-Stupidity of Mine-

Aku masih tertidur saat aku mendengar suara violin Tsukimori. Perlahan, aku membuka mataku dan mengalihkan pandanganku ke arah balkon. Kuputuskan untuk berjalan ke sana untuk mendengar lagu itu lebih jelas.

Kubuka pintu menuju balkon dan kulihat Tsukimori sedang memainkan violinnya di balkon kamar yang berada tepat di sebelah balkon kamarku. Sosok Tsukimori tampak sangat cantik di bawah sinar bulan malam itu. Rambutnya yang berwarna biru terang memantulkan cahaya bulan dan matanya yang berwarna emas, berkilau indah menyamai cahaya bintang.

Aku tak kuasa berkata-kata dan semakin tenggelam pada kecantikannya di tengah lantunan lagu Ave Maria yang mengalun lembut dari violin yang dimainkannya. Jemarinya bergerak dengan mahirnya. Meniti satu demi satu tangga nada dan menyentuh violinnya seperti menyentuh gadis yang paling ia cintai.

"Tsukimori," tanpa kusadari, namanya meluncur dari bibirku. Permainan Tsukimori berhenti dan ia mengalihkan pandangannya ke arahku dan tersenyum.

"Yuki," panggilnya lembut. Kemudian, ia berjalan mendekat ke arahku. Berjalan menuju ke arahku, seakan ingin menghapus jarak yang ada di antara kami berdua.

Langkah Tsukimori terhenti di dekat pagar balkon kamarnya. Sambil tetap tersenyum, ia berkata padaku untuk memanggilnya 'Len'. Wajahku memerah dan aku tak sanggup berkata-kata.

"L-Len..." bisikku pelan. Kukira, Len takkan mendengar suaraku yang terlalu pelan itu. Akan tetapi... ia tersenyum dengan senyuman yang kelihatan sangat bahagia.

Hatiku bertanya-tanya. Apakah aku pantas menyukainya? Apakah ia menyukai diriku lebih daripada ia menyayangi violinnya? Apakah... jika aku mengatakan ingin berhenti bermusik, ia akan meninggalkanku?

Aku kembali memandang wajah Tsukimori yang terus memandangku dengan pandangan penuh kasih sayang. Melihat sorot mata yang begitu hangat dan lembut terarah padaku, aku tersenyum yakin.

Bodohnya aku. Seharusnya aku sudah tahu bahwa ia lebih menyayangiku dari apapun dan takkan meninggalkanku walaupun aku sudah menyerah dalam musik. Karena, walaupun ia tak pernah menyampaikannya melalui kata-kata, tapi... matanya selalu saja menyampaikan perasaannya yang terpendam terlebih dahulu.