Beautiful Disaster
Kuroko no Basuke © Tadatoshi Fujimaki
Original Story © Cielle Arinadne
Warning : cerita ini bukan milik saya tapi milik Cielle Ariadne dengan judul yang sama. Saya hanya mentranslatenya. Jika ada kata-kata yang di rasa tidak pas, terjemahannya tidak tepat atau typo yang bertebaran harap dimaklumi.
Saya berharap agar mau membaca fic aslinya silahkan cari "Beautiful Disaster" by Cielle Ariadne
Selamat membaca
Chapter 1 : Prolog
Prolog
"They say that the moment that you see the love of your life, time stops..."
-Anonymous
Dia menatap hujan yang sekali lagi turun dari jendela besar kantornya. Dia selalu benci hujan. Dia benci betapa suram dan kelamnya langit saat hujan, dan dia benci betapa dinginnya udara saat hujan turun. Namun hal yang paling membuatnya membenci hujan adalah karena hujan selalu bisa mengingatkannya pada orang itu.
Orang itu adalah satu-satunya orang yang dia pedulikan. Orang yang benar-benar dicintainya. Dia akan memberikan apapun untuk orang itu. Satu-satunya orang yang bisa membuatnya melakukan apapun yang dia inginkan. Satu-satunya orang yang bisa membuatnya bahagia, namun juga yang secara tiba-tiba menghilang dari kehidupannya. Menghilang tanpa menjelaskan kemana atau bagaimana. Satu-satunya yang dia tinggalkan hanyalah sebuah surat yang bertuliskan "goodbye." Tidak lebih.
Sudah sepuluh tahun sejak saat itu, namun Akashi masih tidak bisa melupakannya. Ingatannya tentang orag itu sangat jelas, seolah baru kemarin mereka bertemu. Dia masih ingat bagaimana surai biru langit itu terasa lembut di jari-jari tangannya, bagaimana iris biru langit itu hanya menatap pada iris heterochromaticnya, bibir pinknya yang terasa sangat manis setiap kali mereka ciuman, dan kulit putih pucatnya yang lembut kontras sekali dengan tubuhnya yang bidang. Dia sangat mencintainya, Sangat, bahkan jantungnya seolah akan meledak setiap kali dirinya memikirkan orang itu. Bahkan sampai sekarang dia masih merasakan sakit dalam dadanya. dia mengingatnya, merindukannya, namun dalam sekejap mata orang itu menghilang dari kehidupannya.
Walaupun dia tahu bertemu dengannya adalah hal yang tidak mungkin, namun jauh di dalam hatinya dia berharap agar dia diberi kesempatan untuk melihatnya lagi. Dia ingin tahu apakah Tetsuya benar-benar mencintainya seperti dirinya yang sangat mencintai Tetsuya.
Sebuah ketukan pintu menyadarkannya dari lamunan. "Masuklah." Ucapnya dengan nada dingin.
Sekretarisnya masuk dan berkata, "Tuan, Aida Riko, orang yang akan menginterview anda memberitahukan bahwa dia bukan orang yang akan datang untuk menginterview anda nanti sore. Tetapi dia akan digantikan oleh orang lain. Dia ingin tahu apakah anda tidak keberatan dengan itu?"
"Tidak apa-apa, aku tidak keberatan. Apakah dia memberitahukan siapa orang yang akan menggantikannya?"
"Dia tidak memberitahukan namanya, namun dia bilang kalau anda tidak perlu khawatir, orang yang akan menggantikannya itu adalah teman dekatnya."
"Baiklah. Apakah aku ada meeting setelah interview itu?" Tanya Akashi.
"Tidak, Tuan. Anda kosong setelah interview itu."
"Bagus, kau bisa keluar sekarang."
"Baik, Tuan."
...
"Mengapa harus aku, Riko-san?" tanya si Bluenet pada Riko, mencoba menenangkan dirinya yang dilanda panik. Mengapa harus panik? Itu bukanlah karena dia akan menginterview Akashi Seijuurou yang merupakan CEO dari perusahaan Teiko yang merupakan perusahaan terkenal di dunia. Tetapi alasan sebenarnya adalah karena Akashi Seijuurou merupakan mantan pacarnya.
Mereka pacaran saat SMP, yaitu 10 tahun yang lalu. Untuk beberapa alasan dia pergi dan memutuskan untuk tidak melihat Akashi lagi. Namun, disinilah dia sekarang, satu jam menuju pertemuan yang telah ditakdirkan.
"Tidak bisakah kau saja yang pergi menginterviewnya, Riko-san? Aku hanya seorang guru dan aku tidak tahu apa yang harus aku tanyakan." Dia benar-benar tidak ingin melihat Akashi. Tidak sekarang dan tidak untuk selanjutnya.
"Tetsuya, tolong, ini sangat penting untukku dan karirku. Walaupun aku sangat ingin aku sendiri yang akan pergi, namun aku juga tidak bisa mengabaikan pertemuanku dengan orang tua tunanganku hanya karena interview. Aku tidak ingin mereka beranggapan buruk tentangku. Lagi pula mengapa kau segitu paniknya? Ini hanya interview apalagi aku sudah menyiapkan semua material yang akan kau butuhkan selama interview tersebut."
"Tetapi Riko-san, aku-"
"Kumohon Tetsuya, kau satu-satunya orang yang bisa kumintai tolong. Please..." mohon Riko padanya. Tetsuya tidak bisa menolak permohonan temannya ini, namun bertemu dengan Akashi adalah hal yang tidak ingin dilakukannya. Apa yang harus dilakukannya?
"Baiklah, aku akan melakukannya." Dia menyerah. Wajah Riko langsung berseri-seri mendengar perkataannya.
"Yaay! Terima kasih Tetsuya." Ucap Riko sambil memeluk dirinya erat. "Aku berhutang padamu."
"Ya, ngomong-ngomong jika kau tidak cepat-cepat, kau akan ketinggalan kereta."
"Oh ya... OH! Aku hampir lupa." Riko mengacak-acak isi tasnya dan mengambil sebuah map dan alat perekam suara. "Ini adalah hal yang akan kau butuhkan. Di map itu terdapat pertanyaan-pertanyaan yang akan kau tanyakan dan gunakan alat ini untuk merekam jawabannya."
"Bagaimana cara menggunakannya?" Tanya Kuroko sambil memegang alat perekam itu.
"Kau hanya perlu menekan tombol yang ini untuk memulainya dan menekan tombol yang disebelahnya untuk mengakhirinya." Jelas Riko sambil mendemonstrasikan cara kerja alat perekam itu.
"Oke."
"Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu."
"Baik." Jawab Tetsuya saat dia menatap temannya pergi meninggalkan kafe. Dia kemudian beralih menatap map dan alat perekam yang terletak diatas meja. Dia menarik nafas dalam. Dia gugup, bagaimanapun ini akan menjadi pertemuannya setelah sepuluh tahun sejak terakhir kali dia bertemu Akashi. Dia penasaran apa yang akan terjadi. Akashi pasti membenci dirinya sekarang, pikirnya. Well, siapa yang tidak akan membencinya setelah apa yang telah dilakukannya. Tiba-tiba menghilang dan pergi tanpa mengatakan apapun, hanya sebuah surat bertuliskan "selamat tinggal". Dia bahkan tidak menulis permintaan maf di sana. Tindakan seperti itu tidak pantas mendapatkan pengampunan.
Dia segera menghabiskan milkshakenya sebelum memutuskan untuk pergi. Bagaimanapun Akashi sangat pada orang yang terlambat. Itulah mengapa dia akan berangkat lebih cepat. Dia tidak ingin Akashi semakin membencinya. Dia masih ingat betapa marahnya Akashi saat dia datang terlambat di salah satu kencannya. Akashi bahkan tidak berbicara padanya selama satu jam. Namun setelah beberapa percakapan manis, Akashi akhirnya tersenyum dan memaafkannya. Oh, betapa mudahnya jika memang seperti itulah permasalahannya sekarang.
Tetsuya tersenyum mengingat hal itu. Hari itu, dia pikir dia sedang bermimpi. Dia yang selalu menyukai Akashi bahkan sebelum Akashi menyadari keberadaannya. Akashi yang selalu hebat dalam hal apapun dan selalu menjadi yang terbaik. Waktu itu dia yakin kalau si Redhead tidak akan pernah membalas perasaannya. Dia menyerah akan harapan menyedihkannya bahwa Akashi akan menyadari keberadaannya. Namun saat dia telah menyerah, Tetsuya terkejut saat Akashi menyatakan cinta pada dirinya. Dia pikir Akashi hanya bercanda. Namun saat dia melihat pada manik heterochromatic itu, dia tahu bahwa Akashi serius.
Setelah pengakuan tersebut, mereka pacaran. Dia sangat senang dan dia yakin kalau Akashi juga senang... namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama.
Dia mengendarai mobilnya menuju perusahaan Akashi. Selama perjalanan, gugupnya semakin parah. Apa yang akan terjadi? Akashi terkenal kejam pada orang yang tidak mematuhi perintahnya. Walaupun saat SMP dia juga sedikit pembangkang tetapi Akashi tidak pernah kejam padanya. Namun kali ini dia tahu keadaannya berbeda, semuanya berbeda.
Saat dia melihat tempat tujuannya sudah dekat, dia tertawa sedih, menertawai dirinya sendiri. Bangunan itu benar-benar sesuai dengan standar Akashi. Dia bertaruh bahwa Akashilah orang yang mendesain bangunan itu. Dia melangkah masuk ke dalam setelah memakirkan mobilnya. Saat berada di dalam, dia kagum akan desain interior ruangan itu terutama bagian lobinya yang sangat besar. Dia menatap sekelilingnya dan mendapati beberapa orang yang menggunakan pakaian formal tidak seperti dirinya yang hanya mengunakan Polo sederhana dan celana berwarna coklat. Dia terlihat seperti orang nyasar.
Dia mendekati meja resepsionis. Saat sang resepsionis itu melihatnya, dia tahu orang itu pasti juga berfikir kalau dia orang yang nyasar. "Apa yang bisa saya lakukan untuk anda, Tuan?" tanyanya sopan.
"Aku ada janji dengan Akashi Seijuurou. Aku Kuroko Tetsuya, dan aku datang sebagai pengganti Aida Riko."
"Dia telah menunggu anda tuan. Dia berada di lantai teratas gedung ini."
"Terima kasih."
"Sama-sama."
Kuroko memasuki lift dan menekan tombol menuju lantai paling atas. Saat lift itu mulai naik, jantungnya kembali berdetak sangat cepat. Dia akan melihat Akashi, bukan besok ataupun lusa tapi sekarang. Tiba-tiba dia merasa lift berhenti dan terbuka, menampilkan seseorang yang tidak dia sangka-sangka akan dilihatnya.
Orang itu adalah Murasakibara Atsushi. Sepertinya dia juga sama terkejutnya dengan dirinya.
"Kuro-chin..."
"Murasakibara-kun..."
Murasakibara memasuki lift dan seperti biasa dia memegang snack di tangannya. "Aku tidak menyangka akan bertemu Kuro-chin di sini."
"Ya..."
"Jadi kalian berdua sudah baikan?"
"Tidak, tidak seperti itu. Aku bahkan berfikir kalau dia tidak tahu aku akan datang."
"Benarkah?... kau tahu... Aka-chin benar-benar berubah sejak kau tiba-tiba menghilang."
"... aku tahu." Tetsuya diam. Sebenarnya dia tidak tahu akan hal itu. Tentu saja dia tidak tahu, tidak setelah dia pergi tanpa memberitahukan pada siapapun.
"Benarkah?, jadi kau tahu tentang itu? Satu lagi, mengapa kau pergi Kuro-chin?"
Sebelum dia sempat menjawab pertanyaan itu, pintu lift terbuka di lantai yang sedang di tuju Murasakibara. "Baiklah, kurasa sampai di sini. Kita akan bertemu lagi, Kuro-chin. Sebaiknya kau bersiap-siap jika ingin bertemu dengan Aka-chin." Setelah itu pintu lif tertutup dan lanjut menuju ke atas.
Bersiap-siaplah jika ingin bertemu dengan Aka-chin, apa maksud perkataan Murasakibara-kun pikir Tetsuya. Namun dia tahu inti dari ucapan Raksasa itu. Tak lama setelah itu lif berhenti dan akhirnya dia tiba di lantai teratas. Ketika melangkah keluar, dia menyadari satu hal yaitu tempat itu kosong. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana.
Tetsuya melangkah maju dan setelah beberapa saat, di sana dia melihat meja resepsionis dan ada seorang wanita di sana yang kemungkinan sekretarisnya.
Si sekretaris itu melihatnya kemudian menyapa dirinya dengan senyuman. "Apa yang bisa saya bantu?" tanyanya.
"Aku di sini untuk interview."
"Kau pasti koleganya Aida Riko, benar?"
"Ya."
"Tolong ikuti aku." Kata sekretaris itu padanya.
Dia mengikuti orang itu sambil melihat sekelilingnya. Dia sadar bahwa jendela di ruangan itu menampilkan pemandangan kota Tokyo. Dia terkagum, seperti yang diharapkan dari Akashi Seijuurou. Dia berhenti saat sekretaris itu berhenti di depan sebuah ruangan sebelum dia melihat sekretaris tersebut masuk ke dalam. Di sana dia bisa mendengar suara dari dalam dan samar-samar dia bisa mendengar sekretaris itu berkata bahwa dia telah datang. Dia keluar dari ruangan itu dan mempersilahkan dirinya masuk. "Kau boleh masuk ke dalam."
"Oke. Terima kasih."
"Sama-sama." Balasnya dan kemudian dia melihat sekretaris itu pergi. Itu artinya dia hanya tinggal berdua dengan Akashi pikirnya. Memikirkan itu membuatnya semakin gugup. Dia genggam ganggang pintu dengan tangan kanannya. Hanya dengan sekali dorongan dia akan melihat Akashi lagi setelah sepuluh tahun berpisah. Jantungnya berdetak sangat cepat serasa mau meledak.
"Apa kau akan masuk atau tidak?" Dia bisa mendengar suara dari dalam. Itu suara Akashi, suara yang penuh akan otoriter dan ketegasan. Oh, betapa ia merindukan suara itu. Sangat.
Sekarang atau tidak pernah, pikirnya saat dia mendorong pintu itu dan masuk.
Akashi terlihat sedang membaca beberapa berkas saat Tetsuya masuk.
Tetsuya hanya memandanginya, memandangi rambut merah yang sangat di sukainya. Mata heterochromatic yang tidak pernah gagal memukau dirinya.
"Apa yang membuatmu..." Ketika Akashi melihatnya, dia bisa melihat keterkejutan di mata itu. Atau bisa dikatakan Akashi tercengang.
Kuroko Tetsuya berada di depannya
Dia ada di depannya
Pada saat itu Akashi merasa waktu berhenti.
TBC
Hallo minna-san, saya datang lagi dengan ff terjemahan yang baru, :) padahal saya masih punya hutang 2 ff lagi. Tapi mau gimana lagi, saya sangat menyukai ff yang ini, makanya saat dapat izin dari authornya langsung saya kerjakan. :)
Bagi yang bisa membaca ff berbahasa Inggris, saya sangat sangat menyarankan membaca ff ini, di sini AkaKuronya so sweet dan perjuangan mereka untuk bersatu tidaklah mudah. Dan yang paling penting HAPPY ENDING XD.
Saya ucapkan terima kasih pada minna-san yang telah membaca, memfaforit, memfollow, dan mereview ff "Akakuro Family AU" dan ff "Our Sweet Bet". Maaf jika saya tidak bisa menyebutin namanya satu-satu, pekerjaan menuntut saya untuk tidak terlalu sering memegang laptop. :'(. Tapi saya tahu kok siapa-siapa saja orangnya.
Balasan review ff "Akakuro Family AU"
Aishary : benarkah sudah mulai bagus? Senangnya, terima kasih sudah mau baca, saya akan lebih giat lagi cari ff AkaKuro XD tunggu ya,
Akakurofamily : masih belum ending kok, masih ada satu chap lagi, tunggu ya.
anxietyMine, Ryo-chan, Chris, sofi asat, myzmsandraa99, Shinju Hatsune : iya, ini sedang proses lanjutannya. Di tunggu ya
AkariHanna, Upik Abu : ini TBC kok, semoga mau menunggu lanjutannya.
Balasan review ff "Our Sweet Bet"
BlueSky Shin : sama-sama :)
Niena Uchimaki Kim 12 : terima kasih sudah baca, iya ceritanya emang so sweet banget, makanya saya sangat semangat waktu ngerjain yang ini.
Aishary : iya, sayapun merasa kalau mereka emang OOC banget, XD dan juga so sweet banget, bikin saya diabetes waktu bacanya. Oke,list saya sudah panjang, namun masih banyak author yang belum balas pesan saya. jadi saya sekarang sedang nunggu izin dari si Authornya dulu. Di tunggu yang lainnya ya.
Shinju Hatsune : terima kasih sudah baca, AkaKuro emang rajanya bikin diabetes XD
Sekali lagi, terima kasih bagi yang sudah mau meninggalkan jejaknya, semoga kalian suka dengan ff ini, dan karena saya masih baru di dunia tulis menulis ini, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Mohon bantuannya.
Akhir kata, REVIEW PLEASE,... ^o^
