Disclaimer: Naruto milik Masashi Kishimoto
Genre: Romance
Rate: T
Pairing: SasuFemNaru, ItaFemKyuu
Warning: Typo(s), OOC, alur cepat, dll

Enjoy!

...

Love Sparks In Norwey

Chapter 1 - Beginning

Skye Haruna

...

Sasuke segera berlari kecil menuju pintu masuk sebuah gedung
perusahaan Uchiha Corp setelah menutup pintu mobilnya di tempat
parkir. Pagi ini Tokyo diguyur salju ringan sejak tengah malam tadi,
yang membuat suhu pagi ini menjadi lebih rendah.

Pria itu menghela nafas sesaat setelah memasuki kantor dan segera
mambalas sapaan karyawan yang mengucapkan selamat pagi padanya. Tanpa
perlu membuat janji dengan atasan kantor ini, pria dua puluh dua tahun
itu langsung melenggang menuju lift, tak jauh dari meja resepsionis.
Jari telunjuknya menekan tombol tiga puluh lima untuk pergi menuju
lantai paling atas. Menuju ruang pemilik perusahaan ini.

Ruang milik si sulung Uchiha, CEO dari perusahaan alat-alat elektronik
yang sudah mendunia. Uchiha Electronic Corp.

Begitu sampai didepan ruang kerja kakaknya. Tanpa mengetuk terlebih
dahulu Sasuke langsung memasuki ruang.

Dan ia tidak menemukan kakaknya di meja kerja. Netra oniksnya
menelusuri sekeliling ruang dan menemukan si sulung berada di mini
bar, memegang teko putih dengan motif bunga Camelia dan sedang
menatapnya juga.

Keduanya berkedip sesaat.

Itachi mendengus, ''Bahkan Ayah dan Ibu kita selalu mengetuk pintu
ruang kerjaku'' kepala CEO muda itu menggeleng pelan sambil menuangkan
teh di cangkir dengan warna dan motif serupa, ''Hanya kau yang bisa
masuk tanpa mengetuk, aku hampir mengucapkan kata - kata kotor tadi''
ia kemudian meminum teh hangatnya pelan. Sasuke hanya mendengus dan
menghampirinya.

Pinggangnya bersandar di meja bar lalu melipat kedua tangan di dada,
sejenak dahinya mengerut ketika melihat Itachi memegang cangkir itu.
Tapi ia mengabaikannya, ''Jika kau sungguh mengatakan kata-kata kotor
tadi, kau sama sekali tidak menyambut kepulanganku dengan baik'' ujar
Sasuke dingin.

''Oh? Astaga!'' Itachi segera meletakkan cangkirnya keras. Kedua
tangannya terbuka lebar, bersiap untuk memeluk si bungsu, ''Selamat
datang adik-'' teriakan Itachi terhenti saat Sasuke menutup mulut
kakaknya, sementara satu tangannya yang lain menahan tubuh Itachi yang
akan memeluknya.

''Hentikan! Kau membuatku merinding!''

Itachi lalu mundur dan meringis, namun sedetik kemudian wajahnya
berubah sedikit kesal, ''Ck, dasar sikapmu itu, sudah sangat sangat
beda sekarang. Aku sungguh merindukanmu yang masih bayi, begitu polos
dan suka memainkan jariku''

''Hn, dan kau akan mewujudkan itu dengan anakmu kelak'' jawabnya
sedikit kesal. Sasuke berbalik melangkah menuju sofa, duduk lalu
menyambar koran yang ada diatas meja.

''Mau ku buatkan sesuatu?'' Sasuke menurunkan korannya. Itachi melihat
rambut adiknya bergerak menggeleng.

Itachi kembali ke meja kerjanya dengan teh dan sepiring kecil kue
dango, dahinya berkerut menatap mejanyanya yang sangat berantakan. Ia
letakkan di pinggir meja lalu menata berkas berkas yang berserakan,
mulutnya menguap lebar terlihat sekali jika sangat lelah.

''Setelah ini kau harus mengambil beberapa hari untuk cuti'' ujar
Sasuke setelah mendengar kakaknya menguap lagi.

''Sebenarnya aku sudah merencanakan untuk cuti setelah peluncuran
lemari pendingin dan mesin cuci baru beberapa minggu lalu. Aku benar
benar lelah setiap hari harus kemah disini'' ujar Itachi sedikit
berbisik. 'Dan aku akan menyuruh Shisui menggantikanku sementara'
batin Itachi.

Bibir Sasuke melengkung keatas saat teringat kemarahan Ibunya dirumah.
Wanita paruh baya itu dengan penuh kemarahan mengatakan jika kakaknya
sudah menginap terlalu lama di kantor. Bibir Sasuke semakin melebar
saat teringat persiapan yang dilakukan ibunya untuk menyambut Itachi
jika putra sulungnya itu pulang.

''Ah ya, saat aku mengatakan ingin kemari, Ibu memintaku untuk
menyuruhmu pulang. Aku lihat Ibu sudah mempersiapkan beberapa panah
terbaiknya untukmu karena tidak pernah pulang'' Sasuke menyeringai
puas saat melihat Itachi bergidik pelan. Kakaknya harus tetap
diingatkan jika ibu mereka adalah mantan atlet panah nasional.

''Ck, kau sama sekali tidak menghiburku'' merasa kesal, Itachi
meletakkan berkas ditangannya sedikit keras dengan maksud agar
terlihat tidak takut dengan ancaman. Namun dalam hatinya ia tetap
takut akan hal itu.

Sasuke terkekeh pelan. Ia membuka resleting jaketnya ketika merasakan
suhu ruangan ini cukup hangat, meletakkan jaket itu di sofa kemudian
melipat koran yang ia baca tadi.

''Aku sudah merencanakan liburan ke luar negeri, dan berangkat lima
hari lagi'' ucap Itachi mengutarakan rencananya yang tadi. Pria itu
duduk di kursi kerjanya sambil menatap Sasuke sekilas.

''Bagus, lalu?''

''Aku ingin kau ikut denganku'' ujar Itachi santai sambil memandangi
satu tusuk kue dango lezat yang kini berada ditangannya.

''Oke, kapan? Kemana kita akan berlibur?'' ucap Sasuke cepat dan
datar. Meletakkan koran yang dilipatnya di meja, kemudian menghampiri
Itachi dan duduk di depannya, masih dengan wajah datarnya.

''Astaga, nada pertanyaanmu itu seperti ingin mengintrogasiku'' tangan
kiri Itachi terulur mengambil kalendar kecil penuh catatan di samping
rak alat tulisnya. Telunjuknya menunjuk tepat ditanggal tanpa catatan
sedikitpun, delapan Januari. ''Dan kita akan berangkat ke Norwegia,
dengan pesawat biasa'' Sasuke mengangguk.

Namun tak lama kedua alis hitamnya mengerut, ''Tunggu, ada apa dengan
Jet pribadi milik keluarga kita?'' tanya Sasuke.

Itachi melahap satu kue dango, ''Obito meminjamnya untuk kunjungan
mendadak ke Singapura'' perhatiannya teralih saat melihat telepon
genggamnya bergetar diatas tumpukan berkas, ia mengambil teleponnya
lalu membaca pesan tanpa menyadari jika si bungsu memperhatikannya

Mata sipitnya menatap intens wajah Itachi.

'Sorot matanya sedikit melembut, kerutan dikeningnya sedikit memudar,
lalu mulutnya-' batin Sasuke terhenti saat ia menemukan kesimpulan
yang paling masuk akal, 'seseorang' yang mengubah ekspresi kakaknya.

Sasuke tersenyum, masih menatap kakaknya yang sedang memakan dango
sambil mengetik balasan sms yang ia yakini dari seorang wanita.

Ia membenarkan posisi duduknya, entah kenapa bayangan tentang
kehidupan bahagia Itachi dan calon istrinya tiba-tiba terlintas begitu
saja di benaknya.

Dadanya menghangat, sejak dulu diam-diam ia juga memikirkan nasib
cinta kakaknya ini. Bagaimana tidak? Sejak SMA sampai sekarang ia tak
pernah terdengar mengencani wanita. Namun kekhawatirannya kini
menghilang.

''Ah, jadi negara yang kita tuju adalah negara dimana kekasihmu
berada?'' ujarnya santai. Bibir Sasuke mengembang, semakin yakin saat
pria berambut panjang itu tiba-tiba tersedak oleh dangonya. Dengan
buru-buru ia menegak teh yang tinggal setengah.

Itachi membulatkan matanya setelah beberapa saat menderita karena
tersedak, lalu ia menatap sengit adiknya yang hanya memamerkan senyum
miring. ''Ck, tentu saja,'' Itachi mendesah saat mengetahui kemampuan
analisa adiknya. ''Akademi Kepolisian benar-benar membuatmu semakin
pintar, aku yakin wajahku yang tampan ini sudah menjadi obyek
analisismu''

Sasuke merebut tusukan yang tinggal berisi satu buah kue dango dari
tangan kakaknya, ''Dan kau melupakan satu fakta lagi, Kak. Aku sudah
jenius sejak lahir'' kemudian Sasuke memakan dango itu. Itachi hanya
mendengus mendengar jawabannya. Sifatnya sama sekali tidak berubah,
batinnya.

''Jadi, seleramu orang asing ya?'' tanya pria dua puluh dua tahun itu
setelah menelan kudapan lezatnya.

''Tidak, dia masih orang Jepang. Bekerja di Norwegia''

''Oh''

Itachi menatapnya dengan mata berbinar, ''Kau juga boleh mengajak
serta kekasihmu, nanti aku yang akan membayar semua biaya liburannya''

Sasuke mendengus, menatap tidak berminat ''Aku tidak punya kekasih''
jawaban ini membuat Itachi tergelak dan hampir menjatuhkan dangonya.
Sungguh, Sasuke tampan menurutnya, bahkan ia akan mengakuinya jika
Sasuke bertanya. Namun ia tak pernah menyangka jika adik kesayangannya
ini tidak laku-laku.

''Astaga, apa para taruni polisi di Akademimu tidak ada yang membuatmu
terpesona?'' tanyanya setelah beberapa saat terdiam. Sasuke memandang
oniks yang kini memancarkan binar jahil itu.

''Tidak'' jika mereka semua sudah lulus, mereka semua memiliki
kecenderungan akan ditempatkan di tempat yang terpisah, lagi pula di
Akademi memang tidak ada satu pun taruni yang mencuri perhatiannya.
''Dan kau tidak perlu mencarikan aku pasangan'' ucapnya dengan
mendelik setelah melihat gelegat kakaknya. Itachi hanya tertawa
kering.

...

Love Sparks in Norwey

...

Tak banyak warga sipil yang keluar rumah pagi ini, hanya ada beberapa

mobil yang melintas dengan kecepatan ringan dan segelintir orang,
termasuk dirinya. Suhu pagi ini mencapai minus enam derajat, itu cukup
menjadi alasan betapa sepinya pagi ini.

Alas sepatu boot hitamnya mencetak jelas pola bergerigi diatas salju
yang menutupi seluruh jalan. Sesekali ia menggigil, lalu merapatkan
kedua tangan di dadanya karena tidak bisa menahan hawa dingin yang
menusuk tulang.

Wanita berambut pirang itu juga terlihat kesusahan saat secara tidak
sengaja menginjak gundukan salju yang membuat kakinya terjerembab
hingga setengah betis.

Sial, batinnya.

Ia mempercepat langkahnya setelah melihat jam analog tua yang disinari
lampu kuning didekat persimpangan menunjukkan pukul enam lebih empat
puluh tiga menit. Ia sedikit menaikkan scarfnya diatas hidung saat
angin dingin berhembus dan membuatnya sedikit kesulitan bernafas.

Huh, andai saja ia tak kalah suit dengan kakaknya, ia pasti tak akan
berakhir kedinginan seperti ini. Batinnya merana.

Ia mempercepat langkahnya kemudian berbelok. Melewati beberapa pohon
kering sampai ia mendengar gonggongan riang anjing milik David.

Anjing itu sedang dilatih menangkap benda, ah betapa lucunya! Batinnya
gemas saat ia perlahan mendekat.

''Apa Kyuubi yang menyuruhmu keluar untuk belanja pagi ini?'' tebak
David. Ia menerima bola kecil yang ia lemparkan dari mulut Max. Dan
mendesah pelan ketika anjingnya buru-buru meninggalkannya untuk pergi
menyapa Naruto.

''Tidak,'' kepalanya menggeleng, suaranya teredam scarfnya. ''Kali ini
aku kalah suit darinya'' ia terkekeh pelan saat melihat David terlihat
meringis dari kejauhan. Ia juga mengenakan scarf yang hampir menutupi
wajahnya yang memerah karena dingin.

Gonggongan Max membuatnya perhatiannya teralih, ia sedikit membungkuk,
sudah jelas anjing jenis Alaskan Malamute ini minta kepala atau
punggungnya di elus. ''Max frustasi lagi?'' tanya gadis bermata safir
itu. Tangannya terulur mengelus kepala anjing itu.

David mengangguk, ''Sudah sejak semalam, kemarin aku dan istriku tidak
bisa mengajaknya keluar karena salju turun sangat lebat'' pria berumur
kepala tiga itu memanggil Max dan anjing berumur tujuh tahun itu
menghampirinya, sepertinya ia sudah puas dengan perhatian Naruto.

Setelah sedikit percakapan, gadis pirang itu memasuki rumahnya.

Dengan cepat Naruto menutup pintu rumahnya, mencegah udara dingin
masuk. Setelah melepas sepatu boot dan jaketnya, ia segera masuk
menuju ruang tengah dengan barang belanjaan di tangan kanannya.

Namun baru saja beberapa langkah, Kyuubi dengan cepat menerjang tubuh
Naruto lalu memeluknya erat.

''Aku sangat bahagia!'' serunya, suaranya teredam oleh tangannya yang
melingkar di sekeliling leher putih adiknya.

''Oke, kau bahagia,'' ucap Naruto sedikit kesusahan, kakaknya tidak
mendahului sarapan, 'kan? Kenapa tenaganya kuat sekali? Keluh Naruto
dalam batin. ''Bisakah kau melepaskanku? Sesak lho!''

Wanita berambut merah itu tertawa, ia melepaskan pelukannya, ''Kau
tahu apa yang membuatku bahagia?''

''Restoran ramen di Tromso bertambah?'' jawab Naruto asal. Kyuubi
berdecak, meskipun kakaknya maniak makanan itu, rupanya itu bukan hal
yang membuatnya bahagia saat ini. ''Lalu apa?''

''Itachi! Kekasihku akan berlibur ke Tromso lima hari lagi!'' pekiknya senang.

''Wow!'' Ah, pantas saja berita tentang ramen tidak berpengaruh.
Naruto segera menyunggingkan senyuman lebar.

''Ah. Tidak ada yang lebih menyenangkan dari ini!'' kedua pipinya
bersemu merah, wajahnya terlihat bahagia saat ini, setelah itu kembali
berkutat dengan ponselnya, jemarinya lincah mengetik pesan. Tentu saja
untuk Itachi.

Naruto memandang kakaknya dengan seksama. Ia tak pernah melihat wajah
kakaknya merona bahagia seperti ini. Tatapan Naruto melembut bibirnya
melengkung keatas, turut bahagia.

Lima hari kemudian.
Pesawat Japan Airlines telah mengudara dan akan membawa kakak beradik
Uchiha menuju kota tujuan yaitu Norwegia dalam satu jam kedepan.

Sasuke kini terlihat berbincang dengan Neji, teman SMAnya yang akan
pergi menuju Norwegia bersama dosen dan beberapa teman kuliahnya.

''Jadi, kau akan melakukan penelitian disana?'' Neji membalasnya
dengan mengangguk.

''Ini tugas kulah, kami akan melakukan penelitian tentang penampakan
alam disana'' jelas Neji sambil menyandarkan kepalanya pada sandaran
kursi lalu menoleh kearah Sasuke, ''Dan sedikit berlibur tentunya''
tambahnya dengan senyuman penuh akal bulus.

Sasuke mendengus. Dasar Neji sifatnya tidak berubah, batinnya.

''Lalu bagaimana dengan Akademi Kepolisianmu?''

Sasuke mengendikkan bahunya pelan, ''Seperti akademi pada umumnya''
jawab Sasuke.

''Hanya itu?'' Neji menaikkan sebelah alisnya setelah mendengar
jawaban temannya.

''Hn''

''Hah, kau ini selalu irit bicara'' keluh pria berambut hitam panjang ini.

Sasuke menyeringai, ''Rutinitas kami hampir sama setiap minggunya.
Para taruna dan taruni berlatih menembak, mengintai, bela diri dan
belajar setiap hari'' ia mengehela nafas sejenak kemudian melanjutkan,
''Beberapa dari taruna yang terpilih termasuk aku, berlatih
mengendarai helikopter milik kepolisian setiap minggunya'' tukas
Sasuke panjang lebar, pria itu puas setelah melihat Neji yang melongo.
''Itu sedikit cerita dariku'' tambahnya.

''Wow, aku tak menyangka jika hari-harimu seperti itu'' kata Neji
setelah beberapa detik terdiam.

Lalu terdengar suara pemberitahuan untuk memakai sabuk pengaman karena
sebentar lagi pesawat akan mendarat.

Si bungsu menoleh kearah Itachi yang sudah memakai sabuk pengamannya
lengkap, pria itu menatap kursi yang diduduki seorang wanita berambut
coklat gelap disebelah kanan depan. Sasuke tau jika Itachi juga
berbincang dengan wanita tersebut.

Itachi menoleh, menatap Sasuke yang melihat wanita itu kemudian
beralih melihatnya. Seperti minta penjelasan. Pria itu tersenyum,
''Dia Izumi, teman masa kecilku sewaktu di Hokkaido. Ia sekarang akan
berlibur di Oslo bersama suaminya'' dan dijawab anggukan paham Sasuke.

Pesawat Japan Airlines akhirnya tiba dengan selamat di Bandara
Internasional Oslo. Mereka berpisah dengan teman mereka karena harus
mengendarai pesawat lagi menuju Bandara Langnes, Tromso. Meskipun
melelahkan, namun keduanya tidak mengeluh karena sepanjang perjalanan
menuju Tromso mereka disuguhkan pemandangan alam yang indah.

Bias cahaya matahari yang tertutup oleh pegunungan sejauh mata
memandang. Laut yang sangat biru. Serta penampakan kota Tromso yang
indah dengan lampu-lampu yang terlihat kecil, bersinar dari kejauhan.
Seperti butiran emas.

Meskipun siang, namun langit di Tromso gelap layaknya malam. Membuat
para wisatawan asing dalam pesawat takjub karena belum pernah
merasakan sensasi penampakan alam yang berbeda di lingkar kutub ini.

Setelah mendarat, mereka beserta para turis lainnya pergi menuju
gerbang imigrasi. Itachi dan Sasuke terkejut karena terkena hawa
dingin yang begitu menusuk tulang setelah keluar dari pintu pesawat.
Sungguh berbeda dengan musim dingin di Jepang, batin mereka kompak.

Dengan memasang wajah datar dan tanpa bicara, petugas Imigrasi
memberikan paspor dan visa* milik Sasuke dan Itachi setelah beberapa
menit melototi benda itu dan memberikan stempel. Mereka tetap menjaga
ekspresi wajahnya agar terlihat lebih calm. Kemudian segera menyimpan
paspor dan visanya dalam tas dan bergabung dengan kakaknya.

''Mereka sudah menunggu kita, 'kan?'' Itachi mengangguk, ia masih
berkutat dengan ponselnya. ''Bagus'' Sasuke mendengus, ''Aku tidak
menyangka jika akan mengalami jet lag seperti ini, aku ingin segera
istirahat'' Ia mengakhiri ucapannya sedikit berbisik.

Namun mereka masih harus berganti pakaian di toilet untuk menghadapi
musim dingin di Tromso. Setelah itu,duo Uchiha melangkah cepat
melewati beberapa turis didepannya. Menyeret koper masing-masing
dengan cepat, benar-benar tidak santai khas Uchiha.

Melewati banyak turis asing membuat mereka tidak terlalu memerhatikan
tempat mereka berada.

''Itachi!'' Kyuubi memanggil pria tak jauh darinya berdiri.
Melambaikan tangan dan kemudian Itachi juga membalasnya dengan
tersenyum lebar.

TBC

Visa* = saya kurang tahu perihal ini, negara Norwegia sudah menerapkan bebas visa untuk warga Jepang atau belum.

Hah.. akhirnya setelah sekian lama bisa publish cerita juga.

Yosh nantikan chapter selanjutnya ^^