DING! DING! DING!
Waktu menunjukkan pukul 21.00 JST. Sudah waktunya menutup toko.
Pemuda itu segera melepas apron warna musim gugur dari tubuhnya, lalu mengunci laci penyimpanan dengan tiga gerakan dan menyambar mantel yang terlipat rapi di meja.
Sambil berlari ke arah pintu keluar, tangannya cekatan mematikan saklar yang berderet lurus disepanjang dinding. Setelah membalik tanda open menjadi close dan mengunci pintu, pemuda itu merapatkan mantel lalu menggosok kedua tangannya yang terserang hawa dingin di akhir bulan kedua. Kabut putih mengepul dari bibirnya saat senyum tipisnya mengembang. Suasana hatinya sedang baik.
"Tuan Muda Koushuu!" Seruan ini membuat pemuda itu menoleh.
Di bawah cahaya remang lampu jalan, mobil Koenigsegg CCXR Trevita silver terparkir dengan gagah di sana bersama seorang pemuda bersetelan hijam dengan ekspresi yang begitu kontras dengan kendaraan itu. Dia terus melambaikan tangannya dengan penuh semangat saat disisi lain orang yang dipanggil melangkah ringan tanpa ekspresi ke arahnya.
"Selamat Tuan Muda! Sebagai pelayan setiamu, Seto Takuma, turut bahagia dengan hari bersejarah ini!" Pelayan itu mengucapkannya dengan penuh semangat sembari membungkuk untuk membukakan pintu.
Koushuu ingin mengomentari bagian bersejarah, namun akhirnya dia hanya tersenyum sekilas. "Terima kasih." Dan memasuki mobil tanpa tambahan kata.
"Tidak,tidak,tidak! Aku hanya mengucapkan selamat, tidak ada yang spesial dari ini, jadi Tuan Muda tidak perlu berterima kasih." Seto mengatakan itu beriring dengan tawa renyah lalu segera menyalakan mesin. Mobil pun mulai berjalan, meninggalkan toko bertajuk "Miyuki Glassess" yang tak lepas dari pandangan Koushuu sejak dirinya masuk mobil.
Miyuki Koushuu adalah anak sekaligus pewaris tunggal Miyuki Kazuya, pemilik Miyuki Corp‒perusahaan kacamata terbesar di dunia saat ini.
Miyuki Corp telah berdiri sejak abad ke-18, dan mulai melambungkan namanya dalam waktu 10 tahun setelah perusahaan itu berdiri. Sejak saat itu perusahaan ini terus berkembang dengan pesat, merajai pasar lokal hingga mancanegara. Cabangnya menjamur bahkan sampai ke pelosok dunia yang asing dengan objek bernama kacamata ini.
Jika dilihat dari segi industri, menggeluti produk yang bukanlah kebutuhan pokok seperti kacamata memang terlihat kurang menjanjikan. Lagipula ada berapa persen penduduk di seluruh dunia yang mengenakan sepasang lensa berbingkai ini pada masa itu ? Tentunya bahkan tak mencapai 10% persen populasi dalam satu wilayah. Namun pendiri Miyuki Corp adalah orang yang cerdas. Beliau memandang jauh ke masa depan. Mempertimbangkan faktor kebutuhan yang berasal dari keinginan manusia yang terus berubah dari masa ke masa membuatnya menyimpulkan bahwa kacamata akan masuk dalam jajaran produk pokok untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Kini terbukti. Di negaranya‒Jepang‒tingkat kebutuhan kacamata untuk usia remaja bahkan telah mencapai 90%. Belum lagi dengan kebutuhan kacamata di Negara lain yang rata-rata berada pada tingkat yang sama. Dan‒produk yang dulu di anggap remeh dalam dunia industri itu kini bersinar.
"Bravo untuk pendiri pertama!" Seto berseru kegirangan setelah mendongengkan latar belakang perusahaan.
Koushuu menghela nafas, lelah karena pelayan pribadinya itu punya kebiasaan aneh mendongeng latar belakang perusahaan setiap hari ulang tahunnya. Meski begitu, rasa senang karena perusahaan yang dicintainya juga dikagumi oleh orang lain tetaplah ada.
"Akhirnya, mimpi Tuan Muda hari ini bisa tercapai." Ucap pelayan itu penuh syukur. Dari pantulan kaca spion, Koushuu dapat melihat senyum penuh kebanggaan menghiasi wajah pelayannya hingga tanpa sadar dia pun ikut tersenyum.
Sebagai calon pewaris Miyuki Corp, Koushuu telah dididik untuk menjadi pemimpin perusahaan sejak usia dini. Pengetahuannya tentang bisnis ini tak perlu diragukan lagi. Koushuu‒dan mungkin semua pewaris sebelumnya‒sudah serupa dengan kamus dunia kacamata berjalan.
Tapi Koushuu tak keberatan. Dia mencintai kacamata, dan juga mencintai bisnis keluarganya. Karena itu saat kakeknya menunjuk dia sebagai pewaris, Koushuu seolah terbang ke awan ketujuh. Dunianya berwarna pelangi dengan gemerlap bintang. Sejak saat itu Koushuu sudah menetapkan alasan dan tujuan hidupnya yaitu menjadi pemilik dan pimpinan sah Miyuki Corp.
Kini‒di usianya yang menginjak 20 tahun‒tujuan itu akhirnya tercapai.
Seharusnya‒
"HAAH?! APA KAU BERCANDA ? MENIKAH DULU ? SEJAK KAPAN ADA ATURAN SEMACAM ITU ?"
Teriakan itu terjadi 30 menit setelah Koenigsegg CCXR Trevita terparkir di halaman mansion mewah kediaman keluarga besar Miyuki.
Koushuu terengah-engah. Matanya membulat menatap pria dengan setelan piyama mewah yang kini meminum wine dengan santai di sofa. Orang ini adalah ayah kandung Koushuu‒Miyuki Kazuya‒pemilik Miyuki Corp saat ini.
Miyuki meletakkan gelasnya, dilanjutkan dengan menyentuh ringan kacamata yang bertengger manis di hidungnya. "Coba saja kau baca sendiri surat warisan ini." Ucapnya santai sambil menyodorkan map berwarna emas dengan desain mewah.
Koushuu semakin berang. Map emas berisi dokumen serah terima hak waris itu direbutnya dengan gusar. Koushuu membaca dengan kecepatan tinggi. Setiap huruf yang terekam dimatanya hanya serupa garis lurus, namun otak cerdas pemuda ini masih bisa menangkapnya. Semakin dia membaca semakin menumpuk pula emosi dihatinya. Kemarahan itu sampai pada puncaknya saat mencapai bagian terpenting surat warisan ini.
"Syarat untuk penerima warisan memperoleh hak nya: Menikah."
Dan di detik berikutnya, kertas warisan berusia ribuan tahun‒yang keasliannya terus terjaga‒harta keluarga Miyuki‒kini telah berubah menjadi potongan-potongan tak beraturan tersebar memenuhi lantai marmer ruang kerja Miyuki Kazuya.
Koushuu terengah-engah. Sementara Miyuki Kazuya membeku dengan wine tumpah dari mulutnya yang kini menganga. Waktu di ruangan itu seolah terhenti.
"Selamat Tuan Mud‒AAAAAAAAAA-AA-APAA… APA YANG TERJADI DISINI?!"
Teriakan Seto yang baru saja menerobos masuk ruangan menggerakkan kembali waktu yang terhenti di ruangan itu.
Koushuu tersentak sementara Miyuki memutih. Seto masih setia meratap dan menungging dramatis memungut tiap potongan kertas usang itu dengan wajah penuh air mata.
Setelah situasi kembali tenang‒tidak‒sedikit lebih tenang, ketiga orang itu berkumpul membentuk lingkaran dengan berjongkok di lantai. Mengelilingi potongan kertas malam yang tak lagi berwujud.
"Hei, jadi apa ini dokumen asli dari Kakek Pertama ?" Seto bertanya. Disini lain Koushuu menatap penuh harap agar ayahnya menjawab tidak.
Miyuki membenarkan kacamatanya. Mata caramel miliknya sendu. "Sayangnya…"
Dua orang lainnya memandang penuh harap.
Miyuki menggantungkan kalimatnya dan melirik kedua anak muda itu dengan kirikan jahil. "Kepo yaa~"
Tanpa sempat bereaksi, setelah berkedip sekali Miyuki telah merasakan sesuatu menyumpal mulutnya dan pandangannya tak utuh. Kacamatanya retak. Selain itu‒tubuhnya telah terlentang menyedihkan di lantai dingin.
"KAU! DASAR AYAH LICIK! SIALAN! AKU TAK MAU TAU LAGI! POKOKNYA AKU MINGGAT!" Koushuu berteriak nyaring. Dengan tiap langkahnya yang terhentak keras seolah akan menghancurkan lantai, Koushuu meninggalkan ruangan itu dan membanting pintu dengan keras. "AWAS SAJA! AKU PASTI AKAN KEMBALI SEBAGAI PEMILIK PERUSAHAAN YANG L;LEBIH BESAR DARI MILIKMU PAK TUA SIALAAN!"
Suaranya semakin mengecil namun kedua orang yang masih berpenampilan berantakan di ruangan itu hanya saling pandang tanpa mampu bereaksi. Sang Pelayan masih memutih dengan wajah penuh air mata sementara tuannya masih terbaring dengan kertas using menyumpal mulut dan kacamata pecah menghiasi wajahnya. Keduanya masih shock dengan kejadian ini‒siapa sangka bocah manis dan pendiam itu akan jadi preman hanya dalam setengah jam.
Malam penyerahan warisan itu berakhir dengan kekacauan.
Bersambung…
