KimDee presents,

Jeno x Renjun in Summer Date AU twoshots

Of Summer and You

inspired by Red Velvet's Song Red Flavor

NoRen | Jeno x Renjun with Ten as Cameo

.

" My favorite taste in the summer is you"

.

Of Blue Sky and Waiting for You

.

Langit biru yang tampak tinggi tanpa batasan bulu kapas putih membuat Renjun yang duduk beralaskan karpet merasa resah. Berkali-kali ia melongok ke arah pintu dan langit secara bergantian. Tayangan ulang sebuah acara televisi yang ia pilih secara random tidak benar-benar sukses mengalihkan perhatiannya.

Menanti adalah hal yang sangat membosankan, terlebih melakukannya seorang diri. Itulah yang dilakukan oleh Renjun di dalam apartemen nct dream saat ini.

Seorang diri menanti kedatangan seseorang yang menjanjikan sesuatu yang sudah ia impikan sejak tiba di Korea untuk pertama kalinya.

Summer Date

Atau apalah, terserah mereka memberi nama apa kegiatan itu, yang jelas sudah sejak lama Renjun ingin berjalan-jalan di kompleks pertokoan Hongdae dan Myeongdong di musim panas. Tentu saja menjajal aneka jajanan musim panas Korea Selatan adalah tujuannya.

Dengan siapa ia melakukannya hanyalah sebuah alasan sampingan.

Bahkan Renjun dengan sukarela melakukannya seorang diri.

Tetapi, tentu saja niatnya itu mendapatkan tentangan dari satu orang yang bernama Lee Jeno.

Berbekal sejuta alasan yang bisa membuat setiap argumen Renjun patah, Jeno dengan mudahnya membuat Renjun menyerah pada keputusannya. Sehingga pada akhirnya Renjun harus pergi kencan musim panas bersama Jeno.

Tidak, Renjun tidak menolak untuk pergi kencan di musim panas bersama dengan Jeno, hanya saja Renjun merasa kesal pada kekasihnya itu.

Jeno selalu saja khawatir berlebih untuk mengijinkan Renjun pergi keluar seorang diri. Tanpa pengawasannya atau pengawasan member yang lebih tua, dengan Winwin sebagai pengecualian tentu saja.

Alasan yang selalu digunakan adalah kebutaan Renjun soal arah. Kanan dan kiri saja masih sulit untuk membedakan, bagaimana dia bisa membaca peta jika ia terseret oleh arus manusia di dua pusat keramaian itu, begitu kata-kata andalan seorang Lee Jeno jika Renjun mencoba merengek padanya supaya diijinkan pergi seorang diri.

Atau jika tidak Jeno akan menggunakan alasan perusahaan akan menceramahinya habis-habisan jika ia sampai tertangkap oleh media berkeliaran di pusat keramaian.

Susah memang memang memiliki kekasih yang sedikit berlebihan semacam Lee Jeno.

.

.

Renjun baru memakai sepatunya di depan pintu saat sebuah bayangan menghalangi bias cahaya sumber penerangan di tempat yang sedikit gelap itu.

Ia mendongak dan mendapati Jeno bersedekap dan memandangnya penuh tanda tanya.

" Mau kemana panas-panas begini?" Jeno bertanya dengan singkat. Kedua mata yang bertatapan tidak dibiarkan begitu saja oleh Jeno, ia mengunci pandangan Renjun hingga hanya dirinyalah pusat pandangan Renjun.

" Aku… eum…." Renjun menjawab terbata. Renjun lah yang kemudian pertama kali melepaskan pandangannya dari Jeno. Ia mengalihkan pandangannya supaya tidak lagi bertemu dengan tatapan mata Jeno yang bisa membuatnya lemah dalam sekejap.

" Mencurigakan sekali, eoh? Mencoba melarikan diri lagi?" Jeno membalas dengan tepat. Renjun merasa tertohok mendengar kata mencoba melarikan diri lagi yang diucapkan oleh kekasihnya.

" Ya! Melarikan diri apanya?! Aku ini bukan tahanan asal kau tahu!" pemuda berwajah manis itu berseru dengan semburat malu di kedua pipinya, teringat akan kejadian dua minggu yang lalu. Dimana Jeno harus menjemput Renjun di toko bunga dekat komplek apartemen mereka karena lupa jalan pulang setelah asyik membuntuti sepasang kucing berbulu putih nyaris silver.

" Iya, bukan melarikan diri memang, tapi menyesatkan diri, bukan begitu, Injunnie?" Jeno bertanya dengan nada menggoda yang membuat ujung mata Renjun berkedut mendengarnya.

" Terserahmu sajalah!" Renjun membalas sambil berusaha mengindahkan keberadaan pacarnya yang sangat menyebalkan untuknya.

" Jadi kemana kau akan pergi kali ini, Injunnie?" Jeno bertanya tanpa peduli dengan suasana hati Renjun yang mendadak buruk karena ulahnya barusan.

" Terserah aku mau pergi kemana!" balas Renjun ketus.

" Jangan begitu, aku minta maaf sudah mengejekmu barusan. Aku akan berusaha untuk tidak melakukannya lagi…."

" Ha! Seperti kau berusaha saja! Setiap hari kau pasti mengejekku! Itu sangat menyebalkan asal kau tahu, dasar makhluk menyebalkan!" omel Renjun dengan menunjuk dada Jeno yang tersaji di depannya.

" Iya, iya, aku memang bersalah dan menyebalkan. Tapi siapa yang bisa tahan untuk tidak menggodamu sehari saja? Kau terlalu menggemaskan untuk dibiarkan, Injunnie," Jeno membalas dengan senyum jahil yang terlihat sangat menyebalkan di mata Renjun.

" See, kau melakukannya lagi!" kedua telinga Renjun memerah saking kesalnya ia pada sang pacar.

" Maafkan aku. Tapi kau benar-benar menggemaskan Injunnie. Contohnya pipimu itu, lihat betapa merahnya dia dan sangat mengundangku untuk mencubitnya," Jeno menjelaskan dengan raut serius yang sangat tidak Lee Jeno sekali.

" Ish, jangan coba-coba melakukannya. Aku akan menghajarmu jika kau benar-benar melakukannya." Renjun mengancam dengan serius.

" Lihat tanganku? Aku tidak melakukan apapun dengannya kau juga melihatnya dengan jelas pastinya. Kuulang pertanyaanku tadi, kemana kau akan pergi? Mini market?" Jeno bertanya dengan serius untuk kedua kalinya.

Pertanyaan Jeno yang kembali pada topik pembicaraan mereka sebelumnya, membuat Renjun kembali gelagapan.

" Eummm… iya… aku akan k-kesana." Jawaban terbata Renjun semakin meyakinkan Jeno jika pacarnya ini sedang berusaha untuk melakukan sesuatu tanpa sepengetahuannya.

" Kalau begitu aku ikut, kebetulan ada makanan ringan yang ingin kubeli." Balasan santai Jeno membuat Renjun kembali gelagapan mencari celah berkelit.

Buru-buru Renjun mencegah Jeno yang sudah setengah berjinjit untuk mengambil sepatunya dari lemari sepatu paling atas.

" Tidak, tidak perlu kau temani. Aku baik-baik saja, soal makanan ringan, biar aku yang membelikannya. Iya biarkan aku saja yang pergi," Renjun beralasan mencoba untuk mencegah Jeno.

" Kalau begitu katakan kemana kau akan pergi? Mana mungkin aku tertipu jika kau sudah terbata-bata seperti itu," Jeno memandang Renjun menyelidik.

Selalu saja begini, Renjun mengeluh dalam hatinya. Jeno yang selalu memanfaatkan tatapan tegasnya untuk membuat Renjun mengaku adalah hal yang sangat dibenci oleh Renjun.

Renjun yang seringkali memanfaatkan wajah tanpa dosa dan tatapan tanpa ekspresinya ketika bermain mafia game harus selalu kalah di bawah tatapan tegas penuh kharisma milik seorang Lee Jeno dalam keadaan apapun dan kapanpun.

" Kemana Injunnie kesayangan kita ini akan pergi hmm?" nada penasaran yang dibuat-buat oleh Jeno membuat Renjun mendengus kesal.

Tentu saja Renjun kesal karenanya.

Siapa yang tidak kesal diperlakukan seperti seorang anak kecil oleh pacarnya sendiri. Jeno selalu menggunakan nada itu jika ia berbicara dengan anak-anak yang usianya tidak lebih dari lima tahun. Yang paling buruk adalah Jeno juga menggunakan nada suara semacam itu jika berbicara dengan dua kucing peliharaannya di rumah.

Kesal-kesal-kesal-kesal.

Kata-kata itu berputar dengan cepat di dalam kepala Renjun hingga tanpa sadar ia menggembungkan pipinya dan memajukan bibirnya beberapa sentimeter.

" Jangan mengetes kesabaranku, Injunnie." Jeno berkata dengan geraman rendah.

Tangan Jeno begitu kuat terkepal disisinya seolah menahan tangannya berbuat sesuatu yang sesuai dengan apa yang tengah membanjiri pikirannya saat ini. Keinginan itu datang begitu kuat melihat Renjun dengan mudahnya membuat dirinya seribu kali lebih menggemaskan dari biasanya.

" Hish, fine. Aku ingin ke Hongdae. Kau puas?!" Renjun berseru kesal. Meskipun begitu terselip sedikit kekhawatiran karena mood sang pacar memburuk secara tiba-tiba.

Oh, seandainya kau tahu alasan perubahan mood Jeno yang tiba-tiba Renjunnie.

" Tinggallah, hari rabu minggu depan aku akan mengantarmu berkeliling sepuasnya di Myeongdong dan Gangnam." Jeno berkata tanpa meninggalkan celah bagi Renjun untuk berdebat.

" Tapi Jen aku ingin pergi sekarang! Musim panas di Korea tidak panjang kau tahu! Siapa yang tahu kalau besok akan secerah hari ini? Ayolah Jen, ijinkan aku ya? Aku janji tidak akan terjadi apa-apa padaku, please please please," Renjun melayangkan tatapan penuh permohonannya yang terbaik untuk meluluhkan keputusan sepihak kekasih tampannya itu.

" Hey, Injunnie kita sekarang pintar beralasan hmm?" tanpa sepengetahuan Renjun, Jeno perlahan menyudutkan dirinya hingga akhirnya punggungnya bertabrakan dengan tembok di belakangnya.

" Ya, Lee Jeno."

" Dengarkan kata-kataku okay, Myeongdong terlalu ramai untuk kau pergi sendirian, bagaimana jika-" Ucapan Jeno terpotong secara tiba-tiba.

" Bagaimana jika aku tersesat begitu? Apa guna ponsel pintar jika menunjukkan arah saja tidak bisa? Ayolah Jen!" Renjun beralasan.

Secara sengaja Renjun menggembungkan pipinya dan semakin memajukan bibir bawahnya untuk menunjukkan betapa kesalnya ia diperlakukan seperti anak kecil seperti ini oleh pacarnya.

" Jangan merajuk seperti itu atau aku akan menyerang bibirmu habis-habisan, Injunnie." Jeno berkata rendah yang lebih menyerupai sebuah gumaman untuk dirinya sendiri.

Tetapi berada dalam posisi yang begitu dekat dengan Jeno – dengan angka paling banyak hanya 10 sentimeter – Renjun tentu mendengar dengan jelas ancaman Jeno.

Dengan mata terbelalak lebar tak percaya Renjun memandang Jeno yang berani-beraninya berpikiran melakukan hal aneh padanya.

Sedikit rahasia tentang hubungan keduanya, mereka sama sekali belum pernah melepas kesucian bibir mereka satu sama lain. Ciuman yang mereka lakukan hanya sebatas ciuman pipi yang polos dan ciuman di kening yang anehnya terasa mendebarkan untuk Renjun.

Kembali pada dua sejoli yang masih betah di posisi mereka masing-masing. Jeno dengan kedua tangan yang mengurung tubuh mungil Renjun dan mata yang memandang Renjun tajam. Sedangkan Renjun dengan tatapan kagetnya berdiri kaku.

Saking fokusnya mereka pada pikirannya, keduanya tidak menyadari pintu apartemen mereka di buka dengan lembut.

" Kids, aku tidak tahu masalah apalagi yang kalian perdebatkan kali ini, tapi kalau kalian akan making out aku tidak menyarankan depan pintu adalah tempat yang tepat untuk melakukannya," suara halus seseorang menyadarkan Jeno dan Renjun untuk membenarkan posisi mereka yang mengundang kesalahpahaman untuk siapapun yang melihatnya.

" TEN-hyung!"

" Chill, kids. Aku tidak akan melaporkan kalian pada manajer ataupun Taeyong kalau kalian sampai melakukannya," Ten berkata dengan enteng. Tatapan knowing sekaligus sugestive yang dilayangkan oleh Ten sukses membuat Renjun merona parah.

" Hyung, kami masih belum cukup umur, please." Jeno yang kali ini menjawab. Tahu jika Renjun sudah kehilangan kata-katanya untuk membalas candaan hyung mereka yang awet mungil itu.

" Aku tahu, dasar anak kecil. Jangan terus-terusan bertengkar dan menambah keributan asrama. Sudah cukup aku mendengar teriakan Chenle dan Donghyuckkie yang memecahkan telinga, jangan menambahnya dengan keributan rumah tangga kalian." Ten setengah menasehati keduanya dengan khidmat, meskipun setengah dari kata-katanya adalah curahan hati selama tinggal bersama dengan para member dream. Yang penuh keributan tidak terkontrol jika manajer hyung tidak berada di tempat – hal yang sudah pasti.

" Hyung!" Renjun berseru malu dari balik punggung Jeno yang masih memerangkap tubuh mungilnya dengan tembok di sisi lainnya.

" Hahahaha... kalian ini mudah sekali digoda. Baiklah karena kalian sudah paham aku beristirahat dulu, berlatih seharian membuat tubuhku remuk. Bye kids, sampai jumpa makan malam nanti dan play safe."

Baru Renjun akan melayangkan protes pada member paling tua di asrama dream itu, tubuhnya sudah terlebih dulu dibuat beku oleh Jeno. Dengan erat si pemuda yang lebih tinggi menarik Renjun ke dalam sebuah pelukan singkat.

" Untuk ketenangan hatiku, kumohon untuk menundanya sampai hari rabu minggu depan, okay? Aku benar-benar akan mengantarkanmu berkeliling Myeongdong kali ini." Setelah melepaskan pelukannya, Jeno berkata dengan lembut dan penuh permohonan yang membuat Renjun melongo.

Butuh keteguhan iman yang sangat kuat untuk bisa menolak mata kucing Jeno yang memandang tepat ke arahmu dengan teduh serta senyum lembut di bibirnya.

Dan sudah pasti orang itu bukan Renjun karena ia langsung menganggukkan kepalanya meskipun kerucutan di bibir tipis Renjun menolak untuk pergi.

" Mulai minggu depan libur musim panas sudah dimulai, jadi aku bebas di pagi hari. Kita bisa berjalan-jalan sepuasnya di Myeongdong, sampai ke ujung Gangnam pun aku akan menemanimu sampai puas. Kau mau kan?"

Tanpa menjawab dengan kata-kata, Renjun menubrukkan diri ke tubuh kekasihnya yang dibalas dengan rengkuhan yang lebih erat dari tangan berotot Jeno.

Meskipun tidak bisa melihat ekspresi senang Renjun dengan jelas, Jeno tahu pasti jika pacar mungilnya itu tengah tersenyum secerah matahari musim panas di luar.

" Curang!" Renjun mengguman di dalam pelukan Jeno.

.

.

Dan disinilah Renjun, seorang diri menanti kedatangan Jeno di hari rabu yang sangat cerah, sangat cocok untuk melakukan aktifitas di luar rumah. Berkali-kali ia membolak-balikkan telapak tangannya untuk melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.

Desahan lelahnya semakin bertambah keras saat melihat jarum jam sudah menunjukkan pukul sebelas lewat tujuh belas detik. Sudah hampir tengah siang dan Jeno belum kembali juga dari sekolahnya. Sungguh Renjun ingin melempar benda-benda di sekitarnya karena harus dibuat menunggu selama ini.

Sudah hampir empat jam Renjun menunggu Jeno yang terburu-buru meraih jas almamaternya dan berkata akan menyelesaikan sedikit urusan di sekolahnya dalam satu jam.

" Arhhhh... LEE JENO MENYEBALKAN! SATU JAM APANYA! HISH MANUSIA MENYEBALKAN!" Renjun berteriak kesal pada langit biru yang seolah mengejeknya karena lagi-lagi ia terperangkap di dalam kotak menyesakkan bernama apartemen tanpa bisa menikmati siraman sinar matahari secara penuh.

" Kurang ajar! Seenaknya memberi janji tapi nyatanya?!" Renjun mencaci maki sang pacar dan melampiaskannya pada boneka moomin yang merupakan pemberian Jeno – sebagai pengganti Jeno jika ia berada di sekolah katanya.

" Rasakan ini, Jeno Lee!" Renjun melayangkan dua tinju berurutan pada boneka yang dinamai J oleh Renjun – panggilan kesayangan Renjun pada Jeno.

" Sakit? Kau harus merasakan kesalnya aku menunggumu begitu lama, bocah kurang ajar!"

Lagi, Renjun melayangkan satu tinjuan dan remasan gemas di tangan pendek si boneka.

" Huaa, Mama! Jeno lagi-lagi menjahatikuuu..." kali ini Renjun menangis mengadu pada sang Mama yang jelas tidak mendengarnya.

" Awas saja kau Lee Jeno! Aku akan membuatmu habis di tangan Sicheng-ge!"

Tidak puas dengan rengekan dan ancamannya yang tidak mendapat balasan, kali ini Renjun melemparkan moominnya ke udara dan meninjunya dengan kuat setelah ia tertarik gravitasi hingga boneka malang itu terpental jauh.

" Haahh... sebaiknya aku tidur. Menunggu si menyebalkan itu bisa membuat umurku pendek karena mengomel terus-terusan." Renjun mendesah lelah. Ia beranjak dan menyamankan dirinya di atas sofa empuk tempat Jisung tidur setelah menyelesaikan ritual tengah malam menjelang paginya.

Ia tidak berusaha untuk mengambil boneka kesayangannya yang biasanya menjadi teman tidurnya ketika malam tiba. Mengingat si pemberi boneka langsung membuat Renjun kesal sendiri jadi untuk kali ini ia tidak akan bergantung pada si putih menggemaskan itu.

Dua menit Renjun mencoba memejamkan matanya dan berguling dalam keterbatasan, kali ini ia melemparkan bantal sofa sebagai pelampiasannya. Tidak peduli jika televisi dengan layar super itu jatuh karenanya.

" LEE JENO SIALAANNN! AKU MAU MANGO DAN CHOCO BINGSOO-KU!"

.

To Be Continued

.

Next:

Of Bingsoo, Strawberry Cake and You

" Ayolah Jeno jangan membosankan seperti itu, sedari tadi kau hanya memesan Ice Americano. Memangnya kau tidak bosan dengannya? Kenapa tidak mencoba makanan yang hanya muncul di musim panas seperti bingsoo ini?" Renjun dengan gigih mencoba membujuk Jeno untuk mencicipi bingsoo atau cake yang sudah membuatnya lupa diri.

" Tidak perlu. Untuk apa aku mencicipi mereka jika aku bisa merasakannya hanya dengan menciummu?"

.

PCC (Pojok Cuap-cuap) : Sekian lama yah semua hehehe... dan bukannya melanjutkan yang sudah ada malahan bikin yang baru... tapi prompt ini menggumpal di otak dan minta untuk dikeluarkan dan jadilah ke-cheesy-an yang bisa bikin mual semacam ini hahha...

yang lainnya akan dilanjutkan tenang aja.. cuma butuh sedikit waktu dan tendangan buat menyelesaikannya...

Oh, dan soal Moonlights Way... dihapus karena saya mendadak ngerasa aneh sama judulnya... perlu sedikit waktu buat merombaknya huhuhuuu

terima kasih buat yang sudah sempat membaca Moonlights Way.. maaf karena begitu mendadak

Terima kasih dan jangan lupa reviewnya yahhh...

With Love - Di