"The Future of Us"

Park Chanyeol

Byun Baekhyun

Park Baekhee

.

.

.

"Dasar tiang!"

"Pendek!"

"Mwo?! Kau pikir aku pendek? Tinggi kamu yang abnormal, Park!"

"Setidaknya mataku masih bisa melihat dengan benar melainkan matamu yang sipit!"

"Sipit?! Yak! Telingamu melebihi kapasitas!"

Begitulah keseharian seorang wanita cantik berbadan mungil, bersurai almond, dan bermata sipit dengan seorang pria tampan berbadan tinggi yang jauh lebih besar dibanding wanita tersebut.

"Byun Baekhyun! Bisakah kamu diam? Kau bisa membangunkan Kyungin!" teriak seorang wanita bermata bulat yang sedang menggendong seorang bayi berumur 1 tahun—yang merupakan anak pertamanya.

"Kau menyuruhku diam? Harusnya kamu menyuruh sepupu bertelinga abnormal itu, Kyungsoo-ya!" teriak Baekhyun balik, sehingga Kyungsoo menghela napas. Tadinya ia hanya bermaksud memanggil Baekhyun beserta sepupunya—Park Chanyeol—untuk menemaninya menunggu suaminya yang akan pulang larut malam karena tugasnya diluar kota. Tentu saja, dimana Baekhyun dan Chanyeol berdua, pasti suasana akan menjadi rusuh karena perkelahian mereka.

Ya, Chanyeol dan Baekhyun sudah bersama—atau terjebak menurut mereka—sejak mereka kecil. Bahkan bisa dikata sejak mereka lahir, karena orang tua mereka bersahabat. Orang lain akan berpikir jika mereka sudah selama itu bersama, mereka akan menjadi sahabat yang tidak terpisahkan.

Benar, mereka tidak terpisahkan. Namun setiap hari, hal yang pasti mereka lakukan hanya satu.

Berkelahi.

Berkelahi bukan berarti mereka saling membenci hingga tak sanggup melihat sesama, tidak. Mereka hanya berkelahi tidak jelas sama halnya dengan anak kecil.

Padahal mereka sudah menginjak usia berkepala dua.

Kini Baekhyun sudah sampai tahun terakhirnya di Seoul Arts University, sedangkan Chanyeol dan Kyungsoo sudah lulus tahun lalu. Sekarang, Chanyeol sudah mengambil alih perusahaan keluarganya sebagai CEO Park Inc.

Kalian bertanya-tanya mengapa Kyungsoo sudah punya anak?

Sebelum ia lulus kuliah, ia sudah bertunangan dengan Kim Jongin—suaminya sekarang—namun ia hamil sebelum nikah, dan terpaksa nikah di usia 21 tahun.

"Sudahlah Baek, kasian Kyungsoo daritadi teriak-teriak." kata Chanyeol akhirnya, sedangkan Baekhyun membelakkan matanya tidak percaya.

"Kau kasian padanya? Aku yang daritadi berteriak!"

"Sssshh.." kata Chanyeol sambil mengarahkan telunjuk jarinya ke bibir Baekhyun, membuatnya diam.

"Ngalah sekali saja, ya sayang?"

"Sayang?! Menjijikkan, Yeol." sindir Baekhyun jijik dan mendorong telunjuk Chanyeol kembali dan merajuk, membuat Chanyeol tersenyum hangat.

"Aww, kalian harusnya pacaran, bukan menjadi musuh bebuyutan." terdengar suara lain dari arah pintu depan, mengambil perhatian Chanyeol, Baekhyun, dan Kyungsoo.

"Yeobo!" panggil Kyungsoo dengan senyuman cerah. Dengan cepat, ia bangkit dari sofa—tetap menggendong Kyungin yang masih tidur—dan menghampiri suaminya yang berdiri di pintu.

Kyungsoo kemudian mengecup bibir Jongin, membuat Jongin tersenyum walaupun ia sangat lelah karena baru pulang dari luar kota.

"Bagaimana perjalananmu, Jongin?"

"Melelahkan, Kyung."

"Kalau begitu aku akan menaruh Kyungin di kamar dan menyeduh teh untukmu."

"Tidak usah, Kyung. Kyungin terlihat nyenyak."

"Aish, kau ini. Cepat lepas sepatumu dan gantung jasmu, kau bau sekali." adu Kyungsoo membuat Jongin terkekeh pelan dan mengangguk nurut kepada istrinya.

"Yo, Jongin." sapa Chanyeol.

"Yeah, Hyung." sapa Jongin balik. Chanyeol berusia 23 tahun, sehingga ia 1 tahun lebih tua daripada Jongin, Baekhyun, juga Kyungsoo yang seumuran. Alasan mengapa Baekhyun dan Kyungsoo tidak lulus bersama karena Baekhyun ingin mengulang tahun pelajaran itu sekali lagi. Menurutnya, supaya masa-masa kuliah lebih terasa dan bermakna.

Tentunya, Chanyeol pikir itu bodoh, dan tentunya, Baekhyun berpikir sebaliknya.

"Bagaimana tripmu, Jongin-ah?" tanya Baekhyun dengan lembut.

"Sangat melelahkan, aku seharusnya pulang lebih larut lagi, tapi aku kabur."

"Kabur? Apakah itu tidak apa-apa?" tanya Baekhyun khawatir.

"Tidak," kata Jongin. "Lagipula, bossku merupakan sepupu istriku sekaligus sahabatku, so why not?" katanya lagi sambil tersenyum berharap ke arah Chanyeol yang bermuka datar.

"Ya, ya. Kau boleh kabur kali ini karena telah membantuku dengan project ini." kata Chanyeol.

"You're the best, bro."

Chanyeol mengangguk dan tersenyum, sedangkan Baekhyun terkekeh, membuat Chanyeol menautkan alisnya bingung.

"Apa yang lucu?"

Baekhyun tersenyum mengejek. "Tidak, aku masih tidak percaya kau bisa mengambil alih perusahaan Park Abeoji."

"Apa yang tidak dipercaya? Tentu saja Appa memilihku, aku anak tertampannya." puji Chanyeol pada diri sendiri.

Raut muka Baekhyun berubah dan terlihat jijik dengan perkataan Chanyeol dan mendecih. "Narsis sekali kau, Park."

"Aku narsis karena kau menyukainya, sayang."

"Aah, berhenti melakukan itu!" teriak Baekhyun dan mengambil bantal sofa Kyungsoo dan melemparnya ke arah Chanyeol, namun tidak mengenainya dan malah mengenai Jongin yang duduk di belakang Chanyeol.

BRUK!

"Yak, Byun Baekhyun!" teriak Jongin kesal seraya mengusap pipinya yang terkena lemparan Baekhyun.

"M—mian, Jongin."

"Sudahlah, kalian ini seperti anak kecil saja. Kasian Jongin baru pulang." kata Kyungsoo sambil menaruh nampan dengan empat cangkir teh untuk mereka berempat dan sebuah piring berisi cookie buatannya.

"Tapi ia yang memulai!" kata Baekhyun dan Chanyeol bersama sambil menunjuk satu sama lain, Kyungsoo dan Jongin terkekeh pelan.

"Kapan kalian akan mengakui pada kita bahwa kalian pacaran?" tanya Jongin bercanda.

"Kami tidak pacaran!" teriak mereka berdua lagi.

"Berhenti mengikuti perkataanku!"

Dan lagi.

"Aish, kalian berisik. Jha, minum tehnya." tegur Kyungsoo.

"Ne.." kata mereka bersama sekali lagi dengan lesu, kemudian disusuli dengan tatapan sebal terhadap satu sama lain namun setelah itu segera mengambil cangkir mereka dan meminum tehnya.

"Oh iya," kata Kyungsoo seraya menaruh cangkirnya kembali. "Sudah jam 10 malam, apakah kalian akan menginap disini atau—"

"Kami akan pulang, Kyung." potong Baekhyun.

"Kenapa tidak menginap sekalian?"

"Aku belum mencetak tugasku, lagipula aku pulang bersama Chanyeol lagi."

Kyungsoo mengangguk. Setelah berbincang kembali selama beberapa menit, Chanyeol dan Baekhyun berpamitan pulang.

Suasana perjalanan pulang ke aparteman Baekhyun sangat sunyi. Entah apa yang merasuki salah satu dari mereka, tapi tidak ada yang mengeluarkan sepatah katapun. Dan itu membuat Chanyeol risih.

"Besok kau ada kelas 'kan, Baek?" tanya Chanyeol akhirnya, memecah kesunyian.

"Oh?" tanya Baekhyun yang terlihat kaget. "E—eoh.."

Chanyeol menangguk, kemudian berkonsentrasi menyetir mobilnya kembali.

Sesampainya di gedung apartemen Baekhyun, Chanyeol mengerem dan wanita bermata sipit disamping itu merapihkan tasnya dan menarik sabut pengamannya kembali, kemudian membuka pintu mobilnya.

"Kau tidak mau diantar ke dalam, Baek?" tanya Chanyeol, disusuli dengan Baekhyun yang menggelengkan kepalanya.

"Tidak usah, sudah larut malam. Eomonim akan mencarimu."

"Kau serius? Tidak mau diantar?"

Baekhyun mengangguk imut dengan senyuman di wajah cantiknya. "Eoh, sampaikan salamku pada Eomonim."

Chanyeol mengangguk dan melihat Baekhyun turun dari mobilnya dan menunggu sampai Baekhyun memasuki gedung apartemennya dengan raut wajah yang susah diartikan.

X

"Pagi, Yeol."

"Hey, Baek." sapa Chanyeol balik dan melihat Baekhyun memasuki mobilnya dan memasang sabuk pengamannya.

"Apa yang kau lihat-lihat?" tanya Baekhyun membuat Chanyeol membelakkan matanya dan menggeleng kepalanya.

"Ani, kau sudah sarapan?" tanya Chanyeol sambil menginjak gasnya dan mulai menyetir.

"Belum.."

"Mwo? Mengapa?"

"Aku telat bangun, aku benar-benar lelah." jawab Baekhyun lemah, membuat Chanyeol terkekeh pelan terhadap sahabatnya.

"Kalau begitu ayo kita sarapan, aku juga lapar."

Sesampainya di cafe langganan mereka—yang juga merupakan cafe milik sahabat Baekhyun—Chanyeol dan Baekhyun duduk di meja dekat jendela dan memanggil salah satu pelayannya.

"Aku mau satu beef sandwich dan lemon squash, kau mau apa, Yeol?"

"Aku secangkir kopi saja."

"Baiklah," kata Baekhyun dan menutup menunya dan memberinya ke pelayannya. "Saya pesan yang tadi saja, Bomi."

"Tentu, mohon ditunggu 10 menit, Baekhyun-ssi."

"Hm, terima kasih."

10 menit kemudian, pesanan mereka datang dan Baekhyun makan sedangkan Chanyeol membuka hp-nya sambil meminum kopinya.

"Kau tidak makan, Yeol? Bukankah tadi kau bilang kau lapar?"

"Aku kehilangan seleraku, Baek."

"Huh? Tumben sekali pemakan sepertimu kehilangan selera."

"Sudahlah, makan saja. Kau akan telat kalau kita berkelahi lagi."

Baekhyun mengerucukkan bibirnya dan melanjutkan memakan sandwichnya.

Beberapa menit kemudian, Chanyeol dan Baekhyun melanjutkan perjalanannya ke Seoul Arts University.

"Nanti kau bisa menjemputku tidak?" tanya Baekhyun begitu turun dari mobil Chanyeol dengan jendela mobil yang terbuka.

"Hm, aku tidak akan terlalu sibuk hari ini. Jadi kurasa aku bisa menjemputmu."

"Arraseo, sampai jumpa nanti."

Chanyeol mengangguk dan melihat Baekhyun berjalan menuju gedung kampusnya kemudian menutup jendelanya dan memasang kacamata hitamnya, menyetir kembali menuju gedung kantor miliknya.

Sesampainya di gedung Park Inc., Chanyeol memberhentikan mobilnya yang kemudian diparkirkan oleh salah satu dari staffnya, dan memasuki gedungnya dan mengangguk kecil sambil tersenyum terhadap pegawainya yang berbaris dan membungkukkan badan mereka hormat.

Park Chanyeol menaiki liftnya ke lantai paling atas dan memasuki ruangan kantornya, tidak lupa disapa dahulu oleh Kim Jongin, sekretarisnya.

Begitu Chanyeol membuka pintu ruangannya yang besar, pria berbadan tinggi itu tersentak ketika melihat ayahnya duduk di sofa ruangannya dengan senyum hangat.

"Oh, Chanyeol, kau sudah tiba. Kau telat 15 menit, tau?" tegur ayahnya bercanda.

Chanyeol terkekeh. "Aku tadi mengantar Baekhyun dulu, Appa."

"Ah, begitu."

"Duduk saja, Appa." kata Chanyeol sambil berjalan ke arah sofanya dan duduk, disusuli oleh ayah tersayangnya.

"Ada apa? Tumben sekali Appa kesini." tanya Chanyeol langsung tanpa basa-basi.

"Hm.." gumam Tuan Park, membuat Chanyeol menautkan alisnya dan menatap ayahnya bingung—juga sedikit khawatir.

"Jadi begini, nak," mulai Tuan Park.

"Kau dan Baekhyun..."

X

"Yeol!"

Chanyeol yang tengah berdiri di pagar Seoul Arts University memutar badannya ketika mendengar suara cempreng yang sangat ia kenali sejak kecil.

Chanyeol tersenyum, "Hai, sipit." katanya mengejek kemudian menyeringai ketika melihat raut wajah Baekhyun yang tadi bahagia berubah.

"Dengar tiang, aku ini sipit karena aku merupakan wanita berbangsa Korea yang bangga. Memang kamu? Matamu tidak pantas dibilang mata Korea, jadi—"

"Setidaknya aku tidak memalukan negara kita yang terkenal memiliki warga berbadan tinggi." potong Chanyeol, Baekhyun terlihat kesal lagi kemudian mengangkat kakinya untuk menginjak kaki Chanyeol, namun tidak berhasil karena Chanyeol tiba-tiba berjalan ke arah mobilnya.

"Aku sudah terlalu hafal denganmu, Baek. Kajja."

Baekhyun mendecih kesal dan melangkahkan kaki kecilnya kasar dan memasuki mobil Chanyeol.

Perjalanan pulang sunyi, mungkin karena Baekhyun yang masih kesal dengan Chanyeol.

But don't worry.

Hal itu sudah sangat biasa apabila mereka baru 'berkelahi', dalam hitungan menit mereka pasti sudah kembali berbincang lagi.

Baekhyun yang sedari tadi melihat keluar jendela, tersentak kaget ketika melihat mobil Chanyeol melewati gedung apartemennya.

"Yak, tiang. Apa matamu buta? Kau melewati apartemenku, bodoh."

"Diamlah, kau berisik. Appa menyuruh kita berkumpul di rumah Byun Abeoji." jawab Chanyeol yang tidak meninggalkan pandangannya dari jalan.

"Rumah Appa? Tumben sekali."

"Entahlah, aku juga tidak tau."

Ketika mereka sampai di rumah Baekhyun, Chanyeol mengunci mobilnya dan berjalan ke arah pintu depan dan memencet bel rumah Byun.

CKLEK

"Baekkie!" sapa seorang wanita paruh baya yang masih terlihat amat cantik, membuat Baekhyun tersenyum manis.

"Eomma!" sapa Baekhyun balik ke ibunya dan memeluknya, sedangkan Chanyeol berdiri melihat reuni kecil ibu dan anak itu.

"Chanyeol-ah, apa kabar? Bagaimana perusahaanmu? Semua baik 'kan?" tanya Nyonya Byun seraya memeluk Chanyeol.

"Aku baik-baik saja, Eomonim. Dan ya, Park Inc. baik-baik juga." jawab Chanyeol.

"Jha, kita masuk. Yang lain sudah berkumpul."

Baekhyun mengernyit bingung. Yang lain? Siapa lagi yang datang? pikir Baekhyun.

"Baekhyunieeeee~" panggil seorang wanita cantik yang terlihat beberapa tahun lebih tua dari Baekhyun.

"Yoora eonni!" sahut Baekhyun dan bergegas ke anak sulung keluarga Park.

"Apa kabar, Baekhyunie?"

"Baik, eonni sendiri?"

"Luar biasa, sebentar lagi kamu punya keponakan, Baekhyunie."

"Uwaa, jinjja?! Usianya berapa?"

"Baru 3 minggu, makanya tidak kelihatan."

"Selamat, eonni." Baekhyun menarik Yoora ke pelukannya kembali. Ia senang untuk Yoora.

Setelah itu, Chanyeol, Baekhyun, juga Yoora masuk ke dalam rumah dan melihat keluarga Byun, begitupula keluarga Park.

Ketika semuanya berbincang, Baekhyun masih bingung mengapa semuanya tiba-tiba berkumpul di rumahnya. Bukannya ia tidak suka. Namun sejak Baekhyun dan Chanyeol kuliah, mereka tidak pernah berkumpul seperti ini karena kesibukkan.

"Baekhyunie?" panggil wanita cantik paruh baya yaitu Nyonya Park.

"N—ne, Eomonim?" jawab Baekhyun terbata-bata, entah kenapa.

"Mengapa kamu melamun?" tanya Nyonya Park menarik perhatian orang lain yang tadinya berbincang-bincang.

"U—uh, tidak. Aku cuma berpikir mengapa tiba-tiba kita berkumpul seperti dulu—maksudnya dalam rangka apa." Baekhyun akui.

Seketika senyum yang tadi terpasang di wajah Tuan Byun dan Tuan Park memudar dan berekspresi serius.

"Begini, Baekhyun.." mulai Tuan Byun.

Gadis bungsu bermarga Byun itu menelan ludah gugup, ia bingung dan sedikit khawatir apa yang ayahnya itu akan katakan.

"Kau dan Chanyeol akan kami jodohkan."
.

.

.

.

.

.

.

.

.

.
"MWO?!"

Baekhyun berteriak sendiri, sedangkan Chanyeol hanya diam dan melihat arah lain.

"A—a—aku akan dij—jodohkan?! Dengan C—chanyeol?"

Keluarga Byun dan keluarga Park mengangguk sambil tersenyum, sedangkan Nyonya Byun terlihat bersemangat.

"Hebat 'kan, Baekkie? Kau dan Chanyeol akan menikah!"

"HEBAT APANYA EOMMA?" teriak Baekhyun sambil berdiri dari sofa.

"M—mengapa aku dijodohkan? Dan dengan Chanyeol? Yak, Park bantui aku!" pinta Baekhyun sambil mengguncang-guncang badan Chanyeol yang sedari tadi hanya diam.

"Sudahlah, Baek. Kau berisik sekali."

"B—berisik? Kenapa kau tidak terlihat kaget sepertiku?"

Chanyeol menghela napas. "Karena aku sudah tau."

"K—kau sudah tau? Kapan? Mengapa kau tidak memberitahuku?"

"Tadi siang di kantor, Appa datang dan memberitahu kita akan dijodohkan. Awalnya aku kaget—sepertimu, tapi aku tidak ambil pusing. Lagipula kita sudah bertahun-tahun bersama."

Mata sipit Baekhyun berkedut sebelah dan menganga tidak percaya.

"Nah, Baekhyun. Abeoji dan Appamu sudah membeli rumah untukmu dan Chanyeol. Nanti malam kau menginap disana ya." kata Tuan Park.

"Rumah?! Untukku dan C—chanyeol?"

"Iya, dan—kau tidak boleh kabur." kata Tuan Byun sekarang sambil menunjuk ke arah Baekhyun.

"Oh ya? Appa akan mengancam aku? Tch, it won't work this time."

"Oh yes it will. Kalau kau tidak mau menginap disana bersama Chanyeol, Appa akan menunda trip kamu ke Paris hingga tahun depan."

"Mwo?! Appa jangaaaaaaann.." pinta Baekhyun sambil berjongkok dan memeluk kaki ayahnya. Sejak kecil, Baekhyun berimpian menjadi designer, dan tentunya ia ingin ke Paris, the city of fashion. Awalnya, Tuan dan Nyonya Byun bilang ia bisa ke Paris bulan depan setelah final exam di kuliah. Dan Baekhyun sangat senang. Namun apa ini? Ia bilang akan menundanya? Sampai tahun depan?

"Tidak bisa, Baekhyun. Kau harus menuruti Appa kali ini."

"ANDWAAAAAEEE!"

X

"Sampai jumpa, Baekkie! Have a nice night with your future husband." kata Nyonya Byun sambil melambaikan tangannya dari mobil.

Setelah Baekhyun merajuk dan menangis tidak mau, ia akhirnya mengalah setelah sekian kali diancam dan mereka akhirnya berhasil mengantar Baekhyun dan Chanyeol ke rumah barunya yang tidak jauh dari kediaman Byun.

Begitu sampai, Baekhyun menjatuhkan badannya di sofa ruang keluarga dan menggumam hal-hal tidak jelas, membuat Chanyeol terkekeh pelan dan jalan ke arah Baekhyun. Pria bermarga Park itu jongkok dan mengelus rambut Baekhyun seraya berkata, "Sudahlah, Baek. Kau seharusnya bangga akan memiliki suami tampan sepertiku."

Baekhyun menoleh kepalanya dan menatap Chanyeol tajam seakan-akan berkata talk again and I will stuff this pillow in your mouth, membuat Chanyeol diam seketika.

"Tapi kurasa ada tidak enaknya menikah dengan gadis aneh bermata sipit yang sayangnya merupakan temanku."

Seketika Baekhyun bangun dan memukul Chanyeol dengan bantalnya.

"HUAAAA! Mengapa ini terjadi padakuuuu?!" teriak Baekhyun.

"Ini semua salahmu, tiang!"

"Mwo?! Salahku darimana? Aku hanya mematuhi kata-kata orangtuaku!"

"Tapi kau bisa menolaknya karena mereka pasti mendengarmu!"

"Kenapa tidak kau saja yang bilang?!"

"Karena mereka menganggap aku hanya gadis aneh yang kekanak-kanakan!"

Chanyeol diam sejenak. "Hm.. Memang benar sih."

Mata Baekhyun membelak dan ia kembali memukul Chanyeol dengan bantalnya berulang-ulang.

"THIS IS ALL YOUR FAULT!"

"HOW IS THIS MY FAULT?!"

"IT WAS YOU WHO AGREED TO THEM!"

"I NEVER AGREED TO ANYTHING!"

"YOU DID!"

"I DID NOT"

"WHY YOU LITTLE—"

TING TONG

Baekhyun dan Chanyeol berhenti berkelahi dan melihat ke arah pintu.

Chanyeol menghela napas. "Paling Eomonim." katanya kemudian berdiri dan berjalan ke arah pintu untuk membukanya, diikuti oleh Baekhyun.

Chanyeol membuka pintunya dan melihat didepannya. Tidak ada orang? Chanyeol dan Baekhyun menoleh ke arah-arah lain dan mengernyit bingung.

"D—disini!" terdengar suara kecil dari bawah, menarik perhatian sepasang sahabat itu. Chanyeol dan Baekhyun melihat arah bawah pelan-pelan dan tersentak ketika melihat anak perempuan kecil berambut cokelat, bermata sipit, dan berpakaian dengan gaun pink yang imut dan pas di badannya, serta sebuah tas selempang yang melekat pada dirinya.

Siapa anak ini? pikir Chanyeol dan Baekhyun.

Raut wajah anak itu menerang dan terpasanglah senyuman yang besar di wajah cantik dan imutnya.

"Eomma! Appa! Baekhee menyari kalian!" katanya sambil memeluk Chanyeol dan Baekhyun.

Chanyeol dan Baekhyun kaget dan melihat satu sama lain.

"Hah?"
.

.
a/n : IM BACK WITH A NEW FIC HAHA

bagi yang nungguin A Cinderella Story, sabar yaa.. Masih proses/?

Suka sama ff ini ga? Hehe tiba-tiba punya ide bikin gini.

Leave a review yaa