"Jadi Pain, Akatsuki terbentuk pertama kali gimana ceritanya?"
Cerita Di Kampung Konoha
Chapter I
Disebuah pos ronda di Kampung Konoha, sedang berkumpul lima orang pemuda RT.001. Mereka, atau lebih tepatnya tiga orang dari merekalah yang bertanya kepada dua orang yang sedang duduk dihadapan mereka.
"Akatsuki terbentuk karna mereka semua pada takut sama gue." Ujar Pain dengan sombongnya.
Tapi yang sama sekali tak dihiraukan oleh ketiga pemuda tersebut, mereka adalah Naruto, Kiba, dan Sasuke.
"Udah Chi, lu yang cerita aja." Suruh Kiba.
"Yakin lu semua mau tau?" Tanya Itachi.
Naruto, Kiba, dan Sasuke mengangguk secara bersamaan.
"Jadi gini ceritanya..."
Flashback mode on!
Semua ini bermula sepuluh tahun yang lalu, saat kita berumur lima belas tahun.
"Konan kamu kenapa sih nggak mau aku bantuin?" Tanya Pain.
"Aku bisa sendiri Pain." Tolak Konan. "Lagian elu kenapa sih ikut-ikutan gue pindah?"
"Kan kita sehati, aku nggak mau pisah sama kamu." Ujar Pain.
"Alasan, lagian orang tua kamu kok mau-maunya nurutin anak kayak elu." Konan berujar dengan sinisnya.
"Jangan gitu dong."
"Konan!"
"Iya ma..." Jawab Konan.
"Tolong beliin sate, buat makan malam ntar." Suruh sang ibu kepada Konan.
"Dimana? Kan kita orang baru." Tanya Konan.
"Disini katanya ada yang ngejual sate, namanya pak Fugaku. Kamu cari aja." Ujar sang ibu.
"Ya, tapikan..."
"Udah sana, nih duitnya. Pain tolong anterin Konan ya." Perintah ibu Konan pada Pain.
"Siap tante." Ujar Pain dengan semangat membara.
Pain segera menarik tangan Konan untuk mencari tukang sate yang bernama pak Fugaku.
~0~
"Itachi, tolong beliin kecap nak." Perintah Fugaku pada sang anak, Itachi.
"Yaelah, bentar lagi be. Ini hampir kelar." Jawab Itachi.
"Emang lu lagi ngapain?" Tanya Fugaku.
"Main game."
"Bagus lu ye, cepetan berangkat daripada PS lu babe banting." Peruntah Fugaku dengan sedikit emosi.
"Iye-iye, jangan ampe dibanting kenapa."
Itachi segera melaksanakan tugas dari babenya, daripada PS kesayangannya dibanting. Tapi baru sampai depan rumah sang adik satu-satunya berlari pengen ikut..
"Kak, aku ikut."
"Kagak, lu dirumah aje." Tolak Itachi.
"Pokoknya ikut." Paksa sang adik.
"Eh, Sas tolong ambilin topi kakak di ruang tamu dong." Suruh Itachi, yang sebenarnya hanya membohongi Sasuke.
"Oke...!"
Sasuke dengan semangat segera berlari masuk kerumah, begitu pula dengan semangat segera mengayuh sepedanya untuk segera kabur. Tanpa disangka dan tanpa diduga, disaat Itachi berbelok diperempatan dia menabrak laki-laki berambut orange.
CKKIIIIITTT!
BRRAAAKKK!
Itachi dan orang dia tabrak kini sudah berada ditanah, sambil menahan sakit.
"Woiii...! Lu kalo naik sepeda yang bener." Bentak Pain.
"Iye, sory gue tadi kagak ngeliat." Sahut Itachi meminta maaf.
"Maaf, lu kira luka gue bisa sembuh cuma dari kata maaf doang." Sewot Pain.
"Terus mau lu apa?" Tanya Itachi tak kalah sewot.
"Udah-udah kalian jangan berantem." Pisah gadis berambut biru, Konan. "Kamu nggak apa-apa kan?" Tanya Konan pada Itachi.
"Konan kok kamu peduli sama dia sih, bukan sama aku." Rengek Pain.
"Ah, lu kan kuat. Cuma ketabrak sepeda kayak gini kagak bakalan bikin lu patah tulang." Jawab Konan.
Pain hanya bisa tertunduk setelah mendengar jawaban dari Konan.
"Maafin temen aku ya." Pinta Konan pada Itachi.
"Udah, bukan kamu yang harus minta maaf."
"Kenalin aku Konan, aku orang baru disini." Sambil mengulurkan tangannya pada Itachi.
"Aku Itachi." Balasnya.
"Dia namanya Yahiko, cuma gue lebih sering manggil Pain."
Itachi segera mengulurkan tangannya pada Pain, tapi yang bersangkutan hanya menyentuh sedikit saja. Masih gondok soal yang tadi.
Tapi Itachi tak menghiraukannya sama sekali.
"Chi, kamu tau tukang sate. Kalo nggak namanya pak Fugaku?" Tanya Konan.
"Itu sih babe gue, emang ada apa?"
"Enggak, gue mau beli sate. Ada kan?" Konan mulai mengakrabkan diri.
"Ada, tenang aja."
"Bagus deh, tapi kamu mau nggak nganterin kita?"
"Waduh, sory gue mau ke warung buat beli kecap. Deket kok rumah gue, ini perempatan lu ke kanan, abis itu terus aja, rumah warna biru ada papan Sate Pak Fugaku itu rumah gue." Jelas Itachi.
"Gitu ya, oke makasih Chi." Konan segara meneruskan perjalanannya lagi, sambil tangannya menyeret Pain yang masih menatap tajam Itachi.
"Awas lu, keriput."
"Awas juga lu, muka mesum."
Flashback mode off!
"Itu awal gue ketemu ama orang mesum ini." Ucap Itachi sambil menunjuk Pain ya duduk disebelahnya.
Naruto, Kiba, dan Sasuke hanya manggut-manggut.
"Terus lanjutannya gimana." Tanya Naruto.
"Lanjutannya begini..."
Flashback mode on!
Tahun ajaran baru telah dimulai, Itachi, Konan, dan Pain menginjak kelas satu Sekolah Menengah Akhir yang sama.
"Chi, kita satu kelas."
"Aku juga Konan."
"Bodo amat." Jawab Konan pada Pain. Sedangkan Itachi hanya bisa tertawa.
"Ke kelas nyok." Ajak Pain.
Itachi dan Konan segera berjalan mengikuti Pain yang didepan mereka.
"Gue kagak nyangka temen lu bisa masuk kelas favorit." Ujar Itachi pada Konan.
"Jangan salah, biar mukanya mesum tapi otaknya lumayan kok." Jawab Konan.
"Bagus deh, jadi kagak malu-maluin kelas kita ntar." Ujar Itachi sembarangan. Sedangkan Konan hanya terkikik geli saja.
Mereka bertiga kini berdiri didepan kelas, sambil memperhatikan teman-teman sekelas mereka. Dan entah kenapa mata Itachi malah tertuju pada dua orang yang duduk dipojokan paling belakang, yang satu main boneka, yang satunya malah bawa petasan dikelas.
Aneh, satu kata yang terlintas dikepala Itachi.
"Keriput lu mau duduk dimana?" Tanya Pain.
"Gue udah bilang jangan panggil gue keriput, ini tanda lahir." Ujar Itachi sambil menunjuk garis yang ada diwajahnya.
"Terserah, gue duduk sama elo." Ucap Pain.
Itachi hanya bisa pasrah mengikuti Pain, yang kini sudah duduk dideretan bangku nomor tiga dari depan.
Itachi memperhatikan Konan yang duduk dengan seseorang.
"Hai, aku Konan." Memperkenalkan diri pada teman sebangkunya.
"Aku Hana, salam kenal ya." Jawab teman sebangkunya. "Kalo nggak salah, kamu yang orang baru di RT.001 ya?" Tanya Hana.
"Iya..."
"Wah seneng banget, ternyata kita sekelas."
"Halo Hana, apa kabar?" Sapa Itachi.
"Hai, Chi..."
Pain yang melihat gelagat malu-malu dari Itachi langsung meledeknya.
"Cieee... Keriput lagi jatuh cinta." Ledek Pain.
"Diem lu, dasar mesum." Balas Itachi.
Tak lama berselang sang wali kelas sekaligus guru pelajaran saat itu masuk, dan kelas seketika menjadi hening.
.
.
.
.
Jam pelajaran yang membosankan telah dilewati oleh Itachi dkk, kini saatnya mereka istirahat.
"Konan, ke kantin yuk." Ajak Pain.
"boleh, Hana kamu mau ke kantin juga?" Tanya Konan pada Hana.
"Sory ya, Aku mau ke perpustakaan. Mungkin lain kali aja." Tolak Hana secara halus.
Konan hanya mengangguk paham.
"Keriput, lu ke kantin juga kagak?" Tanya Pain.
"Iye... Gue ikut."
Jadilah mereka bertiga berjalan menuju kantin. Memasuki kantin, mereka bertiga harus berdesak-desakkan untuk membeli makanan.
"Gila kayak orang bar-bar abis perang." Komentar Pain setelah berhasil keluar dari kerumunan siswa yang kelaparan.
Konan dan Itachi mengangguk setuju.
"Kita duduk disana yuk." Ajak Konan, sambil menunjuk bangku yang hanya dihuni oleh dua orang siswa itu.
Pain, Konan, dan Itachi segera berjalan ke bangku yang dimaksud.
"Yo... Kita boleh duduk disini?" Sapa Pain.
Sedangkan dua orang yang disapa hanya melirik sebentar, lalu mengangguk. Mereka bertiga segera duduk dibangku tersebut.
"Lu berdua sekelas sama kita kan?" Tanya Itachi.
"Iya..." Jawab pemuda berambut merah.
"Lu yang duduk dipojokkan sambil mainan boneka?" Tanya Itachi lagi.
"Iya, emang kenapa?"
"Kagak."
"Aneh menurut lo."
Itachi hanya menganggukkan kepalanya.
"Kagak juga kali, boneka itu bagian dari seni. Lagian yang aneh itu elu, masih umur segini udah keriputan."
Ya allah, pengen rasanya Itachi tereak kalo ini bukan keriput. Tapi tanda lahir.
"Nama lu siapa?" Tanya Pain.
"Gue Sasori, ini Deidara." Ujar Sasori memperkenalkan diri.
"Gue Yahiko cuma sering dipanggil Pain, ini Konan, ini Itachi." Bals Pain sambil merpenalkan dua sahabat yang berada disisi kanan dan kirinya.
"Iye, gue udah tau. Kalo kagak salah lu anak pak Fugaku, tukang sate itukan?" Tanya Sasori pada Itachi.
"Iye... Tunggu, lu berdua kalo kagak salah anak kampung Konoha juga."
"Iye, gue ponakannya pak Rasa. Ketua RT.002, kalo dia cucunya pak Oonoki." Tunjuk Sasori pada Deidara.
"Pak Oonoki juragan tanah."
"iye bener..."
"Pantes muke lu berdua kagak asing, ternyata kita sekampung."
"Yayaya... Bagus deh kalo kita sekampung. Gue punya ide, gimana kalo kita bikin genk." Usul Pain.
"Genk...?" Beo Itachi dan lainnya.
"Iye, nama genknya Akatsuki."
"Nama apaan tu?" Tanya Deidara.
"Kagak tau, muncul aja diotak gue." Jawab Pain asal.
"Dasar lu, tapi boleh juga." Itachi menyetujui.
"Lu berdua gimana?" Tanya Pain pada Sasori dan Deidara.
Mereka berdua mengangguk setuju.
"Konan lu ikut juga?" Tanya Deidara.
Konan berpikir sejenak.
"Oke gue ikut, kalo ngebiarin cowok-cowok aneh kayak elu semua yang ada bikin rusuh terus." Jawab Konan.
"Oke, mulai sekarang genk Akatsuki resmi terbentuk." Pain berujar dengan semangatnya.
Flashback mode off.
"Jadi gitu elu ketemu Sasori ama Deidara. Terus elu ngebentuk Akatsuki cuma gara-gara satu kampung doang, dan elu kagak tau nama genk lu Pain?" Tanya Sasuke panjang lebar.
Sedangkan Pain hanya nyengir kuda.
"Terus elu bisa ngerekrut duo blangsak itu gimana?" Tanya Kiba.
"Maksud lu Kakuzu ama Hidan?" Tanya Itachi balik.
"Iyee..." Jawab Kiba singkat.
"Chi, elu yang cerita." Perintah Pain.
"Kan daritadi gue yang cerita, bukan elu." Protes Itachi.
Pain hanya mengabaikan protes dari temannya tersebut.
Flashback mode on.
Satu minggu setelah genk Akatsuki terbentuk, semuanya berjalan secara normal. Tapi ada dua orang siswa yang masih satu kelas dengan Pain CS, yang suka bikin onar kerjaannya malakin duit anak-anak satu kelas.
"Duit..." Palak siswa berbadan tinggi besar dan berwajah angker, serta temannya yang berwajah mesum dengan rambut klimisnya.
Saat ini mereka sedang berdiri didepan pintu kelas mereka, sambil memaksa siswa-siswi dikelas tersebut untuk menyerahkan uang mereka. Sampai akhirnya genk Akatsuki memasuki kelas.
"Duit..." Palak Kakuzu pada Itachi.
"Apa lu bilang?"
"Sini duit lu, pajak masuk kelas." Jelas Kakuzu.
"Emang lu pikir ini kelas punya nenek moyang elo, ogah banget gue ngasih duit ke elo." Tolak Itachi.
"Ini kelas emang bukan punya gue, tapi gue penghuni kelas ini juga jadi terserah gue dong. Sini duit lo."
"Sekali kagak mau ya kagak mau." Bentak Itachi.
"Dia nantangin kita, Ju." Ujar Hidan.
"Kalo temen gue kagak mau, jangan dipaksa." Kali ini Pain ikut-ikutan.
"Siapa lo?" Tanya Hidan.
"Gue Yahiko, cuma lebih sering dipanggil Pain."
"Gue kagak peduli lo siapa, yang jelas gue cuma minta duit lo." Ujar Kakuzu.
"Gimana kalo kita tanding aja." Tantang Pain pada Kakuzu.
"Lu mau nantangin gue apa?"
"Kita adu panco."
Kakuzu hanya menyeringai licik.
"Oke, dimana?"
"Ntar istirahat dikantin, lu tunggu gue disana." Ujar Pain. "Tapi ada syaratnya. Kalo elu kalah, elu harus jadi anak buah gue." Tambahnya lagi.
"Bukan masalah. Tapi kalo lu yang kalah, lu hatus setor duit ke gue selama sebulan."
"Oke... Bukan cuma gue, tapi temen-temen gue juga." Ucap Pain sambil menunjuk ke empat temannya.
"Deal..." Ujar mereka berdua sambil bersalaman.
"Kampret lu, kalo taruhan kagak usah bawa-bawa kita." Protes Deidara, yang disetujui oleh Itachi dan Sasori.
"Udeh, elu semua tenang aja." Pain berkata dengan tenangnya.
" Setau gue mereka berdua anak kampung Konoha juga. Tapi kagak ada yang berani nantangin, apalagi si Kakuzu katanya tenaganya kayak badak." Ujar Sasori.
Pain hanya mengibas-ngibaskan tangannya, tanda sama sekali tak gentar. Sedangkan Konan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, pasti ada rencana licik dikepala Pain.
.
.
.
.
Waktu istirahat telah tiba, saat bagi Pain untuk bertanding melawan Kakuzu. Tapi Pain yang sudah ditunggu tak kunjung datang, Kakuzu yang telah senewen beberapa kali menggebrak meja.
"Kayaknya mereka boong, Ju." Ujar Hidan.
"iye... Awas aja gue bakal malak dua kali lipat ke mereka."
"Siapa yang boong." Seru Pain berjalan memasuki kantin, diikuti anggota Akatsuki. "Lo udah siap?" Tanya Pain yang telah duduk dihadapan Kakuzu
Tanpa banyak bicara Kakuzu segera memposisikan tangan, diikuti Pain yang juga memposisikan tangannya.
Seketika Konan langsung bertindak sebagai wasit.
"Peraturannya sederhana, yang ngejatuhin tangan lawannya lebih dulu dia yang menang." Terang Konan.
Pain dan Kakuzu mengangguk mengerti, dan pertandingan dimulai.
Pain berusaha untuk menjatuhkan tangan Kakuzu, susahnya minta ampun. Sedangkan Kakuzu dengan wajah tenang, memperhatikan wajah Pain yang susah payah buat ngalahin dia.
"Cuma segitu kemampuan lo?" Remeh Kakuzu.
Pain sama sekali tak menanggapi ejekan dari Kakuzu. Dengan cepat Kakuzu menyerang balik Pain, dengan susah payah Pain berusaha bertahan. Disaat kritis Pain mengeluarkan senjata terakhirnya, dengan cepat ia mengambil sesuatu dikantong celana seragamnya dan melemparkan ke arah Kakuzu.
Kakuzu yang melihat sesuatu, dengan tidak elitnya menjerit seperti perempuan.
KEECCOOAAKKK!
BRUUKK!
Pain berhasil mengalahkan Kakuzu, pertandingan selesai. Kakuzu yang tidak terima protes kepada Konan selaku wasit, tapi tak digubris sama sekali.
"Curang lo." Protes Kakuzu.
"Lu kagak inget Konan tadi bilang apa?" Tanya Pain "Konan bilang yang pertama kali bisa ngejatuhin lawannya dia yang menang, dia kagak bilang kalo nggak boleh curang."
Kakuzu dengan hati gondok, suka nggak suka, mau nggak mau harus jadi anak buahnya Pain. Tapi dia nggak sendirian karna Hidan juga harus mau jadi anak buah Pain.
"Lu gimana sih Ju, ama Kecoa aja takut" Ucap Hidan.
"Dan, cowok itu bukan takut sama hantu atau hewan buas. Tapi takut sama Kecoa." Jawab Kakuzu.
Pengen rasanya Hidan ngejitak kepala Kakuzu, pake kunci inggris.
"Selamat datang elo berdua di genk Akatsuki, mulai sekarang gue yang jadi ketuanya. Hahahaha...!" Ujar Pain sambil tertawa dengan nistanya. Tapi tak digubris sama sekali oleh teman-temannya.
Flashback mode off.
"Nah gitu cerita yang sebenernya." Ujar Itachi, selesai bercerita.
"Gila, absurd banget ternyata genk lo." Ujar Naruto.
"Satu lagi, asal lu semua tau kita itu kagak suka malak. Malah kita yang ngehajar orang-orang yang berani malak orang yang lebih lemah." Tambah Pain.
"Mulia juga genk lu Pain, tapi kenape lu semua kalo makan mie ayam kagak pernah bayar?" Tanya Kiba.
"Itu kita dibayarin sama orang yang pernah kita hajar." Jawab Pain dengan entengnya.
Sasuke, Naruto, dan Kiba hanya menggelengkan kepala mendengarkan cerita awal terbentuknya genk absurd bernama Akatsuki.
"Gaes, gaes... Gawat."
"Ada apaan Ri?" Tanya Kiba pada Sasori, yang baru datang sambil berlari.
"Gawat, si Sai..."
"Kenapa si Sai?"
.
.
.
.
.
TBC
Yoooo... Semua ketemu lagi sama saya, Hehehehehe...
Ini Fic terbaru, bisa dibilang ini season keduanya Cerita di Kampung Konoha. Ryu harap kalian pada suka.
Mohon REEEEVVVIIIIEEEWWW!
