My little namjachingu
Summary
Bukan rencana seorang Kim Jongin untuk benar benar jatuh cinta dimasa sekolahnya. Seorang pria mungil yang mampu mengajarkannya apa arti kehidupan, mungkin telah merubah rencananya. Do Kyungsoo, seseorang yang akhirnya menjadi rencana dan tujuan bagi hidup seorang Kim Jongin setelahnya.
Rate : M, NC
Main Cast : KAISOO
Other cast: Chanbaek, Hunhan
Genre : Romance, Humor, Hurt
YAOI, Boys Love, MPREG
Don't Like, Don't Read
Happy Reading
Chapter 1
.
.
.
.
.
.
.
Sebagian pria yang terlahir sebagai anak orang kaya, mungkin akan menjadi penerus yang baik bagi kekayaan orang tuanya. Sebagian lagi akan melawan arah didikan orang tuanya, atau mungkin memang tak di didik dan dipedulikan sama sekali.
Menjadi anak seorang pejabat, mendapatkan segala yang diinginkan, bebas melakukan apa saja tanpa tahu hukum yang membatasi, karena sang orang tua, tak mungkin membiarkan anak seorang pejabat dijebloskan ke dalam penjara, tentu saja, uang mengatakan segalanya.
"YAA! AKU SUDAH BILANG JANGAN GANGGU AKU BODOH! DASAR BIADAB!" ucapnya berapi api sambil memukuli wajah pria gangster dengan binal. Para pengikutnya sudah satu persatu ia habisi dan kini tersungkur lemah tak berdaya untuk sekedar melawan lagi dan membela ketua mereka. Setelah berlumur darah, ia menendang dan mendorong pria tersebut agar berkumpul bersama anggota lainnya.
"YA! Aku sudah bilang! jangan coba coba mengganggu area bermainku! kau pikir kau berurusan dengan siapa? aku bisa menjebloskan kalian semua ke dalam penjara jika aku mau. CIH!"
Suara sirine mobil polisi mulai terdengar membuat pria itu tersenyum tipis karena lawannya sebentar lagi akan masuk kedalam penjara tanpa sedikitpun campur tangannya.
"EOH? aku bahkan tak memanggil polisi itu sama sekali, mereka sepertinya pandai mencium aroma penjahat yang sedang berkumpul" ejeknya sebelum akhirnya melesatkan motornya pergi dari sekumpulan gangster yang sedang tersungkur disudut jalan tersebut.
Ia kembali kerumahnya dan tidak seperti biasanya, ada appanya yang sedang berdiri menunggunya didepan pintu kamarnya,
"MWOOO? PINDAH SEKOLAH? ANDWAE!" teriaknya didalam sebuah rumah yang nyaris bisa kita sebut seperti istana.
"Kau pikir mudah bagi appa menjaga nama baik keluarga ini jika kau terus seperti itu?" bentak appanya.
"memangnya sulit? hanya tinggal membayar maka semua kasus tidak akan terungkap. Lagipula, apa peduli appa padaku?"
"YA! kau ini anak appa!"
"anak yang setiap hari ditinggal tanpa ditanyakan kabar, tidak disiapkan makanan dengan baik oleh eommanya, melakukan apa saja sesukanya... ya begitulah nasib anak appa" sahut nya kemudian meninggalkan appanya pergi untuk masuk kedalam kamarnya.
Pria itu melempar tasnya ke sembarang arah kemudian merebahkan tubuh kekarnya diatas kasur berwarna hitam miliknya.
"AAAHHH! KIM JONGIN TAMATLAH RIWAYATMU!" teriaknya frustasi didalam kamar sambil mengacak ngacak rambutnya sendiri.
.
.
.
.
.
.
.
My little namjachingu
.
.
.
.
.
.
.
"Aku benci mengakuinya, tapi... pria pindahan dari kota itu tampan juga, walaupun... sedikit mengesalkan dan tentu saja dia bisa mencemarkan nama baik sekolah kita" ucap Baekhyun pada Luhan sambil membuka handphone mereka dan mencoba mencari tahu media sosialnya.
"GOTCHA! aku menemukan akun weibonya!" teriak Baekhyun dengan antusias menujukkan pada Luhan apa yang baru saja ia temukan. Mereka kemudian sama sama menstalk weibonya sambil sesekali tertawa dengan senang, memuji muji sang pemilik weibo karena hanya sekedar melihat foto fotonya yang... benar benar tampak seperti anak seorang pejabat.
"dia punya mobil dan motor berapa ya? apa appanya benar benar sekaya itu sampai dia bisa memakai segala jenis mobil dan motor mahal?" tanya Luhan.
"Padahal... kalau sedang pakai seragam seperti kita, dia akan jadi terlihat biasa saja, yaa... memang sangat berbeda seragam orang kota dengan seragam seperti kita ini. Aku jadi ingin pindah ke Seoul" rengek Baekhyun pada Luhan sebelum mereka tiba tiba sama sama tertawa melihat sahabat mereka yang sedari tadi tidur dikursinya.
"YA! DO KYUNGSOO! KAU MIMPI JOROK,HM?" teriak Baekhyun saat ia dan Luhan mendapati Kyungsoo sedang tersenyum sendiri didalam tidurnya. Kyungsoo tak menjawab karena sepertinya pria mungil itu benar benar tengah bermimpi indah. Baekhyun dan Luhan hanya terkekeh geli melihat sahabatnya sebelum akhirnya terkejut lagi karena tiba tiba Kyungsoo terbangun dengan mata bulatnya dan ekspresi terkejutnya.
"YAA JINJJA! BENAR BENAR PRIA ITU MERUSAK MIMPI INDAHKUU!" teriak Kyungsoo setelahnya dengan matanya yang memerah. Baekhyun dan Luhan mengernyitkan dahi mereka karena heran dengan tingkah laku sahabatnya secara tiba tiba,
"Kyungiieee~~" panggil Luhan dengan lirih. Kyungsoo menoleh ke arah Luhan dengan tatapan tajam,
"WAE?" tanyanya dengan emosi memuncak,
"bersihkan dulu air liur dipipimu..." ucap Luhan lagi dengan suara pelan.
Kyungsoo melirik pipinya karena teguran yang Luhan lontarkan kemudian membersihkan air liur dipipinya dengan tangan kanannya. Kyungsoo menatap tajam kedua sahabatnya kemudian membawa dirinya pergi meninggalkan kelas untuk bergegas cuci muka dikamar mandi. Baekhyun dan Luhan saling menatap kemudian sama sama menggelengkan kepala mereka, sahabat mungilnya itu memang selalu seperti itu, memang ada saja kelakuannya setiap kali terbangun dari tidurnya didalam kelas.
Iyappp, hampir setiap hari, Kyungsoo tidur didalam kelas selama jam pelajaran istirahat. Ia jarang sekali ikut bergosip ria dengan Luhan dan Baekhyun di waktu senggangnya karena, kehidupannya dengan teman temannya pun jauh berbeda. Memang sih, mereka tinggal disuatu desa yang terbilang terpencil, tapi sekolah mereka bukan sekolah yang buruk. Bisa dibilang sekolah negeri yang cukup mahal dan terkenal disana, ya mungkin hanya mahal bagi Kyungsoo, karena teman teman yang lainnya termasuk dari kalangan orang orang 'berada', pun dengan kedua sahabatnya.
Do Kyungsoo. Ia dikenal sebagai siswa favorit dan idaman bagi para guru. Kyungsoo memanglah siswa yang pintar dan teladan. Ia selalu jadi andalan guru guru disekolahnya. Semua guru dan teman teman sekolahnya pun tahu pahwa Kyungsoo juga harus selalu bekerja sepulang sekolah, makanya, Kyungsoo benar benar menjadi siswa favorit, bagaimana bisa dia selalu jadi juara umum, padahal dari sejak pulang sekolah hingga malam ia selalu menghabiskan waktunya untuk bekerja.
Kyungsoo mengusap wajahnya dengan air didepan kaca wastafel kamar mandi. Seseorang tiba tiba masuk dan berdiri disampingnya, pria itu tengah memperhatikan wajahnya yang terdapat luka memar dan berwarna biru dibagian pipinya. Karena Kyungsoo merasa baru pertama kali melihat wajah pria tersebut di sekolah, Kyungsoo menatapnya dari ujung kaki hingga atas kepalanya, tapi... baru saja Kyungsoo ingin mengalihkan pandangan ke wajahnya, rupanya pria tersebut tengah memperhatikan Kyungsoo juga yang sedang melihati anggota tubuh pria berkulit tan itu dengan serius,
"apa kau tertarik pada tubuh pria?" ejek Jongin dengan santai setelah memergoki Kyungsoo menatap dirinya dari bawah sampai atas.
Kyungsoo mulai salah tingkah karena malu sebelum akhirnya memasang raut malas dan melirik Jongin dengan kesal, Jongin tertawa. Kyungsoo buru buru meninggalkan Jongin dan keluar dari toilet dengan wajah memerah,
"bukannya dia yang tadi merusak mimpi indahku?" gumam Kyungsoo pelan sambil berjalan menuju kelasnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sepulang sekolah, Kyungsoo buru buru berjalan keluar dari gerbang sekolahnya untuk pergi bekerja. Seperti biasa, Kyungsoo mengayuh sepedanya dengan cepat agar datang ditempat kerja lebih cepat. Kyungsoo selalu menikmati masa masa sulitnya, walaupun teman temannya membawa motor atau mobil, Kyungsoo selalu bersyukur bisa selalu mengayuh sepeda kemanapun dia mau.
BRUMMM!
Suara motor besar seakan mengejek Kyungsoo yang tengah bersepeda ria, belum lagi motor tersebut membuat celana Kyungsoo menjadi sangat kotor karena terkena air becekan dijalan,
"YAAA MICHYEOSOOOO!" teriak Kyungsoo sambil seketika menghentikan kayuhan sepedanya, dan tidak cukup pecundang, pria bermotor besar tersebut menghentikan motornya didepan Kyungsoo. Kyungsoo menghela nafasnya sebelum melangkahkan kakinya menuju pria tersebut,
"YAA!" teriak Kyungsoo pada pria berkulit tan yang tengah duduk diatas motor besarnya.
"KAU LAGI?" tanya Kyungsoo terkejut setelah Jongin membuka helmnya,
"apa kau dendam karena aku menatapi tubuhmu dari ujung kaki sampai ujung kepala?" oceh Kyungsoo membuat Jongin tertawa kecil,
"eish... jangan begitu dengan teman sekelas sendiri..." bujuk Jongin sambil tertawa tanpa sedikitpun merasa bersalah, Kyungsoo meniup poni tipisnya kemudian berdecih, sok akrab sekali dia denganku, batin Kyungsoo. Belum sempat Kyungsoo minta pertanggungjawaban Jongin, tiba tiba saja dua orang pria berjaket jeans dengan motor besar melewati Jongin dan Kyungsoo yang sedang bersitegang, Kyungsoo terkejut menyadari bahwa sepedanya tengah diangkut oleh dua pria tersebut. Kyungsoo membelalakkan matanya kemudian berteriak panik dan secara spontan berlari tanpa mempedulikan Jongin,
"YAAAA~~!" Kyungsoo terus berlari dengan kencang, tapi apalah daya, ia tak mungkin bisa menggapai para perampok tersebut jika hanya berlari.
"PALI NAIK MOTORKUU!" ajak Jongin buru buru setelah menghampiri tubuh Kyungsoo dengan motornya. Kyungsoo yang sudah panik pun buru buru naik ke atas motor Jongin dan mengejar para perampok tersebut. Kyungsoo tanpa sadar memeluk tubuh Jongin dengan erat karena Jongin benar benar menaikkan speed motornya menjadi sangat kencang hingga akhirnya mereka bisa mengejar perampok tersebut. Jongin sengaja menyerempet motor sang perampok agar mereka terjatuh, Kyungsoo pun tak sabar lagi untuk mengambil sepedanya dan membiarkan Jongin menghabisi para perampok yang akhirnya terkapar karena pukulan Jongin secara habis habisan.
Menyadari bahwa Kyungsoo sudah telat setengah jam untuk bekerja, Kyungsoo menaikkan sepedanya lagi tanpa basa basi lagi dengan Jongin yang sedang menendang dengan binal kedua perampok tersebut. Setelah selesai membuat perampok itu kapok, Jongin terkejut mendapati Kyungsoo tengah mengayuh sepedanya dengan cepat dan sosok mungil itu semakin menjauhinya, Jongin tersenyum tipis menatapi punggung kecil itu dari kejauhan, berani beraninya dia tidak mengucapkan terimakasih padaku, decih Jongin dengan pelan.
.
.
.
.
.
Kyungsoo selalu panik setiap kali akan telat dalam melakukan suatu hal, Kyungsoo benar benar pria yang tepat waktu untuk beberapa kepentingan. Seperti halnya bekerja, padahal, bosnya sendiri sudah memaklumi Kyungsoo yang bekerja sambil sekolah, tapi Kyungsoo selalu bersikukuh pada prinsipnya, bahwa aturan ya tetap aturan, walaupun sang atasan mentolerir segala kesalahan kecilnya.
Kyungsoo buru buru mengganti pakaiannya dengan kemeja dan jumpsuit mungil miliknya untuk bekerja. Sebenarnya, Kyungsoo hanyalah seorang buruh/kuli pabrik biasa awalnya, dan pekerjaanya sangat berat. Tapi, melihat kesungguh sungguhan dan kejujuran Kyungsoo, sang atasan mengangkat Kyungsoo untuk membantunya menyediakan barang barang pesanan perusahaannya, sungguh terhormat bukan? padahal Kyungsoo hanya siswa SMA biasa, tapi Kyungsoo memang sangat telaten dan apik dalam mengerjakan sesuatu, hingga ia bisa membuat barang barang orderan perusahaan yang sudah didesain oleh atasannya.
Khusus untuk hari ini, Kyungsoo diminta untuk membuat beberapa perlngkapan rumah yang akan dipakai dirumah atasannya tersebut, makanya Kyungsoo langsung datang kerumah sang atasan dan mengerjakan pekerjaan tersebut dihalaman rumahnya. Jujur saja, Kyungsoo benar benar merasa beruntung dan bersyukur bisa mendapat pekerjaan sebaik ini.
"Kyung... saya ke pabrik ya? Kau tidak apa apa kan mengerjakan semuanya disini? Tidak usah terburu buru, santai saja, barang barangnya kan akan saya pakai pribadi jadi tidak perlu terburu buru, ne? Kalau butuh apa apa masuk saja ya seperti biasa, ini kan sudah seperti rumahmu." jelas wanita cantik tersebut sebelum membuka pintu mobilnya dan pergi meninggalkan rumahnya. Ia benar benar sudah sangat mempercayakan Kyungsoo, bahkan menganggap Kyungsoo seperti adiknya sendiri.
Kyungsoo mengiyakan kemudian melanjutkan pekerjaannya dengan santai dan tenang. Saking tenangnya, Kyungsoo jadi teringat pria berkulit tan itu yang telah membantunya, Kyungsoo baru sadar bahwa ia belum sama sekali mengucapkan terima kasih, "Ah sudahlah! anggap saja kita impas" gumam Kyungsoo sendirian sambil menggelengkan kepalanya.
Memang, cukup melelahkan menjadi Kyungsoo. Disaat teman temannya bermain dan berkumpul sepulang sekolah, Kyungsoo malah bekerja. Disaat teman temannya mulai belajar kelompok, Kyungsoo harus belajar sendirian tengah malam, disaat teman temannya makan dan bergosip ria dikantin, Kyungsoo harus menyempatkan sedikit waktu untuk tidur sebentar dan istirahat. Tapi Kyungsoo menyukainya, walaupun terkadang merasa 'kenapa hidup setidak adil ini?'. Kyungsoo tidak punya appa yang bisa menanggung hidupnya, dan eommanya yang susah payah bekerja asuransi hanya untuk menutupi hutang masalalu kala appanya dirawat dirumah sakit, lantas siapa lagi yang memberi makan untuknya dan eommanya selain dirinya sendiri? Sudah susah payah begitu saja Kyungsoo masih sering dikejar kejar mafia hutang , dan beberapa kali menjadi incaran mereka.
.
.
.
.
Kyungsoo berjalan keluar dari rumah atasannya pukul tujuh malam setelah sedikitnya mengerjakan setengah pekerjaannya. Kyungsoo bahkan menitipkan sepedanya dan memilih berjalan kaki karena masih trauma dengan kejadian tadi siang. Kyungsoo berjalan dengan kemeja kotak kotaknya dan topi hitam dikepalanya. Ia menggandeng tas sekolah miliknya yang berisi buku dan seragamnya. Kyungsoo berjalan santai, menikmati angin malam yang sesekali berhembus ditelinganya. Tapi, tak lagi Kyungsoo nikmati saat ia merasa ada seseorang yang mengikutinya. Kyungsoo bergidik ngeri, dan sesekali menengok ke belakang memastikan bahwa dibelakangnya memang tak ada orang. Kyungsoo mempercepat langkahnya, satu kali... dua kali... dan tepat di ketiga kalinya Kyungsoo mencoba menoleh, seseorang membekap mulutnya dan menyeret tubuh mungil itu masuk kedalam sebuah mobil besar. Kyungsoo panik dan memberontak, tapi ia bisa apa? Kyungsoo bahkan mendapati lebih dari dua orang didalam mobil tersebut dan mencermati setiap wajah mereka.
Kyungsoo mengenalinya,
Ya... Mafia hutang yang ingin menyandera Kyungsoo untuk memberikan ancaman pada eommanya. Kyungsoo memejamkan matanya dan menitikkan airmatanya karena merasa tubuhnya tengah terikat erat. Malam itu... Kyungsoo dihabisi, tubuhnya dipukuli dengan binal dan disandera disebuah tempat. Kyungsoo terus menangis sendirian kala para mafia itu akhirnya meninggalkan Kyungsoo sendiri setelah selesai menyiksa tubuh pria mungil itu dan membuat Kyungsoo hampir mabuk berat. Kalau sudah begitu, Kyungsoo baru menyadari, bahwa hidupnya memanglah tidak layak untuk dipertahankan. Tuhan memang benar benar kejam, batinnya. Ia terus meringis dan mengutuk Tuhan berkali kali, berharap sang pencipta itu mengambil nyawanya saat itu juga tanpa harus disiksa dan dibunuh oleh orang lain. Lumuran darah dan goresan pada tubuhnya semakin terasa, belum lagi lebam biru yang menyedot habis tenaganya bahkan untuk sekedar mengepal tangan saja. Kyungsoo memutuskan untuk diam, dan pasrah... sambil menundukkan kepalanya.
.
.
.
.
.
.
.
.
"KAU?" teriak Kyungsoo kaget seakan lupa bahwa ia sedang dalam keadaan berbahaya. Jongin langsung menutup mulut Kyungsoo agar teriakan itu tidak terdengar para gangster yang sedang berjaga didepan.
"shhtt~!" Bisik jongin. "diamlah, kau mau aku keluarkan dari tempat ini tidak?" tanya Jongin susah payah sambil mencoba melepaskan ikatan tali pada tangan Kyungsooo. Kyungsoo kemudian diam menuruti perkataan Jongin, ia dengan pasrah membiarkan Jongin melepaskan tali yang mengikat tangan dan kakinya. Kyungsoo menatap wajah Jongin dengan lekat entah apa alasannya, ia memandangi wajah Jongin tanpa sadar sampai Jongin akhirnya menarik tangannya dan membawanya berlari keluar dari tempat tersebut. Kyungsoo berlari dibelakang Jongin yang juga sudah membawanya berlari dengan kencang membuat Kyungsoo susah payah mengatur nafasnya karena kecepatan berlarinya tak secepat Jongin.
BUKKKK!
Kyungsoo tanpa sengaja menabrak sebuah pintu membuat para gangster itu tersadar akan sesuatu. Suara tabrakan Kyungsoo berhasil membuat mereka akhirnya mengunjungi tempat Kyungsoo diikat dan mendapati sanderaannya telah kabur dan pergi entah kemana.
Kyungsoo tiba tiba saja menangis walau sambil berlari, jujur saja, ia takut, sangat takut. Tubuhnya sudah lemas dihabisi para gangster itu barusan, dan kini ia harus berlari untuk segera bersembunyi, belum lagi suara pintu yang membuatnya hampir saja ketahuan membuat Kyungsoo semakin terisak.
Kyungsoo menghentikan langkahnya kemudian membungkuk kelelahan.
"YAA! KAU MAU KITA TERTANGKAP?" teriak Jongin sambil berbisik mendapati Kyungsoo tengah menghentikan langkahnya saat mereka baru saja berhasil keluar dari sebuah gedung tak berpenghuni tersebut.
"aku lelah, sungguh..." sahut Kyungsoo dengan susah payah sambil mengatur nafasnya.
Tanpa pikir panjang lagi, Jongin menjongkokkan dirinya didepan Kyungsoo,
"pali! naiklah kepunggungku!" pinta Jongin membuat Kyungsoo terdiam dan menatap punggung lebar Jongin, tapi Jongin sudah tidak sabar lagi karena mereka harus benar benar pergi bersembunyi saat itu juga. Jongin mengarahkan tubuh Kyungsoo pada punggungnya, kemudian mengangkat tubuh itu pelan naik ke punggung lebar miliknya. Jongin membangunkan tubuhnya kemudian pergi berlari membawa Kyungsoo dalam gendongannya. Kyungsoo memeluk tubuh Jongin dengan erat sambil memejamkan matanya, perasaan lelah dan takutnya bercampur dengan rasa sakit dikepalanya karena berbotol botol sudah para gangster tersebut memaksa Kyungsoo menghabisinya.
Kyungsoo bahkan tidak menyadari bahwa ia sudah sampai di suatu tempat persembunyian. Kyungsoo bisa merasakan Jongin menurunkan tubuhnya perlahan dan mendudukkan Kyungsoo dilantai dan menyandar pada tembok. Mata Kyungsoo setengah terpejam, ia yakin, pasti ia sudah sangat mabuk sekarang.
"jamkkaman!" ucap Jongin sebelum akhirnya ia menyalakan api didalam sebuah cerobong api unggun yang tersedia didekat mereka. Kyungsoo hanya pasrah menatapi tubuh Jongin yang sibuk bolak balik memindahkan barang dan menyiapkan segala sesuatu entah untuk apa. Kyungsoo menatapnya sayu sambil merebahkan tubuhnya pada dinding.
"ini tempat apa? kau seperti sudah mengenalnya..." ucap Kyungsoo dengan lemas, Jongin tak menjawab.
"apa lampunya tidak nyala?" tanya kyungsoo lagi saat Jongin akhirnya mendekatkan dirinya dan mendudukkan tubuhnya disamping Kyungsoo, Kyungsoo tersenyum pada Jongin.
"gomawoo... aku sepertinya sedang mabuk sekarang, maaf karena sudah menyusahkanmu." lirih Kyungsoo membuat Jongin mendekatkan wajahnya pada wajah Kyungsoo. Jongin mencoba mencium aroma nafas Kyungsoo untuk mengenali bir apa yang sudah Kyungsoo tenggak dan seberapa kuat aromanya. Jongin kemudian meraih tangan Kyungsoo, mencermati bagian kulitnya pelan pelan. Jongin menyusuri setiap luka pada tubuh Kyungsoo, dari mulai tangannya hingga kakinya.
"buka bajumu. aku akan mengobatimu sekarang." perintah Jongin membuat Kyungsoo mengomel sambil menggeliat manja, ah! semua orang mengerti bagaimana tingkah orang mabuk.
Kyungsoo mengangguki permintaan Jongin , tapi ia tak sama sekali membuka bajunya. Jongin menghela nafasnya, mau tidak mau ia yang harus membukakan pakaian Kyungsoo yang memang sudah mabuk. Jongin kemudian berjalan lagi menuju sebuah lemari dihadapan mereka, Kyungsoo sempat heran, tapi apalah daya orang mabuk yang pikirannya entah kemana, Kyungsoo hanya bisa senyum senyum sendiri sambil menatap Jongin.
Jongin mendekati tubuh mungil itu lagi dengan sekotak obat obatan didalam genggamannya. Jongin melepaskan pakaiannya kemudian melipatnya dan menumpukkan pakaiannya dengan pakaian Kyungsoo untuk dijadikan bantalan kepala Kyungsoo. Lagi lagi Kyungsoo hanya pasrah saja dengan perlakuan Jongin saat jongin membaringkan tubuhnya dan meletakkan kedua kaki Kyungsoo diatas pahanya yang tengah bersila. Dengan cermat Jongin mengobati satu persatu luka yang ada pada tubuh Kyungsoo.
"Kim Jongin. Pria pindahan dari kota yang setiap hari jadi pembicaraan kedua sahabatku. Huh menjengkelkan!" gumam Kyungsoo.
"Memangnya siapa yang tidak kenal dia? aku? aku tidak mau tahu tentangnya sih... walaupun guru guru memintaku untuk mengajarkan anak pindahan itu..."
"Kyungsoo-aah, tolong jaga anak baru itu, ne? Dia itu sudah berkali kali membuat masalah disekolahnya dulu, jadi, jangan sampai dia membuat ulah lagi. Kau kan teman sekelasnya, dan kau sudah menjadi panutan bagi teman temanmu, jadilah panutan bagi Jongin juga dan ajarkan dia bagaimana menjadi siswa yang baik sepertimu" jelas Kyungsoo meniru gaya gurunya berbicara, Jongin langsung tertawa dan menolehkan kepalanya ke arah Kyungsoo,
"CIH! Memangnya Kim Jongin itu siapa? apa dia membayarku untuk mengajarinya menjadi siswa teladan? yang benar saja... aku saja susah payah membagi waktu untuk mencari uang dan belajar, kenapa aku harus repot repot mengurus orang lain..." oceh Kyungsoo lagi membuat Jongin terus menatapi Kyungsoo sambil terkekeh geli. Jongin pikir kegiatan Kyungsoo semakin menghiburnya, dan Kyungsoo... cukup menarik juga.
"Aku tidak mengerti, kenapa orang orang beruntung yang terlahir kaya malah menyianyiakan waktu mereka? menghabiskan uang untuk segala hal yang tidak berguna? membuang masa masa indah sebagai seorang pelajar sebagai mana mestinya dan menghabiskan waktu bersama keluarga sebelum menikah?"
Jongin berdecih mendengar perkataan Kyungsoo. Jujur saja, Jongin agak malas dengan orang orang yang penuh dengan teori, seperti Kyungsoo, Jongin juga tidak suka dengan orang yang menghabiskan waktunya dengan hal hal yang terlalu berguna seperti belajar, bekerja? ah! itu semua menjijikkan bagi Jongin. tapi entah kenapa, Jongin semakin tertarik dengan ocehan Kyungsoo yang... ayolah! itu hanya sekedar ocehan orang mabuk. Tapi untuk pertama kalinya Jongin merasa tertarik pada seseorang, dan seseorang itu adalah seorang pria. Jongin benar benar tidak tahu kemana arah orientasi sexnya, tapi melihat Kyungsoo mabuk tanpa busana dihadapannya mengapa membuat libido Jongin naik? Jongin benar benar tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya. Ia mabuk mabukan, tawuran dan membuat berbagai masalah, tidak sedikitpun Jongin pernah merasakan jatuh cinta. Memang, sudah berulang kali Jongin bermain di klub malam, bermain bersama para wanita, dan... mungkin sekarang Jongin tahu kenapa dia tidak pernah merasa puas oleh wanita wanita itu.
"apa aku seorang gay?" gumam Jongin sambil tertawa kecil sembari menatapi Kyungsoo yang masih mabuk tidak jelas. Setelahnya Jongin menggaruk lehernya dan melanjutkan lagi kegiatannya mengobati tubuh Kyungsoo pelan pelan.
"sudah, sekarang pakai bajumu." pinta Jongin setelah selesai mengobati Kyungsoo. Tapi baru saja Jongin hendak beranjak bangkit dari posisinya, Jongin menoleh lagi ke arah Kyungsoo karena Kyungsoo tidak mengindahkan perkataannya untuk segera memakai pakaiannya lagi. Jongin tersenyum tipis dan menyadari betapa bodohnya dia menyuruh orang mabuk. Jongin kemudian membangunkan tubuh Kyungsoo untuk duduk, Jongin hanya khawatir saja kalau membiarkan Kyungsoo tidur dan mabuk tanpa pakaian malam itu, mengingat cuacanya sedang dingin sekali.
Jongin terkejut saat ia mendudukkan tubuh Kyungsoo untuk memakaikannya baju, Kyungsoo malah terus memeluk tubuhnya dengan erat.
"YA! Lepaskan!" bentak Jongin pada Kyungsoo yang sudah menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Jongin, Kyungsoo tak melakukan sedikitpun pergerakan.
"Kyungsoo-ssii! aku ini seorang bajingan. Jangan sampai kau kuhabisi malam ini" pinta Jongin lagi masih dengan tanpa jawaban Kyungsoo.
"AH TUHAN! APA AKU SEDANG HORNY?" teriak Jongin dalam hati merasakan miliknya tengah bersentuhan dengan milik Kyungsoo. Jongin susah payah menahan hasratnya sambil terus menelan ludahnya dengan kasar. Karena Kyungsoo tak sedikitpun mengindahkan kata katanya, dengan cepat Jongin mendorong tubuh Kyungsoo lagi hingga terbaring didepannya dengan tubuh Jongin berada diatasnya. Jongin terkejut melihat Kyungsoo yang tengah tersenyum ke arahnya membuat libidonya semakin naik. belum sempat Jongin mencicipi bibir manis Kyungsoo, Kyungsoo sudah menarik leher Jongin dan mulai mengajaknya berciuman mesra. Jongin semakin terkejut, kenapa rasanya senyaman ini? Jongin bahkan sudah berkali kali berciuman, tapi dengan bibir wanita, dan rasanya tak semanis ini, Jongin tidak pernah merasa begitu melayang saat berciuman, dan kali ini ia merasakannya.
Buru buru Jongin membuka celananya sambil terus menatap Kyungsoo, Kyungsoo menggeliat manja membuat milik Jongin semakin menegang. Jongin melanjutkan lagi kegiatan berciuman mereka dan kini Jongin yang mulai mengajak lidah Kyungsoo untuk berperang. Jongin melahap habis bibir Kyungsoo, melumat bibir atas dan bawah milik Kyungsoo perlahan dan bergantian, sesekali lidah Jongin menggelitik langit langit mulut Kyungsoo membuat Kyungsoo tertawa kecil didalam mabuknya. Jongin juga seperti sudah mabuk sekarang, ia benar benar merasa terbuai oleh pria mungil dihadapannya, ia benar benar tidak tahu bahwa bercinta dengan satu pria lebih nikmat daripada dengan ribuan wanita, atau hanya dengan Kyungsoo saja? Ah! Jongin benar benar harus mengakui bahwa ia adalah seorang gay sejak bertemu Kyungsoo.
Jongin menurunkan sentuhan bibirnya ke dagu hingga leher mulus milik Kyungsoo, melumat dan menggigit kulit putih itu hinga menjadi kemerahan. Mengecup mesra perlahan dan terus turun hingga bibir Jongin mendarat di nipple Kyungsoo yang tengah mengeras. Jongin mengecup kemudian memainkan lidahnya pada nipple merah muda itu, menyesapnya dan menjilatinya tiada henti. Ia bahkan tak sekedar membiarkan tangannya tanpa menyentuh dan meremas milik Kyungsoo yang sedari tadi bergesekan dengan miliknya. Jongin pun menurnkan ciuman bibirnya pada perut Kyungsoo, menjilatinya dan terus turun pada milik Kyungsoo.
Jongin memainkan milik Kyungsoo sebentar kemudian mulai menjilati lubang milik Kyungsoo yang berawarna pink tersebut, memaksa lidahnya menusuk lubang Kyungsoo lebih dalam membuat Kyungsoo melenguh dan menggeliat karena semakin merasa terangsang, Kyungsoo berdesis saat Jongin terus menjilati dan memainkan lidah dan bibirnya pada lubang Kyungsoo dengan tangan Jongin yang terus memainkan nipple miliknya. Kyungsoo merasa semakin tidak sabar, ia terus mendesah membuat Jongin semakin puas dan buru buru memasukkan miliknya pada lubang Kyungsoo. Sembari memasukkan miliknya dengan pelan, Jongin memeluk tubuh Kyungsoo dan melumat kembali bibir merah yang tengah menganga sambil mendesah nikmat. Kyungsoo semakin memekik saat lubangnya menyedot habis milik Jongin membuat Jongin memejamkan matanya karena merasakan nikmat lubang sempit Kyungsoo menelan miliknya.
Jongin benar benar bermain pelan, sembilan puluh sembilan persen Jongin yakin bahwa Kyungsoo baru pertama kali melakukannya, makanya Jongin tak sedikitpun ingin menyakiti Kyungsoo terlebih lagi luka dan lebam pada tubuh Kyungsoo yang membuat Jongin harus berhati hati menyentuhnya. Jongin semakin memeluk tubuh Kyungsoo dengan erat, menyecap dagu Kyungsoo dan menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher Kyungsoo, menciuminya dengan lembut sembari menghentakkan miliknya perlahan pada lubang Kyungsoo. Kyungsoo terus mendekap erat tubuh Jongin, tangannya bermain diatas punggung Jongin sambil memejamkan matanya, mendesah dengan nikmat ditelinga Jongin membuat Jongin akhirnya menggelitik telinga Kyungsoo dengan lidahnya,
"eeunggghhhhh... mmmhhhhh" Kyungsoo semakin terangsang atas aktivitas bibir dan lidah Jongin pada telinganya.
"aahh harderrhh... eummhh... fasterhhhh sayanghhh..."
Entah dari mana Kyungsoo belajar mengatakan hal hal seperti itu, tapi tentu saja semua pria pernah menonton fim porno, termasuk Kyungsoo. Tapi yang membuat Jongin tersentuh adalah suara Kyungsoo yang terus menerus memanggilnya sayang, is it even real? Kita bahkan belum berteman dekat, pikir Jongin. Jongin semakin menumbuk lubang Kyungsoo dengan semakin cepat saat Kyungsoo terus merengek meminta Jongin melakukannya dengan cepat, Kyungsoo semakin menjadi jadi desahnya dan kini ia mulai meraih miliknya sendiri dan mengocoknya,
"aaahh... eeuummhhh... aaahhhh... aahh.. aahhh... ahhh.." desahnya seiring tusukan yang Jongin berikan pada lubangnya.
"aaahhh~~ eunghhhh sayanghhh aaahhhh harderrhhh..."
"Oh shit Kyungsoo! Kenapa kau terus memanggilku sayang?" ucap Jongin susah payah karena semakin Kyungsoo memanggilnya sayang, semakin Jongin ingin menghabisi tubuh mungil itu tanpa henti.
Jongin membalikkan tubuh Kyungsoo dan membuat pria mungil itu menungging dihadapannya, Jongin mulai lagi menghentakkan miliknya sambil memeluk tubuh Kyungsoo dari belakang. Jongin bahkan mengecupi punggung dan bahu Kyungsoo seiring dengan desahan Kyungsoo yang semakin membuat Jongin tak ingin melepaskan pria mungil yang ada dipelukannya saat itu,
"Ouh Kyungsoo kenapa nikmat sekali, aahh.. kau sempit! sepertinya aku menyukaimu, mianhae melakukan ini padamu sayanghhh ahhh... eumhh" desah Jongin juga menyadari bahwa pria yang sedang ia setubuhi adalah pria yang baru ia kenal. Apa Jongin sudah gila? Tentu saja! Kyungsoo sudah membuatnya gila.
Sembari terus menghentakkan miliknya dan mengecupi tubuh Kyungsoo, Jongin memainkan tangannya pada milik Kyungsoo dan mengocoknya dengan pelan,
"aaahh... fasterhhhh... jangan mempermainkankuhh... mmphhh" pinta Kyungsoo membuat Jongin mempercepat hentakan dan gerakan tangannya,
"aaahhh...eumhhh... Kaihh... i wanna cumm..." desahnya semakin gila sebelum akhirnya mereka sama sama memekik "akkkhhhhh...!" cairan Kyungsoo tumpah ditangan Jongin bersamaan dengan cairan Jongin yang memenuhi lubang Kyungsoo. Tubuh Jongin bergetar hebat, ia memejamkan matanya merasakan betapa nikmatnya saat saat bercintanya dengan Kyungsoo. Kyungsoo ambruk diikuti dengan Jongin yang juga ambruk diatas tubuh Kyungsoo, Jongin mencium pipi Kyungsoo dengan lembut dan berbisik, "saranghae"
Jongin pikir ia sudah biasa menyetubuhi orang yang tidak ia kenal, tapi bukan pria, dan kini Jongin merasa benar benar sudah tidak waras menyetubuhi pria yang baru ia kenal dan mengatakan bahwa ia mencintainya? Sungguh, kata kata itu keluar begitu saja dari mulutnya, meskipun Jongin tahu, dalam bercintanya kali ini, hanya dia saja yang sadar, dan untuk pertama kalinya ia melakukan seks dengan lembut dengan kalimat mesra diakhirnya, sungguh! Jongin baru pertama kali merasakannya. Apa jatuh cinta pada pandangan pertama itu benar benar ada? apa semua yang baru saja ia lakukan adalah karena nafsunya yang bergejolak bagi seorang bajingan sepertinya? Entahlah, Jongin terus saja memeluk tubuh Kyungsoo setelah menempatkan dirinya berbaring disamping Kyungsoo yang sudah tertidur pulas, ia bahkan menciumi bahu Kyungsoo dan tak melepas pelukannya sampai Jongin juga ikut terlelap bersama Kyungsoo.
.
.
.
.
.
.
.
.
Pagi itu Kyungsoo bangun dari tidurnya, merasakan sosok kekar tengah memeluk tubuhnya dari belakang. Kyungsoo tersenyum dan semakin menggenggam tangan yang tengah memeluknya tersebut, kemudian terbangun. Kyungsoo membangunkan dirinya dan membelalakkan matanya karena terkejut, ia mencoba memberi jarak yang benar benar jauh dari tubuh si pria berkulit tan yang masih asik tertidur ditempatnya. Kyungsoo tampak semakin ketakutan dan memunguti bajunya untuk menutupi tubuh polosnya. Kyungsoo meringis dan terdiam sejenak mengingat ingat apa yang sudah dia lakukan semalam?
Saat Jongin membuka matanya dan mendapati Kyungsoo tengah memojokkan dirinya sambil memuluk pakaiannya, termasuk pakaian Jongin juga yang sudah bercampur dengan bajunya.
"Kyungsoo-aaah?" tanya Jongin pelan sambil mengerjapkan matanya.
"apa yang telah kau lakukan padaku, eoh?" bentak Kyungsoo dengan berani sambil menatap tajam Jongin
Jongin tak menjawab, ia juga baru tersadar bahwa semalam mereka baru saja melakukan hal yang intim. Jongin mendudukkan dirinya kemudian memakai celana miliknya yang ada dibelakang tubuhnya. Setelahnya, Jongin menatap Kyungsoo,
"apa semalam kita melakukannya?" tanya Kyungsoo lagi dan kini sambil meringis, Kyungsoo mengernyitkan dahinya.
Jongin menjambak rambutnya sendiri, ia tahu, ia sungguh bajingan. Dan kini ia sudah mengotori teman sekelasnya sendiri, tapi... ayolah! Kyungsoo itu kan pria, batinnya.
"mianhae. tapi... bukannya tidak apa apa kita melakukannya?" jawab Jongin penuh penyesalan,
"MWO?" Kyungsoo semakin kesal dalam raut emosinya, apa Jongin benar benar menganggap remeh semua orang termasuk dirinya?
"ani, maksudku... aku laki laki dan kau laki laki. Tidak akan ada yang terjadi setelah kita melakukannya, kan? dan... mungkin semalam aku sudah dipenuhi dengan hawa nafsuku belum lagi kau yang mabuk tak karuan..."
Kyungsoo semakin tak habis pikir, apa Jongin senang melakukan 'itu' hanya untuk kesenangan dan memenuhi hawa nafsunya? Pipi Kyungsoo memerah, terlebih lagi matanya yang terlihat semakin membengkak. Kyungsoo menitikkan airmatanya walaupun rautnya menunjukkan raut emosi dan jengkel, Jongin semakin panik dan entah kenapa hatinya ikut sakit melihat Kyungsoo menangis seperti itu, tidak pernah Jongin mempedulikan perasaan orang lain sebelumnya, setelah bercumbu dengan wanita, Jongin akan pergi begitu saja biasanya.
"Kyungsoo-aah mianhae... ini semua salahku. Aku yang ingin melakukannya." lirih Jongin memohon pada Kyungsoo sebelum akhirnya ia mendekatkan tubuhnya pada tubuh Kyungsoo.
"Jangan mendekat! Apa kau pikir semua orang dengan mudah memberikan tubuhnya pada orang lain?" tanya Kyungsoo lagi dengan airmata yang sedikit demi sedikit tumpah dipipinya, tapi nada bicara Kyungsoo masih terdengar berani.
"YA! JONGIN-AAHHH!" panggil Kyungsoo sambil berteriak, Jongin menunjukkan wajah penyesalannya dan pasrah jika Kyungsoo harus mengomelinya habis habisan.
"aku tahu... aku tahu kau itu anak seorang pejabat. Kau itu anak orang kaya dan biasa hidup disekitar orang orang kaya juga. Aku tau kau bisa melakukan segalanya sesukamu, dan mungkin... kau sudah menyetubuhi banyak orang diluar sana hanya dengan mengeluarkan uang dari dalam dompetmu. Tapi, kau harus tahu, ada banyak orang yang tak semudah itu kau beli dengan uang." jelas Kyungsoo dengan tegas dan Jongin merasa tertampar. Untuk pertama kalinya ia merasakan sesak didadanya saat Kyungsoo menasehatinya, padahal selama ini ia tidak pernah peduli dengan ocehan guru atau bahkan orangtuanya.
"ani... Kyungsoo-aah, aku tak bermaksud meremehkanmu, aku juga bukan berniat menyetubuhimu seperti aku menyetubuhi orang orang lain diluar sana, sungguh aku tidak bermaksud begitu..."
"aku mempunyai gen pembawa" ucap Kyungsoo dengan cepat dan lugas.
Jongin terkejut dan membelalakkan matanya,
"kau puas?" tanya Kyungsoo dengan tatapan tajamnya, Jongin terdiam.
Kyungsoo hanya menatap malas setelah melihat reaksi Jongin. Jujur saja, Kyungsoo tidak habis pikir mengapa ia harus melakukan 'itu' bersama si anak baru yang tak Kyungsoo pedulikan sama sekali itu? Dan... Kyungsoo tahu, semalam ia mabuk dan... mungkin saja semua yang terjadi semalam adalah kesalahannya juga, tapi tak seharusnya Jongin menyentuhnya. Sungguh! Kyungsoo membenci Jongin saat itu juga, tapi, jika mengingat yang semalam terjadi, apa Kyungsoo masih bisa hidup tanpa bantuan Jongin? Kyungsoo juga masih ingat bagaimana Jongin membawanya berlari pergi, menggendongnya dan mengobati luka pada tubuhnya. Kyungsoo jadi berpikir dua kali untuk mengutuk Jongin dalam hidupnya.
"ah sudahlah lupakan!" ucap Kyungsoo lagi dengan malas.
Kyungsoo memakai kemejanya dan mengancingnya satu persatu dengan pelan sebelum akhirnya memakai celananya untuk segera bergegas keluar. Setelah melempar seragam Jongin yang sedari tadi ia peluk untuk menutupi tubuhnya, Kyungsoo membangunkan tubuhnya dan mengingat ingat apa dia benar benar hanya membawa diri saat disandera kemarin? Kyungsoo bertingkah aneh dengan bolak balik mencari sesuatu yang mungkin saja tertinggal, Kyungsoo baru menyadari bahwa ia membawa tas yang berisi buku dan seragamnya, Kyungsoo kemudian menemukan tasnya dibelakang tubuh Jongin dan mulai menjinjing tasnya itu untuk segera pergi.
Kyungsoo membawa dirinya menuju pintu keluar, ia membukanya untuk segera kabur dari tempat itu, tapi Kyungsoo baru menyadari, kemana ia akan pergi jika ia sendiri tidak tahu dimana keberadaannya sekarang. Jongin menatap tubuh mungil itu yang tengah menghentikan langkahnya didepan pintu,
"Jongin-ssi cepatlah pakai bajumu, aku benar benar tidak tahu jalan pulang" ucapnya ketus membuat Jongin tersenyum tipis sembari buru buru memakai pakaiannya.
Jongin dan Kyungsoo akhirnya berdampingan menyusuri jalan pemukiman penduduk menuju jalan raya, Kyungsoo mencoba membuka percakapan,
"gomawo..." ucap Kyungsoo lirih membuat Jongin terkejut dan langsung menoleh ke arah sosok mungil itu yang sedang menatap jalanan sambil tersenyum manis. Jongin mengernyitkan dahinya, bukankah harusnya Kyungsoo membenci dan mengutuk dirinya karena kejadian semalam? Kenapa Kyungsoo malah berterima kasih?
"Aku berterima kasih untuk pertolongan yang kau berikan padaku semalam. Jika kau tidak datang, mungkin aku sudah tidak hidup lagi sekarang." jawab Kyungsoo seolah olah mendengar suara hati Jongin.
Jongin terus menatap Kyungsoo tanpa jawaban,
"Jujur saja, aku sedih dan sangat menyesalkan kenapa kita harus melakukan 'itu' semalam, aku benar benar sangat membencimu untuk hal itu. Jika saja aku tidak punya gen pembawa, aku mungkin akan bisa sedikit lebih menerima dan melupakan kejadian itu, tapi, aku harap tidak ada yang terjadi denganku setelah ini walaupun jujur saja aku sangat mengkhawatirkannya..." jelasnya masih sambil tersenyum,
"Kyungsoo-aah..." panggil Jongin,
"hm?" Kyungsoo langsung menoleh dan mendapati Jongin menatapnya dengan lekat,
"bagaimana bisa kau tersenyum sambil mengatakan itu semua? jangan berterima kasih padaku, aku adalah bajingan yang pantas kau benci sekarang. Kenapa kau bahkan masih bisa menerimaku berjalan disampingmu?" tanya Jongin dengan heran, Jongin tidak pernah menemukan orang setulus pria mungil yang ada dihadapannya.
"aku sudah bilang, kau telah menyelamatkan hidupku kemarin, aku pikir aku berhutang budi padamu. anggap saja kejadian semalam adalah kecelakaan"
"ani, itu bukan kecelakaan. Mungkin bagimu itu ketidak sengajaan karena kau sedang mabuk, tapi aku, aku melakukannya karena keinginanku." jelas Jongin.
Kyungsoo yang baru saja ingin menoleh ke arah Jongin, tiba tiba merasakan Jongin menarik tubuhnya dengan cepat. Kyungsoo terkejut karena baru saja sebuah motor melewati tubuhnya dengan kencang, ia hampir saja sedikit tertabrak. Kyungsoo masih terkejut didalam pelukan Jongin, kemudian melepaskan pelukan itu.
Kyungsoo menghela nafasnya susah payah sementara Jongin merasakan jantungnya berdetak tak beraturan. Jongin bingung setengah mati, kenapa banyak sekali orang yang ingin mencelakakan Kyungsoo? Dan pengendara motor yang tadi pun sepertinya Jongin merasa tak asing lagi.
Setelah mereka saling bercanggung ria, mereka dengan cepat memburu bus untuk segera pulang, Jongin pun mengikuti Kyungsoo menaik bus yang sama.
"Kau mau kemana?" tanya Jongin saat baru saja mendudukkan dirinya dikursi bus disamping Kyungsoo,
"untuk pertama kalinya aku membolos sekolah, membuang buang uang saja rasanya... huh" Kyungsoo menghela nafasnya, "aku akan langsung berangkat kerja saja, memangnya kenapa?" Lanjut Kyungsoo lagi dengan pasrah. Ia merasa sangat tak bersemangat saat itu, membolos sekolah, melakukan seks dengan seseorang yang tidak ia kenal, dikejar kejar mafia hutang, ah! Hidup Kyungsoo sungguh mengenaskan.
"apa tubuhmu sudah tidak sakit lagi?" tanya Jongin khawatir,
"menurutmu?" tanya Kyungsoo balik,
"tidak usah bekerja. kau pulang saja, istirahat"
"cih, jangan bercanda. aku bukan anak pejabat kaya raya sepertimu" Kyungsoo berdecih pelan membuat Jongin terdiam tak tahu harus mengatakan apa lagi pada pria mungil disampingnya yang sudah sangat bersikap acuh padanya.
Saat Kyungsoo akhirnya turun dari bis, Jongin lagi lagi mengikutinya. Melihat hal itu tentu saja Kyungsoo merasa kesal,
"YA! Apa kau tidak punya tujuan?" tanya Kyungsoo kesal,
Jongin hanya menggelengkan kepalanya,
"mwo? kau tidak tahu alamat rumahmu?"
"ara~ hanya saja, aku tidak mau pulang kerumah."
"maksudmu? kau akan mengikutiku, begitu?" tanya Kyungsoo lagi dengan nada yang semakn tinggi.
Jongin mengangguk dengan wajah memohon didepan Kyungsoo. Setelah terdiam dan menatap Jongin dengan malas, Kyungsoo akhirnya membiarkan saja Jongin berjalan dibelakang tubuhnya. Jongin mengikuti Kyungsoo sampai masuk ke dalam suatu rumah, rumah yang sangat mewah, tapi Kyungsoo menghentikan langkahnya hanya sampai dihalaman berumput yang juga sedang Jongin tapaki, kemudian Kyungsoo meletakkan tasnya dibawah lantai teras,
"duduklah! pemiliknya sedang tidak dirumah" ujar Kyungsoo sebelum akhirnya Kyungsoo mengambil beberapa alat dan perlengkapan dari dalam ruangan kecil yang mirip seperti gudang dihalaman tersebut. Jongin mendudukkan dirinya dan terus mencermati apa yang Kyungsoo akan lakukan. Setelahnya Kyungsoo berdiri didepan jejeran kayu kayu sambil memegang sebuah alat bor dan memakai kacamata pelindung. Jongin terus menatap Kyungsoo yang sedang serius melakukan pekerjaannya, Jongin sendiri masih tidak mengerti apa pekerjaan Kyungsoo sebenarnya. Merasa penasaran, Jongin akhirnya membangunkan dirinya untuk melihat lebih dekat bagaimana cara Kyungsoo bekerja, tapi Kyungsoo, ia mulai merasa jengah karena Jongin tengah berdiri disampingnya, Kyungsoo pun menghentikan kegiatannya. Kyungsoo membuka kacamata pelindungnya dan menatap tajam Jongin disampingnya,
"aku bilang duduk saja~~ aku sedang bekerja, kau mau terkena serpihan kayu yang jatuh? atau tubuhmu tanpa sengaja aku gergaji?"
"eish, kejam sekali. aku hanya ingin tahu pekerjaanmu seperti apa"
"ya seperti ini"
"aku ingin mencobanya"
"mwoo?" Kyungsoo membelalakkan matanya kemudian bertolak pinggang dan mengangkat kepalanya, Kyungsoo berpikir lagi, kenapa dengan bodohnya Kyungsoo mau diikiuti anak baru ini? Fyuh. Kyungsoo menghela nafasnya.
"ini tidak semudah yang kau lihat."
"kalau begitu ajarkan aku yang paling mudah. aku akan mengerjakan semuanya untukmu kalau aku sudah bisa" sahut Jongin dengan semangat meyakinkan Kyungsoo, Kyungsoo melayangkan lirikan tajam pada Jongin sebelum akhirnya pasrah untuk mengajari Jongin berkali bagaimana caranya memotong kayu.
Jika Kyungsoo terlihat kelelahan, Jongin justru merasa senang melakukan semuanya. Dan syukurnya, Jongin mampu dengan cepat memahami ajaran Kyungsoo hingga akhirnya Jonginlah yang melanjutkan pekerjaan Kyungsoo dan Kyungsoo hanya perlu mengecat sedikit demi sedikit properti yang sudah berhasil ia susun. Kyungsoo tersenyum dan mulai bisa bernafas lega karena setidaknya, pekerjaannya jadi cepat selesai berkat bantuan Jongin. Mereka bahkan sesekali bersenda gurau sambil bekerja, saling bercerita hal hal yang mereka sama sama tak mereka ketahui sebelumnya, dan tentu saja, saling mengenal pribadi mereka lebih dekat lagi walau hanya dalam beberapa jam saja. Entah kenapa mood Kyungsoo saat itu langsung berubah menjadi sangat bahagia sejak Jongin membantunya menyelesaikan pekerjaannya. Kyungsoo pikir moodnya berubah bukan hanya karena ia jadi bisa beristirahat dan bersantai santai, tapi, sepertinya Kyungsoo menemukan teman baru yang baik.
.
.
.
.
.
.
.
.
Saat waktu sudah menjelang petang dan Kyungsoo akhirnya menyelesaikan pekerjaannya, Jongin mengajak Kyungsoo untuk makan ice cream sebentar sebelum pulang. Sekedar untuk berterima kasih pada Jongin, Kyungsoo pun mengiyakan permintaan Jongin yang terkesan sedikit memaksa. Mereka mampir sebentar ke sebuah sevel, membeli eskrim dan berbincang sebentar disana. Dengan tiba tiba Jongin mengeluarkan sebuah buku dari tasnya dan bertanya pada Kyungsoo sebuah soal, Kyungsoo cukup terkejut sambil mengernyitkan dahinya,
"kau sedang sakit?" ejek Kyungsoo.
"berhentilah mengejekku, aku benar benar sedang ingin belajar sekarang, dan tepat saat ada dirimu, makanya aku minta bantuanmu." jawab Jongin sebelum akhirnya Kyungsoo tertawa dan membantu Jongin memahami soal yang Jongin tak mengerti. Awalnya, Jongin hanya ingin bertanya sedikit saja, tapi, sepertinya, belajar dengan Kyungsoo sudah menjadi candu baginya.
Kyungsoo mulai menguap karena tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Jongin menutup bukunya dan memasukkannya kembali kedalam tas. Setelahnya, mereka berjalan keluar sevel dan menyusuri jalan pulang bersama. Dan entah kenapa, Kyungsoo merasa tersanjung karena Jongin memaksa untuk mengantarnya pulang, oh ayolah! apakah sikapnya menyentuh hatiku? batin Kyungsoo dalam hati. Begitu pula dengan Jongin, ia tidak bisa menolak kata hatinya untuk melakukan hal hal dibatas kewajarannya, seperti tiba tiba belajar bersama, sungguh! itu bukan style Jongin, sebelumnya, belajar adalah sesuatu yang sudah Jongin blacklist dalam hidupnya, tapi kenapa Jongin tak bisa menahan perilaku anehnya hari ini?
.
.
.
.
.
.
.
Keesokan harinya,
Kyungsoo masuk kedalam kelas saat kelas masih sepi seperti biasanya, hanya saja, ada yang berbeda saat beberapa menit setelahnya Jongin datang dengan wajah yang sangat bersemangat entah apa alasannya. Kyungsoo mengernyitkan dahinya dan berdecih sambil tersenyum tipis setelah Jongin mengucapkan selamat pagi padanya.
Tidak lama kemudian, dua sahabatnya datang beserta dengan dua gebetan mereka yang sampai sekarang masih menjalani proses pendekatan saja, yaitu Baekhyun dengan Chanyeol dan Luhan dengan Sehun.
"EOH? Kalian berdua sama sama sudah datang? padahal kemarin sama sama tidak masuk sekolah... ada apa dengan kalian?" tanya Baekhyun dengan mulut comelnya membuat yang lain tertawa mengejek mereka.
"apa kalian bolos bersama kemarin?" tanya Sehun pada Kyungsoo.
"atau kalian menginap bersama hingga bisa datang bersamaan pagi ini?" ejek Chanyeol semakin menjadi jadi.
"YAAA! Bukan seperti yang kalian pikirkan. Lagi pula aku tidak datang bersamaan dengan Jongin, kok" bantah Kyungsoo membuat Jongin tersenyum tipis sambil menunduk.
Jujur saja, Kyungsoo gelagapan setengah mati. Kenyataannya kan memang kemarin ia bolos bersama dengan Jongin, bahkan mereka melakukan...
"ah! andwae andwae!" Kyungsoo menggeleng gelengkan kepalanya setelah melamun mengingat kecelakaannya bersama Jongin dan Jongin terus saja melirik tingkah Kyungsoo.
Setelah semua siswa mulai datang dan guru pun memasuki kelas, jam pelajaran pun dimulai.
Hari itu entah kenapa ada yang berbeda pada diri Jongin, teman teman sekelasnya pun menyadarinya saat Jongin benar benar fokus mengikuti semua mata pelajaran hari itu, bahkan, Jongin berhasil mengerjakan soal didepan kelas membuat gurunya heran karena Jongin benar benar berbeda.
Kyungsoo masuk kedalam ruang guru saat wali kelas memanggilnya di jam istirahat, ia yakin, pasti masalah bolosnya kemarin.
"Mianhae sonsaengnim, kemarin saya kecelakaan saat berangkat ke sekolah."
"kau kecelakaan? apa kau tidak apa apa?" tanya wali kelasnya khawatir.
Kyungsoo kemudian menunjukkan beberapa luka luka pada kaki dan tangannya saat sang wali kelas ingin melihat keadaannya,
"Kyungsoo-aah, kalau sakit kenapa masih saja masuk? apa kau nanti tetap bekerja?"
"hehe gwaenchana, sudah tidak sakit kok." ucap Kyungsoo meyakinkan dengan senyumnya yang paling manis, padahal Kyungsoo sedang berdebar tak karuan karena menyembunyikan kenyataan yang sebenarnya.
"kyungsoo-aah, guru matematika bilang hari ini Jongin menjawab soal dengan benar, dan dia belajar dengan baik hai ini. gomawo Kyungsoo-aah sudah menjadi teladan yang baik bagi anak baru itu"
"aaah? hahaha ani sonsaengnim, saya tidak mengajarinya..."
"tapi barusan dia yang bercerita bahwa kau mengajari dan membantunya mengerjakan soal."
"eoh?" Kyungsoo membelalakkan matanya, apakah Jongin harus mengatakan hal itu pada sonsaengnim, ah! comel sekali dia.
"ehehehe hanya sedikit, tapi sepertinya Jongin sendiri yang berniat untuk mau belajar, saya hanya membantunya mengerjakan soal yang tidak dia mengerti"
jelas Kyungsoo dengan malu malu membuat sang wali kelas tersenyum dan mengangguk. Setelah bersalaman dengan sang guru, Kyungsoo keluar dari ruang guru tersebut. Baru saja membuka pintu ruangan, rupanya sudah ada Jongin didepan pintu pintu ruang guru, Jongin berdiri dan bersandar pada tembok sambil meletakkan kedua tangannya didalam saku celana dan menunduk. Kyungsoo cukup terkejut menatap Jongin sebelum akhirnya menolehkan pandangannya lagi dan berjalan melewati Jongin. Jongin yang akhirnya menyadari bahwa Kyungsoo sudah keluar dan tengah melewati tubuhnya pun langsung memanggil pria mungil itu,
"Kyungsoo-aah..."
Kyungsoo menghentikan langkahnya dan menoleh pada Jongin yang berada dibelakangnya. Jongin buru buru mendekati tubuh Kyungsoo dan berdiri dihadapannya. Herannya, kenapa tiba tiba Jongin malah cengengesan didepan Kyungsoo? Kyungsoo mengernyitkan dahinya,
"gomawo..." ucap Jongin sambil tersenyum manis.
"mwoyaa~~ aku tidak melakukan apa apa kenapa berterimakasih?"
"wali kelas memanggilku hari ini, dan dia bersikap sangat baik padaku hari ini tidak seperti biasanya, dia bilang... banyak guru yang mengatakan padanya bahwa aku hari ini belajar dengan baik, ehee..."
"heol! itu bukan urusanku.. kenapa kau harus melapor padaku" jawab Kyungsoo dengan ketus sebelum akhirnya hendak berjalan lagi, tapi Jongin menghalanginya,
"gomawo karena kau yang sudah mengajarkanku..." ucap Jongin lagi penuh semangat,
"semua semangat belajar ada pada dirimu, bukan aku. tidak perlu berterimakasih."
'tapi sepertinya kaulah semangat belajarku' ucap Jongin dalam hati sambil menatap Kyungsoo dengan dalam, Kyungsoo heran dengan tatapan Jongin dan tanpa membalas sedikitpun perkataannya,
"sudah ya... aku mau ke kelas" ucap Kyungsoo santai kemudian hendak meninggalkan Jongin, tapi Jongin menarik tangan Kyungsoo membuat Kyungsoo terkejut dan mulai mengomel lagi,
"aah waeeee!~~~~"
"jadilah guru privateku" ucap Jongin dengan tegas sambil menatap Kyungsoo membuat Kyungsoo mengernyitkan dahi dan membulatkan matanya.
.
.
.
.
.
.
.
.
To be continued
basi banget ceritanya ya ehe, cuma ikutin request dari foto editan Jongin yang andante sama Kyungsoo di web dramanya.
Dan sampailah pada cerita ini,eheee...
cuma... untuk pertama kalinya gue bikin mpreg nih huehuehue
dan gue kebingungan HAHA
karena, jujur aja gue tuh lagi setengah mati nyari ide lanjutan met me in the rain
dan, bingung mau bikin sequel secret admirer apa engga heuheu galau nih:(
yaudah gitu deh curhatnya hehehe makasih NON SILENT READER.
I LOVE Y SO MUCH GAIS
