Dearest

Disclaimer: Star Driver adalah properti Enokido Yoji, Igarashi Takuya, studio BONES dan ANIPLEX.

Summary: Titik favorit pada dasarnya menjadi langkah pertama. Sugata/Wako.

Untuk segala bentuk kebaikan dan kemurahan hati, terimalah ini, Rizuka-hunny :)


Dini hari, dia masih terjaga. Terjaga meski secara nyata terlihat menutup mata.

Satu sumber kekuatannya. Menunggu kembalinya dia yang terkasih.

.

.

Pulang di ambang batas tenaga memang tak pernah mudah, namun dia sama sekali tak berniat menyerah. Sebab, setelah seharian menghentak panggung musik, dia ingin memberi dirinya sebuah hadiah. Hadiah atas kerja keras dan keberaniannya menghadapi penonton yang berbeda setiap hari. Hadiah atas kesabarannya mengikuti jadwal yang padat. Hadiah atas prestasinya bertahan di puncak tangga lagu di seantero Jepang. Namun, di atas segalanya, hadiah ini adalah bukti pengabdian diri. Jika bukan karena dia yang setia ada di sisi, wanita muda itu tak akan segigih ini berlari mengejar mimpi.

Berjingkat-jingkat, dia mendekati tempat tidur. Sesosok pria tengah lelap dalam balutan selimut. Remang cahaya lampu menjadikan wajahnya berpendar lembut. Kedua matanya terpejam. Rambutnya luwes menutupi kening seputih pualam. Bibirnya terkatup damai. Ritme napasnya konstan, layaknya afeksi yang selama ini dia berikan.

Wako berjongkok di sisi Sugata. Menuruti dorongan hati untuk menandai titik fisik termanis dari sahabat hidupnya.

Bibirnya tersenyum menyentuh kelembutan yang amat familiar.

Kedua kelopak mata Sugata menyambut dekapan itu tanpa suara. Tiada tergesa, tak perlu tanda tanya. Sederhana.

Wanita penyayang itu kemudian beranjak sesaat untuk berganti pakaian, sebelum merebahkan raga di samping suaminya.

.

.

Setahun sudah, definisi pagi berganti. Bukan lagi sebatas kala fajar mulai merajai. Pagi yang ia syukuri, terbit kala tangan yang kokoh dan hangat menyentuh pipi.

"Wako." Suara sang pemanggil menjadi mantra pembuka mata.

"Sugata-kun." Dua pasang iris bertemu sempurna.

"Selamat pagi."

Wako memejamkan mata, sekali lagi, ketika bibir merah muda Sugata menyentuh dahi.

.

.

Pemahaman utuh sejatinya berdiri di atas tiga kaki. Kukuhnya ikatan dua insan bukan hanya peran pikiran dan hati. Tiap senti raga pun harus tahu bahwa kau dicintai.

Itulah yang sedang mereka pelajari, bersama-sama. Memaknai arti kata yang didaulat sebagai rasa terindah di dunia.

Kelopak mata dan dahi. Bagaimana pun juga, titik favorit kerap mendahului, sebelum manusia merasai sedalam-dalamnya eksplorasi.

Setelah terbebas dari kukungan tradisi, akhirnya lahir penyatuan tanpa pretensi.

Bagi mereka, tentu saja, itulah hadiah terindah yang pernah ada.

.

.

限り無い


Author's Note: Tadaima~! Senang bisa menulis lagi di FFN. Komentar, kritik maupun saran para pembaca sangat dinantikan via review. Terima kasih sudah membaca, ya :)