Disclaimer : Masashi Kishimoto masih belum berniat ngasih Naruto dkk ke Author.
Warning : OOC, Miss typo, author masih belajar ngelucu
Selamat membaca^^
.
.
.
Matahari pagi menyapa Konoha dengan senyum sumringah. Burung-burung berkicau dan langit biru cerah. Musim apakah ini? Ah, ya, musim semi. Saatnya kelas baru dan teman-teman baru. Sebagian besar murid Hokage Gakuen menyambut hari ini dengan antusias, termasuk murid berambut panjang yang sedang berjalan dengan anggun di koridor sekolah. Buat yang mengira murid itu adalah seorang siswi, salah besar. Dia adalah pria tulen, setidaknya begitu menurut dirinya sendiri.
Tahun ini, sama seperti pagi-pagi sebelumnya, Hyuuga Neji adalah siswa yang datang paling pagi di sekolah. Ada apa gerangan? Apakah ada janji dengan tukang kebon sekolah? Entahlah, tapi sepertinya itu hanya hobby dari seorang Neji.
Tapi ternyata Neji bertekad tidak akan membiarkan pagi ini lewat dengan sia-sia begitu saja. Dia bersumpah akan menebus tahun-tahun yang dilewatinya dengan sederet peristiwa memalukan dan so un-hyuuga-like, dengan membuat resolusi baru untuk mengubah persepsi orang tentang dirinya. Dirinya sudah muak dengan orang-orang yang selalu meremehkannya dan menganggapnya sebagai cowok lemah dan hanya memikirkan penampilan.
Memangnya apa salahnya dengan jadi cowok metroseksual? Kita hanya memastikan tubuh kita mendapatkan perawatan yang layak kan?
Flashback
"Hyuuga, kau gantikan Lee sebagai kiper!" seru Maito Guy ketika jam pelajaran olahraga.
"Who? Me?" tanya Neji sambil menunjuk hidungnya.
"Memangnya ada Hyuuga lain selain kau?"
"Tapi saya habis creambath, sensei." Neji bergidik ngeri membayangkan rambutnya harus terpapar sinar matahari yang terik.
…
"Neji, kau mau ikut klub berkebun?" tanya Ino, ketua klub berkebun.
Neji menyipitkan mata, " Ada fasilitas meni-pedi nggak?"
Ino menggeleng.
"Kalau gitu gak mau, ah."
"Rese' lo!" maki Ino.
End of flashback
Neji tidak mengerti, lebih tepatnya tidak mau mengerti apa yang salah dari sikapnya selama ini, sampai-sampai beberapa pihak di sekolahnya menganggapnya tidak kompeten untuk masuk klub kendo yang diidam-idamkannya. Salah satu dari pihak yang meremehkannya adalah gadis bengis bercepol dua bernama Tenten.
Flashback lagi
Kiba melangkah ragu-ragu mendekati sesosok gadis manis yang memakai yukata untuk latihan kendo.
"Baru ya, neng? Abang juga. Kenalan dong." tanya Kiba malu-malu.
Twitch. "Aku ini laki-laki, bodoh!" bentak Neji.
Muka Kiba jadi ungu karena ilfil berat. Teman-teman cowoknya yang daritadi menonton adegan salah tembak itu malah cekikikan. Untungnya ketua klub kendo, Sasori, segera datang dan secara tidak langsung menyelamatkan muka Kiba. Acara seleksi untuk menjadi anggota klub kendo pun segera dimulai.
Tepat ketika giliran Neji untuk diseleksi, suara cempreng seorang gadis menginterupsi.
"Sasori-danna, lebih baik yang ini dilewatin aja deh." serunya.
"Memangnya kenapa?"
Tenten membisikkan sesuatu ke telinga Sasori, membuat cowok berambut merah itu mengangguk-angguk.
"Hyuuga, kau didiskualifikasi."
"APA?"
"Kami tidak bisa menerima anggota yang akan melunturkan wibawa klub kendo kami."
End of flashback
Neji geram. Geraaaaam sekali. Mengingat kejadian itu membuatnya frustasi dan ingin menjambak rambutnya sendiri saking gemasnya. Tapi urung karena takut rambutnya rontok.
Kalau dipikir-pikir, kenapa si Sasori-danna itu langsung percaya saja dengan kata-kata Tenten? Itu karena Tenten adalah juniornya di dojo milik ayah Sasori, jadi hubungan mereka sudah seperti kakak adik dan Sasori sangat mempercayainya. Sialnya lagi, Sasori sekarang malah mempercayakan klub kendo Hokage Gakuen ke tangan Tenten dengan menunjuknya sebagai ketua yang baru. Nepotisme? Tidak ada yang keberatan karena Tenten sudah terbukti jagoan.
Neji mendengus, 'Pokoknya aku akan buktikan, di tahun ajaran baru ini aku akan menjadi ketua klub kendo dan mendepak si micky mouse itu!'
Masih berjalan menyusuri lorong sekolahnya, kepala Neji celingak-celinguk mencari kedua sahabatnya yang memiliki nasib hampir sama dengannya, Uchiha Sasuke.
Kalau bicara tentang Uchiha Sasuke, kita tidak bisa mengabaikan fansgirlnya yang jumlahnya ribuan. Oke, bohong. Jumlah siswi di Hokage Gakuen tidak sampai seribu, kok. Tapi bisa dipastikan bahwa sembilan puluh delapan persen siswi di sana adalah anggota Sasuke Fansclub. Bagaimana tidak? Sudah tampan, tajir, seksi lagi (Sasuke suka tidak mengancingkan kancing seragamnya, entah disengaja atau tidak). Pemuda berwajah tampan itu bahkan didaulat sebagai The Most Eligible Bachelor Alive nomor dua tahun 2012 versi majalah Pupil. Nomor satunya siapa? Tidak lain tidak bukan adalah Uchiha Itachi, abang tersayangnya sendiri.
"Maaf ya, Sasuke. Kali ini abang nggak bisa mengalah." ucap Itachi narsis kala mengetahui dirinya dinobatkan sebagai The Most Eligible Bachelor Alive nomor wahid. Sasuke keki berat gara-gara kalah dari sang aniki.
Anyway, kembali ke topik semula. Sudah author sebutkan tadi bahwa sembilan puluh delapan persen siswi di Hokage Gakuen adalah fansgirlnya Sasuke, yang dua persen bagaimana? Yang dua persen adalah sisw-siswi yang setipe dengan Tenten, anti dengan cowok seperti Sasuke dan Neji. Tenten dan hampir seluruh populasi pria di Konoha Gakuen beranggapan bahwa Sasuke adalah gay. Gossip tentang Sasuke itu semakin santer karena didukung fakta kalau Sasuke tidak pernah berpacaran ataupun dekat dengan seorang gadis pun. Fansgirl yang pernah menembak si rambut ayam itupun hanya dianggap angin lalu oleh Sasuke. Pemuda berwajah sekeras batu itu selalu menolak setiap perhatian dari gadis manapun. Perhatian Sasuke hanyalah tertuju pada -ahem- tubuhnya.
Gosip semakin subur, tapi pada tahap ini Sasuke masih cuek ayam. Yang bisa menilai Sasuke secara objektif hanyalah Neji dan Sai. Kedua sahabatnya itulah yang tahu bahwa dibalik wajah batu sang Uchiha, tersembunyi seorang pemuda yang hopeless. Apa? Hopeless? Sebenarnya Sasuke bukannya anti dengan para gadis, justru dia adalah pemuda paling setia –dan paling bodoh- yang pernah dikenal Neji dan Sai. Sikap Sasuke yang dingin terhadap fansnya dikarenakan pemuda Uchiha itu hanya ingin menjaga hatinya untuk seorang gadis. Gadis yang berhasil memunculkan sisi romantis sang Uchiha itu bernama Sabaku No Matsuri. Apa kita membicarakan Matsuri adik dari Sabaku No Gaara? He'eh, Matsuri yang itu.
Sasuke sudah naksir Matsuri sejak Sasuke berumur empat belas tahun, alias sejak Matsuri berumur sebelas tahun. Tapi yang membuat langkahnya jalan ditempat untuk mendekati gadis itu adalah-
"Apa? Ada yang mengajakmu kencan?"
-kakaknya yang over protektif : Sabaku No Gaara.
Kata orang, ingatan buruk yang dilihat waktu kita masih kecil bisa menimbulkan efek traumatis pada otak. Well, dengan berat hati Sasuke melihat bocah yang mengajak Matsuri berkencan, harus 'dimake-up' paksa oleh tinju Gaara dihadapannya waktu itu. Sasuke tahu bahwa Gaara sebenarnya adalah pemuda yang baik. Pemuda berambut merah itu akan melakukan apapun demi anggota keluarganya. Gaara sampai rela mentato jidatnya dengan tato ai yang artinya cinta : cinta untuk keluarga. So sweet. But still….
Warna biru hampir ungu yang menghiasi wajah bocah mantan calon kencan Matsuri itu senantiasa menari-nari di kepala Sasuke saat melihat Gaara. Akibatnya, wajah Sasuke jadi tegang dan keringat dingin muncul di dahinya. Pihak-pihak anti Sasuke malah mengira sikap Sasuke yang gugup itu sebagai indikasi bahwa pemuda itu sedang naksir pada Gaara.
"Brengseeekkkk!" umpat Sasuke ketika mendengar berita itu. Tangannya sudah hampir menjambak rambutnya sendiri karena frustasi, tapi urung gara-gara takut bentuk rambutnya yang antik itu rusak. Readers merasa déjà vu? Author juga. #PLAK#
Kesimpulannya, Uchiha Sasuke juga mengalami nasib yang sama dengan yang dialami Hyuuga Neji, yaitu sama-sama korban stereotype.
Lain lagi dengan teman mereka yang satu lagi, Lawliet Sai. Merasa aneh dengan nama belakangnya? Well, asal-usul kenapa cowok berwajah oriental itu bisa menyandang nama belakang seorang bule, adalah karena sebenarnya Sai merupakan anak adopsi dari ekspatriat Inggris yang nyasar ke Konoha, namanya . L (sebut saja begitu) adalah seorang detektif jenius yang sekarang bekerja sebagai konsultan bagi kepolisian Konoha dan menikah dengan warga Konoha asli bernama Konan. Mereka mengadopsi Sai ketika Sai masih berusia enam tahun.
Hidup Sai bisa dikatakan senang-senang susah, susah-susah gampang (?). Sai yang sebatang kara sejak lahir, bisa merasakan kasih sayang yang berlimpah semenjak diadopsi oleh orang tua angkatnya. Ayah dan ibu angkatnya selalu menuruti keinginannya, apapun yang dia inginkan. Tapi berhubung Sai adalah anak yang tidak suka aneh-aneh, permintaannya tidak pernah macam-macam. Malah Sai sering berperan sebagai penengah ketika orang tua angkatnya bertengkar.
"Papi, kasih lollipopnya ke mami, dong. Nanti Sai temenin bikin istana gula, deh." bujuk Sai ketika L dan Konan bertengkar karena memperebutkan lollipop yang tersisa satu di kulkas.
See? Dewasa sekali kan si Sai ini? Oh ya, mengenai kenapa dua orang aneh dari fandom yang berbeda itu sampai bisa bertemu dan memutuskan bersatu dalam ikatan serius yang bernama pernikahan, adalah suatu misteri yang bahkan L-pun tidak tahu jawabannya.
Overall, kehidupan Sai benar-benar bahagia, kecuali saat Konan memaksanya untuk selalu melakukan perawatan kecantikan sebelum tidur dan setelah bangun tidur. Dan perawatan itu rutin dilakukan setiap hari. Tidak heran kalau Sai menyandang predikat raja telat selama dia sekolah karena perawatan itu membutuhkan waktu lama.
Sebenarnya untuk apa Konan memaksa Sai melakukan perawatan kulit secara rutin? Usut punya usut, semua ini dilakukan karena ketakutan Konan kalau-kalau anak angkatnya itu akan tertular sifat cuek L. Konan tidak menginginkan Sai ikut-ikutan jorok dan jarang mandi seperti ayah angkatnya.
Lama-lama perawatan tubuh itu jadi kebiasaan, dan kebiasaan itu berkembang. Konan tidak hanya sering menyuruh Sai ke spa, tapi juga ke salon untuk facial, creambath dan sebagainya. Sekarang kita tahu dari mana Sai mendapatkan kulitnya yang putih mulus dan tanpa cela itu.
Kalau boleh memilih, Sai lebih suka belepotan cat dan tinta karena dia memiliki hobby dan bakat di bidang melukis. Tapi demi menuruti permintaan sang ibu angkat, akhirnya Sai lebih sering ke salon daripada ke galeri lukis.
Penampilannya yang lemah lembut ditambah sifat Sai yang susah bergaul, membuatnya sulit mendapatkan teman. Pada akhirnya, Sai lebih sering terjebak bersama si rambut panjang dan si rambut ayam alias Neji dan Sasuke.
Kita kembali pada Neji yang sedang celingak-celinguk mencari Sasuke. Setelah gagal menemukan sosok Sasuke dimana-mana, Neji akhirnya menyerah dan pergi ke halaman sekolah. Dia ingin memeriksa papan bulletin sekolah dan mencari kelasnya yang baru.
Siswa-siswi Hokage Gakuen sudah mulai berdatangan dan memenuhi halaman sekolah. Perhatian mereka terkonsentrasi pada dinding pengumuman berkaca tebal. Semuanya berdesakan, merangsek maju untuk bisa melihat lebih dekat ke papan pengumuman itu, tapi terhalang punggung siswa-siswa lain.
Neji mendecih, dirinya paling anti berdesak-desakan. Bisa-bisa bajunya kusut digencet remaja-remaja bar-bar itu. Belum lagi kalau harus terpapar sinar matahari dan terkena keringat dari teman-temannya. Yikes!
Sepuluh menit. Limabelas menit. Sampai setengah jam Neji menunggu massa bubar dan membiarkan papan pengumuman itu sendirian saja, nyatanya kerumunan semakin ramai saja.
Neji menggulung lengan bajunya dengan tidak sabar, "Minggir, minggir, minggir!" serunya galak.
Setelah berjuang melewati kerumunan siswa, Neji sampai juga di sisi depan papan pengumuman. Mata Neji naik turun meneliti satu per satu dari sekian nama yang berderet. Ketemu!
Sasuke, dirinya dan Sai ternyata tahun ini sekelas, mereka 'dibuang' di kelas 11-A. Neji tersenyum senang, tapi sedetik kemudian senyumnya luntur. Di deretan nama siswa itu ada nama Tenten, rival abadinya. Neji mengepalkan tangannya dengan penuh dendam, tapi tak lama. Matanya kembali meneliti deretan nama di papan tersebut dan menemukan nama Sabaku No Gaara di sana. Neji menyeringai licik. Pasti jantung Sasuke akan kembang kempis setiap masuk kelas.
Setelah bosan meneliti nama sekaligus mencari nama yang bisa membuat Sai ketakutan, akhirnya Neji mundur dari papan buletin. Neji hampir lupa kalau Sai, sahabatnya yang satu itu kan seperti malaikat, tidak punya musuh.
Dengan langkah lambat-lambat, Neji menuju ruang kelas 11-A. Gadis-gadis cantik yang berdiri di sepanjang lorong sekolah tidak berhasil membuat wajah Neji yang kusut kembali ke bentuknya semula.
Membayangkan setahun sekelas bersama Tenten, sukses membuat suasana hati Neji memburuk. Kalau begitu dia harus kembali merapal mantera penenang jiwanya.
"Aku ganteng, aku ganteng, aku ganteng..." rapal Neji sambil berjalan. Suasana hatinya sedikit demi sedikit membaik dan akhirnya benar-benar pulih ke kondisi sedia kala (?). Muka Neji kembali cerah dengan senyum sumringah seperti matahari.
"Berhasil mendapat voucher mandi kembang seribu hari, Hyuuga?" ejek suara –yang menurut Neji adalah suara ter-cempreng di dunia. Tenten bersandar di pintu kelas sambil mengipasi tubuhnya dengan sebuah buku.
Neji tidak menjawab. Tidak akan dia biarkan gadis bercepol itu merusak ketenangan paginya. Neji terus melangkah melewati Tenten, tapi sebuah kaki jenjang menutup jalannya dengan menjejak sisi lain pintu.
Neji menatap kaki itu tanpa kedip, 'Mu-mulusnya...'
Sebuah buku menghantam kepala Neji dan membuatnya menoleh dengan kasar ke arah Tenten.
"Kau cari gara-gara, ya!" Neji berkata kasar pada Tenten.
"Makanya, berhenti memandangi kakiku dengan mesum!" jawab Tenten dengan kasar. Wajahnya sedikit memerah gara-gara dipandangi dengan –uhuk- tidak sopan oleh Neji.
"Apa? Ulangi lagi!"
"Kau-" Tenten menuding Neji "-mesum!"
Neji mendekati Tenten dengan marah hingga jarak wajah mereka hanya beberapa centi.
"Kau sendiri yang memajang kakimu!"
"Dan kau memandanginya dengan mata mesummu!" jerit Tenten membuat mata siswa-siswi yang lewat mengarah pada mereka.
"Tarik kata-katamu, rambut aneh!" seru Neji.
"Make me!"
Cup...
Menurut buku psikologi karangan Tatang Sutarman yang diterjemahkan ke bahasa Konoha oleh Sule, ciuman pertama sangatlah berarti bagi para wanita, dan Tenten bukanlah pengecualian. Seumur hidupnya dia sudah menyimpan ciuman pertamanya untuk orang yang dia cintai, yaitu calon suaminya. Berbagai referensi dari film-film romantis sudah dia kumpulkan untuk menciptakan adegan kissing yang bersejarah. Entah itu di tepi pantai dilatari sunset yang indah, atau di altar pernikahan dengan hujan kelopak bunga mawar mengiringi. Dirinya tidak menyangka, bibirnya akan beradu dengan bibir seorang pria seperti...
Orochimaru-sensei!
Lutut Neji gemetar dan mendadak lemas seperti bubur. Salah sendiri, kenapa tangannya asal mencomot random people buat disodorkan kepada Tenten. Oh, Neji ingin melabrak tangannya yang tidak punya otak, tapi batal karena ingat bahwa tempat otak itu ada di kepala, bukan di tangan.
Kedua korban rupanya masih sama-sama bengong dengan kejadian yang terlalu cepat itu. Neji sudah bersiap melontarkan alasan andalannya : 'Bukan aku, sumpah!'. Tapi mengingat bahwa saksi perbuatan nistanya adalah korban itu sendiri, akhirnya dia memilih langkah yang lebih masuk akal : kabur.
"HYUUGA NEJIIII!"
Terlambat. Neji sudah melakukan langkah seribu no jutsu.
"Berhenti kau, bang-PIIIP! PIIIP-PIIP-PIIIIP!" Tenten mengerjar disertai seribu sumpah serapah. Awan setan membayang di kepalanya. Orochimaru ikut berlari di belakang Tenten dengan aura yang tidak kalah gelapnya. Raut wajahnya menampakkan kegembiraan yang ganjil, sepertinya dia baru mendapat objek penelitian baru untuk dibedah-bedah. Murid-murid yang berlalu-lalang hanya bisa bengong melihat tiga orang itu melakukan lari estafet di pagi hari, di koridor sekolah, lagi.
"Yang bisa menangkap si Hyuuga akan mendapat nilai A!" teriak Orochimaru, sang guru mega psycho yang memang pelit memberi nilai bagus.
CRIING! Tiba-tiba mata para siswa berubah menjadi gelap semua.
"Demi nilai A!" sorak seorang murid. Teriakannya disambut murid lainnya, "Tangkap si Hyuuga!"
Siswa-siswi gila nilai itu ikut berlari di belakang Tenten dan Orochimaru. Jadilah Neji seperti maling kolor yang dikejar masa, hanya saja setting tempatnya di sekolah.
Neji tetap berlari menghindari tangan-tangan yang menggapai-gapai menangkapnya. Kakinya dengan gesit melompati pot-pot bunga dan menyeberang ke lapangan sekolah. Neji panik, nafasnya mulai ngos-ngosan karena melakukan maraton mendadak, belum pemanasan pula. Dari ekor matanya dia melihat jumlah murid yang mengejar makin banyak.
"Holy crap!" umpatnya panik.
Run, Neji! Run for your life!
.
.
.
Sebuah limousine berhenti di pintu gerbang Konoha Gakuen. Dari dalamnya keluar seorang pemuda berkulit putih mulus menyandang tas sekolahnya. Dari senyumnya, kelihatannya pemuda itu begitu bahagia bisa datang pagi-pagi ke sekolah. Setelah semalaman membujuk ibu angkatnya agar melewatkan perawatan kulitnya hanya untuk pagi ini saja dan menggantinya dengan perawatan kulit di malam hari, akhirnya seorang Lawliet Sai bisa datang on time ke sekolah.
Sai menghirup udara pagi dengan perasaan bahagia kemudian melangkah memasuki gerbang sekolah. Dilihatnya Sasuke sedang berjalan sementara para gadis dengan genit menyapanya, bahkan ada yang menyodorkan kotak bentonya kepada Sasuke. Pemuda itu tetap memasang wajah datar dan menepis kotak bento itu, lalu melanjutkan perjalanannya menyusuri koridor.
Sai mempercepat langkahnya hingga ia sejajar dengan Sasuke.
"Menolak makan siang gratis lagi?" tanya Sai sambil tersenyum.
"Hn."
Sai geleng-geleng kepala, merasa kasihan pada kotak bento itu.
"Aku sekelas dengan Sabaku-san, lho." kata Sai sambil tersenyum.
"Hn."
"Dan kau sekelas denganku." sambung Sai lagi, tetap dengan tersenyum.
Mata Sasuke berkedip sekali, dua kali, tiga kali. "Apa?"
"Kita bertiga seke-" kata-kata Sai terpotong mendengar kegaduhan yang tiba-tiba didengarnya. Seorang murid sedang berlari-lari panik di sepanjang lorong sekolah yang berkanopi. Dibelakangnya, massa mengejarnya dengan beringas, dipimpin gadis bercepol dua dan Orochimaru-sensei.
Sai memicingkan mata. Apa ini reality show 'Satu Lawan Banyak'? Sejak kapan Neji masuk relity show?
"Kira-kira mereka kenap-"
Untuk kedua kalinya kata-kata Sai terpotong karena kerah kemejanya disambar oleh tangan –laknat- Hyuuga Neji. Kakinya hampir terseret mengikuti lari Neji yang kencang. Alhasil, sekarang Sai juga ikut-ikutan lari-lari tidak jelas.
"Hoy, Neji, jelaskan kenapa kau bisa terlibat hal bodoh seperti ini!" suara Sasuke terdengar agak ngos-ngosan. Rupanya Sai bukan satu-satunya orang yang kerahnya ditarik paksa oleh tangan Neji barusan.
"Tidak ada waktu! Lagi saja! Kyaaaa!" jerit Neji dengan tidak elegan.
Sai cuma bisa pasrah sambil terus memaksa kakinya berlari. 'Tuhan, apakah ini azab karena menolak perawatan kulit mami Konan?'
~To Be Continued~
Author notes : fiuh, selesai juga. Bukannya malah nyelesaiin 'Oh, Mr. Annoying', malah bikin fic baru. Gomen, author tidak bermaksud bashing chara, cuma 'sedikit' OOC kok.
Yosh, finally, please RnR ya, minna-san ^^
