Hai minna-san, FuMate bawa ff pertama FuMate ._.)/

Dari fandom Hetalia, dan yaoi pastinya :v

Oh ya, ff ini merupakan drable berseri. Dan pairnya... boleh request xD Tapi jangan marah ya, kalau FuMate apdet sesuai keinginan ._.

Overall, happy reading!


Hug

Hetalia and all the characters © Hidekaz Himaruya

This fic © UltimateFujoshi


Ludwig menghela nafasnya lagi.

Personifikasi Jerman itu bosan melihat tingkah Feliciano, personifikasi negara Italia. Tiap hari yang ia lakukan hanyalah makan, tidur, bernyanyi dan kabur saat latihan. Seperti tak ada hal lain yang bisa ia perbuat.

"Berhenti bermain-main, Italia!" teriak Ludwig. Feliciano menoleh mendengar teriakan tadi. Tangannya masih mengelus-elus bulu kucing yang ia peluk.

"Ve? Tapi kucing ini lucu~" ucap lelaki dengan keriwil di rambutnya.

"Aku tak perduli, cepat kembali latihaann!" teriak Ludwig lagi, namun intonasinya lebih tinggi dari yang sebelumnya. Gelegar teriakan itu bahkan membuat burung-burung terbang ketakutan.

"Veee~ Untuk apa latihan? Bukankah perang dunia sudah berakhir?" kata Feliciano, berusaha melawan.

Ludwig menghela nafas sebelum berjalan mendekati Feliciano. Sepertinya persimpangan jalan telah pindah ke dahinya.

"Kau ini," kata Ludwig, sembari mengetuk-ngetukkan jarinya ke dahi Feliciano. "Bagaimana kalau suatu hari nanti terjadi perang dunia lagi? Bagaimana kalau ada negara yang menyerangmu? Masa mau kabur. Harusnya kau bersyukur aku dengan suka rela mau membimbingmu latihan. Setidaknya kau harus tahu bagaimana cara melawan" lanjutnya.

Ludwig tersentak ketika Feliciano memeluknya dengan erat secara tiba-tiba. Untungnya ia cukup kuat untuk tidak terjatuh akibat 'serangan' tadi.

"Ve~ Aku senang kau peduli padaku~ Aku kira kau dingin dan takkan memikirkanku~" ucap Feliciano.

"Y-ya, tapi bisakah kau melepaskanku?" tanya Ludwig, merasakan sesak akibat eratnya pelukan itu.

"Tidak, tidak mau! Aku suka pelukan Jerman. Tanganmu begitu kekar, membuatku merasa hangat dan nyaman ve~" Ludwig tahu pipinya telah bersemu merah karena perkataan Feli barusan. Ia tidak tahu kalau Feliciano bisa... romantis? Atau jujur?

"Hahaha, muka Jerman merah ve! Seperti tomat!" tawa Feliciano membuat lamunan Ludwig buyar. Apa? Ia bahkan tak menyadari kalau pemuda itu telah melepaskan pelukannya.

"Sialan kau, Italia!" umpat Ludwig sambil berusaha mengejar Feliciano –yang telah kabur terlebih dahulu-.

'Mungkin, aku harus lebih sering memeluk Italia'


So, barangkali ada yang berminat fic ini dilanjut? Atau mungkin mau req pair? Monggo review. Tenang, gratis kok xD