Illegitimate Child
-o-
Chapter 1 – Midnight disturbance
Saat itu kira-kira pukul dua belas tepat tengah malam, di mana seluruh penduduk kota telah terlelap sejak lama. Lampu jalanan di depan lorong gang hanyalah satu-satunya penerangan selain bulan purnama yang bersinar terang malam itu. Kawanan burung gagak hitam yang berkoak, terbang dari lintasan tiang listrik memberikan bunyi-bunyian yang mencekam, mendetakkan jantungmu bak metronome yang dipasang hingga ukuran presto..
Bayangan hitam dengan cepat berlari menuju lorong yang segera berakhir dengan dinding tinggi bata kusam yang penuh coretan graffiti yang dibatasi dengan jeruji kawat besi yang tajam. Kakinya yang hanya mengenakan sepasang sandal beberapa kali menapak diatas genangan air bekas hujan malam tadi. Bayangan itu memperlambat langkahnya ketika ia mencapai rumah terakhir dari lorong itu. Ia berhenti sebentar di depan pintu lalu dengan tangannya yang tergetar ia membunyikan bel kuningan sambil mengetuk pintu itu perlahan.
Pasangan alchemist yang distaffkan di North City, yang baru saja hendak tidur setelah malam mereka yang panjang itu dihentikan oleh bunyi bel barusan. Sang suami, kira-kira berumur 40 tahunan, masih menguap dengan jubah tidurnya, segera menyalakan lampu dan mengambil sandal bulunya, berjalan turun ke bawah sembari mengambil kunci pintu dan membukakannya bagi orang yang mengganggu ketenangannya di malam hari.
"permisi," sahut orang yang mengenakan kain panjang yang menutupi dirinya sehingga terlihat seperti bayangan hitam. Ia menurunkan kain panjangnya hingga memperlihatkan bagian kepala dan wajahnya. Seorang wanita dengan rambut kuning emas panjang terurai. "maaf mengganggu malam-malam. Tapi saya sedang buru-buru…"
Ice Alchemist, sang suami yang tadi membukakan pintu itu terhenyak sebentar. "anda…."
Wanita itu cepat menggangguk.
"Namun, bagaimana mungkin ?!" katanya setengah berteriak. "dia kan sudah…."
"Tidak." Potongnya sebelum kalimat itu meluncur dari mulut sang alchemist. "buktinya yang di depan anda ini bukanlah hantu."
Lelaki itu menghela nafasnya dengan keras. "ya sudahlah. Aku percaya." Ia menggerakkan tangannya, mempersilahkan wanita itu masuk. "ayo. Sudah malam."
"maaf…" ia menggeleng. "saya ada perlu. Saya harus segera." Ia meluncurkan kain yang dari tadi menutupi badannya sambil memberikan sebuah bundelan kecil pada lelaki itu. "Tolong titip."
Lelaki itu menerima benda yang diberikan wanita itu tanpa satupun hal yang terregister kedalam otakknya. Ia terdiam. Hingga sampai wanita itu memberikan selamat malam dan meninggalkan rumahnya, hingga pintu kayu itu tertutup pun ia masih terdiam. Ditatapnya sekali lagi bundelan kecil pemberian wanita itu. Rasanya sedikit berat dan panas. Kemudian, beberapa saat setelah itu, pecahlah suara kencang dari dalam benda itu, yang menyentaknya hingga hampir menjatuhkan apa yang ada di dalam dekapannya.
…seorang bayi….
Ia terdiam. Siapa anak ini ? Siapa ayahnya ? Atau siapa ibunya ? Mungkinkah wanita tadi ialah ibunya ? Atau dia hanya dititipi saja ? Kenapa dia bertindak seolah-olah tidak banyak lagi waktu baginya ? Atau mungkin dia ingin membuang anak ini namun tidak sanggup ? Mengapa dia yang dititipi anak ini, dan mengapa waktunya tengah malam begini ? Apa ini anaknya ? Hah ! darimana ?! Ia tidak pernah berhubungan dengan wanita lain selain dengan istrinya. Beribu pertanyaan mengawani pikirannya.
"siapa ?" Tanya istrinya, water alchemist yang sedikit kuatir akan keadaan suaminya, sehingga ia menyusulnya turun ke bawah. "siapa yang datang malam-malam begitu ??"
Pertanyaannya tidak terjawab. Wanita itu berjalan lebih jauh untuk menghampiri suaminya yang berdiri tegak bagikan patung es sambil memegang sesuatu yang berbunyi-bunyi di tangannya.
"ini…." Bisiknya pelan sambil mengamati benda itu. Sedikit tidak percaya, namun ini bukanlah mimpi.
"ya, ma…setidaknya ada kesempatan bagi kita setelah bertahun-tahun berusaha mengisi kesepian yang menghantui di rumah ini."
Mata wanita itu sedikit berkaca-kaca sambil perlahan mengambil bundelan kecil itu dari tangan suaminya. Gerakan pelan bayi itu di tangannya… Ingin sekali ia merasakannya dari lama. Jauh sebelum datangnya hari ini. Tangannya dengan lembut membuka kain yang menutupi bayi itu, lalu perlahan membelai rambut hitam legam ebony sang buah hati.
Ice Alchemist memajukan sedikit posisinya sambil menyelipkan satu lengannya di pinggul istrinya, memeluknya erat, satu lagi, ia gunakan untuk menyentuh wajah bayi kecil itu dengan lembut. "sepertinya kesibukan rumah tangga kita baru akan dimulai sekarang sejak kita menikah dulu, ya…"
Wanita itu tersenyum, lalu perlahan, keduanya naik bersama ke kamar tidur mereka bersama satu anggota keluarga baru mereka, yang dengan penuh harapannya akan menghangatkan hari-hari mereka kedepannya.
Malam itu, awan gelap yang menutupi bintang mulai menyingkir. Malam terasa lebih bersahabat. Dari ujung lorong jalan gelap, terdengar alunan suara merdu nyanyian nina bobo yang menenangkan.
TBC
