Disclamer: Masahi Kishimoto

Rated: T

Genre: Romence, Hurt/comfort

Pair: SasuNaru always... ^^,

Warning: BL/YAOI. Typo bertebaran. Ide pasaran. Penggunaan bahasa yang kurang seseuai. Dan masih banyak kekurangan lainnya.

Author's Note: Gomen minna, jika ff piiu terasa mirip-mirip dengan karya author lain, tapi ini murni dari otak bebal piiu yang banyak kurangnya inii.

Piiu-chan present...

Happy reading^_^

Pernikahan itu sudah berjalan 2 tahun. Pernikahan antara Uchiha Sasuke dan Uzu- ahh panggil dia Uchiha Naruto sekarang. Awalnya, semuanya berjalan dengan normal meskipun hubungan keduanya tidaklah bisa disebut demikian. Ya! karna mereka adalah pasangan sejenis. Mereka berdua sama-sama lelaki. Mereka gay!.

Meskipun sebagian orang sudah tidak mempermasalahkan orientasi sexsual semacam itu, tapi bukankah masih ada sebagiannya lagi yang menganggap mereka aneh? begitu juga orang tua Sasuke, mereka tidak merestui pernikahan Sasuke dan Naruto. Memangnya siapa yang mau anaknya menikah tanpa bisa memberikan keturunan? bukankah manusiawi jika dalam suatu keluarga berharap bisa diramaikan dengan adanya makhluk yang disebut 'cucu'?. Tapi pada saat itu Sasuke kekeh mempertahankan Naruto, dia akan tetap menikah dengan pemuda itu dengan atau tanpa restu orang tuanya. Pikir Sasuke waktuitu. Sementara orang tua Naruto? mereka sudah meninggal sedari Naruto kecil, Naruto hidup sendiri, menghidupi dirinya sendiri dengan bekerja paruh waktu saat sekolah duli. Mungkin itu yang membuat bungsu Uchiha itu jatuh cinta.

Hingga 2 tahun sudah beralu, Namun hubungan Sasuke dan Naruto sedikit merenggang. Sasuke akui, ia iri disaat teman-temannya memarken betapa lucunya anak mereka. Lalu ia bisa apa ketika 'istri' yang dia punya bergender sama dengannya.

Sudah 2 minggu Uchiha Mikoto, ibu dari Uchiha Sasuke tinggal dirumah yang Sasuke beli untuk ia tinggali bersama dengan Naruto. Rumah yang ia beli dari hasil keringatnya sendiri. Entah apa tujuannya, tapi jika ditanya wanita itu hanya menjawab 'ingin memperbaiki hubuungan'. Meskipin pada kenyataannya, wanita yang terlihat lebih muda dari usianya itu selalu mengeluarka kata-kata hinaan untuk menantunya.

Pagi itu, Mikoto memasakan makanan kesukaan anaknya Sasuke, meskipun tak jarang Naruto pun melakukan hal yang sama, ternyata Sasuke juga rindu masakan wanita yang telah melahirkannya itu.

"Lihat bagaimana kelakuan orang itu Sasuke, bagaiman mungkin kau bangun lebih dulu darinya ketika statusnya adalah seorang yang harus melayani semua kebuthanmu, jika kau menikahi wanita, kau bisa mendapatkan perlakuan lebih baik dari ini." Wanita paruh baya itu melemparkan sindiran pada Naruto. "dan yang lebih penting, aku sudah menggendong cucu saat ini." lanjutnya.

Neruto yang disindir seperti itu hanya menundukan kepalanya. Sementara Sasuke diam. Tidak seprti tahun-tahun sebelumnya saat seseorang sedang memojokan Naruto, Sasuke akan dengan cepat membelanya. Tapi untuk kali ini berbeda. Sasuke tidak memberikan statmen apapun untuk membela Naruto.

Mikoto, Sasuke dan Naruto menikmati sarapan itu dengan damai. Sasuke yang sudah lama tidak merasakan masakan ibunya terlihat sangat lahab memakan makanannya. Hingga tiba-tiba...

"Hoeeekk." Naruto memuntahkan makanannya tepat disamping meja makan. Mikoto menatap sengit pemuda pirang itu, wanita itu mengira Naruto melakukannya dengan sengaja. Mikoto beranjak meninggalkan sarapannya. Masuk ke kamarnya lalu mengemasi bajunya kedalam tas.

"Kaa-san.. apa yang Kaa-san lakukan?." ucap Sasuke sembari memegang salah 1 tangan ibunya. Wanita itu menangis.

"Kaa-san mau pulang. Kaa-san merasa tidak dihargai disini, kau lihat dia.. dia bahkan berlaku seperti itu pada Kaa-san, padahal Kaa-san sudah membuat makanan itu dengan susah payah." ucapnya disela-sela tangisnya.

"Kumohon Kaa-san... tetaplah disini!? aku akan memperlakukan Kaa-san dengan lebih baik." nada suara Sasuke melembut.

"Tidak!." kata sang Ibu tegas. Wanita bersurai hitam panjang itu berjalan keluar, mengabaikan Naruto uang sedari tadi hanya bermanik biru layaknya langit musim panas itu terlalu takut bahkan utuk sekedar mengucapkan kata maaf.

Sasuke yang berjalan dibelakang Mikoto berhenti sebentar, mentap Naruto dengan tatapan tajam yang terasa begitu menusuk. Tidak menyangka 'istri' nya akan bersikap se-tidak sopan itu pada ibunya.

Mikoto terus berjalan kearah jalan raya, mengabaikan teriakan Sasuke yang terus memnggilnya. Hingga saat ia akan menyebrang..

BRAKKKK!

Kejaidian itu begitu cepat. Sebuah mini bus menabrak Mikoto hingga terpental jauh. Wanita itu meninggal ditempat.

Sasuke mematung. Masih belum bisa mencerna apa yang baru saja terjadi. Tapi beberapa detik kemudian Sasuke berlari menghampir tubuh ibunya yang terbaring ditengah jalan. Onyxnya membelalak tak percaya. Ia terduduk, meraih kepala sang ibu yang berlumuran darah. Kemudian meletakannya diatas pangkuan. Pemuda bersurai raven itu meraung. Menjerit, meneriakan nama ibunya berkali-kali.

"ibu... hiks..."

Singkatnya, proses pemakaman telah usai dilaksanakan. Sasuke datang me kediaman Uchiha tanpa Naruto. Kepala keluarga Uchiha, Uchiha Fugaku, melarangnya. Dia murka, membuat hubungan ayah dan anak itu semakin buruk.

"Kau puas Sasuke? Apa kau puas telah membunuh Ibumu dengan tingkah egoismu, hah?! Jika saja kau tidak melakukan hal menjijikan itu semua ini tidak akan terjadi" kata Fugaku marah.

Diam.

Sasuke hanya bisa diam menaggapi kemarahan ayahnya. Dia memutuskan untuk kembali kerumahnya, tapi saat ia baru keluar dari kediaman Uchiha langkahnya dihentikan oleh sosok pria bersurai hitam panjang yang mirip dirinya. Uchiha Itachi. Anikinya.

"Jangan dengarkan apa yang dikatakan oleh Tou-san, Otouto. Semua ini bukan karna Naruto. Jangan pernah menyesali apapun yang telah terjadi. Kami-sama sudah mentakdirkannya" kata Itachi bijak.

Sasuke tak menanggapi ucapan Itachi, lalu bergegas pergi meninggalkan Anikinya yang masih menatap sendu dirinya.

2 minggu sudah berlalu sejak kematian Mikoto. Sasuke jarang pulang kerumahnya, hubunyannya dengan Naruto pun semakin buruk. Meskipun begitu Naruto tetap bersikap layaknya 'istri' yang baik untuk Sasuke. Menyiapkan sarapan setiap pagi, meskipun terkadang hanya dilihat tanpa disentuh sedikitpun. Menunngu Sasuke pulang setiap malam hingga tertidur disofa, meskipun paginya ia menemukan dirinya masih sendiri dirumah.

"'Suke, aku ingin pergi kedokter hari ini. Aku merasa sedikit aneh dengan tubuhku. Apa kau mau mengantarkanku?." ucap Naruto ragu-ragu, tapi dalam nadanya terdengan sebuah harapan agar Sasuke mengiyakan kemauannya.

"Aku sibuk. Kau pergi sendiri saja!." hancur sudah harapan Sasuke, Naruto tersenyum kecut.

"Y-ya sudah tidak apa-apa. Aku akan pergi sendiri." Naruto tersenyum kearah Sasuke yang tak menatap dirinya. Pemuda bersurai pirang itu menghela nafas dalam diam. Berusaha menaha kesedihannya.

Wanita berambut pirang yang diikat 2 disisi kanan dan kiri telinganya menghela nafas kasar, menilik kertas hasil tes kesehatan pria didepannya. Dalam waktu 2 jam ia telah mengecek hasil itu berulang-ulang, memastikan agar dia tak salah. Tapi berapa kalipun diperiksa hasilnya tetap sama.

"Jadi... apa yang terjadi dengan tubuhku Tsunade-san? menurutku gejalanya seprti masuk angin biasa, tapi ada beberapa hal lain yang aku fikir... aneh" kata pria itu "Hahh... aku sudah mengeceknya berulang kali, dan hasilnya tetap sama, Naruto." wanita berdada besar itu berucap tanpa menatap lawan bicaranya.

"Katakan saja... aku akan siap mendengarnya, apa.. apa aku sakit parah, Tsunade-san?" Naruto menelan ludahnya.

"Tidak. Bukan itu... kau- kau hamil Naruto." kata wanita itu sambil memijat pelipisnya.

Naruto membeku. Lalu tersenyum remeh menanggapi ucapan Dokter dihadapannya yang hanya dianggap candaan saja. Mana mungki dia hamil, dia kan laki-laki.

"Jangan bercanda Tsunade-san.. katakan yang sesungguhnya. Aku akan menerimanya dengan lapang dada." ucap Naruto lagi masih mengulum senyum diwajah manisnya.

"Aku tidak bercanda Naruto, kau memang hamil. Tubuhmu memang berbeda dengan pria lain, kau spesial." Ujar Tsunade tulus.

"Ta-tapi mana mngkin Tsunade-san? aku ini tulen adalan seorang laki-laki. Jadi mana mungkin laki-laki bisa hamil." ucap Naruto masih tak percaya.

"Mungkin Naruto, Dalam kasusmu ini disebut hemoprodyt(eh bener gak? kalo salah ya dimaklumin aja. Khukhukhu) tapi memang ini sangat jarang terjadi, sebuah keajaiban. Kau bisa memberikan keturunan untuk Sasuke, Naruto." Ya! Tsunade memang mengenal baik Sasuke dengan Naruto, bahkan ia tau hubungan keduanya.

Saphire Naruto berkaca-kaca, aliran sungai mulai menganak dikedua pipinya. yang dihiasi 3 garis kumis kucing. Entah kebaikan apa yang dia lakukan dimasa lalu hingga Kami-sama memberi anugerah yang tak terduga untuknya.

"aku masih belum dapat mempercayainya Tsunade-san, ini sungguh tak pernah terfikir olehku." ucap Naruto disela tangisnya.

"Kau harus percaya Naru, lihat! hasilnya positive, usianya sudah 2 bulan." Tsunade menyerahkan selembar kertas hasil tes kehamilan Naruto. "Apa kau senang?." lanjut Tsunade sembari tersenyum pada Naruto.

Naruto mengangguk cepat, menerima kertas dari tangan Tsunade. Meremas sedikit kedua sisi kertas tersebut. Pemuda bersurai pirang itu menundukan kepalanya dalam-dalam. Air matanya mengalir semakin deras.

"Terima kasih... Tsunade-san."

Naruto berjalan menyusuri jalanan Konoha dengan langkah riang menuju halte terdekat dari rumah sakit yang baru saja ia kunjungi, melewati deretan toko dan caffe, senyum belum pernah lepas dari bibirnya semenjak keluar dari ruangan Tsunade

"Ini akan memperbaiki hubunganku dengan Sasuke." gumam Naruto sendirian.

Masih berjalan disisi trotoar, Naruto tetap mengulum senyum sepanjang perjalanannya, tapi tepat didepan caffe ke-5 yang ia lewati langkahnya terhenti. Seperti disambar petir disiang bolong, irish shapire Naruto membelalak tak percaya, ia melihat Sasuke didalam caffe bersama wanita dipangkuanya, mereka berciuman. BERCIUMAN!

Naruto masuk kedalam caffe guna memastikan kebenaran yang dia lihat, langkahnya memelan saat kebenaran itu benar terbukti. Dia menyaksikan Sasuke berciuman dengan sangat mesra bersama wanita yang ia kenali, wanita bersurai pink teman sekolahnya dulu saat diunversitas, Haruno Sakura.

"Suke..." ucap Naruto lirih.

"Ekhemmm... Sasu, a-ada Naruto." kata wanita itu a.k.a Sakura seraya melepaskan pagutan Sasuke dibibirnya, lalu turun dari pangkuan sibungsu Uchiha. Posisi Sasuke memang membelakangi Naruto.

Sasuke berbalik, memandang Naruto dengan pandangan datar.

"Kau melihatnya?." Naruto diam masih menatap sendu dua pasangan? itu. "Karna kau sudah melihatnya secara langsung, jadi aku tidak perlu repot-repot menjelaskannya lagi padamu, aku memang berniat menceraikanmu lalu aku akan menikah dengan Sakura." Naruto masih diam, air matanya kembali turun, tapi untuk kali ini berbeda. Jika tadi dia menangis karna bahagia, Kali ini dia menangis karna hatinya hancur.

Selembar surat cerai diberikan Sasuke pada Naruto. "Tanda tangani secepatnya, dan kau... harus mulai mencari tampat tinggal baru, karna rumah itu akan ku tempati bersama Sakura jika kami sudah menikah nanti." kata Sasuke tanpa perasaan.

Sementara Naruto hanya menatap datar selembar kertas yang diberikan Sasuke dalam beberapa detik, kemudian berlalu meninggalkan Sasuke bersama Sakura.

Naruto duduk ditepian Danau dekat kompleks perumahan miliknya, meratapi takdir yang entah kenapa seperti mempermainkannya. Setelah sebelumnya dia dibuat melambung ke angkasa karna sebuah keajaiban yang ia dapat, tapi dalam waktu hampir bersamaan ia dihujamkan kembali telak menghantam bumi atas penghianatan Suaminya.

Pemuda manis yang mampu memikat hati siapapun, bahkan straight sekalipun dapat merubah haluan menjadi 'belok' jika terkena pesonanya. Hanya manusia bodoh yang tak berfikir ulang jika akan meninggalkanya. Pemuda bertahtakn shapire dikedua maniknya itu, menangis dalam diam. Airmatanya hampir habis karna sejak tadi sudah ia kuras.

"Naru... apa itu benar kau?." sapa seorang pemuda berambut nanas dari jarak 5 meter.

Naruto yang medengar suara seseorang langsung cepat-cepat menghapus air matanya, kemudian membalikan tubuhnya untuk melihat siapa orang yang memanggilnya.

"Shika... " ucapanya lirih, orang yang dipanggil Shika itu kemudia berjalan mendekati Naruto.

"Sedang apa kau disini, sendiran... dimana Sasuke?." Pemuda berambut nanas itu, Nara Shikamaru. Adalah teman satu Universitas Sasuke dan Naruto dulu, begitu juga dengan Sakura. Hanya berbeda jurusan. Shikamaru juga salah satu orang yang pernah mempunya perasaan kepada Naruto dulu namun saat dia tahu jika Naruto sudah bersama Sasuke, pemuda itu memiih mundur. Ia juga tahu jika Sasuke dan Naruto saat ini sudah menikah.

Bukannya menjawab dengan kata-kata Naruto malah menjawab dengan suara isakan yang terdengar begitu memilukan.

"Hiks.. Shika... sesakk, rasanya begitu sesakk .. hiks... " kata Naruto terbata-bata sambil meremas dada kirinya.

"K-kau kenapa Naru... katakan! katakan padaku ada apa?." melihat Naruto menangis seperti itu membuat Shikamaru tanpa sadar mengepalkan kedua tanganya. Bagaimanapun juga, Naruto adalah orang yang ia sayangi, bahkan hingga saat ini.

"Sakit Shika... Sasuke.. dia... hiks... "

"Sasuke kenapa Naru.. apa terjadi sesuatu padanya, ayo cepat katakan padaku!" kata Shikamaru menggoncankan bahu Naruto pelan.

Naruto menggeleng pelan, lalu menyerahkan kertas hasil tes kehamilannya pada Shikamaru. "A-aku hamil Shika..."

SKIP TIME!

Setelah menceritakan perihal bagaimana ia bisa hamil dan penghianatan Sasuke terhadap dirinya, Naruto kembali menangis dihadapan Shikamaru. Karna tak tega, Shikamaru membawa Naruto kedalam dekapannya untuk menenangkan.

"Tabahkan hatimu.. aku akan membantumu menghadapi semuanya."

Malam ini, entah kenapa terasa lebih dingin dari biasanya. Mungkin karna sudah tidak pernah ada Sasuke disampingnya jika ia tertidur. Saat ini ia sedang berbaring diranjangnya, menerawang kemasa lalu saat ia masih bersama Sasuke melawati hari-hari bersama, mungkin ia akan memaafkan Sasuke saja lalu akan memberitahukan kabar bahagia yang masih belum ia beritahu kepada suaminya itu, hingga suara pintu dubuka membuyarkan lamunannya..

KRIET.

Naruto keluar dari dalam kamarnya melihat siapa yag datang, ternyata Sasuke-

"Ahh 'Suke, kau sudah pul-"

-bersama Sakura.

Ucapan Naruto terpotong saat melihat Sasuke datang bersama Sakura, Bukan hanya itu, tanpa memikirkan perasaan seseorang yang jelas-jelas mereka ketahui keberadaanya, Sasuke dan Sakura melakukan hal 'itu' didepan mata kepala Naruto. Pemuda yang mereka abaikan berbalik, menyembunyikan tubuhnya dibalik dinding tak jauh dari mereka. Selebihnya, Naruto hanya bisa mendengar desahan dan rintihan dari keduanya tanpa berani melihat.

"Padahal aku sudah ingin memaafkanmu 'Suke, tapi kau menghancurkanya lagi... hiks.. "

Kicauan burung dipagi hari menyambut bangunnya si bungsu Uchiha, bergegas kekamar mandi intuk mencuci muka dan menggosok giginya, setelah dirasa cukup bersih Sasuke keluar dari kamarnya. Biasanya... saat Sasuke bangun, makanan sudah tersaji dimeja makan, seburuk apapun sikap Sasuke pada 'istrinya' Naruto tetap bersikap baik padanya. Tapi hari ini, saat ia hendak sarapan ia mendapati meja yang masih kosong. Kemudian ia pergi kekamar Naruto untuk mengecak apa Naruto sudah bangun atau belum, tapi saat ia telah berada disana, Sasuke tidak menemukan Naruto.

"ck! pergi kemana si Dobe itu" ahh sudah berapa lama ia tidak memanggil Naruto dengan sebutan itu?.

Sorenya, kira-kira pukul 03:45pm, Sasuke mendengar suara deru mobil berhenti didepan rumahnya, karna penasaran pemuda bersurai raven itu menyingkap sedikit gorden yang berada disamping pintu keluarnya. Tanpa sadar, Sasuke mengeratkan genggaman pada gorden yang ia pegang.

"sampai jumpa lagi Shika..." sayup-sayup Sasuke dapat mendengar suara Naruto disebrang sana.

"Shikamaru, eh?" gumamnya bertany-tanya.

Naruto melangkahkan kakinya dengan riang, tadi dia habis memeriksakan kehamilannya yang sudah memasuki bulan keempat. Melakuka tes USG, dan ia sudah merasakan sedikit gerakan dalam perutnya. Ketika ia melihat bagaimanya tingkah calon anak didalam perutnya, Naruto sungguh bahagia. Bagaimana makhluk mungil itu menghisap jempolnya sendiri, menguasap wajahnya pelan, dan Naruto sedikit tersentak saat ia menyentuh perutnya dalam waktu bersamaan makhluk mungil itu menendangnya dari dalam perut. Untuk sesaat ia dapat melupakan sakit hatinya pada Sasuke. Sekali lagi, ia mengamati gambar bayi didalam perutnya pada hasil foto saat ia USG tadi, Naruto tersenyum lembut. Ia sungguh bahagia luar biasa.

Dari dalam rumah, Sasuke megamati gerak gerik Naruto yang terlihat bahagia, Ia mengernyitkan dahinya heran.

"Kenapa siDobe itu terlihat sangat bahagia."

Naruto hendak membuka pintu rumah dengan kunci cadangan, tapi belum sempat ia melakukan pintu sudah dibuka lebih dulu oleh Sasuke yang menatap tajam dirinya.

"Dari mana saja kau?." tanya Sasuke geram.

"Bukan urusanmu." Naruto menjawab dengan nada ketus.

"Menjadi urusanku jika kau masih tinggal dirumahku, aku tidak ingin ada orang yang pulang pergi seenaknya dirumahku." kata Sasuke menekankan kata 'dirumahku'.

"Ahh iya, maafkan aku Uchiha-san. Aku lupa jika aku masih berada dirumahmu. Jadi aku tidak boleh seenaknya ya?. Tapi kau jangan khawatir, dalam waktu dekat ini aku akan segera pergi dari rumahmu." Ucap Naruto ikut menekankan setiap kata rumahmu.

"Bagus jika begitu." lain dimulut lain pula dihati, entah kenapa ada gelenyar aneh saat Naruto mengatakan akan segera pergi dari rumahnya. Seperti persaan tidak rela?. Sejujurnya, Sasuke masih mencintai Naruto. Tapi perasaan itu tertutupi oleh perasaan bersalahnya terhadap sang ibu, dan keinginanya memiliki keluarga normal pada umumnya.

Naruto berjalan melewati Sasuke yang masih tak bergerak. Namun baru beberapa langkah Sasuke menghentikannya.

"Tunggu..." panggil Sasuke. "Apa itu ditanganmu?." lanjutnya saat melihat lembaran kertas yang dipegang Naruto.

"Bu-bukan apa-apa!." kata Naruto gugup, Ia tidak ingin Sasuke tahu apa yang sedang ia pegang.

"Kemarikan!." perintah Sasuke mutlak.

"Tidak!."

"Kubilang kemarikan!."

"Aku bilang, tidak!"

Tanpa seizin Naruto, Sasuke merebut kertas dari tangan Naruto, lalu melihat apa yang tertulis disana. Sasuke dapat melihat nama 'istrinya' dan Dokter yang menanganinya. Senju Tsunade. Kemudian melihat foto hasil USG disana.

Nafas Sasuke memburu, masih belum bisa memahami arti deretan tulisan yang ada dikertas itu, dan foto berupa perut bagian dalam berisi bayi itu?. Naruto, kau...?

"Apa maksudnya ini..." Sasuke bertanta lirih.

"..." Tak ada jawaban.

"Aku tanya sekali lagi apa maksudnya ini?." tanya Sasuke lagi menambah volume suaranya.

Naruto merebut kertas itu kembali dari tangan Sasuke. "Bukan ursanmu." desis Naruto, kemudian berlalu meninggalkan Sasuke.

To be continue...

Hallo minna... piiu dateng lagi bawa ff baru. *nyengirkuda*

Gaya banget ya? hahaha, author baru aja udah sombong publish ff baru sementara yang kemaren belum dilanjutin . hehehe

Gomen.. gomen... abis idenya udah dikepala sih jadi gatel kalo gaditulis. khukhukhukhu... "Please, Come Back for me!" nya masih dalam proses..
*siapayangnanya -_-

'kan cuma ngasih tau' #piuupundungdipojokan

Ff ini piiu buat cuma two shoot, tadinya mau one shoot tapi kepanjangan. Haha

Yosh! udah dulu cuap-cuapnya..

Akhir kata...

MIND TO REVIEW?