Disclaimer: Naruto punya mz Masashi Kishimoto.
Genre: Fantasy, Humor Gagal, Action, Friendship, dan Romance. Yey.
Warning: EYD yang tidak sesuai, Genre gagal (?), OOC (Terutama Hinata), Typo.
Rated: T
Happy reading mwahh
.
Fantasy? YES!
.
"Luna…"
Seorang gadis yang bernama Luna menengok ke arah suara berat yang memanggil namanya. Namun ketika dia menemukan sumber dari suara yang memanggilnya, ternyata tidak ada siapa-siapa disana. Luna terdiam. Lalu, siapakah gerangan yang memanggil namanya? Apakah… Hantu?
Luna bergidik ketakutan. Dia takut sekali dengan yang namanya 'hantu'. Sekali saja dia mendengar kata tersebut, dia bisa langsung kabur tanpa bisa memikirkan apa-apa. Namun untuk saat ini, Luna masih berpikir positif.
"Luna…"
Untuk kedua kalinya, suara tersebut memanggilnya. Luna mulai berpikir yang tidak-tidak saat dia kembali tidak menemukan siapapun. Bagaimana kalau yang memanggil dia itu memang hantu? Luna merinding. Saat ia sudah mengambil ancang-ancang untuk kabur, suara tersebut kembali memanggilnya.
"Luna, apakah kau mencariku? Aku… berada dibawahmu…"
Luna membeku ketika 'sesuatu' yang dingin mencengkram kaki kanannya. Dengan perasaan takut yang luar biasa, dia melihat kebawah. Matanya terbelalak ketika menemukan sebuah tangan hitam pekat yang mencengkram kakinya. Parahnya lagi, tangan tersebut mempunyai mata. Ingin rasanya Luna kabur saat itu juga. Namun semakin dia bergerak, semakin kuat pula cengkraman tangan itu. Saat Luna mencoba melepaskan tangan hitam itu menggunakan kedua tangannya, yang ada kedua tangannya ikut menghitam. Muka Luna memucat ketika bagian bawah tubuhnya mulai menghitam dengan cepat, diikuti oleh bagian atas tubuhnya.
"Hihihi, Luna sayang… ikutlah denganku ke alam lain… ayo… hahahaha!" ajak suara itu sembari tertawa-tawa puas.
"T…t … TIDAKKKKKK!"
BRAK!
"HINATA! SADAR OI JANGAN MELAMUN TERUS!"
GUBRAK
"A … Aduh, sakit," rintih Hinata yang terjatuh dari kursinya. Hinata menengok ke kanan dan kiri, mencoba untuk mencari si pelaku yang membuatnya kaget sampai terjatuh dari kursi. Tidak menemukan siapapun, dia menengok ke depan dan ternyata, berdirilah seorang pemuda dengan penampilan cukup 'unik'. Pemuda itu tertawa cekikikan melihat nasib Hinata. Hinata menaikkan sudut bibir kanannya keatas, "hei Naruto! Jangan-jangan kamu ya yang tadi menggebrak mejaku?!"
Masih cekikikkan, pemuda yang dipanggil Naruto tersebut membalas perkataan Hinata, "hihihi! Habis! Dari tadi kamu melamun terus sih! Aku kan jadi gemes pengen ngejailin kamu! Nyehehehe."
"Gemes sih gemes! Tapi jangan bikin kaget kan bisa? Gara-gara kamu, ideku jadi menghilang semua tau!" Protes Hinata.
"Iya deh maafkan aku. Emangnya kamu mau bikin komik apa sih?" tanya Naruto.
Hinata berdiri dari tempat dia terjatuh. Dia menatap gambarannya. Hinata menghela nafasnya karena untuk kesekian-kalinya, dia harus rela kehilangan ide barunya gara-gara Naruto. Padahal, deadline sudah sangat dekat. Namun sampai sekarang, komiknya tidak selesai-selesai juga. Untuk kedua-kalinya, Hinata menghela nafas.
"Oi Hinata! Jangan cuekkin aku dong!" Kali ini, giliran Naruto yang protes karena pertanyaannya tidak dijawab. Namun, Hinata tidak membalas perkataannya. Merasa diabaikan, Naruto berjalan ke arah meja terdekat lalu duduk diatasnya dengan posisi memeluk kedua lututnya. Bermaksud mencuri perhatian Hinata.
"Naruto, sudah kubilang kalau duduk itu di kursi, bukan di meja!" Seru Hinata kepada pemuda berambut pirang tersebut.
"Mau aku duduk di meja ataupun tidak, itu bukan urusanmu." Balas Naruto dengan jutek.
"Idih, ngambek. Cowok kok ngambekkan~" ejek Hinata. Naruto memanyunkan bibirnya.
"Suruh siapa nyuekkin aku! Semenjak kemunculanku, kamu itu selaluuu sajaaa sibuk dengan komikmu. Gak enak tau dicuekkin tuh! Sekali-sekali, perhatiin dong aku!" rengek Naruto. Hinata hanya bisa tersenyum tipis mendengar rengekan Naruto.
"Hmm, kemunculanmu yah," gadis itu kembali terdiam. Mengingat kembali hari dimana ia dan Naruto bertemu.
.
.
FLASHBACK
Konoha, jam 17.55
Terlihat seorang gadis yang berumur 16 tahun sedang belari-lari kecil untuk berteduh dari hujan. Langit mendung mulai menunjukkan tanda-tanda untuk menuangkan isinya. Rambutnya yang berwarna indigo melambai-lambai tertiup angin. Mata lavendernya terus berusaha mencari tempat berteduh.
Kring Kring Kring
"Aduh, kenapa disaat-saat begini sih?" keluh gadis itu kesal. Dia mengambil handphonenya kemudian mengangkat panggilan tersebut, "halo?"
"Oi Hinata! Ini naskahnya masih salah! Sudah berapa kali sih saya kasih tau kalau halaman 4 dan 9 itu harus dibenarkan? Kamu dengerin gak sih?" Terdengar suara seseorang dari handphone.
Hinata menelan ludah, 'gawat, editor.' "a-anu, i-itu, ehehehe. Saya lupa~"
"APA?! LUPA KATAMU? CEPAT PERBAIKI! SAYA AKAN KIRIMKAN LEWAT FAX! INGAT! JIKA KAMU LU—"
"Huwaaaaa!"
GUBRAK
Gara-gara tidak fokus melihat jalanan di depan, Hinata tidak sadar akan adanya sebuah benda yang membuatnya jatuh. Pada saat itu juga, handphonenya terlepas dari pegangannya dan terjatuh ke kali. Belum selesai keburukkan menimpanya, tak lama kemudian, hujanpun turun dengan deras.
"…Handphoneku … Sial." umpat Hinata.. Tak peduli akan hujan, dia melihat kearah benda yang membuatnya seperti ini. Tadinya, Hinata mengira kalau batu yang membuatnya jatuh, namun ternyata tidak. Yang membuatnya jatuh adalah sebuah… sketchbook. Ketika melihat sketchbook, jiwa komikus Hinata pun bangkit dan segera menyelamatkan sketchbook tersebut. Dia lupa, kalau sketchbook itulah yang membuat dia menjadi seperti itu.
Hinata segera berlari cepat ke satu bangunan yang tidak terpakai. Disana dia berteduh, dan tanpa pikir panjang lagi, dia melihat sketchbook itu. Sejenak ia terdiam.
"Kenapa sketchbook ini sama sekali tidak basah? Padahal diluar tadi hujan… " ucap Hinata heran. Dia tau kalau memang dia terburu-buru mengambil sketchbook tersebut agar tidak basah. Namun ternyata, sketchbook tersebut sama sekali tidak basah. Padahal sudah jelas sekali di matanya kalau sketchbook itu terkena hujan.
Sedang asik berpikir, tiba-tiba dia teringat editornya. Gadis itu sudah pasrah dengan nasib handphonenya yang sudah pasti rusak. Bertambah lagi penderitaannya karena tidak bisa pulang ke rumah akibat hujan yang semakin deras. Mau tidak mau, dia kembali pasrah jika sampai sang editor akan membunuhnya.
Hinata duduk di teras bangunan tak terpakai. Bosan menunggu, dia melihat lagi sketchbook itu. Kali ini, dia memandang sketchbook itu dengan teliti. Sketchbook itu bersampul hitam dengan tulisan 'Sketchbook' yang sangat besar. Ukuran sketchbook itu sedang. Isi sketchbook tersebut sangat tipis. Kemudian dengan rasa penasaran yang besar, dia membuka sketchbook tersebut. Di lembar pertama, tertulis sebuah kata-kata:
Have You Ever Imagine If A Drawing Comes To Life?
"Hah? Gambaran bisa hidup? Ini maksudnya apa?" heran Hinata. Saat akan membuka lembar berikutnya, terdengar suara klakson mobil. Hinata menengok ke arah sumber suara. Mobil itu mendekati tempat Hinata duduk. Tak lama setelah mobil itu berhenti tepat di depan Hinata duduk, kaca mobil terbuka dan tampaklah seorang pemuda yang terlihat lebih tua dari Hinata. Wajah pemuda berambut coklat tersebut terlihat sangat gembira begitu melihat Hinata.
"Hinata!" panggil pemuda itu dari dalam mobil. Hinata tersenyum begitu melihat sang pemilik mobil.
"Ternyata Neji nii-san ya."
"Hehehe, oh iya, sedang apa kamu disini?" tanya pemuda yang bernama Neji tersebut.
"Aku tidak bisa pulang nii-san, hujannya makin deras." jawab Hinata.
"He? Kalau begitu, ikutlah denganku! Aku akan mengantar kamu sampai ke rumah! Ayo!" ajak Neji.
"Benar tidak apa-apa?" tanya Hinata yang merasa tidak enak kalau sampai harus menumpang mobil Neji.
"Tidak apa-apa kok! Sudah menjadi tugas saya kalau sampai melihat adik sepupu kesayanganku sedang kesusahan." Jawab Neji sembari membukakan pintu untuk Hinata. Mobil Neji cukup canggih karena bisa membuka pintu mobilnya hanya dengan menggunakan sebuah remote.
"Hum, baiklah." Pada akhirnya, Hinata memutuskan untuk ikut dengan kakak sepupunya. Hinata memasukkan sketchbook misterius itu kedalam tasnya, kemudian duduk di kursi mobil bagian depan, tepat disebelah Neji.
"Bagaimana komikmu? Sudah sampai mana?" tanya Neji sembari menyalakan mesin mobilnya.
"Ya begitulah… Editor kembali memarahiku gara-gara aku lupa membenarkan halaman 4 dan 9, huft…" keluh Hinata.
"Kalau begitu, aku saja yang benarkan! Nanti kamu malah kecapekan." tawar Neji. Mendengar hal itu, Hinata menggelengkan kepalanya.
"Tidak usah. Nii-san sudah terlalu banyak membantuku, nanti malah nii-san yang kecapekan."
"Ehhh? Tapi aku kan kakak sepupumu! Sudah kewajibanku untuk membantumu!" balas Neji.
"Sudahlah tidak apa-apa kok! Beneran deh! Lagian nii-san harus mengurus kedai kopi nii-san juga kan?" ucap Hinata meyakinkan Neji.
"Huh! Yasudah deh~" Akhirnya, mau tidak mau, Neji mengalah. Setelah itu, mereka berdua mengobrol dengan santai.
Rumah Hinata, malam hari, jam 18.45
"Yap! Sudah sampai!"
Mobil Neji berhenti tepat di depan sebuah rumah yang tidak terlalu besar, cat rumah yang berwarna coklat muda, serta terdapat dua buah pohon maple di depannya. Hinata segera membuka pintu mobil, tak lupa dia berterimakasih kepada Neji. Setelah itu, Neji pamit dan pergi.
Hinata mengambil kunci rumahnya dari tas. Lalu membuka pintu dan masuk kedalam. Hinata menghempaskan tubuhnya ke sofa. Ingin sekali dia memejamkan matanya saat itu juga. Namun, dia teringat dengan sketchbook tadi. Dengan terburu-buru, ia mengambil sketchbook itu dari tas dan membukanya.
Hinata membuka lembar kedua. Tadinya, dia mengira kalau sketchbook tersebut sama dengan sketchbook lainnya, tapi ternyata sangat jauh berbeda. Dari mulai lembar pertama sampai lembar kedua ini.
Lembar kedua ini berisi gambar seorang pemuda yang penampilannya cukup unik. Pemuda ini mempunyai mata yang berwarna biru muda yang sangat indah dan rambut seleher berwarna pirang yang dibiarkan berantakan. Ia juga mempunyai tato yang menyerupai kumis kucing di kedua pipinya. Kulit pemuda ini berwarna tan. Dia memakai kemeja putih serta jas orange sepinggang yang dibiarkan terbuka sebagai luarannya. Ia memakai syal koboi merah tua serta dasi kuning sebagai pelengkapnya. Pemuda ini menggunakan celana pendek selutut yang berwarna merah tua. Untuk sepatu, ia memakai sepatu kets berwarna orange serta kaos kaki berwarna kuning. Kemudian ia juga memakai bando topi yang lagi-lagi berwarna orange. Topi ini kecil dan berbentuk topi pesulap. Terdapat pita merah dan bunga kecil di topi tersebut. Ia memakai kalung serta anting kecil berbentuk bulat. Terakhir, di bawah mata kirinyi terdapat tato berbentuk 2 bintang kecil berwarna hitam.
Hinata takjub melihat gambar itu. Dari mulai kerapihan gambar sampai teknik mewarnai. Benar-benar bagus. Perhatian Hinata teralihkan karena melihat sebuah tulisan di ujung kanan atas lembar kedua ini.
UZUMAKI NARUTO
'Uzumaki Naruto? Nama dari pemuda ini?' ucap Hinata dalam hatinya. Saat akan kembali mengamati gambar 'Uzumaki Naruto', perhatian Hinata teralihkan kembali ketika matanya secara tidak sengaja menemukan sebuah kalimat di ujung kiri bawah. Kalimat itu berupa:
Make it alive: Yes or No
Choose One
Melihat kalimat itu, Hinata kembali teringat tulisan di halaman pertama. Setelah gadis itu pikir-pikir lagi, tidak buruk juga untuk mencobanya. Siapa tau juga harinya bisa berubah karena kehadiran pemuda di sketchbook itu. Akhirnya, Hinata mencoret kata 'No'.
"Hum … baiklah … apakah karakterku akan benar-benar hidup?" ucap Hinata. 10 detik… 1 menit… 5 menit… 10 menit… 15 menit… 20 menit… Hinata terus menunggu. Namun, tidak terjadi apa-apa. Hinata menghela nafasnya, "untuk apa aku percaya dengan hal seperti ini? Tidak mungkin sebuah gambaran bisa hidup… kan?"
Pada akhirnya, Hinata menyimpan sketchbook itu di meja dekat sofa tempat ia duduk. Hinata merebahkan dirinya di sofa. Gadis ini merasa hari ini dia lelah sekali. Matanya sangat berat. Bergerak ke kamar saja rasanya malas sekali. Tidak sampai 1 menit, Hinata tertidur. Namun tanpa Hinata sadari, sketchbook itu mengeluarkan sebuah cahaya terang.
Konoha, Rumah Hinata, pagi hari, jam 07.30
"Hinata…"
Hinata merasa ada seseorang yang memanggil namanya. Tapi berat sekali untuk membuka kedua matanya. Dia memutuskan untuk terus tidur.
" …Hinata, bangun …"
" …Hinata … "
"OI HYUUGA HINATA! BANGUNNNNNN!"
Hinata membelalakan kedua matanya. Dia terkejut dengan teriakan dari seseorang yang sangat tiba-tiba. Hinata melihat ke arah kanan, dan ia melihat seorang pemuda pirang yang sedang cengengesan.
"Nyehehehe, akhirnya bangun juga kamu!" kata pemuda itu. Hinata masih belum sadar sepenuhnya.
"Halow? Apa kau sudah sadar, Hinataaaaaaa-cwannnnnn?"
"E-eh? Siapa kamu dan darimana kamu tau namaku?" tanya Hinata panik. Siapa yang tidak panik kalau ada seseorang yang tidak kamu kenal namun orang itu tau namamu dan sekarang sedang duduk tepat disebelahmu?
"Hee? Masa Hinata tidak tahu siapa aku? Coba pandangi aku baik-baik!"
Hinata memandangi pemuda itu baik-baik. Rasanya, dia kenal siapa orang tersebut. Namun, Hinata masih tidak yakin, siapakah pemuda didepannya.
"Err… aku benar-benar tidak tahu siapa kamu. Tapi, untuk apa kamu berada di kamarku? Kamu… kamu… mencurigakan!" Hinata mengambil vas bunga yang tersimpan di meja dekat sofa dan bersiap melemparnya ke pemuda pirang itu.
"E—eh! TUNGGU DULU! JANGAN LEMPAR BENDA ITU KEPADAKU!" teriak pemuda itu panik karena merasa wajah tampannya akan terancam, "AKU INI NARUTO! UZUMAKI NARUTO! COWOK YANG ADA DI SKETCHBOOK YANG KAU TEMUKAN! COBA PANDANGI AKU BAIK-BAIK!"
Hinata terdiam. Mata lavendernya kembali menatap pemuda yang menyebut dirinya 'Uzumaki Naruto'. Setelah mendengar kata 'cowok', 'sketchbook', serta 'Uzumaki Naruto', gadis ini mulai menyadari sesuatu. Hinata buru-buru mengambil sketchbook tersebut dan membuka lembar kedua yang ternyata, gambar itu sudah lenyap entah kemana. Hinata kembali menatap Naruto dengan tatapan tidak percaya.
"J-jadi, ini kenyataan? Kamu adalah Naruto?" tanya Hinata yang masih tidak percaya. Ini benar-benar sebuah keajaiban bagi dirinya untuk melihat gambaran bisa menjadi nyata, "tapi… kamu… benar-benar terlihat nyata… bagaimana bisa?"
Naruto tersenyum, "Tentu saja bisa! Tidak ada yang tidak mungkin!" Kemudian, Naruto memegang kedua tangan Hinata dan berkata, "Kalau begitu, mulai sekarang aku akan tinggal bersamamu! Mohon kerjasamanya, Hinata-cwaaaan!"
"Ah… iya… mohon kerjasamanya juga. Eh… tunggu! Kamu bilang tinggal bersama?!"
Naruto menaikkan alis kanannya, "tentu saja! Kamu kan yang menghidupkan aku. Dengan begitu secara resmi, aku sudah menjadi milikmu sekarang! Masa aku harus tinggal berjauhan dengan pemilikku?"
"Ehhhh?"
FLASHBACK END
TO BE CONTINUED
Author: Yeyy... TBC deh hehehe. Saya gatau mau berkata apa, ditunggu reviewnya yah reader tersayang mwah.
Kritikan dan Saran sangat diterima. Flame? Kelaut aja lo!
