Title: Accidentally in Love

Cast : Kim Jongin, Oh Sehun, others

Length : 1/3 shoot

Genre : Comedy, Romance


Sehun berdiri didepan sebuah pintu apartemen yg berhiaskan angka 088 di pintunya. Pemuda cantik itu menatap angka yang terpatri dipintu dengan mata berbinar. Mengerjapkan matanya sebelum melirik secarik kertas dalam genggamannya.

" Apartemen Kkamong no 088. Cocok." Gumamnya senang dengan senyum manis diwajahnya.

Sebentar lagi Sehun akan segera bertemu Luhan. Kakak laki-lakinya yang sudah menetap di Seoul sejak empat tahun yang lalu. Gejolak kegembiraan meluap dalam diri Sehun. Sudah hampir dua tahun dia tidak bertemu Luhan karena kakaknya itu tak lagi mengunjunginya di kampung halaman mereka, Cheongnam. Lagipula tak pernah sekalipun Luhan mengizinkan Sehun mengunjunginya di Seoul dengan alasan Sehun masih terlalu kecil untuk kota sebesar Seoul.

Mungkin Luhan benar. Saat itu Sehun memang masih kecil masih empat belas tahun dan baru kelas dua sekolah menengah pertama tapi sekarang ini Sehun sudah cukup besar untuk melihat gemerlap kota sebesar dan semenakjubkan Seoul. Jadi disinilah dia. Berdiri didepan pintu apartemen kakaknya tanpa sepengetahuan Luhan sendiri kalau Sehun akan datang mengunjunginya.

Sehun mengarahkan telunjuknya pada bel yang terletak di dinding di sisi pintu. Sehun bersiul pelan dan menunggu pintu dihadapannya terbuka. Beberapa menit kemudian pintu itu masih tertutup. Sehun menekankan jarinya lagi dan kembali menunggu tapi pintu itu masih belum terbuka. Sehun mengernyitkan dahinya. Mulai merasa tak sabar karena Luhan belum juga membukakan pintu. Pemuda berwajah manis itu kembali menekan bel namun pintu itu tetap tak terbuka. Sehun menghela napas pelan dan menatap pintu cemas.

" Apa jangan-jangan dia tidak dirumah?" Gumam Sehun seraya menyandarkan tubuhnya dengan kasar pada pintu, tapi tubuhnya tiba-tiba terlonjak ke belakang karena pintu yang disandarinya ternyata terbuka.

" Uwaaa—" Pekik Sehun saat bokongnya sukses mencium lantai.

Sehun menghela napas kemudian segera bangkit berdiri sebelum ada orang yang melihatnya dan menertawakan posisinya. Bukan apa-apa, tapi ini Seoul. Jaga image itu sangat perlu. Sehun berbalik dan kini ia mendapati pintu apartemen terbuka dan memperlihatkan sedikit lorong depan yang berisikan rak sepatu. Rupanya si empunya apartemen ini tidak mengunci pintu apartemennya. Sehun tersenyum senang. Sedikit mensyukuri kebodohan kakaknya yang lupa mengunci pintu. Tanpa banyak basa-basi pria muda itu beranjak mengangkat koper-kopernya dengan semangat dan melangkah masuk. Sehun menutup pintu apartemen dengan kaki kanan karena tangannya penuh dengan koper-koper dan tas bepergiannya. Sehun menatapi rak sepatu yang berhiaskan bermacam-macam sepatu converse yang berjejer rapi diatasnya.

Sehun berdecak pelan. Dia tidak pernah tahu kalau kakaknya itu hobi mengkoleksi converse-converse keren. Sehun melepaskan suede loafer biru navy keluaran Tommy Hilfiger -yang didapatkannya sebagai hadiah kenaikan kelas dari Luhan dua tahun yang lalu- dan meletakkannya diatas rak. Sehun kemudian menenteng koper-kopernya dan berjalan menelusuri apartemen itu.

" Woaahhh, aku tidak pernah tahu hyung bisa serapi ini." Bisiknya seraya menyapukan pandangannya ke sekeliling ruang tamu kecil yang berisikan sofa dan meja putih bernuansa minimalis.

Sehun meneruskan perjalanannya mengelilingi apartemen dan terus berdecak tak percaya bahwa ternyata kakaknya bisa hidup serapi ini. Sudah sepuluh menit Sehun berputar-putar di apartemen ini tapi dia tidak mendapati kakaknya disudut ruangan manapun sampai akhirnya Sehun menyerah dan memutuskan untuk mandi selagi menunggu Luhan pulang. Sehun membuka satu-satunya pintu kamar dalam apartemen dan memasukkan koper-kopernya.

Apartemen Luhan memang tidak besar tapi karena rapi dan tidak terlalu banyak barang, apartemen ini jadi terlihat lapang. Lagi-lagi Sehun berdecak kagum saat mendapati kamar kakanya yang benuansa hitam putih. Ada satu ranjang yang cukup besar dengan sprei berwarna hitam, satu lemari dua pintu berwarna hitam dan putih. Meja belajar dengan Komputer pc berwarna putih dan beberapa buku yang tersusun rapi diatasnya. TV 32 inch lengkap dengan dvd player dan speaker soundnya yang ramping dan juga berwarna hitam. Sehun melangkah perlahan dan membuka pintu bercat putih yang terletak di salah satu sudut kamar.

Pemuda cantik itu mendesah senang saat mendapati sebuah shower, kloset dan bathtube mungil didalamnya. Sehun sudah menduga memang disinilah kamar mandinya. Sehun melangkah masuk dengan riang. Menyalakan keran air hangat dalam bathtube dan melepas pakaiannya dengan santai. Sehun kemudian beranjak memasuki bathtube, membiarkan tubuhnya yang lelah terendam oleh air hangat yang lembut menyapu kulitnya. Sehun memejamkan matanya dan membiarkan semua kelelahan akan perjalanannya yang panjang tadi menguap pergi.

Beberapa saat berlalu dan Sehun hampir saja tertidur dalam buai nyaman air hangat dikulitnya saat tiba-tiba dia mendengar suara kaleng terjatuh. Sontak Sehun membuka mata dan jantungnya seakan berhenti berdegup saat bertatapan dengan sepasang mata coklat gelap yang juga tengah menatapnya. Sehun mendapati seorang pria bertubuh tegap dan berkulit kecoklatan tengah berdiri didepannya. Menatapnya dengan mata melebar kaget dan mulut setengah terbuka. Sedetik kemudian Sehun bangun dari keterpanaannya dan langsung menjerit kencang saat sadar kalau pria didepannya ini bukan Luhan!

" GYYYAAAAAAAA...! ORANG MESUM...!" Jerit Sehun seraya menekuk lututnya agar menutupi selangkangan dan dada mulusnya dari tatapan pemuda tak dikenal itu. Tersadar oleh teriakan Sehun pemuda itu mengerjapkan matanya dan buru-buru bergerak maju untuk menenangkan pemuda berkulit putih yang sedang histeris itu.

" TIDAK...! TIDAK...! JANGAN MENDEKAT! JANGAN SENTUH AKU! AKU MASIH PERAWAN JANGAN APA-APAKAN AKU...!" Jerit Sehun histeris seraya merapatkan tubuhnya ke dinding bathtube.

Pemuda tampan itu kontan menghentikan langkahnya dan melirik ke arah pintu dengan panik. Takut kalau tetangga kanan-kirinya ada yang mendengar jeritan Sehun.

" Hei. Diam. Jangan teriak-teriak." Ujar pemuda itu panik tapi Sehun tidak mempedulikannya dan tetap berteriak ketakutan. Yang benar saja, Sehun gila kalau dia tidak berteriak. Ada orang mesum yang mengintipnya mandi dan dia diam saja? Jangan harap!

" Aku bukan orang jahat. Kumohon diamlah." Ujar pemuda itu dengan suara marah yang tertahan dan Sehun tetap tak mempedulikannya.

Pemuda itu akhirnya kehilangan kesabarannya dan tanpa ba-bi-bu langsung meloncat masuk kedalam bathtube dan membekap mulut Sehun. Mata Sehun kontan terbelalak lebar. Sehun ketakutan. Air mata sudah menggenang di pelupuk matanya dan dia tidak berhenti berdoa dalam hati agar Luhan segera pulang sebelum pria ini melakukan hal tak senonoh pada Sehun dan tubuhnya yang aduhai.

" Diam oke? Hentikan teriakanmu itu karena aku bukan orang jahat." Ujarnya tegas.

Sehun merasa tubuhnya tersengat aliran listrik saat suara berat nan dalam itu meluncur keluar dari bibir penuh yang hanya berjarak beberapa centi darinya. Dada Sehun berdebar keras saat mata coklat gelap itu menatap maniknya dengan tajam.

" Kau bisa diam?" Tanyanya lagi dan Sehun mengangguk pelan tanpa melepaskan tatapannya pada sepasang mata itu. Perlahan Sehun merasakan tangan kokoh yang membekap mulutnya melonggar sampai akhirnya menjauh seluruhnya.

" Si-siapa kau?" Tanya Sehun. Suaranya terdengar parau dan ketakutan terbaca jelas dalam nada suaranya. Pemuda itu masih menatapnya tajam dan jarak mereka masih sedekat tadi meski terhalang oleh lutut Sehun yang terlipat menutupi selangkangan dan dadanya.

" Harusnya aku yng menanyakan hal itu dan apa yang sedang kau lakukan dirumahku?" Desis pemuda itu.

" Aku sedang— a-apa? Rumahmu?" Tanya Sehun ling-lung.

" Ya. Ini rumahku. Dan apa yang sedang kau lakukan dalam bathtube-ku?" Tanya pemua itu lagi.

" T-tunggu. Ini pasti salah paham. Ini bukan rumahmu ini rumah kakakku." Ujar Sehun seraya menegakkan tubuhnya hingga kini wajah mereka sejajar dan hidung mereka hampir bersentuhan. Tapi kedua pemuda itu tak ada yang menyadari hal ini. Mereka terlalu sibuk memikirkan situasi yang tengah terjadi.

" Kakak? Apa— kau seorang Oh?" Serunya tak yakin.

" Yeah. Aku Oh." Mata Sehun berbinar senang.

Raut wajah pemuda itu berubah dalam sesaat. Tatapannya kemudian beralih dari wajah Sehun dan tak sengaja mendarat di tulang selangkanya yang telanjang dan basah oleh titik air yang terlihat mengilap di kulitnya yang seputih susu. Pemuda itu terdiam menatapi leher mulus Sehun, sebelum menelan ludahnya sendiri dan berdehem pelan.

" Keluarlah dan pakai pakaianmu." Ujarnya seraya beranjak keluar dari dalam bathtube. Air menetes-netes dari ujung celana jeansnya yang basah terendam. Wajah Sehun bersemu merah mendengar perkataannya. Dia tersadar lagi bahwa dia baru saja berdekatan dengan seorang pria dalam keadaan telanjang bulat. Secara refleks, Sehun semakin merapatkan lutut ke tubuhnya.

" Kutunggu kau di ruang tamu lima menit lagi." Ujar pemuda tampan itu seraya melangkah keluar dan menutup pintu.

Kepala Sehun terkulai lemas begitu pintu kamar mandi tertutup rapat. Jantungnya berdegup kencang dan napasnya sedikit tersengal. Otaknya berpikir cepat menyimpulkan semua kejadian tadi. Pria itu memang tidak terlihat seperti orang jahat. Dan kalaupun dia jahat dia pasti sudah menyerang Sehun dari tadi. Sehun mengambil napas pelan dan berusaha menjernihkan kepalanya. Sepertinya memang terjadi sesuatu diluar perkiraannya dan pria itu menyuruhnya keluar untuk membicarakan sesuatu itu. Sehun bangkit perlahan. melangkah keluar dari dalam bathtube dan meraih handuknya. Mengeringkan tubuh dan rambutnya yang basah kemudian memakai semua pakaiannya dengan komplit. Sehun menarik napas pelan saat tangannya menyentuh knop pintu dan melangkahkan kakinya dari kamar menuju ke ruang tamu.


Pemuda itu berbalik saat mendengar langkah kaki yang terseret mendekatinya. Dia mendapati Sehun berdiri beberapa langkah di hadapannya dengan gaya canggung dan malu-malu. Pemuda berkulit kecoklatan itu mendesah lega dalam hati melihat Sehun sudah memakai pakaiannya dengan komplit. Baju lengan panjangnya yang berwarna putih polos terlihat longgar di tubuh rampingnya dan celana pendek navy yang membungkus paha mulus Sehun berhenti beberapa senti diatas lututnya. Setidaknya tubuhnya sudah tak lagi berhiaskan tetes-tetes air meski rambutnya yang hitam legam masih setengah basah dan menempel di dahinya yang mungil. Pemuda itu menurunkan pandangannya dan menyadari kaki pemuda cantik ini sangatlah panjang dan ramping. Pemuda itu tersentak pelan saat menyadari bahwa Sehun bertelanjang kaki. Kakinya tak beralaskan kaus kaki ataupun sendal rumah dan menapak langsung dilantai kayu. Ini bukan pertama kalinya dia melihat seseorang bertelanjang kaki tapi ini pertama kalinya dia merasa bertelanjang kaki bisa terlihat begitu seksi. Pemuda tampan itu kemudian tersadar cepat dari lamunannya dan buru-buru mengusir pikiran sinting yang melintas di kepalanya.

" Jadi? Siapa kau sebenarnya?" Tanya pemuda itu dengan tegas.

" Oh Sehun." Jawab Sehun perlahan.

" Kim Jongin." Ujarnya tegas membuat Sehun mengangkat wajahnya untuk menatap pemuda itu dan demi Luhan, dia baru menyadari betapa tampannya pemuda didepannya ini.

Rambutnya yang tebal berwarna hitam dan di tata ke samping dengan sederhana. Matanya setajam elang dan bersinar misterius. Hidungnya memang tidak mancung tapi rahangnya yang tegas menunjukan sisi maskulin dan jantan. Bibirnya yang tebal dan penuh seakan menunggu untuk di cium begitu juga dengan belahan dagunya yang menggemaskan. Kulitnya yang berwarna kecoklatan membuatnya tampak semakin seksi. Belum lagi postur tubuhnya yang tinggi tegap dengan lekukan otot di lengannya yang kuat—

" Bisa kau jelaskan bagaimana caranya kau masuk ke rumahku?" Pertanyaan Jongin membuat lamunan Sehun buyar dalam seketika. Sehun mengerjap pelan dan berusaha mencerna pertanyaan yang dilontarkan Jongin.

" Pintunya tidak terkunci jadi kupikir ada orang di dalam dan—hei, ini rumah hyung-ku." Jawab Sehun sedikit tergagap.

" Dulu ini rumahnya."

" Apa maksudmu?" Tanya Sehun bingung. Jongin menaikkan satu alisnya dan demi Luhan, itu membuatnya terlihat semakin tampan.

" Jangan bilang padaku Luhan tidak memberitahumu apa yang terjadi?" Ujar Jongin curiga. Sehun mengernyitkan dahinya bingung membuat Jongin tahu apa jawaban dari pertanyaanya.

" Tentu saja dia tidak akan memberitahu hal memalukan ini pada keluarganya." Gumamnya pelan.

" Apa maksudmu? Ada apa sebenarnya dengan Luhan hyung?" Sela Sehun. Jujur, dia tidak mengerti apa maksud Jongin.

" Luhan terlilit hutang besar. Dia menjual apartemen ini padaku untuk melunasi hutang-hutangnya dan itu sudah dua tahun yang lalu." Jelas Jongin.

" Apa?" Bisik Sehun tak percaya.

" Jadi Luhan sudah tidak tinggal disini lagi dan apartemen ini resmi jadi milikku." Lanjut Jongin berusaha tak mempedulikan ekspresi terkejut Sehun yang sesungguhnya terlihat lucu.

" T-tapi—" Sehun tergagap.

Dia ingin sekali membantah tapi tak ada yang bisa dikatakannya. Jika Luhan terlilit hutang dan terpaksa menjual apartemen ini sejak dua tahun yang lalu, mungkin itulah sebenarnya alasan Luhan melarang Sehun mengunjunginya di Seoul. Luhan takut Sehun tahu dia terlilit hutang. Mungkin itu juga alasan kenapa dia tak pernah lagi pulang ke Cheongnam. Sehun mendesah pelan. Memutar otaknya secepat mungkin untuk menyelamatkan dirinya dari situasi tak terduga ini.

Jika ini bukan lagi apartemen milik Luhan berarti tak ada lagi alasan baginya untuk tetap berada disini dan Sehun yakin, Kim Jongin yang ada dihadapannya saat ini tidak akan mungkin membiarkan Sehun berlama-lama berada dirumahnya mengingat bagaimana cara bicaranya pada Sehun sejak tadi, dia tidak terlihat seperti orang yang cukup ramah. Jadi yang harus dia lakukan sekarang adalah tenang.

' Tenang dan berikanlah dia argumen yang masuk akal atau kau akan berdiri didepan pintu rumah ini dengan semua koper-kopermu lima menit dari sekarang.'

" Lalu dimana Luhan hyung sekarang?" Tanya Sehun. Jongin mengangkat bahunya dengan ringan dan menggeleng pelan.

" Aku tidak pernah bertemu dia lagi sejak transaksi serah terima apartemen ini dan tidak ada seorangpun dikampus kami yang tahu kemana dia menghilang." Ujar Jongin.

Sehun semakin terpuruk mendengar penjelasan Jongin. Nasibnya saat ini benar-benar terancam. Dimana dia akan tinggal selanjutnya bergantung dari kepintarannya memohon belas kasih pria didepannya saat ini.

" Kau sudah tahu yang sebenarnya kan? Kurasa sekarang kau bisa angkat koper-kopermu dari kamarku dan—"

" Tunggu—" Potong Sehun cepat sebelum Jongin menyelesaikan kalimat yang sudah Sehun duga.

" Kalau aku pergi dari sini lalu dimana aku akan tinggal?" Tanya Sehun panik.

" Kurasa itu urusanmu." Jawab Jongin.

Pemuda itu menatap Sehun sekilas sebelum mengalihkan tatapannya dari wajah manis didepannya. Jongin melakukannya sebelum dia tergoda dengan suara sesat dikepalanya agar membiarkan Sehun tetap tinggal dan berbagi ranjang dengannya untuk malam ini. Sementara itu Sehun menatap Jongin tak percaya. Bagaimana mungkin dia bisa seenteng itu mengusir orang yang baru saja sadar kehilangan kakaknya.

" Tapi aku tidak punya satupun kenalan di Seoul selain Luhan hyung." Ujar Sehun lagi.

" Kalau begitu pulanglah lagi ke kampungmu." Jawab Jongin cuek.

" Itu tidak mungkin."

" Kenapa?"

" Karena aku sudah diterima Universitas Seni Seoul." Tukas Sehun cepat. Jongin menganggukkan kepalanya sekilas sebelum memberikan saran berikutnya.

" Aku bisa merekomendasikanmu beberapa hotel yang bagus." Jongin bersikeras agar Sehun pergi dari rumahnya.

Jongin bukannya kejam tapi dia sedang luar biasa sibuk saat ini. Tugas-tugas kuliahnya menumpuk dan dia tidak ingin ketenangannya untuk mengerjakan tugas terganggu dengan kehadiran seseorang meskipun seseorang itu semenarik Sehun.

" Ini sudah lewat jam sembilan malam dan aku sama sekali tidak tahu jalanan Seoul." Sehun masih terus membujuk Jongin. Dia tahu dia sedang meminta bantuan Jongin saat ini tapi dia tidak mau tampak seperti mengemis. Sehun diajari bagaimana caranya bersikap pada pria sejak dia masih kecil oleh ibunya.

Pria akan merantaimu jika kau mengekorinya tapi akan menjilat kakimu jika kau menendangnya.

Begitulah kira-kira falsafah aneh ibunya. Jadi Sehun memutuskan bahwa dia tidak boleh merendahkan harga dirinya didepan Jongin meskipun dia sedang meminta bantuannya. Jongin terdiam mendengar perkataan Sehun seraya melirik calvin klein silver yang melingkar di pergelangan tangannya. Sehun benar. Ini sudah hampir larut dan bahaya jika pemuda semanis dan semenarik Sehun keluar sendirian.

" Aku tahu kau tidak sedingin itu Jongin ssi." Ujar Sehun lagi membuat Jongin menatapnya tajam. Jongin terdiam sebentar dan menimbang-nimbang.

" Baiklah. Angkat koper-kopermu dari kamarku. Kau boleh menginap disini untuk malam ini tapi kau tidur disini." Ujar Jongin akhirnya. Jongin menepuk-nepuk sofa dibelakangnya seakan menegaskan bahwa tempat itulah yang akan menjadi alas tidur Sehun malam ini. Sehun mendesah lega dalam hatinya saat jawaban yang dinanti-nantinya akhrnya keluar dari mulut Jongin.

" Terimakasih Jongin ssi." Ujarnya seraya tersenyum manis dan beranjak pergi untuk memindahkan kopernya dari kamar sang pemilik apartemen. Jongin menyandarkan punggungnya di kepala sofa seraya menatapi punggung Sehun yang menghilang di balik pintu. Pemuda tampan itu kemudian menghela napas pelan.

" Pastikan dia hanya menginap semalam dan jangan biarkan dia menganggu konsentrasimu Kim Jongin." Bisik Jongin pada dirinya sendiri. Mengingatkan dirinya agar terhindar dari godaan dan fokus dengan tugas-tugasnya yang menumpuk.


Sehun menurunkan selimut dari wajahnya sampai sebatas hidung. Sehun memasang telinganya tajam-tajam hingga dapat mendengar sayup-sayup suara jemari yang beradu dengan keyboard komputer. Sehun melirik jam dinding di ruang tamu. Sudah pukul 01.00 pagi tapi Jongin belum juga tidur dan masih sibuk mengerjakan tugas.

Sehun menghela napas pelan. Bagaimana bisa bayangannya tentang hidup menyenangkan di Seoul porak poranda dalam sekejap. Niatnya dia yang ingin memberi surprise pada kakaknya, alih-alih dia lah yang diberi kejutan seperti ini. Sehun berpikir keras. Memutar otaknya yang cemerlang untuk mendapatkan cara agar dia bisa tetap hidup di Seoul. Jika dia harus keluar dari rumah ini lalu dia akan tinggal dimana?

Sehun tidak punya cukup uang untuk membayar sewa kamar hotel ataupun apartemen. Pulang lagi ke Cheongnam pun tidak mungkin. Ayah dan ibunya pasti bingung dan curiga dan lagipula dia tidak bisa meninggalkan kuliahnya begitu saja. Biaya masuk universitas itu tidak murah meski Sehun mendapatkannya lewat jalur beasiswa.

Sehun tidak punya satupun kenalan di Seoul dan satu-satunya tempat yang dia tahu hanyalah rumah ini. Sehun menghela napas lagi. Dia tahu ini tidak baik tapi dia tidak punya pilihan lain. Sehun sudah putuskan, dia akan tetap tinggal disini sampai dia dapat kerja sambilan dan punya cukup uang untuk menyewa apartemen. Sehun tahu Jongun tidak akan suka tapi Sehun akan cari cara agar Jongin tidak menendangnya keluar dan mengizinkannya tinggal disini sampai dia punya tempat tinggal baru. Tidak peduli bagaimanapun caranya. Sehun menatap pintu kamar Jongin yang tertutup rapat. Pemuda cantik itu kemudian menghembuskan napasnya kuat-kuat hingga membuat helai-helai rambut didahinya terhembus pelan.

" Kim Jongin, semoga kau bisa diajak bekerja sama." Bisik Sehun seraya menarik selimut sampai kekepalanya dan tak sampai lima menit kemudian, pemuda cantik itu sudah terbang ke alam mimpi meninggalkan semua kelelahan dan kecemasannya dalam sekejap.

To Be Continue...

A/N : Hi, This's Fi speaking. Hehehe. Ini cuma ff selingan babies. Hadiah utk my babies yg pada mumet sama kegalauannya Sehun di ff sebelah. Ini ga panjang kok.. Cuma 2/3 shoot. As i said before ff selingan bwt ngilangin heavy feel gara2 Love is Never Gone. I hope u enjoy ur gift babies. Dont forget that reviews, subscribes and followers are very much love.

I'll see you when i see you. Till next time babies. Salam cinta dari tanah KaiHun ^^