Mengenalmu Dengan Perbedaan
Story by: RedPapillon
[ I kinda afraid, if my story can't make you all happy for read.
but I try and i make a short story to make your feel good. so, enjoy!
and don't forget to put a comment in review, thank's before! (; ]
.
.
Wajahnya cantik, tapi tidak ada kata lemah lembut diluar dirinya. Dia sungguh wanita yang keras kurasa. Tapi, aku dapat melihat sebuah kelembutan yang tertera disana. Ya, disana! Dimatanya. Entahlah, kalau ku pikir tidak begitu banyak waktu yang harus kuperlukan untuk mengenalnya. Yang kubutuhkan sekarang adalah, membiasakan diri didekatnya. Ya! Hanya itu.
Aku tau dan aku yakin bahwa aku bisa mengenalnya jauh, walaupun dia menolak keberadaanku. Tapi, tidak ada alasan bukan untuk mencobanya? Jika tidak, aku akan berusaha semampuku untuk mengenalnya, perlahan tapi pasti, dari kenal akan menjadi dekat, dan dari dekat, mungkin aku bisa bilang bahwa aku bisa mencintainya. Hanya sesederhana itu.
Tapi… apakah perbedaan kita akan mempersatukan?
Apakah perbedaan kita akan mengikhlaskan?
Dan apakah perbedaan kita akan membuat kita saling mencintai?
Entah, aku tidak tau pasti. Tapi kurasa, aku yang akan lebih dulu mencintainya.
Kaneki Ken, seorang pria muda dengan rambut hitam gelap sedang menyesap kopinya disebuah kedai kecil. Mata kanannya mengamati café dari sudut hingga sudut. Benda putih kasar mengganggu sebelah pengelihatannya, itu membuatnya tidak terlalu leluasa untuk melihat. Dulu, Kaneki adalah salah satu korban dari jatuhnya reruntuhan sebuah gedung yang sedang dibangun. Korban lainnya, adalah seorang wanita yang dikabarkan adalah seorang Ghoul. Dari situlah, Kaneki menerima donor organ dari tubuh wanita itu. Dan membuatnya menjadi Ghoul bermata satu.
Untuk menutupi identitasnya, Kaneki bekerja disalah satu café kecil yang pelayannya adalah ghoul. Dan disinilah Kaneki bekerja. Ia bekerja di café bernama Anteiku. Sedang waktu luang, Kaneki memilih untuk beristirahat dengan menyesap secangkir kopi itu ditangannya. Saat sedang mengamati sudut ruang café, satu mata kaneki berhenti begitu ia melihat seorang gadis muda dengan rambut berwarna biru keungu-unguan dan poni yang menutupi sebelah matanya melihat kearahnya. Dan sepertinya, wanita itu marah.
"Bukan bekerja dan kau malah bermalas malasan haa KANEKI?!" dengan nada tinggi, wanita itu meletakkan kedua tangannya dipinggang dan memasang wajah yang amat sangat marah.
Hal itu membuat Kaneki tersedak, membuatnya memuntahkan air kopi dari mulutnya.
"E-eh? Touka-chan! Kau membuatku tersedakk!" Ia memegang tenggorokannya
"Tch, menjijikan!" gadis itu hanya menatap Kaneki sinis, lalu melanjutkan pekerjaanya.
Well, Kaneki sudah terbiasa dengan sifat dinginnya. Tapi, hal itu malah membuat Kaneki menjadi penasaran. Apakah Touka selalu begitu kepadanya? Sikapnya seperti itu ke semua orang atau kepadanya saja? Apakah dia memiliki sifat lembut walau hanya sedikit? Sepertinya iya.
Ahh Touka-chan, seandainya saja kau lebih lembut..
Bel pintu berbunyi, menandakan bahwa Anteiku kedatangan pelanggan. Bergegas, Kaneki langsung merapihkan meja yang ia tempati. Setelah bersih, ia menyambut pelanggan itu.
"Yokoso!" Kaneki membungkukkan badannya dan mengucapkan selamat datang kepada pelanggan.
"Silahkan, ada yang bisa kami bantu?" Touka menyambut pelanggan dengan halus. Matanya berbentuk sebuah huruf saat bibirnya membentuk sebuah senyuman. Cantik.
Memperhatikan halite membuat Kaneki tersenyum, tidak disangka baginya ternyata Touka sangat cantik saat tersenyum.
"Hei Kaneki, tolong bawakan ini ke meja nomor 5!" seorang gadis berambut hitam panjang berteriak kepada Kaneki, menyuruh Kaneki untuk membawa pesanan pelanggan.
"B-baiklah, Irimi-san!" dengan cepat, Kaneki menghampiri Irimi dan mengambil pesanan nomor 5. Kaneki menuju meja nomor 5 dengan membawa pesanan di tangannya.
"Ini pesanannya, Silahkan dinikmati" Kaneki berjalan pergi meninggalkan meja tersebut.
Berjam-jam sudah anteiku menerima banyak pelanggan, menjelang sore anteiku sudah saatnya untuk tutup.
"Haa, yare-yare.. akhirnya sudah tutup! Ghhh—melelahkan sekali hari ini" ujar pria berambut cokelat dengan badan sedikit gemuk dari meja kasir, Enji Koma.
"yosh, sudah cukup. Aku ingin beristirahat sekarang" Irimi mengambil tasnya dan berjalan keluar toko.
"yaa, sebaiknya aku pulang juga. Ahh Touka, Kaneki, kamar kalian ada disini bukan? Kalau begitu, selamat malam" Koma melambaikan tangannya kepada Kaneki dan Touka
"Ha-ha'i! selamat malam Koma-san"
Kaneki memperhatikan Touka yang berjalan pergi meninggalkannya sendiri. Sepertinya, Touka sudah ingin masuk ke kamarnya
"E-tto… Touka-chan, apakah kau sudah ingin tidur?" Kaneki berjalan perlahan menuju Touka
"Hm, ya sepertinya begitu" Touka hanya melihat Kaneki sekilas, dan kemudian berjalan pergi meninggalkan Kaneki.
Sementara itu, Kaneki masih mengikutinya. Kaneki juga ingin tidur.
"A-ah, kalau begitu Oya—" Ucapan Kaneki terputus disaat bersamaan Touka membanting pintu kamarnya
"..sumi" Lanjut Kaneki
Touka POV
Aku mengerjapkan mataku beberapa kali, terbangun dan melihat cahaya matahari membuat mataku sakit. Silau.
"Mhhh" sesekali aku merenggangkan tubuhku. Rasanya berat sekali hari ini untuk beraktifitas. Untung saja Anteiku tidak menentukan jam berapa shift kerjaku mulai, jadi aku bisa sedikit lama bersantai.
Jam menunjukan pukul 07.00 pagi tapi aku masih saja malas untuk beranjak. Jika aku tidak bekerja, gajiku tidak akan diberikan. Dan bahkan malah dipotong. Aku berjalan keluar menuju pintu kamarku, saat aku membukanya tepat berdiri dihadapan ku seoang pria muda dengan satu mata tertutup oleh kapas. Hn, buat apa dia kesini?
"A-hh, Ohayou ne Touka-chan"
Lagi-lagi berbicara terlalu lembut seperti itu, apa-apaan dia?
"Haa, Ohayou Kaneki. Ada apa kau kesini?"
"Ah—etto, ini. Aku membuatkan kopi dan sandwich untukmu. Kau belum sarapan bukan, Touka-chan?" Kaneki menyodorkan semangkuk sandwich dan segelas kopi ditangannya kepadaku.
"Oh—ya, A-arigatou" Aku mengambil sandwich dan kopi yang berada ditangannya.
Aku memutuskan untuk sarapan diluar saja, kebetulan Anteiku buka jam 09.00. masih ada waktu untukku bersarapan dan bersiap-siap. Dengan tenang dan damai, Aku duduk disalah satu meja counter dan melahap sedikit sandwich yang ada. Aku ini ghoul, jadi tidak terlalu bisa menyantap sandwich sampa habis kan? Kini aku beralih dengan kopi yang berada disamping tanga kananku. Aku menyesapnya perlahan dan meniup kopi panas itu. Hm, tidak ku sangka kopi buatan Kaneki sungguh enak. Tidak terlalu buruh untuk pemula.
Bel pintu berbunyi, aku menoleh dan menemukan sosok Koma-san dan Irimi-san
"Ohayouuuu!" Koma-san dengan heboh menyambut kami dikedai anteiku ini.
"Ohayou, Koma-san"
"Ohayou" jawabku dan Kaneki bergantian
"He? Hanya kalian berdua saja dan belum ada pelanggan?" Koma-san terkejut
"Tch, kau tidak tau ini jam berapa haa?" Aku melihat, Irimi-san memukul kepala Koma-san pelan. Memang benar, Koma-san selalu saja membuat kehebohan
"Ehem.. ehem" seorang pria tua terbatuk dari belakang kami. Dengan demikian itu membuat kami semua menatapnya.
"Ah, Yoshimura-san"
"Haai pak manager"
"Yoshimura"
"Kakek tua"
Berbagai julukan kami lontarkan kepadanya
"Jadi, ada apa?" Tanya ku kepadanya yang sedang berjalan kearah kami
"Tidak apa, hanya saja aku ingin menukar shift kerja hari ini." Pria tua itu tersenyum, membuat matanya menghilang dibalik senyumannya.
"ha? Menukar shift kerja siapa?" Irimi-san bertanya
"Aku ingin mulai sekarang Kau dan Koma yang menjaga kedai ini"
"He?! Itu tidak adil! Bagaima dengan Touka dan Kaneki?" kali ini giliran Koma-san yang mencekalnya
"Mereka sudah bekerja keras untuk minggu ini bukan? Jadi apa salahnya jika mereka bersantai? Lagi pula, mereka belum mendapatkan waktu berlibur" Ujar pria tua itu.
Aku menghela nafas, akhirnya ada waktu luang untukku hari ini. Setidaknya, aku mempunyai banyak waktu untuk bersantai.
"Hei, sudahlah Koma. Ini cukup adil, lain kali kita juga akan mendapatkan jatah seperti ini, benarkan Yoshimura-san?" Irimi-san memberikan sebuah kode kepada Yoshimura-san, dan Yoshimura hanya mengangguk.
"Baiklah Touka, Kaneki, kalian bisa beristirahat atau berjalan jalan keluar selagi kalian mau. Biarkan aku dan Koma yang menangani kedai ini"
"Ha'i, arigatou Irimi-san" gumamku sambil tersenyum
"Arigatou,Irimi-san" Ujar pria setengah ghoul itu.
Aku mempererat sweeterku, udara disini cukup dingin. Ditambah pengunjung Anteiku bertambah. Mungkin hanya untuk menghangatkan diri, makannya datang kesini. Aku sedikit membuka pintu café, dan wow… udaranya dingin sekali.
"Aku pergi dulu.." ujarku kepada mereka yang menjaga café
"Ah tunggu, Touka-chan!" seseorang menarik pergelangan tanganku. Saat aku menoleh, lagi lagi wajah itu sudah dekat dengan wajahku. Sangat dekat. Dekat sekali. Wajahku sepertinya mulai memanas, pria polos didepanku ini memang menyebalkan. Ada saja tingkahnya, salah satunya seperti ini. Main menarik lenganku saja.
Aku menepis tangannya dari lenganku "Ada apa?" tanyaku dengan muka datar
"Ano.. Aku boleh ikut menemani mu? Kebetulasn sekali, aku ingin mencari sebuah buku."
"Hm, terserah kau saja" aku beranjak pergi sambil memasukan kedua tangan ku kedalam saku celana
Ia berjalan pas dibelakangku, deru nafasnya terdengar. Hembusan uap dingin keluar dari mulutnya yang membuat bagian leherku sedikit gemetar. Aku memperlambat jalanku untuk menyetarai jalannya. Kini ia berada pas disampingku. Wajah polos itu terlihat tenang, sesekali menunduk melihat jalan. Tak ku sadari bahwa sedari tadi aku memperhatikannya. Slayernya menutup bibir pria polo situ. Tangannya yang tidak dilapisi sarung tangan itu Nampak pucat terkena hawa dingin yang menyelimuti tangannya. Ingin sekali rasanya tanganku menghangatkan tangan itu.
"Ada apa ne, Touka-chan?" ujarnya dengan wajah bingung.
Dan.. bzzz aku terbelalak kaget begitu menyadari bahwa ia melihatku. Tersadar bahwa dari tadi aku memperhatikannya. Kedua pipiku memanas, sepertinya sebuah rona merah terpampang jelas diwajahku.
"A-aahh ti-tidak bukan apa-apa" Aku memalingkan wajahku darinya, menahan rasa malu yang sudah mulai timbul dari dalam diriku. Oh sungguh, sejak kapan aku merasakan ini?
Asik melamun, tak sadar bahwa ada seseorang yang telah menabrakku. Aku menoleh, dan saat menoleh ia menghamtam wajahku dengan tas miliknya. Kaki ku tergelincir dan aku nyaris jatuh. Pengelihatanku buram sampai seseorang menopang badanku.
"T-touka-chan! Touka-chan!" suara pria itu terdengar khawatir
Aku membuka mataku, dan mendapatkan diriku telah berbaring dipangkuannya. Tangan dingin itu masih memegang pipiku.
"Kaneki.." ujarku berkata lemah. "Apa yang terjadi?" lanjutku.
"Ah, syukurlah kau tidak apa-apa Touka-chan." Senyuman indah menghiasa pipinya "Aku tidak tau, hanya saja sepertinya tadi ada yang menghantammu dengan sebuah tas" lanjutnya menjelaskan.
"Oh begitu rupanya" Aku beranjak bangun dari pangkuannya membereskan tataan rambutku yang terlihat berantakan.
"Ah, tunggu sebentar yaa" Kaneki meninggalkanku disebuah kursi trotoar.
"ini, minumlah" ia menyodorkan sebuah coklat hangat yang baru ia beli. Hanya untukku? Serius? Meliaht coklat itu, aku tidak langsung mengambilnya hanya saja, aku tidak bisa meminumnya Karen itu bukan..
"Ah tenang saja, ini sudah aku campurkan dengan beberapa darah beku untuk ghoul agar kau dapat meminumnya" mengerti maksudku, ia menjelaskan.
"Ah, arigatou" Aku tersenyum kecil kepadanya. Kali ini, dia kembali duduk disampingku.
Kami melanjutkan perjalanan kami ke toko buku. AKu mengerti sekali, Kaneki sangat gemar membaca. Pantas saja, ia ingin berjalan jalan ke toko buku. Apalagi jika tidak mencari bahan bacaan baru? Ya, itulah Kaneki.
Kami tiba ditoko buku. Aku mencari buku yang dibuat oleh pengarang favorite ku. Sedangkan pria ini, entahlah apa yang dipikirkannya untuk membaca.
"Kau ingin membeli buku apa?" tanyaku
"Aku ingin memperdalam bahasanku tentang kanji"
Buku kanji lagi? Oh yaampun, kau memang pintar!
"Wow, apa kau sungguh sanggup mempelajari itu semua?"
"yaa sepertinya begitu" Lagi lagi ia tersneyum, apa selalu itu tanggapannya?
Aku mengambil buku pilihanku, kini aku kembali mengamati tubuh pria itu. Ia mencari-cari beberapa buku tentang kanji. Melihat hal itu membuatku tersenyum. Tapi, ada satu hal yang membuatku terlintas perasaan khawatir. Aku melihat tangan itu, tangan pucat miliknya yang sepertinya gemetar.
"K-kaneki!" terlontar saja ucapan itu dari mulutku, itu membuatnya menoleh kearahku dengan bingung. Saat ingin mengambil salah satu buku yang dipilih, tangan itu terhenti ketika aku memanggilnya.
"hm? Ada ap—"
"Ini, pakai saja sarung tanganku" Aku menyodorkan sarung tanganku kepadanya dan menoleh mencegah semburat merah yang sepertinya akan keluar dari kedua pipiku.
Aku meliriknya sekilas. Kini tangan satunya telah menggenggam buku kecil.
"Tidak usah, kau pakai saja Touka—"
"Sudah! Pakai saja!" aku menatapnya. Aku benar benar menatapnya. Aku yakin wajahku memerah. Ah b bodoh! Mengapa aku jadi seperti ini? Perlahan ia menuju kearahku, sepertinya ia ingin mengambil sarung tanganku. Dan… benar dugaanku! Ia mengambil sarung tanganku.
Setelah mengambilnya, aku merasakan bahwa tidak ada gerakan apapun yang terjadi setelah itu. Aku sedikit mendongakkan kepalaku, pria itu berada dekat didepanku. Aku tidak dapat melihat jelas karena poni itu menutupi matanya. Satu hentakan pelan mengenai kepalau, ia memukulku pelan dengan sarung tanganku. Dan kali ini, mata itu menatapku dengan lembut.
"Ini milikmu, jadi kau saja yang menggunakannya" ujarnya sambil tersenyum lembut.
Aku tau, dan aku tidak bisa mencegahnya, mencegah rona merah yang timbul dari kedua pipiku. Kehangatan tiba-tiba menjalar ke sekujur tubuhku setelah aku mengetahui lengan satunya mengelus pelan ubun ubun kepalaku.
Oh yang benar saja, kau berhasil membuat jantung ku berdegup kencang, Kaneki Ken!
.
.
.
To be continued
Jangan lupa RnR yaa ;)
Kritik dan saran sangat berarti buat saya (;
