o~o~o~o

"Aku melihat… apa yang mereka lihat…

Aku melihatnya… tapi hanya bayang semu dalam sebuah keindahan mimpi…

Hidup memang sementara, kita hanya dipinjamkan jasad ini oleh-Nya…

Harus dijaga dengan baik…"

o~o~o~o

Naruto © Masashi Kishimoto

My Beautiful Guardian's Sequel © Ryuku S. A .J

Jilid Pertama...

Tiga orang petugas kepolisian berlari bersamaan mengarungi sebuah lorong gelap bawah tanah. Ketika mereka sampai pada perempatan lorong, masing-masing mengambil posisi untuk memeriksa keadaan. Salah satu dari mereka memberi tanda dengan menggerakkan tangannya, teman-temannya paham dan mengikuti gerak langkahnya. Nafas mereka semua berderu, saling berlomba-lomba.

Dan sampailah mereka pada sebuah lorong dimana terdapat berpuluh-puluh anak tangga. Mereka bertiga saling mengangguk satu sama lain, keputusannya adalah menaiki tangga tersebut. Mereka makin waspada. SMG dan Shotgun tergendong dengan indahnya dilengan mereka. Bersiap untuk pertarungan yang sebenarnya.

Entah sudah berapa anak tangga yang mereka naiki. Mungkin sudah banyak, hingga tidak terlihat dasar tempat mereka naik. Demi tanggung jawab yang diemban, mereka terus berlari menaiki tangga yang sangat menguras stamina mereka.

Setidaknya perjuangan mereka menaiki tangga tidak sia-sia. Sesampainya di puncak, mereka menemukan sebuah ruangan dengan pintu besi. Mereka semua bersiap dengan posisi masing-masing. Salah satu petugas membuka pintu itu dan bingo! pintunya tidak dikunci. Sepertinya memang disengaja.

Mereka masuk tetap dengan posisi waspada. Didalam ruangan itu hanya ada komputer panjang seperti yang biasa terlihat di laboratorium. Kabel-kabel berukuran besar, monitor yang terpampang di dinding dengan ukuran yang besar juga serta beberapa tabung oksigen. Ada juga tabung oksigen besar yang digunakan untuk mengawetkan atau melakukan penelitian disana… Entahlah. Tapi semuanya dalam keadaan kosong, gelap serta lembab dan rapih. Hanya saja komputer yang ada di tempat tersebut menyala, sehingga beberapa bagian dari ruangan terlihat karena cahaya biru yang keluar dari layar komputer tersebut. Komputer itu menunjukkan data-data pemilik ruangan kepada tiga petugas yang sedang berkunjung. Ceroboh? Mungkin tidak. Seperti yang sudah diduga sebelumnya, semuanya seperti disengaja.

Petugas-petugas itu kembali meneruskan pemeriksaan mereka setelah jenuh dengan komputer tersebut. Mereka memeriksa satu persatu rak buku yang ada di pojok ruangan. Memeriksa cairan-cairan aneh yang tersusun rapih diatas sebuah meja kayu tua. Namun sebenarnya mereka tidak menyadari suatu hal. Kalau sesosok bayangan tengah memperhatikan gelagat mereka dari sudut ruangan yang tidak terkena cahaya monitor laboratorium. Sebuah senyuman tanpa arti terbentuk di wajah orang asing tersebut. Dan sebuah silence pistol terarah tepat ke salah satu petugas. Ia tembakkan. Tanpa suara, tanpa gerakan. Dan yang ditembak pun roboh. Teman-temannya terkejut dan segera menghampirinya. Ia tewas, namun tak ada darah. Mereka bingung. Namun, kebingungan itu segera berakhir karena mereka juga merasakan hal yang sama.

Salah satu dari mereka yang terjatuh masih sempat melihat tersangkanya. Tuxedo hitam. Kilatan yang penuh dendam, kilatan mata biru yang membara. Setelah itu semuanya gelap.

Aku harus bertahan...

xXx Washington DC, United States xXx

Seorang gadis muda tengah terlihat sibuk didalam sebuah bar sederhana yang terletak tepat dipersimpangan jalan Washington. Tangannya sedang sibuk mencuci piring-piring serta gelas dibelakang konter. Bar ini tidak terisi dengan satu pelanggan pun, maklum belum jam makan siang. Sekarang ini masih cukup pagi untuk warga Amerika mencuri waktu hanya untuk sekedar mengemil saat kerja.

Bel pertanda bahwa ada pelanggan yang datang berbunyi, gadis itu mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang datang. Baru saja ia akan tersenyum ramah tetapi tidak jadi karena orang yang datang adalah orang yang sudah ia kenal dengan baik.

"Welcome! Kau tampak lesu. Apa yang terjadi, Yahiko?" Pria yang dipanggil dengan nama 'Yahiko' itu menggeleng. Ia berjalan tanpa semangat ke depan konter dan mengambil salah satu bangku disana untuk duduk. Gadis yang menyapanya itu hanya tersenyum sungging.

"Aku mulai jenuh tinggal disini," ucapnya dengan nada agak sedih. Kemudian matanya menatap gadis yang sekarang sedang mengelap gelas, "Kau juga begitu 'kan, Sakura?" tanyanya pada gadis yang ternyata bernama Sakura.

Sakura hanya tersenyum dalam diam menanggapi pertanyaan Yahiko. Pria yang ia anggap dan ia namai Nagato dua tahun yang lalu. Bukan salahnya jika ia menamakannya begitu. Karena awal perkenalan mereka, Yahiko memperkenalkan diri dengan nama Nagato. Itu bukan salah Sakura.

"Well, aku mulai menikmati semua ini." Respon Sakura seraya beranjak dari sana untuk menuju lantai dua yang letaknya ada di pojok konter. Untuk apa dia naik? Ada telepon sedang berbunyi disana.

Yahiko hanya mendengus ketika telinganya mendengar tanggapan Sakura barusan. Ia tertawa garing sambil berjalan menuju belakang konter untuk mengisi mulutnya dengan Wine. Bar ini memang bukan bar yang ditujukan untuk orang dewasa, melainkan untuk segala umur. Dan tahukah kalian bahwa wine yang sekarang sedang ditengguk Yahiko adalah jus anggur merah yang sangat manis. Namun untuk membuat minuman itu lebih elit, Hidan menamainya Wine.

Yahiko menengguk anggurnya sambil memperhatikan jalanan Washington yang padat dari jendela barnya. Sesekali terdengar suara Sakura yang sedang bertelepon ria, entah dengan siapa. Masih terbayang-bayang di ingatan Yahiko masa-masa dua tahun yang lalu. Yah, memang baru satu tahun lebih tujuh bulan ia dan yang lainnya menetap di Washington. Bar yang mereka tempati adalah satu-satunya rumah mini yang mereka temukan disini. Mereka tidak mau repot mencari rumah yang lebih besar atau mewah. Karena mereka hanya mau fokus pada satu titik. Dan lokasi bar mereka adalah hotspot yang strategis.

"Ini aneh. Tapi aku tidak pernah memesan barang yang Anda katakan tadi. Yeah, mungkin Anda salah alamat." Kata Sakura pada orang yang ada disebrang teleponnya. Sedari tadi Sakura terperangkap dalam dialog salah alamat. Agen penjualan barang tersebut bilang, kalau Sakura memesan tiga pasang bikini seksi beberapa hari yang lalu. Jelas saja hal itu membuat Sakura menjadi terheran-heran. Dan sekarang agen itu mengabari Sakura bahwa barang tersebut akan ditunda beberapa waktu. Ia malah tambah kaget. Intinya, Sakura tidak pernah memesan barang tersebut.

"Mungkin benar kami salah alamat. Sorry for bothering you Miss."Dan percakapan rumit itu berakhir sampai disini. Sakura menghela nafas. Hal barusan benar-benar membuatnya tegang. Ia mengikat rambutnya yang sepinggang menjadi ekor kuda. Tanktop yang tadi dikenakannya, kini ia ganti dengan baju merah lengan buntung dengan kerah tinggi dan celana pendek hitam serta sneaker merah dengan tali hitam. Dandanan seorang barkeep yang kelewat tomboyish. Sakura berkaca sejenak sebelum sebuah suara mengagetkannya.

"Sakura! Kita ada pelanggan!"

-X-X-X-

Anko Mitarashi berjalan tidak benar sepanjang jalan kota Washington blok utara. Kedua tangannya penuh dengan kantong belanjaan. Dasar wanita, selalu memanfaatkan waktu libur hanya untuk melakukan kegiatan yang dinamai Shopping. Ia berhenti sambil menjatuhkan barang bawaannya. Mengeluh lelah untuk beberapa saat.

"Seharusnya Sakura kuajak saja tadi! Huft!"

'Berita besar! Kami kabarkan ini untuk Anda'

"Apa-apaan?" Anko memperhatikan berita yang sedang disiarkan secara darurat melalui toko elektronik yang ada disamping kirinya. Ia agak mendekat untuk bisa melihat berita itu dengan jelas.

'Dikabarkan pada kepolisian Amerika bahwa mereka baru saja menerima surat kaleng berisi ancaman. Kabarnya yang menyebarkan surat ancaman itu adalah ilmuwan gila Jepang yang baru saja keluar dari penjara beberapa waktu yang lalu. Kepala Polisi beranggapan kalau ilmuwan gila ini bermaksud meneruskan penelitiannya dahulu. Kepala Polisi Jepang menyatakan kalau mereka akan membantu menangkap ilmuwan gila ini di Amerika. Pemirsa…'

Anko beserta beberapa warga Washington yang berhenti untuk sejenak melihat, menjadi tegang.

'Tingkatkan kewaspadaan Anda sejak detik ini…'

Dan kemudian layar berganti menjadi poster wajah seseorang. Bertuliskan wanted disana. Most Wanted.

"Di-Dia? Tidak mungkin…"

Anko perlahan mundur. Dia mulai berkeringat dingin melihat wajah orang yang menjadi pusat pencarian di seluruh pelosok dunia. Anko kelihatan sangat depresi berat, ia segera berlari meninggalkan kemurunan orang yang semakin ramai. Ia bahkan meninggalkan barang belanjaannya.

Anko berlari menuju rumah barnya. Ia berlari tanpa memperhatikan jalan dengan benar. Menyebrang seenaknya, hampir saja dia ditabrak oleh pengguna jalan. Matanya perlahan menunjukkan tatapan kosong. Peluh semakin bercucuran dari pelipisnya.

Dia… bebas? Dia sudah kembali?

Anko mendobrak pintu bar. Membuat semua penghuni bar saat itu terkejut tidak karuan. Semua memandangnya dengan pandangan bingung. Sakura dan Yahiko juga memberikan pandangan yang sama.

"What's wrong girl?" tanya salah seorang pelanggan dengan nada khawatir. Sakura dari belakang konter hanya menatapinya cemas. Yahiko kemudian menghampirinya, membawanya pada salah satu bangku. Menenangkannya.

"Ada apa?" tanyanya pada Anko. Anko tidak menjawab. Pandangannya masih kosong. Mulutnya agak terbuka dan nafasnya sedikit tersengal. Yahiko cemas dengan keadaannya. Ini kali pertama Anko seperti ini.

"Hei, jawab aku. Ada apa?" Sekali lagi, Anko sama sekali tidak bersuara. Ia berdiri dan menatap Sakura yang kelihatannya masih khawatir.

"Kita biarkan dulu sampai beberapa saat. Kalau sudah lebih baik, ia pasti bicara." Jelasnya. Sakura mengangguk, ia kembali berkutat dengan pesanan yang mulai menumpuk.

Beberapa pelanggan yang tadi khawatir sudah tidak menampakkan rasa itu lagi setelah ditenangkan oleh Yahiko dengan kata-kata dewasanya. Pein atau Yahiko memang terkenal menenangkan disini. Jadi mereka bisa kembali makan dan minum dengan tenang.

2 jam berlalu. Anko masih tidak bergerak dari posisi awalnya. Dan semakin siang, kota Washington beserta pelanggan yang datang makin banyak dan ramai. Sakura dan Yahiko mulai kewalahan. Inisiatif gadis pink itu adalah menelpon Kisame dan Kakashi. Menyuruh mereka pulang untuk bantu-bantu di bar.

"Cepatlah! Kami kebanjiran pelanggan disini!" Bentaknya dari telpon kemudian menutupnya dengan emosi. Pelanggan yang berada didepan konternya menjadi merinding dalam sekejap melihat dia berkobar seperti itu.

"Aku baik-baik saja, Gentlemens…" Ujarnya sambil tersenyum ramah. Yang ada dihadapannya saat ini benar-benar dibuat berkeringat.

Diluar, keadaan jalan dan trotoar sedang padat-padatnya. Tapi tidak ada orang yang jalannya saling menubruk satu sama lain disana. Kota ini sangat terlihat sibuk. Sesosok pria misterius tengah berdiri mengendap sambil menghisap rokoknya. Ia mengincar seorang anak kecil sekitar usia 8 tahun yang sedang bersama Ibunya. Hendak menyebrang jalan. Sepertinya mereka ingin istirahat makan di bar.

Karena jalan sangat ramai. Mereka sulit untuk menyebrang. Pria misterius itu membuang rokoknya sembarangan. Ia berjalan menuju Ibu dan anak itu. Mendekat kepada mereka.

"Mari saya bantu untuk menyebrang." Ucap pria itu ramah. Karena sang Ibu tidak sadar dan mengira pria itu memang bermaksud ramah, ia menurutinya saja. Sebelum menyebrang pria itu bergeser arah ke samping si anak. Ia memegang tangan anak itu. Anak itu tidak meronta karena ia berpikir mungkin dipegang karena mau nyebrang. Begitu sampai di pertengahan jalan, dengan kecepatan cahaya, pria itu menggendong si anak dan pergi dari sana.

"Anakku! Tolong! Penculik!" Teriakan si Ibu menggemparkan seluruh orang yang ada. Yang mendengar ada yang langsung berlari mengejar penculik itu.

Orang-orang di bar juga demikian. Mereka mendengarnya, sebagian ada yang langsung keluar untuk ikut membantu. Sakura pun ikut ambil alih. Ia melompati konternya dan segera berlari menuju penjahat tersebut.

Karena banyak yang mengejar jadinya tidak ada satupun yang kehilangan jejak si Kidnapper itu. Si penculik berusaha menghindar dari kejaran para warga dengan masuk ke gang-gang kecil. Anak kecil yang ia culik juga sudah ia beri minyak agar tertidur. Jadi ini benar-benar penculikan yang sudah terencana.

"Are you idiot?"

Penculik itu menoleh kebelakangnya. Disana sudah berdiri Sakura dengan berkacak pinggang. Ia meningkatkan kewaspadaannya saat penculik itu perlahan mengambil pisau dapur dari dalam saku jaket tebalnya.

"Kau pikir aku takut? Aku bukanlah gadis kecil yang akan berteriak seperti orang diperkosa saat kau menunjukkan pisau daging itu." Gertak Sakura. Penculik itu cuma menyeringai bangga sambil mengeluarkan pisau daging satu lagi.

"Kau cuma cewek penjaga bar. Memangnya kau bisa apa?" Ejek si penjahat sambil terus mendekat. Sakura perlahan mengambil jarak mundur, bukan takut tapi untuk bersiap-siap.

"Kau akan kumakan kau gadis manis."

"You're sick!" Sakura berlari kearahnya. Sakura tau kalau laki-laki gila ini tidak sedang waspada walaupun senjatanya cukup besar. Ia menendang kedua pisau itu bergantian, sehingga terlempar dari tangan orang rendahan itu. Si penculik itu ternganga tidak berdaya melihat apa yang telah Sakura lakukan padanya.

"Ampuni aku Nona!" Pintanya sambil bersujud kearah Sakura. Sakura cuma tersenyum mengejek. Tanpa ba-bi-bu ia tendang orang itu hingga terpental keluar gang. Dan kebetulan warga yang mengejarnya tadi melihatnya jatuh bersimpuh. Sakura segera menggendong anak kecil yang perlahan mulai sadar.

Beberapa warga baru saja ingi memukulinya lagi kalau saja Sakura tidak mencegah itu. Mereka berterima kasih pada Sakura yang sudah berani menghajar penculik itu. Sang Ibu setidaknya senang karena anaknya baik-baik saja. Untunglah polisi segera datang, karena telat sedikit saja nanti penjahat itu jadi bulan-bulanan warga kembali.

Yahiko tersenyum melihat Sakura disana. Ia masih berusaha mengajak Anko berdialog. Tapi hasilnya sangat nihil, karena wanita berambut ungu ini masih tidak mau berbicara.

"Miss Haruno?"

"Ya?"

"Terima kasih telah membantu kami menangkap penjahat ini. Mungkin sebagai balasan atas jasamu, apa ada yang kau inginkan?" tawar seorang petugas kepolisian. Sakura hanya menanggapi dengan senyuman khasnya.

"Bagaimana kalau istirahat sejenak di bar kami? Kalian semua setelah selesai bertugas. Bagaimana?"

"Itu bisa kami atur Nona, terima kasih."

"Terima kasih kembali Petugas!"

xXx

"Mungkin kau bisa membujuknya untuk bicara… Kakashi?" Yahiko bersaran demikian. Kakashi yang ada dihadapannya kini hanya mengangkat bahu, tidak tau harus melakukan apa. Dari tangga, Kakashi melirik Anko sesaat. Dirasa sakit hatinya saat ini. Dia mendengus sedikit, kemudian menatap Yahiko.

"Baiklah. Akan kucoba." Kakashi menuruni tangga dan menuju tempat Anko sedari tadi duduk. Bahkan disaat malam mulai menjelang Anko belum mau bersuara. Apa yang ia pikirkan, yang ia rasa dan yang mengganggunya itu masih menjadi tanda tanya yang besar untuk yang lain.

Kakashi duduk berjongkok sambil memegang menggenggam tangan Anko. Ia menatap lekat mata Anko. Kosong sekali dan terlihat dingin.

"Katakan padaku apa yang mengganggumu…"

Walaupun itu adalah Kakashi, temannya sejak kecil Anko masih belum mau membuka mulutnya untuk memberikan penjelasan ini. Kakashi menghela nafas. Ia melepaskan tangan Anko dan berdiri. Ia memejamkan matanya, berusaha untuk mengingat hal-hal yang berhubungan dengan Anko, hal yang mungkin bisa menjadi jawaban atas kelakuan anehnya hari ini.

"Kita serahkan saja semuanya pada Kakashi." Kata Yahiko. Ia menaiki tangga dan menuju kamarnya. Sakura malah bingung mau melakukan hal apa. Kisame sedang sibuk merokok diluar. Kakashi sedang menenangkan Anko dan sisanya belum ada yang pulang. Kalau pun ia memilih untuk tidur, matanya belum tentu mau menutup sekarang. Pilihan terakhir adalah keluar, menghampiri Kisame.

"Menurutmu apa yang terjadi pada Anko-nee?" Tanyanya sembari duduk disamping pria berwajah hiu itu. Kisame menghembuskan asap rokoknya jauh keatas, mengangkat bahunya dan kembali menghisap rokoknya.

"Mungkin dia kesambet." Katanya dengan nada agak mengejek. Dia melirik Sakura yang sedang memanyunkan bibirnya.

"Hei Sakura, kenapa kamu gak coba mencari keberadaan dia disini?" Tanyanya iseng sembari menyeringai jahil. Sakura terlihat bingung. Emeraldnya menyiratkan kesedihan juga kerinduan. Rindu pada sosok yang hilang beberapa waktu yang lalu.

"Apa kamu nyerah mencarinya?" Tanya Kisame agak memojokkan. Sepertinya dia senang kalau Sakura berada dalam posisi speechless seperti saat ini.

"Enggak kok! Enak saja! Aku masih berjuang mencarinya sampai sekarang!" balas Sakura dengan nada tinggi. Kisame terkikik kecil mendengar suara cemprengnya itu. Ia tau selama ini Sakura suka mencuri-curi waktu untuk browsing nama dan keberadaan subjek yang masih mereka cari sampai saat ini. Dan mereka pun hanya mengusap dada tiap melihat Sakura mendapat hasil nihil.

"Kita akan sulit mencarinya. Yang lain berpikir kalau dia masih ada di Jepang. Mustahil dia berada disini." Ucap Kisame. Sakura tertunduk lesu. Adik Sasori ini berharap ada keajaiban mengenai tambatan hatinya. Berharap orang itu jatuh dari langit dan kemudian memeluknya seperti dulu. Tapi itu tidak mungkin.

Deidara bukanlah yang jatuh dari langit dengan cahaya aneh memutarinya…

Sakura berteriak kesal. Kisame hanya menanggapinya dengan tawa mengejek, Kakashi heran kenapa Sakura berteriak tengah malam begini. Sakura duduk sambil memeluk lututnya erat. Ia makin sedih.

Kapan kau kembali?

Dari jendela kamarnya, Yahiko dapat melihat Sakura dan Kisame sedang duduk berdua. Sesaat kemudian dari sana dia melihat Sakura mulai beranjak bangun, menjitak Kisame lalu pergi dari sana. Yahiko tersenyum sekilas melihat kelakuan Sakura yang agak childish, walaupun tadi siang dia berhasil membuat seseorang babak belur. Semuanya tertutup rapi, Sakura memang gadis yang luar biasa.

Yahiko beralih pada laptopnya yang terletak di meja, menyala. Ia membaca dengan seksama informasi yang terpampang pada layar bewarna itu. Disana sedang terjadi proses searching, entah apa yang dicarinya pada tengah malam begini.

Tak lama laptopnya mengeluarkan bunyi 'beep' menunjukkan proses searching telah selesai. Tangannya mulai berkutat saat itu juga. Menginput setiap data yang sudah tercatat di otaknya. Mengetik sebuah nama.

"I got you!"

Yahiko semakin bersemangat. Ia telusuri setiap data yang ia dapat sampai ke akar-akarnya. Semua yang data yang saling berhubungan ia buka satu persatu dan ia kaitkan satu sama lain. Dan sebuah informasi membuatnya sangat terkejut. Ia menggelengkan kepalanya karena tak kuasa menahan rasa tak percaya akan apa yang ia lihat.

"Ini tidak mungkin."

Ia membaca dengan cermat informasi yang terbentang di layar laptopnya. Matanya membelalak tidak percaya. Tangannya kembali membuka tab baru, memasuki Google dan mengetik sebuah nama lagi. Setelah hasilnya keluar, ia mencoba mencocokkan data yang baru ia dapat dengan data yang tadi. Ia merasa kepalanya pusing.

Sakura tidak boleh mengetahui ini…

xXx

Keesokan harinya Sakura sejak pagi menunggui Anko. Mitarashi muda itu sempat tidur semalam, namun ketika bangun keadaannya kembali seperti kemarin. Masih diam tanpa satu katapun keluar dari mulutnya. Disamping tempat tidurnya ada sebuah meja kecil yang diatasnya terdapat segelas susu dan beberapa roti gandum. Tapi Anko sama sekali tidak menyentuhnya. Sakura takut kalau Anko jatuh sakit.

Tiba-tiba Yahiko masuk secara meriah. Ia membawa Koran dan memberikannya pada Sakura. Lelaki berambut oranye itu meminta Sakura membaca headline news-nya. Tak lama Kakashi menyusul masuk.

"Penyebab mengapa Anko tiba-tiba seperti ini." Jelas Yahiko. Sakura membaca dengan seksama. Ia masih belum mengerti apa hubungannya.

"Orochimaru ilmuwan gila kembali melakukan penelitiannya, kali ini dengan makhluk hidup sebagai bahannya. Maksudnya apa?" Sakura bingung. Nama ini adalah nama asing untuknya.

"Sudah kuduga kamu nggak kenal orang ini. Orochimaru itu-"

"-adalah orang yang merusak hidupku." Anko akhirnya membuka suara. Sakura segera menghampirinya. Agak senang namun masih cemas. Anko menatap Sakura dan Yahiko dengan senyum kecil. Kedua tangannya meremas kuat selimut yang menutupi bagian bawah tubuhnya.

"Orang itu sangat kejam dan tidak punya perikemanusiaan. Sangat keji dan tak pantas disebut manusia."

Sebenarnya ada banyak hal yang ingin Sakura tanyakan. Tapi kalau ia melakukan itu, mungkin bukan saat ini tapi lain kali jika keadaan Anko mulai membaik dan cukup tenang.

"Orochimaru adalah ilmuwan yang hebat. Dia dulunya adalah teman nenekmu sejak kecil. Namun karena suatu hal mereka terpisah. Sebenarnya masih ada satu orang lagi yang juga teman mereka, tapi keadaannya tidak diketahui sejak hubungan mereka semua tidak lagi harmonis." Jelas Yahiko pada Sakura yang menanggapinya dengan 'oh' saja. Dalam hatinya ia membatin kalau semua ini begitu berhubungan satu sama lain. Pertemuan dengan mereka semua juga bukanlah sebuah kebetulan semata.

"Dia… adalah orang yang telah menipu orangtuaku. Setelah ia dapat yang ia inginkan, si brengsek itu membunuh mereka." Ucap Anko dengan nada kebencian. Rasa dendam begitu terlihat dari kilatan matanya. Sakura meletakkan kedua tangannya di pundak Anko, berusaha untuk membuat amarahnya menurun.

Kakashi beranjak pergi darisana begitu juga dengan Yahiko. Laki-laki berambut perak itu tidak tahan mendengar ucapan Anko yang begitu menyakitkan. Hal ini membuat Kakashi mengingat saat dimana peristiwa itu terjadi.

"Dari sini akan semakin sulit." Kata Yahiko padanya. Kakashi menatapnya sebentar, lalu menunduk.

"Ya, akan sangat sulit."

Satu persatu dari masa lalu kami, secara perlahan akan terungkap…

xXx

Disebuah laboratorium yang jauh dari padatnya kota. Jauh dari jangkauan mata warga sekitar, jauh dari pengawasan petugas dan jauh dari jangkauan makhluk hidup lainnya, berdirilah seseorang didepan komputer raksasa. Jari-jarinya sibuk mengetik sebuah formula aneh dengan berbagai rumus didalamnya. Cahaya monitor komputer terpantul ke kacamata miliknya. Ia sedang berfantasi dengan pekerjaan anehnya.

Tak lama masuklah seorang pria paruh baya dengan kostum professor. Jas putih panjangnya itu berlumuran darah segar. Sepertinya dia baru saja mengkurban sesuatu.

"Bagaimana penelitianmu Kabuto? Apa kita sudah dapat jalan keluarnya?" Tanya pria itu pada orang yang sedari tadi sibuk dengan komputer tersebut dan namanya adalah Kabuto.

"Ini luar biasa. Tak kusangka kita akan secepat ini mendapatkan formulanya. Kita akan berhasil kali ini." Ucapnya dengan gembira. Orang yang bertanya padanya tertawa keras dan sepertinya ia begitu bahagia.

"Mereka semua akan menyesal telah membuang kita." Katanya lagi. Ia duduk disalah satu bangku dan menatap langit-langit laboratorium yang udaranya agak pengap dan sedikit lembab. Ia tertawa, sekali lagi.

"Bisakah kau tidak mengganggu tidurku dengan tawa hebohmu itu?" Muncul lagi seseorang yang membuat tawa professor itu berhenti. Ia tidak bisa melihat dengan jelas orang yang baru muncul itu walaupun ia tau itu siapa.

"Oh maaf, aku tidak ada maksud untuk membangunkanmu, khukhukhu…"

"Apa kau tidak kasihan sama Kabuto-kun yang sedang sibuk? Aku yakin dia berpikir kau itu mengganggu. Ya kan, Kabuto-kun?" Sindirnya sambil berjalan menuju arah dua pria itu.

"Ya sedikit. Maaf Orochimaru-sama…" Jawab Kabuto santai sambil tetap berkonsentrasi pada tugasnya. Orang yang disebut Orochimaru itu berdecak kesal, tapi ia tidak terlalu menanggapi omongan kedua orang kepercayaannya.

"Terserah kalian mau bilang apa." Kemudian ia pergi dari sana. Orang yang barusan muncul itu duduk di tempat Orochimaru duduk tadi. Ia berputar-putar diatas kursinya.

"Padahal kamu baru bersama kami selama kurang lebih 2 tahun. Tapi seperti sudah bertahun-tahun. Kamu membuat kami nyaman dengan keadaan seperti ini." Ucap Kabuto. Orang yang ia ajak bicara cuma menyeringai bangga sambil memejamkan matanya.

"Hahaha, aku agak tersanjung Kabuto. Thanks!"

"Kamu memang selalu bisa mencairkan suasana dan membuat laboratorium ini jadi penuh warna-"

"Deidara…"

xXx

To Be Continued…

xXx

Sudah hampir satu tahun gak ada kabar kapan akan muncul sekuel DeiSaku ini. Saya sempat bilang sekitar bulan Mei atau Juni tahun kemarin, tapi nyatanya tidak kunjung release. Karena wabah WB sudah dapat saya atasi, jadi sebelum wabah itu menyerang lagi saya putuskan untuk segera mempost fict ini dan segera menyelesaikan tanggung jawab di FNI. Maaf telah mengecewakan reader yang menunggu fict ini ataupun menunggu apdetan dari Blacklist (udah apdet chap 6, hehe). Salam, Ryu.

Review?