Lean On Me

Author: mingguki

Pairing: MEANIE (Mingyu x Wonwoo)

Genre: Romance, hurt/comfort

Warning: YAOI, boy x boy, typos

.

Happy reading

.

.

.

"Cheers!"

Terdengar suara gelas berdenting dengan keras. Kumpulan gelas yang di dentingkan secara bersamaan itu pun kembali disesap oleh pemiliknya masing-masing. Suasana di restoran ini sangat ramai dan ceria. Orang-orang berkumpul dan memenuhi meja-meja yang telah terisi banyak jenis makanan restoran yang lezat.

Di salah satu meja yang cukup besar, terlihat seorang pria paruh baya berkacamata merangkul seorang pria tampan yang memakai kemeja santai. Pria itu tertawa dan wajahnya memerah, mungkin efek dari wine yang ia minum. Sesekali pria paruh baya itu menepuk-nepuk pundak pemuda tampan yang di sampingnya.

"Akhirnya syuting drama kita selesai juga. Bagaimana perasaanmu, Mingyu-ya? Sepertinya drama kita kali ini pun akan memiliki rating tinggi."

Mingyu, pria tampan itu tersenyum sambil tetap memegang gelas yang berisi jus orangenya. Entah kenapa tapi saat ini Mingyu tak berminat minum wine ataupun beer. Mingyu bilang tadi perutnya sedang tak enak. Padahal ini adalah hari perayaan setelah semua proses syuting dramanya selesai. Ya, selama tiga bulan lebih menjalani proses dari pagi hingga terkadang pagi lagi, semua staff dan aktor tentu saja merayakan hari selesai proses syuting mereka.

"Biasanya semua drama yang anda tangani akan melejit, sajangnim. Aku percaya pada Anda."

Mingyu tersenyum sopan. Orang-orang dan staff lain maupun di meja yang berbeda dengannya sudah mulai melahap dan menyantap makanan lezat di meja masing-masing. Ya, restoran ini sudah di sewa penuh oleh kru dramanya.

"Ah tidak-tidak, aku tahu aktingmu juga sangat berpengaruh. Mereka sangat menantikan kau di drama ini, bahkan antusiasnya sangat banyak. Kau dan Nana adalah pasangan yang cocok dan diidamkan, aku tidak salah memilih kalian, benarkan, Nana?"

Gadis cantik yang duduk bersebrangan cukup jauh dari mereka pun menganggukkan kepalanya. Ia tersenyum pada sutradaranya itu.

"Suatu kebanggaan bisa bermain drama dengan aktor terkenal seperti Kim Mingyu, aku harap chemistry kami bisa lebih menarik banyak penonton."

"Oh, tentu saja! Bahkan aku lihat poll di internet yang menyatakan kalian adalah pasangan drama yang paling cocok untuk di dunia nyata. Tapi itu urusan kalian pribadi sih, aku tak ikut campur. Hahaha."

Mingyu hanya tersenyum canggung mendengar perkataan sutradaranya sambil mulai memakan makanannya. Sedangkan Nana sendiri hanya tersenyum malu-malu juga melanjutkan makan kembali. Setelah itu, meja kembali dipenuhi oleh tawa dan candaan yang dilontarkan beberapa orang. Suasana restoran saat itu memang sangat ramai dan hidup oleh berbagai obrolan para kru drama barunya.

.

.

.

Mingyu memasang mantelnya. Perayaan untuk dramanya telah selesai sekitar jam sepuluh malam. Ya, ia ada disana sampai acara benar-benar habis dan seluruh orang memutuskan untuk pulang. Mereka mengatakan untuk bersenang-senang lebih lama dan agar lebih puas untuk istirahat nantinya.

Mingyu keluar dan berjalan ke parkiran. Ia menekan tombol kuncinya untuk membuka pintu mobilnya. Baru ia ingin membuka pintu tersebut, seorang wanita tinggi cantik datang dan berdiri di sebelahnya.

"Oh, Mingyu-ssi? Mobil kita ternyata sebelahan."

Nana, aktris wanita cantik yang juga pasangan di drama barunya ini, melempar senyum manisnya ke arah Mingyu. Nana tampil kasual malam ini, rambut panjangnya digerai indah, ia memakai mantel hitam dan jeans yang memeluk kaki jenjangnya. Tingginya yang semampai tentu membuat ia seperti model saja. Tak heran banyak yang suka dengan kedua pasangan drama ini karena chemistry mereka.

"Oh ya, untuk perkataan sajangnim tentang poll itu, kau lupakan saja. Bukan bermaksud menyinggung, tapi aku tak tertarik padamu kok, Mingyu-ssi."

Mingyu menoleh ke arah Nana, dan menyadari wanita tinggi itu tersenyum tipis. Kemudian Nana menunduk dan melihat ke jalanan parkirannya itu.

"Aku sadar tadi kau sedikit diam dan canggung. Mungkin karena kau tak suka orang-orang banyak menjodohkan kita karena kita bermain di drama yang sama. Jadi ya, aku hanya ingin mengatakan ini padamu agar kau lega."

Mingyu memejamkan matanya sebentar, ia kemudian menatap Nana dengan matanya yang teduh.

"Bukan karena itu kok, aku memang sedang memikirkan banyak hal tadi. Maaf menyinggungmu. Tapi kau adalah aktris yang hebat dan professional, aku senang bermain drama denganmu. Dan oh ya, semoga langgeng dengan pacarmu ya."

Mingyu menundukkan kepalanya sopan lalu mengirim senyum jahilnya. Nana pun menyentakkan kepalanya dan menatap ke Mingyu dengan kaget.

"Kau sering menelpon seseorang di lokasi syuting dengan panggilan manis, aku tahu dia bukan orang biasa. Ya walaupun aku tak bisa menebak juga sih. Intinya semoga kau bahagia Nana, senang bisa bekerja sama denganmu."

Nana pun hanya terkekeh kecil. Ia menggelengkan kepalanya sambil membungkuk sopan juga pada Mingyu.

"Senang juga bisa bekerja sama denganmu. Hati-hati di jalan, Mingyu-ssi. Aku duluan."

Setelah itu Nana memasuki mobil di sebelahnya. Mingyu pun juga memasuki mobilnya, dan ia segera menyetir untuk istirahat di apartemennya.

.

.

.

Mingyu berjalan ke apartemen mewahnya. Di lobi para tetangga yang masih bangun menyapanya, dan Mingyu akan membalas tersenyum ramah walaupun sebenarnya ia sudah lelah. Ia menaikki lift ke lantai 5 dan segera menuju ke pintu apartemennya.

Mingyu membuka pintunya, dan ruangan gelap menyambutnya. Ia menyalakan lampu dan menaruh mantelnya di tiang gantung bajunya. Mingyu mengambil handuk di kamarnya dan segera ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Walaupun ini sudah hampir tengah malam, tapi Mingyu tidak bisa tidur nyenyak kalau dirinya belum mandi dan merasa badannya lengket. Mingyu itu sangat peduli dengan kebersihan terutama kebersihan badannya.

Sesudah segar dan keluar dari kamar mandi, Mingyu segera memakai baju putih polos favoritnya dan hanya mengenakan boxer celananya. Ia segera melompat ke tempat tidur empuknya, lalu memeluk guling erat. Mingyu mendesah lega, ia lelah sekali hari ini, dan tidur nyaman seperti ini merupakan hal jarang baginya.

Baru memejamkan matanya selama lima menit, handphone nya bergetar mengeluarkan nada nyaring. Ah sial, Mingyu lupa menyalakan mode silentnya. Tidurnya jadi sangat terganggu dan Mingyu meraih handphonenya. Ia bersumpah bila nomor tidak dikenal lagi yang menelponnya maka ia akan mematikan handphonenya.

Mingyu menyipitkan matanya dan melihat nama Seungcheol hyung disana. Mingyu pun dengan malas mengangkat telpon itu dan meletakkan benda pipih itu di telinganya.

"Mingyu-ya? Apa kau sudah tidur?"

"Hngg.. aku baru ingin tidur. Tapi kau mengangguku hyung." Mingyu berujar dengan suara seraknya.

"Maaf Ming, tapi ini penting. Aku ingin memberi tahumu kalau syuting untuk iklan terbaru kita dimajukan menjadi tiga hari lagi. Pihak mereka baru memberi tahu mendadak sekarang."

"Apa!?" Mingyu berprotes ria. "Tapi aku sudah memberi tahu hyung untuk mengosongkan jadwal hari itu. Lusa aku ingin pulang ke Changwon."

"Aku tahu, tapi mereka mengatakan hari itu benar-benar sudah fix dan tak bisa diganti lagi. Aku juga tak bisa melakukan yang lain karena agensi kita pun sudah menyetujuinya. Tidak mungkin juga kontrak itu dibatalkan."

Mingyu menarik nafasnya dalam lalu mengeluarkannya. Dengan nada yang kesal ia berujar lagi ke Seungcheol.

"Aku jadi tak bersemangat lagi melakukan iklan itu hyung. Kau tahu aku sudah memadati jadwalku yang sekarang demi hari itu."

"Aku tahu dan aku mengerti. Tapi aku tak bisa berbuat apa-apa, aku hanya manajermu, kau yang menjalankannya. Aku harap kau bisa professional terhadap pekerjaan, Mingyu-ya."

Mingyu memutar bola matanya malas. Ia juga bingung dan sebenarnya kesal, tapi ia tak sejahat itu meluapkannya ke Seungcheol yang sudah ia anggap kakaknya sendiri. Semua pekerjaan ini memang sungguh membebaninya.

"Baiklah hyung, aku tak bisa berbuat apa-apa. Ini pekerjaanku, aku harus menerima resikonya."

"Ah terima kasih Mingyu-ya, aku tahu kau sangat pengertian. Aku tahu kau itu aktor yang mempunyai passion tinggi dan professional. Baiklah, maaf mengganggu tidurmu Mingyu-ya. Selamat malam ya, istirahat yang cukup."

Mingyu mengucapkan salam balik ke Seungcheol dan menutup telponnya. Ia kembali menaruh handphonenya di nakas meja dan beralih berbaring ke ranjang kembali. Matanya menerawang ke langit-langit kamar. Ia tak ngantuk berat seperti tadi lagi, kini pikirannya lebih kosong hilang entah kemana.

Mingyu sejenak menoleh ke samping, dan ia mendapati boneka fox berwarna kuning lengkap dengan baju kodoknya dan kacamata bulat yang bertengger di boneka itu bersandar di kepala ranjang. Mingyu menatap boneka itu dengan tatapan sedih, ia segera meraih boneka itu dan memeluk boneka itu di dekapannya.

Mingyu memeluknya, mengelus kepala boneka itu, dan mencoba memejamkan matanya untuk tidur walaupun sedari tadi alisnya tampak berkerut.

.

.

.

Keesokan harinya Mingyu bangun dengan kepala berat. Rasanya ia pusing setelah bangun tidur. Semalam pun Mingyu tak tidur dengan nyenyak, sesekali ia akan menggulingkan badannya demi mendapat posisi nyaman, namun otaknya tak mau diajak rileks olehnya.

Mingyu beranjak dari kasur dan segera membereskannya. Ia melihat boneka fox yang ia peluk semalaman, lalu kembali menaruh boneka itu di tengah tumpukan bantalnya yang sudah rapi. Itu adalah satu-satunya boneka yang ada di atas kasur Mingyu.

Mingyu keluar menuju dapurnya. Ia segera menyiapkan beberapa alat masak. Ia memutuskan akan membuat omelette saja untuk sarapan pagi hari ini. Kepalanya masih pusing dan menyebabkan Mingyu tak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya.

Setelah omelette jadi, ia segera duduk di meja makan nya. Mingyu melahap omelette itu dengan kaku, ia ingin segera menghabiskan makanan ini, agar bisa meminum obatnya.

Mingyu pun menghabiskan makanannya. Ia segera mencari kotak obatnya dan mengambil beberapa pil untuk meredakan sakit kepala dan obat penenangnya. Mingyu segera menelan pil itu lalu minum air putih, dan ia meletakkan gelas itu di mejanya dengan cukup keras.

Sekarang Mingyu mencoba untuk duduk sejenak di sofa ruang TV nya. Mingyu menyalakan TV dan menemukan beberapa acara yang menurutnya kurang menarik. Terkadang Mingyu akan menemukan wajahnya di cuplikan iklan drama, namun Mingyu tak bergeming. Ia biasa saja menatap wajah tampannya itu di layar kaca TV.

Lalu Mingyu menggapai handphonenya yang tadi ia bawa dari kamar. Mingyu mengusap layar handphonenya untuk membuka kunci layarnya. Seperti biasa, banyak chat dari sosmed pribadinya yang masuk. Panggilan tak terjawab pun juga lumayan. Pasti mereka penggemar ataupun seseorang yang iseng selalu mengiriminya pesan lewat handphonenya. Mingyu selalu menghapus chat-chat tersebut sebelum membacanya apabila itu dari orang yang ia tak kenal.

Mingyu memencet nomor kontak teleponnya, ia mengetik nomor yang sudah ia hafal di luar kepala. Mingyu memejamkan matanya sambil mendengar ponselnya bordering nada sambung, menunggu orang disana untuk mengangkat telponnya. Sejujurnya Mingyu masih lelah dan pusingnya tadi malah membuat semakin parah.

"Hey,"

Akhirnya nada dering itu berhenti dan digantikan dengan suara berat seorang pria. Mingyu membuka matanya, ia menghela nafasnya mendengar suara yang selalu bisa menenangkan hatinya.

"Hey…"

Mingyu membalas dengan suara lemahnya.

"Apa yang terjadi, Mingyu-ya? Kau sakit?"

Mingyu tak heran orang ini tahu tepat sasaran apa yang ia rasakan. Padahal baru berujar sedikit, tapi memang suara Mingyu agak serak dan lemah. Mingyu kembali memejamkan matanya dan mendengar suara itu, membayangkan orang itu ada di sampingnya benar-benar berbicara dengannya secara langsung.

"Aku sedikit pusing ketika bangun tadi. Tapi aku sudah minum obat."

"Sungguh? Sudah kubilang, jangan terlalu bergantung pada obat-obatmu. Kau harus tidur yang cukup, kurangi stress, dan banyaklah refreshing, Mingyu-ya. Aku tak mau kau kenapa-kenapa di sana."

"Ya, tapi akhir-akhir ini aku sering stress jadi aku harus mengkonsumsi obat itu lagi. Maafkan aku, Wonu-ya.."

Terdengar suara desahan nafas di telinganya. Mingyu yakin, Wonwoo, orang yang kini sedang ia telpon, tengah mendesah mendengar perkataan Mingyu.

"Jangan pikirkan hal-hal yang tidak penting, Gyu. Kau harus bisa menjaga badan dan pikiranmu. Kalau kau seperti ini terus aku tak akan bisa berhenti khawatir kepadamu.."

"Ya.. aku tahu tapi pikiranku tak mau menurutiku."

Terdengar hening beberapa saat. Setelahnya Wonwoo membuka suaranya lagi.

"Kau akan kemari lusa kan..?"

Wonwoo tiba-tiba mengubah topiknya. Suara kecilnya menyiratkan penuh harapan.

Mingyu merasa hatinya terbelah mendengar pertanyaan Wonwoo. Dengan sangat berat ia menjawab hal yang paling tidak ia inginkan, walau ia harus memberi tahu yang sebenarnya ke Wonwoo.

"Aku..aku tak bisa. Ada jadwalku yang dimajukan mendadak."

Hening kembali menyambutnya lagi. Lalu terdengar suara pelan. "Oh…"

"Padahal.. aku rindu sekali padamu."

Wonwoo berujar dengan suara pelan dan bergetar. Mingyu pun tak rela memberi tahu ini ke Wonwoo. Ia membalas Wonwoo dengan suaranya yang juga masih lemah.

"Aku lebih rindu padamu. Sangat. Setelah aku menemukan jadwal yang kosong, aku akan benar-benar langsung pulang dan bertemu denganmu. Aku janji, Wonu-ya. Aku sangat ingin bertemu, ini menyiksaku."

"Aku akan menunggumu kapan saja.. selesaikan lah pekerjaanmu dengan baik, Gyu. Kau adalah aktor hebat yang dipandang tinggi oleh semua orang."

Mingyu terkekeh pelan mendengarnya.

"Aku adalah aktor hebat? Bahkan mereka yang memujaku pun tak tahu aku masih berakting di luar drama yang aku mainkan. Aku berakting dengan sempurna bisa mengelabui mereka. Mereka tak tahu diriku yang sebenarnya. Aku hanya mampu menunjukkan sisi asliku di depanmu, Jeon Wonwoo."

"…"

"Aku tahu kau itu sebenarnya rapuh. Aku senang kau sangat terbuka denganku. Tapi sebaiknya kau berhenti pura-pura kuat, Mingyu-ya. Terkadang kita mempunyai batas lelah."

"Ya… aku memang lelah… aku hanya ingin memelukmu, menghirup aromamu, memperhatikan wajahmu setiap malam. Hanya kau yang bisa membuat semua bebanku hilang. Kau adalah penyembuhku yang sebenarnya... Aku hanya membutuhkanmu, Wonwoo."

Wonwoo tersenyum tulus, walau ia tahu Mingyu tak akan tahu dirinya tersenyum dan pipinya merona mendengar perkataan Mingyu. Tapi Wonwoo tahu sekali Mingyu berbicara dari hatinya.

"Aku juga begitu. Aku harap kau jaga baik-baik dirimu, Mingyu-ya. Kesehatanmu yang terpenting."

"... Aku mencintaimu."

Wonwoo terdiam beberapa saat mendengarnya, setelahnya ia pun membalas pernyataan Mingyu dengan suara beratnya yang lembut.

"Aku juga mencintaimu."

"Sudah ya, aku tutup dulu, aku ingin kau istirahat dan tidur lagi. Jangan lupa pesanku, jaga kesehatan di sana."

"Kau juga Wonu-ya… bye.. sampai nanti."

Telepon pun tertutup. Mingyu memandangi ponselnya dengan senyum menghias wajahnya, walau sebenarnya hatinya sedih karena ia tak jadi bertemu dengan kekasihnya.

.

.

.

Wonwoo kembali berguling-guling di kasurnya. Ia sangat senang mendapat telpon dari Mingyu tadi. Namun ternyata Mingyu hanya menyampaikan kabar buruk kepadanya.

Wonwoo menumpukkan wajahnya di tangannya sambil tengkurap di kasur. Matanya kosong dan hatinya sedih. Ia sedih Mingyu membatalkan janjinya.

Wonwoo tahu itu adalah resiko Mingyu sebagai aktor dan entertainer papan atas, jadwalnya yang padat tak bisa ia duga-duga. Wonwoo tahu Wonwoo hanyalah seorang pria biasa, ia hanyalah pemuda berumur 25 tahun yang bekerja sebagai penulis novel. Walau novel-novel Wonwoo sebagian besar adalah best seller, tetapi Wonwoo menggunakan nama samaran dan tak ada yang tahu nama dan wajah aslinya. Ya, Wonwoo lebih suka ia berkarya dan tidak dikenal melalui perawakannya. Orang-orang menyukai tulisannya, namun mereka tentu tak tahu seperti apa kehidupan sang penulis. Wonwoo lebih suka seperti itu, agar orang tentu tak mencampuri urusan hidupnya.

Namun berbeda dengan Mingyu. Kim Mingyu sedari kecil memang bercita-cita menjadi aktor. Ia memang sangat tampan dan proposional, ia mudah bergaul dan ceria, tentu ketika Mingyu lolos kasting dan mendapat peran pertamanya Mingyu sangat bahagia. Tak disangka dengan perjuangan kerasnya, nama Mingyu bisa semakin naik dan menjadi aktor papan atas Korea Selatan. Mingyu sudah sering membintangi drama yang sangat populer. Berbagai penghargaan pun mampu diraih oleh Mingyu. Tapi Mingyu yang sekarang tak seceria dulu lagi menurut Wonwoo. Mingyu seperti kehilangan passionnya di bidang pekerjaannya.

Wonwoo dan Mingyu sudah menjalani hubungan selama 5 tahun lebih. Waktu yang sangat lama, bukan?

Changwon adalah kota asal Mingyu dan Wonwoo bertemu. Mereka bertemu dan saling jatuh cinta, mereka memadu kasih ketika nama Mingyu belum setenar sekarang.

Ketika nama Mingyu benar-benar melejit, Mingyu pun memutuskan untuk pindah ke Seoul dan membeli apartemen di sana. Mingyu sangat sibuk. Mingyu pernah mengajak Wonwoo untuk ikut pindah ke Seoul, namun Wonwoo menolak.

Wonwoo tak akan terbiasa hidup di Seoul, ia lebih suka di rumahnya sendiri. Ia akhirnya memutuskan untuk tetap tinggal di Changwon. Mereka menjalani hubungan jarak jauh karena jadwal Mingyu yang padat membuat mereka jarang bertemu.

Wonwoo tahu resiko ia berpacaran dengan Mingyu. Ia sangat tahu. Mereka memang jarang bertemu, namun Mingyu selalu menyempatkan menelpon Wonwoo bila jadwalnya kosong. Atau kalau libur Mingyu yang akan selalu mengunjungi Wonwoo. Mingyu tidak pernah mengabaikan Wonwoo, justru sebaliknya, Mingyu selalu mencari cara agar selalu dekat dengan kekasihnya.

Tak jarang skandal dan berbagai gossip menerpa karir Kim Mingyu. Wonwoo hanya bisa tertawa pahit bila melihat berita miring yang berusaha menjatuhkan kekasihnya. Walau Mingyu terkadang digosipkan dengan beberapa aktris wanita, namun tentu Wonwoo tahu, itu hanya rumor yang sengaja dibuat-buat demi mencari sensasi. Bila ada penggemar tentu ada pembenci. Yang tahu isi hati Mingyu adalah Mingyu sendiri, namun Wonwoo tak dapat memungkiri ia juga tahu apa isi hati seorang Mingyu.

Mungkin karir Mingyu akan benar-benar jatuh saat orang-orang akan tahu hubungannya dengan Wonwoo. Tentu saja, siapa yang akan terima aktor tampan papan atas ternyata memiliki kekasih pria. Oleh karena itu Wonwoo bersyukur mereka bisa bertahan selama ini, bahkan Mingyu sendiri masih terlihat sangat setia padanya. Wonwoo merasa sangat bahagia bisa memiliki pria sebaik Mingyu.

Namun… yang membuat Wonwoo sedih sekarang adalah.

Mingyu tak jadi datang tiga hari lagi. Padahal, tiga hari lagi adalah hari anniversary mereka untuk genap 6 tahun.

Wonwoo sudah membeli berbagai bahan kue dan makanan. Biasanya ketika hari jadi mereka, mereka akan bersama-sama membuat kue di dapur Wonwoo dan memasak makanan mereka sendiri untuk dinner romantis. Oh tentu saja mereka harus melakukan semuanya di rumah Wonwoo, karena mana mungkin mereka bisa berkencan bebas di luar. Kecuali bila Mingyu mengenakan samaran yang mampu menutupi identitas aslinya.

Biasanya hari jadi mereka menjadi momen tersendiri bagi mereka. Mingyu akan mengosongkan hari itu dari jauh-jauh hari, karena Mingyu tak bisa bebas kapan saja mengunjungi Wonwoo.

Oleh karena itu Wonwoo sedikit kecewa.

Namun Wonwoo tetap akan bertahan. Ia selalu setia menunggu Mingyu. Bertemu dengan Mingyu adalah hal paling bahagia menurutnya. Bisa berbagi kehangatan, meluapkan cinta masing-masing, tak perlu takut oleh apapun. Wonwoo ingin sekali seperti pasangan kekasih pada umumnya. Hal yang paling Wonwoo dambakan, tentu saja bisa bebas berdua dengan Mingyu.

.

TBC/END?

.

a/n : fanfic ini terinspirasi dari lagu seventeen – lean on me(?). lagu itu belom rilis wkwk, tapi hiphop unit yg bawain lagu itu dan kalian tentu harus liat fancamnya!

BLESS THAT SONG cause meanie moments everywhere lol. Mingyu nyandar manja mulu ke Wonu, dan aku seneng mereka sebelahan jadi nempel-nempel mulu huehehe. Tiap kebagian nyanyi mereka tatap-tatapan penuh cinta haha jadi gemes banget iw

HIP HOP UNIT SING THO kelemahan aku ketika rapper nyanyi uwuwuw apalagi Wonu! From deep voice to smooth voice. Tbh dia kaya chanyeol ya, pokoknya kalo ngerap suaranya ngebass banget tapi kalo nyanyi dengan deep voicenya itu bisa melelehkan hati siapa aja :""""

Pokonya aku suka banget lagunya dan berharap segera rilis resmi(?). Biar mereka banyak perform pengen meanie lagi yg banyak HEHE ampun tapi hansol ama seungcheol juga keren bgt brok disitu. Hansol nyanyi tumben ga fales wkwk xD udah dapet ilmu dari bebeb boo kali y

Btw mungkin ff ini kalo dilanjutin mungkin ga panjang-panjang amat, palingan 3 chapter kali ya. Aku taro rate m aja buat jaga-jaga, sapa tau ada adegan intim(?) lol. Adain ngga ya .-.

(EDIT) Tenang guys ini happy ending okay. Aku juga gatega bikin yg angst2 soalnya hehe

Aku menunggu komentar/saran kalian. Jangan buatku sedih lagi dengan menjadi siders ah masa abis baca langsung ditinggalkan begitu saja :( /baper

Meninggalkan komentar itu gampang ga membutuhkan waktu lama & mikir panjang kan ^^

So review please ^^