Ini adalah kumpulan cerita gaje dari SMP Loid sehari-hari. Kenapa namanya SMP Loid? Karena penghuninya berasal dari bangsa berakhiran loid, seperti Vocaloid, Utauloid, dan loid loid lainnya (readers: bilang aja cuma tahu dua)

Pagi yang sangat damai di SMP Loid. Damaaaaiii sekali… kalau saja tak ada makhluk yang berteriak-teriak pakai TOA masjid dengan heboh layaknya orang demo. Mau tahu siapa yang teriak? Tunggu setelah yang satu ini… *dibuang ke kandang singa*

Di suatu kelas, tampaklah beberapa anak yang sedang sibuk berceloteh, saling menjahili, atau mungkin saling menyiksa. Sebut saja cabai, es krim, jeruk, pisang, terong, wortel, tuna, dan lain-lain. Tunggu dulu, ini kelas atau pasar tradisional? Kok ada bahan pangan segala…

Oke, kita skip saja script nyasar diatas

Rin, Len, Gakupo, Gumi, Luka, Kaito dan lain-lain sedang mengobrol dengan asyiknya di sudut kelas. Kaito masih sempat makan es krim sementara Gumi mendengarkan sambil minum sirup wortel (?) dari tempat minumnya. Entah apa yang mereka obrolkan, yang jelas banyak barang ajaib bermuncratan di udara. Saat itu datanglah Miku mengganggu pembuatan hujan lokal mereka

"HAI TEMAN-TEMAAANNN! ADA YANG BARU NIIIIHHH!"

BRUUSSHH!

Miku teriak tepat di dekat telinga Len dan Kaito, membuat mereka semua tanpa kecuali kaget bahkan nyaris jantungan. Saking kagetnya, es krim yang dipegang Kaito lepas landas dan menabrak sebuah lembah di jidat Gakupo. Gumi yang masih minum menyembur muka Gakupo (sesaat sebelum es krim Kaito mendarat) saking kagetnya.

"Miku! Nggak usah pakai TOA kenapa?" Rin berkata sambil meyakinkan kuping kembarannya belum tuli

"Es krimku…"

"Jidatku…"

Kaito dan Gakupo berpelukan mirip teletubbies sambil menangis meratapi sejarah terjadinya es krim rasa jidat yang diakibatkan oleh Miku.

"Lagipula, apa sih yang membuatmu teriak-teriak kayak tarzan di tengah hutan Kalimantan?" Len bertanya sambil mengusap-usap telinganya yang mendapat sound attack secara langsung

"Dua minggu lagi mau ada kemah!"

BRUUSSHH!

Gumi kembali menyemburkan minumnya, kali ini yang kena bukan cuma Gakupo, tapi Kaito juga.

"Miku, kamu serius?" Gumi bertanya tanpa memperdulikan Gakupo dan Kaito yang basah karena serangannya.

"Tentu saja serius! Tadi aku dengar dari wali kelas kita, Bunda Meiko."

"Kemah dimana?" tampaknya Rin mulai antusias

"Wah, pasti seru tuh kalau misalkan kita kemah di hutan. Atau mungkin uji nyali malam-malam lewat kuburan." Len ikut komentar, lupa akan telinganya

Miku, Len, Gumi, dan Rin mulai mengobrol mengobrol tentang berkemah, tidak peduli pada Kaito dan Gakupo yang basah. Saat itu masuklah sesosok guru dengan baju serba merah. Mereka bubar dengan segera sebelum terkena teguran guru

"Greeting to our teacher." Miku memimpin

"Good morning, mam!"

"Good morning." guru itu, Bunda Meiko, memasuki kelas dengan senyum lebar. Ia memandang ke seluruh penjuru kelas, memperhatikan satu-persatu muridnya. Saat itulah matanya tertumbuk pada dua makhluk basah yang duduk bersebelahan. Ia tetap memasang senyumnya yang sekarang ditambah dengan aura-aura hitam pekat dan tak mengenakkan yang keluar dari seluruh tubuhnya

"Kaito! Gakupo!" Bunda Meiko masih tersenyum (senyum mengerikan tentunya) menatap mereka berdua sementara yang ditatap hanya merinding, siap menghadapi kemarahan guru sekaligus wali kelas mereka.

"SEJAK KAPAN KALIAN BOLEH MANDI DI KELASKU? JAWAB!" Bunda Meiko berteriak membentak Kaito dan Gakupo. Kelas seakan jadi suram layaknya rumah yang ditinggal bertahun-tahun.

Gakupo membuka mulut, namun tidak jadi karena merasa dipanggang oleh aura neraka Bunda Meiko sementara Kaito gemetaran. Bukan karena takut, cuma dingin abis kena air sirup ketiup angin badai maha dahsyat dari Bunda Meiko.

"AYO JAWAB ATAU KALIAN KUSURUH JOGET ALA MONYET PAKAI BAJU BALET SAMBIL MAKAN KESET DI DEPAN KELAS!" Bunda Meiko mengancam dengan hukuman penuh kata berakhiran –et

Kelas tetap sepi, tak ada yang berani angkat bicara. Kaito terlihat sedikit bergetar, seperti menahan sesuatu sementara Gakupo menunduk tak berani menatap gurunya. Gumi yang merasa itu salahnya hanya berdoa demi kebaikan dua teman sekelasnya.

Hatsyii!

"Gajah makan kawat alias gawat! Aku kelepasan!"

Bahkan jangkrik tak berani berbunyi saat itu. Tapi setidak-tidaknya Kaito sudah berani menjawab (–dengan suara bersin yang tadi ditahannya)

"KALIAN! MAJU KE DEPAN KELAS SEKARANG!"

Dengan gontai, mereka maju ke depan kelas, melawan segala rasa takut dan gemetar yang melanda karena dinanti serigala berwarna merah.

Bunda Meiko menarik (baca: menjewer) Kaito dan Gakupo ke luar kelas.

"Jangan rame, jangan ada yang bicara, dan jangan ada yang keluar!" Bunda Meiko sempat memberi ancaman sebelum keluar

Beberapa menit kemudian, Bunda Meiko masuk membawa dua 'gadis cantik' yang tak lain adalah Kaito dan Gakupo. Kaito dan Gakupo memakai rok balet berwarna pink. Rambut Gakupo digerai dan diberi bando berhiaskan bunga-bunga sementara Kaito diberi wig biru yang dikucir dua. Semua laki-laki yang ada di kelas itu nyaris nosebleed melihat penampilan Kaito dan Gakupo yang mendadak laClaAlaNlaTlaIlaKla dan laSlaElaKlaSlaIla

"Demi negi-negiku… kok mereka bisa cantik sih?" pikir Miku yang merasa kecantikannya disaingi oleh terong dan es krim

"Demi jeruk purut… mereka cewek ato cowek sih?" pikir Rin yang membandingkan dua cowok cantik yang berada di depan kelas dengan alat buat nguleg sambel di Negara asal author

"Oh my banana! Mereka cuoantik!" pikir Len yang dari sananya begitu (maklum, dia kan cowok…)

"Ini salahku… ini salahku… demi sirup wortelku, aku cinta wortel! Ini salahku… SALAH GUEEE!" pikir Gumi norak

"Sekarang, kalian bergantian goyang ngebor disini! Kalau goyangannya belum hot, belum boleh duduk!" Bunda Meiko bekata dengan ganas

Kaito dan Gakupo saling pandang, saling menyerahkan alias nggak ada yang mau duluan. Gumi komat-kamit baca doa supaya bel ganti pelajaran berbunyi.

"Ayo cepet! Atau kalian nggak mau duduk?"

Masih tak ada yang mau juga. Maka, dengan segenap kekuatan, Bunda Meiko berkata, "KALAU BEGITU DITUNJUK SAJA! GUMI, PILIH SATU!"

Gumi tersentak kaget saat namanya disebut. Ia berkata dengan terbata-bata

"K…Ka…Kai…Kaito..."

Yang dipanggil juga kaget, dengan terpaksa Kaito mulai menggoyangkan pinggulnya. Demi es krim yang pernah dimakan Kaito, dia kelihatan oh-so-sekseh-sekali. Author aja nosebleed seember waktu bayangin, apalagi Gakupo yang ada di dekatnya. Apalagi semua yang menonton keplakseksiplakan Kaito. Satu kelas nyaris anemia dadakan gara-gara goyangan hot Kaito.

"Oke, cukup! Sekarang gantian!" Bunda Meiko menyuruh Kaito bergantian dengan Gakupo sambil menyumbat hidungnya yang berdarah dengan tisu. Gakupo baru mau mulai ketika bel ganti pelajaran berbunyi. Gakupo langsung sujud syukur sementara Kaito jedot-jedotin kepalanya ke papan tulis kelas karena kecewa kenapa belnya tidak berbunyi saat bagiannya tadi

"Hhh, baiklah anak-anak, sayang pelajaran saya hanya satu jam, kalau dua jam pasti kita dapat pertunjukan gratis satu lagi…" kata Bunda Meiko

"Gurunya bahagia muridnya sengsara…" pikir seluruh murid tanpa kecuali

Setelah Bunda Meiko keluar, Kaito dan Gakupo segera mengganti baju (dengan baju mereka yang tadi basah). Untunglah baju tersebut agak kering sehingga tidak membuat mereka masuk angin

Seharusnya, setelah ini pelajaran fisika, namun guru yang mengajar tidak datang. Kelas menjadi ramai dan kacau balau.

"Hei, Kaito, menggigil mulu! Kedinginan niyeee…" Gakupo menyindir sebelahnya

"Hhhhzzzssshhh… biarin…" Kaito menangkis dengan masih gemetaran

"Wakakakak, ngakunya doyan makan es, tapi kena sembur sirup wortel aja menggigil kedinginan… wuakakakakakak!" seseorang menertawakan Kaito juga

Kaito mendadak pundung gegara diledek sodaranya sendiri

"Maaf, Kaito, Gakupo, gara-gara aku kalian jadi dihukum Bunda Meiko…"Gumi sembah sujud di depan Gakupo dan Kaito dengan OOCnya

"Nggak usah minta maaf sama Kaito, itu mah udah takdir dia dari sononya…" Akaito menimpali

Kaito tambah suram di sudut kelas

"Akaito, mending minta maaf sama Kaito dulu sana! Kasihan tuh, dia udah dikelilingi hujan badai gara-gara kamu ledekin mulu…" kata Luka

"Ada yang simpati pada daku…" Kaito memasang wajah bahagia dengan background berbunga-bunga

"Nggak, aku cuma nggak mau kas kelas habis hanya buat beliin kamu es krim gara-gara kamu ngambek…" kata Luka dengan wajah tak berdosa

JLEB…

Kaito seakan ditusuk-tusuk menggunakan pedang samurai Gakupo mendengar pernyataan Luka. Kaito kembali pundung di sudut ruangan sementara yang lain sweatdrop berjamaah

Saat itu, Bunda Meiko masuk lagi menggangu acara jual beli pasar bebek (loh…?)

"Ahahahaha… ternyata, ada pelajaran kosong di kelas ini…" Bunda Meiko balik lagi dengan seringai kejam yang tak bisa diprediksi siapapun

Satu kelas membeku dan membisu, nggak nyangka guru killer yang satu ini doyan main di kelas mereka.

"Ya sudah deh, lagipula ini bukan pelajaranku. Gunakan jam kosong ini untuk merembuk kemah yang akan diadakan dua minggu lagi" kata Bunda Meiko

"Eh, ternyata dua minggu lagi beneran ada kemah ya?" Gakupo bertanya

"Ya iyalah! Kan udah aku beritahu tadi!" Miku sewot

"Enakan beri tempe, Mik!" Akaito yang emang pedas sepedas cabe rawit menyalakan api unggun tanda perang sebelum waktunya

"Namaku bukan mik!" Miku mulai merasa diejek

"Tapi kan depannya Mik, ya kan Mik?"

Akaito dan Miku mulai bersilat lidah dengan tema 'nama Miku itu Mik'. Kelas kembali ramai. Bunda Meiko mulai menampakkan tanda-tanda orang marah. Perempatan sudah bertengger manis di jidatnya. Tangannya sudah terkepal erat sehingga buku jarinya terlihat berwarna putih. Aura neraka bertebaran kemana-mana

Sedetik kemudian, kelas itu langsung sunyi… dengan keadaan mengenaskan…

Kaito dan Akaito digantung ke kipas angin dengan menggunakan syal mereka

Gakupo, Luka dan Miku digantung di jendela dengan rambut mereka

Dan masih ada banyak lagi yang ditindih meja, lemari, papan tulis, atau kursi

Intinya… sadis…

"WAHAHAHAHAHA!" Bunda Meiko keluar dengan wajah puas melihat murid-muridnya dalam keadaan mengenaskan. Saat itulah Kiyoteru datang

"Em, Meiko… apa yang kau lakukan dengan kelas malang ini…?" Kiyoteru bertanya

"Aku bunuh! WUAKAKAKAKAKAKAK!"

Kiyoteru hanya bisa geleng-geleng dugem mendengar pernyataan dari guru paling kejam, keji, jahat, sadis, de el el itu

Bunda Meiko berjalan pergi masih dengan ketawanya yang mengerikan. Saat suara tawa itu tak terdengar lagi, sebuah meja bergerak perlahan

KRIEEET

GDUBRAKK!

"Uhuk! Uhuk! Banyak banget sih debunya!" sesosok perempuan dengan rambut kuning menggerutu

"Sudahlah Rin, masih untung kita cuma ditindih meja." laki-laki berambut kuning disebelahnya menyahut

"Cuma? Hhh… iya sih, kalau dibandingkan dengan dua makhluk yang gantung diri diatas itu kita lebih beruntung…" Rin menghela nafas

"Kalau begitu, ayo kita turunkan mereka sebelum mereka mati betulan!" Len mengajak Rin untuk menyelamatkan teman-teman mereka yang dalam kondisi sekarat

Pertama, mereka menyingkirkan meja, kursi, dan lemari agar teman-teman mereka yang tertimpa bisa bebas. Sebangsa Gumi, Kaiko, Mikuo, dll segera bangkit dari kubur (?)

Lalu, dibantu arwah yang sudah bangkit dari kubur itu *author digebukin*. Ralat, dibantu teman-teman mereka yang sudah bebas dan selamat sentosa, mereka melepaskan ikatan rambut Gakupo, Miku, dan Luka serta menurunkan Akaito

Trus, Kaito?

"Biarin aja, lagian Bunda Meiko pasti akan menyiksanya lagi kalau kita turunkan. Percuma kan?" Akaito senyum-senyum sendiri

"Iya juga ya, dengan begini kita sudah membebaskannya dari penderitaan…" Len menimpali

"Tapi kasihan Kaito, dia pasti pegel gelantungan kayak tarzan begitu." Kaiko menunjuk Kaito yang merupakan sodaranya

"Abaikan! Nanti kalau dia pegel, dia pasti turun sendiri…" Luka cuek

"Woy, Gakupo, bagaimana pendapatmu? Kaito enaknya turunin nggak?" Mikuo bertanya pada terong di sebelahnya

"Iya, kita butuh pendapatmu karena kamu sahabat dekat Kaito!" Miku ikut nimbrung

"Trus apa hubungannya sama aku? Kan sudah ada keluarganya, harusnya keluarga dulu dong!" Gakupo mengelak

"Ya, kita udah berpendapat tadi… terong!" Akaito mulai kesal

"Emmm… aku sudah memutuskan!" Gakupo berkata dengan aksen sok cool banget…

"Eh, kamu serius?" Rin bertanya

"Tentu saja!" Gakupo menjawab sambil mengangguk

"Sudah kuputuskan!"

Semua menatap Gakupo lekat-lekat, menunggunya menyelesaikan kalimat

"Ayo bikin dia jadi salad es krim!"

Semua sweatdrop…

"Sahabat penghianat… tega bener dia…" pikir semua orang yang ada disitu kecuali Gakupo dan tentu saja Kaito yang masih sekarat di atas

"Oke, kalau begitu ayo mulai…!" kata Gakupo sambil menarik katana yang disembunyikan di bajunya

"GAKUPOOOO!" semua langsung meneriakkan nama Gakupo, terlebih yang merasa satu keluarga dengan Kaito

SLASH!

BRUK!

Ternyata, Gakupo memotong selendang Kaito yang diikatkan pada kipas angin, membuat Kaito terjun bebas. Tapi sebelum Kaito mencium tanah, Gakupo menangkap dan menggendong Kaito layaknya pengantin

Tak ada yang berani berkata-kata. Semua bengong, nggak nyangka akan jadi begitu. Gakupo menatap Kaito lekat-lekat, dan...

BUAGH!

...sebuah sepatu mendarat di jidatnya

"Jangan berani melakukan hal yang nggak senonoh pada Kaito!" Kaiko dan Miku kompak berkata. Rupanya mereka masih sayang pada Kaito

"Lebih baik kita bawa Kaito ke UKS, kayaknya dia sudah di ambang kematian" kata Rin yang langsung disambut jitakan dari Kaiko dan Miku

Maka, Gakupo, Miku, dan Kaiko membawa Kaito ke UKS sementara sisanya merapikan kelas. Rin memimpin teman-temannya untuk membersihkan kelas ramai-ramai

Tapi ternyata bukan memimpin, melainkan…

"Len! Pindahkan lemari itu!"

"Gumi! Luruskan meja-meja!"

"Akaito! Jangan bengong!"

…menyuruh-nyuruh mereka. Dan dengan santainya, Rin duduk di kursi guru dan tertawa-tawa

"Hahahahaha! Tunduklah padaku!" kata Rin yang mulai terbawa suasana

PLAK!

Seekor tuna mendarat mulus di kepalanya

"Ketua kelasnya itu aku! Jadi, jangan macam-macam atau kau akan kubunuh pakai gunting jahit!" Luka, yang baru saja melempar tuna ke arah Rin langsung menyiapkan gunting jahit yang berwarna merah

"Sudah, sudah… kalau begini caranya kapan selesai…!" kata Gumi mengingatkan

Luka dan Rin yang sedang perang melotot, langsung memelototi Gumi, seakan siap melempari Gumi dengan ikan tuna dan jeruk yang mereka bawa

Oke, skip saja bagian itu… kita pindah ke tempat para pejuang kita yang sedang berjuang untuk mencapai UKS sebelum semuanya tamat (emang apaan?)

"Gakupo! Cepat sedikit! Nanti keburu Kaito tamat!" Kaiko melebihkan persoalan

"Iya sabar! Kaito itu berat!" Gakupo mulai sewot

"Kamunya aja yang nggak kuat!" Miku malah membela Kaiko

"Kalau gitu kalian yang bawa!" Gakupo berkata setengah berteriak saking kesalnya

"Gak mau!" Kaiko dan Miku menolak dengan kompak

Akhirnya, mereka berlari sambil membisu. Gakupo masih sebel karena percakapan tadi. Tak lama kemudian, mereka sampai di UKS sekolah. Di sana, masih ada Kiyoteru sensei yang merupakan petugas UKS sekolah

"Selamat siang, pak! Ada pasien gawat!" kata Miku

"Ia merupakan korban keganasan Bunda Meiko…" Kaiko menyambung

"Oi… oi… dia bukan tentara medang perang yang baru saja menerima sepuluh tembakan…" Gakupo sweatdrop mendengar pernyataan dua cewek di depannya

"Kalau begitu, bawa dia masuk… aku yakin kondisinya parah…" kata Kiyoteru sensei

Gakupo membaringkan Kaito pada salah satu kasur di UKS tersebut lalu ia duduk di sebelah kasur Kaito. Gakupo menatap lekat-lekat ke arah Kaito yang masih pingsan.

"Kalau kamu pingsan imut juga ya..."

Saat itulah Kaito membuka matanya. Hal pertama yang dilihatnya adalah atap UKS yang putih

"Inikah surga?" tanya Kaito dalam hati

"Kaito, kau sudah sadar?" tanya Gakupo dengan nada sok cuek

Kaito langsung menoleh, lalu ia mengangguk sambil tersenyum. Gakupo membalas senyum Kaito, lalu masuklah dua pengganggu adegan semi romantis ini…

"KAITOOO!" Miku dan Kaiko berteriak sambil menyerbu ke arah Kaito. Gakupo mereka injak-injak dengan tidak berperiketerongannya

"Kau baik-baik saja kan?"

"Kamu nggak mati kan?"

"Kamu sehat?"

"Butuh air? Makan?"

Kaiko dan Miku menghujani Kaito dengan seribu pertanyaan, membuat Kaito kebingungan akan menjawab apa

"Hei… hei… kalau kalian tanyai seakan-akan Kaito adalah tersangka pembunuhan, bisa-bisa dia pingsan lagi…" Gakupo berkomentar disela-sela penderitaannya

"Oh, maaf… kamu terganggu ya Kaito?" Kaiko bertanya dengan nada memelas

"Emmhh… nggak kok… tapi kasihan Gakupo kalian injak-injak…" kata Kaito sweatdrop

"Oh, jangan pikirkan dia…" kata Kaiko sambil tersenyum (–dan menghentakkan kaki kanannya yang berada di atas kepala Gakupo)

"WEKS!" Gakupo berteriak seperti bebek

"Emm… Kaiko… bisakah kau tidak menginjak Gakupo?" Kaito membujuk Kaiko agar dia tidak membejek-bejek teman seperjuangannya

"Memangnya kenapa?" Miku ikut nimbrung

"Kalau nggak mau…" Kaito sengaja memutus kalimatnya

"Kalau nggak mau kamu mau ngapa?" Kaiko dan Miku bertanya

"Aku mau loncat!" Kaito mengambil ancang-ancang untuk melompat ke luar jendela yang kebetulan berada di dekat kasurnya

"Jangaaan! Eh, kita nyingkir deh…" kata Kaiko dan Miku bersamaan sambil menyingkir dari atas badan Gakupo

Kaito tersenyum melihat dua orang yang bertingkah aneh itu. Miku yang merasa diperhatikan langsung merasa gelisah

"Ya sudah, kami kembali ke kelas dulu ya, Kaito" kata Kaiko sambil menyeret Miku keluar

BLAM

Kini tinggal dua sahabat yang ada di dalam ruangan tersebut

"Hei, Gakupo…" Kaito membuka percakapan

"Ya?" Gakupo menatap sahabatnya lekat-lekat, membuat Kaito sedikit ragu untuk mengatakan sesuatu yang ada di dalam pikirannya

"Maukah kau, melakukan sesuatu untukku…?" tanya Kaito dengan wajah merah yang diragukan maksudnya

"Tentu saja." jawab Gakupo

Di luar…

"Miku, aku penasaran… kira-kira apa yang mereka lakukan di dalam ya…" Kaiko menatap pintu yang baru saja mereka tutup

"Yeah, kalau mereka hanya berdua pasti mencurigakaan" kata Miku dengan nada mencurigakan

"Intip yuk!" ajak Kaiko

"Kamu khawatir ya? Kok sampai gelisah begitu…" Miku menunjuk Kaiko yang terlihat

"Eh, aku terlihat gelisah ya?" Kaiko bertanya dengan polos

"Eh… iya, sedikit…" kata Miku

Saat itu terdengar suara-suara mencurigakan dari kamar UKS yang ditempati Kaito

"Hnnnhh…"

Kaiko dan Miku kaget mendengar desahan Kaito yang sangat keras. Karena penasaran, mereka menempelkan telinga mereka di pintu.

"Gakupo… sakit…"

"Tahan dulu… sebentar lagi…"

"Aaaaahhhnnnn…"

"AAAKKKHHHHhhnnnhhh…"

"Kamu ini, sempat-sempatnya berteriak."

"Sakit… Gakupo, jangan kasar-kasar dong…"

Di luar, Kaiko dan Miku sudah was-was. Kaito mereka sedang diperlakukan tidak senonoh!

Saat itu, lewatlah Bunda Meiko…

"Kenapa kalian nemplek di pintu seperti ini?" Bunda Meiko penasaran

"Ssssttt… Bunda, jangan keras-keras…" kata Miku

"Ada apa sih?" tanya Bunda Meiko

"Coba saja Bunda dengar…" kata Kaiko

Bunda Meiko ikut menempelkan telinganya di pintu, saat itu terdengar suara Kaito dan Gakupo

"Akkhhhh… Gakupo… hhhnnnhhh..."

"Gakupo… panas… nnnnhhhh..."

"Kau ini, nanti juga enak kok... sabar ya…"

Bunda Meiko membelalakkan matanya lalu ia tersenyum

"Mereka sudah besar rupanya…"

Miku dan Kaiko memandang guru merah mereka yang sedang menikmati jeritan Kaito

Tidak tahan mendengar saudaranya diperlakukan dengan tidak senonoh, Kaiko mendobrak pintu

BRAAKKK!

"Eh?"

Tampak pemandangan Gakupo yang sedang memijit punggung Kaito sementara Kaito tidur tengkurap keenakan di kasur

"Kenapa kamu mendobrak pintu, Kaiko?" Kaito bertanya

"Selamat ya… kalian suda… lho?" Bunda Meiko bengong

"Sebenarnya, kalian ngapain?" Miku bertanya

"Kaito memintaku untuk memijit punggungnya yang sakit gara-gara dihancurkan Bunda Meiko tadi…" Gakupo menjelaskan kepada tiga cewek yang salah persepsi itu

"Eh… kalau begitu maafkan kami yang sudah mengganggu…" kata Kaiko sambil menyeret Miku keluar, diikuti Bunda Meiko yang masih bengong

BLAM

Pintunya ditutup lagi

"Gakupo, apa teriakanku tadi terlalu berlebihan ya…" Kaito bangkit sambil membenahi bajunya yang berantakan setelah diremas-remas Gakupo

"Iya, teriakanmu itu seperti cewek yang diperkosa…" kata Gakupo santai.

Kaito langsung memelototi Gakupo. Lalu ia menghela nafas perlahan

"Terimakasih ya…" kata Kaito sambil tersenyum

"Sama-sama. Ayo kembali ke kelas, pasti semua sudah menunggu." Gakupo menarik tangan Kaito. Dua sahabat itu berjalan bergandengan menuju kelas

Sesampainya di kelas…

*ikan tuna dan jeruk beterbangan*

"KETUA KELASNYA AKU! JADI KAMU NGGAK USAH SOK MERINTAH!"

"SUKA-SUKA AKU DONG! AKU KAN PUTRI DARI KERAJAAN TERPENCIL!"

"CUMA PUTRI AJA BANGGA!"

"DARIPADA CUMA TUKANG JAHIT!"

Teriakan dan hujan sembako (?) terjadi di dalam kelas mereka tanpa henti. Tak ada yang berniat mengehentikan, semua hanya menonton. Bahkan Akaito menonton pertempuran sembako sambil makan popcorn di sudut kelas

"Ini apaan sih…" kata Kaito sambil sweatdrop

"Aku gak ngerti…" sambung Gakupo

Saat itu, Bunda Meiko, Miku, dan Kaiko lewat. Sepertinya mereka baru selesai menghilangkan bayangan aneh karena kejadian di UKS tadi. Melihat kekacauan yang terjadi di kelasnya, ukuran emosi Bunda Meiko langsung naik

Miku dan Kaiko langsung menjauh sementara Gakupo dan Kaito berpelukan sambil gemetaran hebat

JENG JENG JENG JENG…!

Bunda Meiko masuk ke dalam kelas, dan…

"GYAAA!"

"TOLOOONGG!"

"LONTOOONGG!"

"HELP MEEE!"

"KELONTOOOONGGG!"

"TULUUUUNNGG!"

Berbagai jenis teriakan (?) terdengar dari dalam kelas. Gakupo, Miku, Kaiko, dan Kaito berpelukan layaknya teletubbies, tapi yang ini bukan karena senang, tapi ketakutan

Setelah beberapa saat, suasana jadi sepi dan mencekam. Bunda Meiko keluar dengan tampang puas nan mengerikan. Ia menatap empat makhluk yang berpelukan di dekat pintu, lalu pergi

Setelah Bunda Meiko pergi, mereka berempat memberanikan diri untuk mengintip ke dalam. Tempat itu lebih mengerikan dari yang awal

Ada tuna bakar, pisang goreng, jus jeruk, sup wortel, sambel, roti bakar, dan berbagai makanan lainnya.

"Eh, kalian sudah datang! Tadi Bunda Meiko membuat masakan yang lezat ini loh!" kata Rin dengan semangat

Loh?

"Silahkan mencoba, ada kripik terong dan es krim rasa coklat dan vanila" Luka mempersilahkan

"Ada negi juga." Len membawa sebaskom negi

He? Bukannya tadi mereka disiksa sama setan merah itu ya…? Tunggu, maksudnya bukan MU… author nggak terlalu suka nonton sepak bola di tipi

Eh, MU? Meiko United? *dihajar orang sedunia*

"Tadi Bunda Meiko masak semua makanan ini?" Miku setengah nggak percaya

"Iya, keren ya!" kata Rin

Mereka berempat hanya bisa bengong…

"Ayo dimakan, kalian pasti lapar kan? Apalagi Kaito yang baru saja menghadapi maut..." kata Akaito yang langsung disambut dengan deathglare dari Kaito

"Ini nggak ada racunnya kan?" Gakupo bertanya sambil menunjuk kripik terong

"Nggak lah! Guru mana yang mau ngeracuni murid sendiri?" kata Mikuo

"Tapi Bunda Meiko kan hampir membunuh kita tadi…" kata Gakupo

"Jadi kamu nggak mau nih?" kata Kaito yang sudah mengambil semangkok es krim

"Nngg…"

"Padahal kripik terongnya enak loh!" kata Gakuko, saudara Gakupo sambil makan kripik

Pertahanan Gakupo runtuh sudah…

"Aku minta kripiknya…"

"Krik…" kata Kaito sambil sweatdrop

"Anyway, makan yuk!" kata Luka memimpin jamuan makan yang memakai waktu pelajaran mereka

"Nggak dilarang kan?" Kaiko bertanya

"Tidak akaannnn…" Bunda Meiko muncul lagi sambil membawa sebotol sake

"Aku sudah memintakan izin agar kalian bebas pelajaran hari ini..." ~(^o^~) kata Bunda Meiko

"HOREEEE!" sekelas bersorak

~1 jam kemudian~

TENG TENG TENG TENG

Bel pulang berbunyi. Semua kelas bubar. Tunggu, ada yang belum…

"Woy! Udah waktunya pulang!" Mikuo berteriak sambil nyeret Miku yang memeluk negi

"Ganggu kau Mik!" Akaito nyolot

"Namaku Mikuo bukan Mik!" urat mencuat di dahi Mikuo

"Gantian deh…"

"Kalian Mik bersaudara pemarah semua…" kata Akaito

Pik!

"Hei Mikuo, gimana kalau kita hajar si cabe ini?" kata Miku sambil menggemeretakkan tangannya

"Ya, ayo kita uleg dia biar jadi sambel..." Mikuo tampaknya menyetujui Miku

BUAG! DUAG! BUG! JDUG!

*Akaito sudah tidak berbentuk*

"Makanya, jangan asal nyolot dong!" Kaito tertawa. Gakupo menoel-noel pundaknya

"Apa sih? Toal toel toal toel… ngefans bilang aja…" kata Kaito ge-er

"Haah… kamu kebanyakan makan es krim jadi eror begini. Ayo pulang! Kita janji mau ngedit gambar bareng di rumahmu."

Gakupo menyeret Kaito yang tampaknya masih sedikit linglung keluar

Setelah Kaito dan Gakupo keluar, Rin menghampiri Luka

"Hei, kita apakan Bunda Meiko?" tanya Rin

"Em, biarkan saja disini, kita nggak kuat kalau mengangkat Bunda Meiko. Bahkan Gakuko yang merupakan samurai mungkin nggak kuat." kata Luka santai

"Hei, aku merasa terpanggil…" Gakuko menunjuk dirinya sendiri

"Ya sudah deh… Len, ayo pulang!" teriak Rin

Tak lama kemudian, kelas itu menjadi sepi, hanya tinggal satu makhluk yang tak lain adalah Bunda Meiko…

~ToBeContinued~


Yaay... satu cerita baru lagi...

Salam kenal, saya baru disini ^o^

Saya tahu cerita ini masih gaje, abal, aneh, tak bisa dicerna dengan akal sehat, dan segala kekurangan lainnya... Jadi, saya mengharapkan review dari senior-senior dan readers sekalian. Terimakasih sudah membaca ^_^