"Kurasa sampai di sini saja. Kulihat tak ada perkembangan dalam hubungan kita," di umurnya yang baru menginjak empat belas tahun dan usia hubungan yang masih bau kencur, si laki-laki menyatakan keputusannya secara final. Jeon Jeongguk biasa dipanggil Jungkook mengangguk. Tau benar kalau mereka tidak bisa lagi mempertahankan hubungan yang masih belia ini.

"Aku juga merasa begitu. Tapi... Kita tetap berteman, kan?" nada bertanya sarat keraguan. Takut Taehyung—yang baru saja jadi mantan—tidak ingin melanjutkan komunikasi karena masalah sepele.

"Tentu..." senyum kotak yang menjadi ciri khasnya terkembang di wajah tampannya. Si Jungkook pun mau tak mau ikut menampilkan gigi kelincinya yang menggemaskan.

.

.

.

.

.

.

.


CLBK gak Nih!?

A BTS Fanfiction

Story (c) Suka Usotsuki

Pair : TaeKook

Rated : T

BTS and all character(s) isn't mine

WARNING! : seringkali paku-paku typo bertebaran, mohon dimaklumi. Chapter ini telah di-edit.


.

.

.

.

.

.

.


"Perkiraan cuaca hari ini berawan dan berpotensi hujan. Kepada seluruh masyarakat dihimbau untuk membawa payung karena hujan bisa saja datang secara mendadak. Jangan lupa-" siaran di televisi yang menyampaikan berita cuaca terdengar oleh ayah, ibu, dan anak yang sedang melaksanakan ritual pagi, yaitu sarapan.

"Baby Kookie, apa kau-"

"Ibuuuuu, sudah kubilang untuk menghilangkan panggilan 'baby' itu! Aku bukan Baby Kookie lagi, Buuuuu." anak tunggal dari keluarga Jeon merengut lucu. Roti selai kacang yang ia makan menjadi pelampiasan kekesalannya dengan cara mengoyak secara brutal.

Kepala keluarga Jeon melihat tingkah anaknya dari balik koran pagi ini memeringati, "Kookie, makannya pelan-pelan," sambil menyeruput teh melati kesukaannya.

Wanita yang mulai menandakan garis penuaan di wajahnya itu tertawa kecil melihat anak kesayangannya merengut lucu sambil mengelus kepala anaknya gemas, "Tapi bagi Ibu, Kookie tetaplah Baby." Ibu Jungkook sebenarnya sedih. Sedih karena menyadari waktu yang terus meroda membuat anak semata wayangnya semakin tumbuh besar. Rasa-rasanya baru kemarin ia mengeluarkan Jungkook melihat dunia, eh, tidak tahunya, putranya itu sudah tumbuh sebesar ini.

Rindu adalah hal yang wajar bagi seorang Ibu yang selalu merajut nostalgia tentang anaknya sewaktu masih kecil. Kookie kecilnya terlihat rapuh dan selalu butuh seseorang untuk membantunya. Membantu dalam mandi, makan, ganti baju, bermain, dan hal-hal lain. Semua itu ingin ia lakukan lagi. Ingin kembali di mana ia tidak perlu merasa kesepian saat ditinggal pergi suami bekerja, karena Jungkook selalu menemaninya.

Meski waktu meroda, usia berkurang, anaknya semakin besar, Ibu Jungkook tetaplah menganggap putra semata wayangnya ini 'baby'.

Helaan napas pelan dihembuskan, roti selai kacang telah habis, gelas berisi susu telah tandas, dan Jungkook pun siap mengawali perkuliahannya.

"Ibu, Kookie pergi dulu." satu kecupan sayang di pipi.

"Ayah, Kookie pergi dulu." satu kecupan sayang di pipi.

"Hati-hati ya, Baby Kookie!" seru sang Ibu sambil melambaikan tangannya.

"Ibuuuuuuu!" serunya sambil berlalu.

Ibu kembali tergelak, "Dia cepat sekali ya tumbuh besar?" gumamnya. "Yaaa... Kau benar sayang, rasanya aku rindu semasa dia masih kecil." timpal sang kepala keluarga sambil meletakan korannya, kemudian menarik pinggang istrinya tanpa aba-aba. Membuat sang istri memekik kaget.

"Bagaimana kalau kita membuat satu lagi, sayang?" kerlingan genit ia lemparkan bersamaan dengan senyuman menggoda, "Yah! Seharusnya kau sadar sudah tidak sekuat dulu!" cubitan gemas membuat Ayah Jungkook tertawa.

.

.

.

.

.

.

Hitung-hitung sudah lebih dari lima tahun mereka tidak bertemu atau saling menghubungi. Setelah putusnya hubungan, keluarga Jungkook memilih pindah rumah ke Busan. Meninggalkan kenangan bersama mantan di Daegu.

Kalau mengingat hubungan bau kencur dulu, rasanya Jungkook geli sendiri. Ia merasa sangat berlebihan. Jungkook tidak menyalahkan, toh, waktu itu mereka masih duduk di bangku SMP. Berlebihan hal yang wajar. Namun untuk sekarang, itu tidak. Jungkook sudah besar dan dewasa. Bertingkah berlebihan itu malah membuatnya geli sendiri.

Demi apapun, Jungkook malu bernostalgia tentang waktu bersama mantannya.

Di perpustakaan kampus yang tidak pernah sepi pengunjung, Jungkook terperangah melihat sosok yang tidak asing. Meski begitu, otaknya berusaha berpikir secara rasional, mantannya ada di sini?

Itu sungguhan mantannya?

Beberapa kali matanya mengerjap lucu. Setelah dirasa yakin, Jungkook bermonolog,

'Menyapa sebentar tidak masalah, kan? Putusnya juga secara damai.' pikir Jungkook.

Berbekal tebal buka serta memupuk keberanian—padahal hati dugeun-dugeun tak karuan—Jungkook berjalan mendekat ke mantannya waktu SMP itu.

"Hai Mantan!" cengiran lebar khas seorang Jungkook, yang terkenal dengan keimutannya serta gelar Bunny Boy yang disandangnya, ia pamerkan.

Sosok itu mengalihkan atensi ke Bunny Boy itu sambil memasang wajah bingung yang kentara,

"Siapa ya? Memang pernah pacaran ya?"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

'LHA- BANGSAT! AKU TIDAK DIANGGAP!'

"Hah? Salah orang! Maaf!"

Dengan rasa malu yang sudah sampai ubun-ubun, Jungkook pun akhirnya berlari menjauh dari perpustakaan dan-mantan.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.


Halo gaes! Sebelumnya panggil aku Uso sajaa. Ini adalah Vkook pertamaku, jadi aku sangat membutuhkan review kalian tentang pendapat kalian mengenai cerita ini.

Oh ya, sebelumnya Uso ingin memberi Warning. Uso tipe orang yang mager melanjutkan cerita, jadi jangan melambungkan harapan kalian pada FF ini ya /peace sign/

By the way, kalau review kalian membuat Uso semangat untuk melanjutkan, kemungkinan 70% akan Uso lanjutkan, tapi re-make menjadi Oneshoot/Twoshoot. Bagaimana?

Terimakasih ya gaes yang mau mampir kelapak ini bentar dan meluangkan waktu membacanya.

Note : FF ini sudah di-edit menggunakan bahas yang lebih baku. Chapter 2 menyusul.

Sincerely,

Suka Usotsuki