365
.
.
.
sudah setahun.
eksistensi pria berambut oranye itu kini lebih terasa seperti mimpi. nyatakah semua ini? ribuan kilasan masa lalu berkelebat di benaknya, yang satu terasa lebih semu dari yang lainnya. ia tidak mau percaya. bahkan kepada indera penglihatnya sendiri yang tengah sibuk menatap sosok itu dari kejauhan.
sosok pemilik rambut oranye cerah. ia terlihat bahagia, ia sedang tertawa. ada wanita yang menggamit tangannya, komplit dengan bayi mungil di gendongan si wanita. bayi mungil dengan rambut oranye yang bernada sama dengannya. sempurna.
diantara mereka, tidak ada nama rukia yang terselip pada ingatan. semua kental dengan tawa, seolah dunia adalah milik keluarga kecil mereka. mereka tidak peduli pada orang-orang yang berlalu-lalang, tidak pula pada rukia yang sibuk bersembunyi di balik bayang-bayang.
lagi, rukia menghitung.
tiga ratus enam puluh lima hari lebih beberapa jam. sudah selama itu ia dan ichigo diminta berpisah oleh takdir. ichigo memilih wanita itu dibanding dirinya. rukia pergi, pura-pura lupa.
ah, tapi untuk apa mengingat luka lama? ia harus segera menyelesaikan belanjanya jika tidak ingin terlambat memberi kejutan untuk suaminya. hari ini adalah hari perayaan kecil untuk menyambut janin baru di perutnya.
rukia mengabaikan luka itu, hanya membungkusnya asal-asalan tanpa berusaha mengobati. ichigo sudah bahagia. ia akan berusaha sekuat tenaga untuk membuat salinan tawa yang serupa bagi keluarga kecilnya. rukia juga sempurna.
.
.
.
fin
