraman Lili dari kamar mandi. Asuka bersiul pelan, menyanyikan lagu Fake Wings dari Yuki Kajiura yang beberapa hari ini selalu terngiang-ngiang di kepalanya.
"Hentikan siulanmu atau aku akan mendobrak pintu itu dan mengentikannya!" Lili menjerit dan Asuka tertawa keras. Ia keluar dengan pakaian yang diberikan Lili, memberikan cibiran melalui lidahnya.
"Kau berkata begitu tidak mengerti seni atau memang iri karena tidak bisa bersiul, heh?" Dan lemparan gulungan handuk dari tangan Lili sukses menghantam kepala Asuka dengan keras.
"YOU LITTLE DIVA! I'LL KICK YOU IN YOUR SLUTTY ASS!" Asuka menggeram marah dan mengarahkan telunjuknya tepat ke arah Lili.
"As far as you can, chase me!" Lili berlari keluar, disusul Asuka yang sudah bernafsu ingin menghajar Lili. Mereka berputar mulai dari dapur, ruang makan, tempat latihan Lili, dan sampai di pintu depan. Asuka tertawa puas saat Lili terpojokkan di pintu.
"Let us see, how much lucky can help you in this?" Lili tertawa gugup, ia tahu ketika Asuka sudah berniat menghajarnya, ia akan terbaring di kasur selama dua hari dan sulit sekali bangun di hari setelahnya. Itu sudah terbukti di The King of Iron Fist Tournament 5 dan Lili tak mau lagi merasakannya.
"Ah, sudahlah, lupakan saja, ya? Aku..." Ucapan Lili terpotong suara bel yang meraung-raung. Saved by the bell, pikirnya. Ia mengintip dari lubang kecil di pintu dan Asuka mencolek bahunya.
"Siapa?" Asuka bertanya ingin tahu dan ikut mengintip. Asuka terlonjak kaget dan mundur beberapa langkah. Jin Kazama ada di depan pintu, dengan tangan terlipat dan wajah datar. Mimpi buruk.
"I'm luckier this time, senpai!" Lili tertawa dan membuka pintu setelah bel kedua berbunyi. Asuka berlari, entah kemana.
"Ah, Jin-kun!" Sapa Lili setelah membuka pintu. Jin hanya tersenyum tipis dan masuk dengan langkah pelan. Ia mengedarkan pandangan dan menoleh ke arah Lili.
"Mana Suki, Lili-san?" Lili menunjuk sofa di depan televisi yang menyala. Jin terkekeh pelan dan menghampiri gadis yang sedang duduk dengan tegang di sofa itu.
"Aku tidak akan memarahimu hanya karena kau kabur, Suki." Jin tersenyum dan meraih tangan Asuka, duduk di sebelahnya. Asuka menatapnya dengan pandangan tak berdosa dan Lili mencibirnya dari jauh.
"Aku bosan sekali, maafkan aku..." Asuka menunduk dan Jin mengangkat dagunya dengan tangan kanan.
"Tidak apa-apa." Jin berkata pendek dan menyandarkan kepalanya di bahu Asuka, "aku lelah sekali, ayo kita pulang."
"Ah, manisnya! I think I must go to the doctor. Sepertinya aku terkena diabetes." Lili datang dan membawa segelas jus apel. Mereka bertiga tertawa dan Asuka berseru jengkel.
"Yah! Apa ini?! Jika Jin yang datang kau beri dengan sukarela sedangkan aku?! Tega sekali!" Jin tertawa dan mengacak rambut pendek Asuka pelan.
"Ambil saja kalau kau mau," Jin menenangkan Asuka. Lili menggelengkan kepalanya dan menghela nafas.
"Kau datang dengan mendobrak paksa pintu apartemenku, duduk dengan seenaknya dan berteriak-teriak tidak jelas. Mana mungkin aku akan memberimu minuman? Tamu kurang ajar!" Balas Lili tak mau kalah.
"Hei, sudah. Kalian ini. Baiklah Lili, terimakasih atas minumannya. Ayo Suki, kita pulang." Sahut Jin setelah menandaskan minumannya dan merangkul Asuka. Lili kembali tertawa.
"Kalian harus bertanggung jawab jika aku benar-benar terkena diabetes!" Lili berseru dan mereka bertiga kembali tertawa.
"Kau hanya tidak terbiasa, Rochefort!" Asuka mencibir dan Jin tertawa.
"Yes, because you made no progress with Mr. Cho Hwoarang, right?" Lanjut Jin dan mereka berdua tertawa. Lili menggeram kesal, lagi-lagi Hwoarang!
"Ah, hentikan! Jangan membuatku semakin kesal!" Lili mendorong pelan punggung dua Kazamas yang sibuk tertawa itu.
"Kami pulang, Rochefort! Sampai ketemu lagi dan jangan lupa ajak Hwoarang!" Asuka berseru dari jauh dan melambaikan tangannya. Lili menghela nafas dan masuk ke apartemennya. Ia tertawa kecil saat mengingat bagaimana Asuka dan Jin bertemu karena dirinya dan Hwoarang,empat tahun yang lalu.
