Cuaca di kota Busan saat ini benar-benar dingin, Jongin bahkan harus menggunakan 3 mantel sekaligus untuk menghalau rasa dingin yang terasa begitu menusuk hingga ke tulang rusuk.

Pemuda berusia 25 tahun itu baru saja tiba di Busan setelah menempuh perjalanan selama beberapa jam dari Seoul dengan menggunakan kereta. Besok adalah hari pertamanya bekerja sebagai karyawan di salah satu kantor pajak dan ia tidak boleh terlambat untuk itu.

Sulitnya mencari pekerjaan di ibu kota membuat pria berkulit kecoklatan itu harus mencari pekerjaan di kota lain. Beruntung bagi Jongin karena lamaran pekerjaan yang ia kirimkan melalui email salah satu kantor pajak di kota Busan diterima oleh pihak HRD.

Sesampainya ia di stasiun Busan, Jongin yang merasa begitu kelaparan karena belum sempat menyantap apapun sejak tadi pagi tampak menyunggingkan senyuman lebar ketika tanpa sengaja atensinya melihat sebuah stand kecil yang menjual ubi bakar.

Tanpa pikir panjang pemuda berkulit kecoklatan itu langsung berlari kecil menghampiri stand tersebut. Dilihatnya sesosok pria dewasa yang sedang berjongkok sembari mengusap kedua tangannya yang tampak membeku.

"Permisi, aku ingin membeli beberapa ubi bakar." Ucap Jongin yang langsung membuat pria itu menoleh.

Pria itu tampak tersenyum ramah, ia segera berdiri dan berjalan menghampiri Jongin. "Berapa?"

"Berikan aku dua potong."

Pria itu mengangguk perlahan, dengan lihai ia menyalakan panggangan dan dengan cepat membakar 2 potong ubi berwarna kuning.

Jongin memperhatikan pria itu dengan intens, penampilannya tampak begitu lusuh dengan sebuah celana jeans kusam yang ia kenakan. Lelaki itu hanya mengenakan sebuah kaos tipis yang dibalut jaket jeans yang tidak terlalu tebal, pria itu juga menggunakan kacamata dengan lensa tebal yang membuatnya terlihat culun.

"Maaf, apa kau tidak merasa kedinginan dengan pakaian seperti itu?"

Pemuda itu menoleh dan tersenyum ramah. "Tidak.."

Bohong, Jongin tau pria itu berbohong karena wajahnya terlihat pucat karena menahan hawa dingin, belum lagi kaki dan tangannya terlihat bergetar karena hawa dingin yang begitu menusuk.

"Silahkan tuan.." pria itu memberikan 2 potong ubi yang telah selesai dibakar.

Jongin pun tersenyum, ia dengan segera mengambil 2 potong ubi yang telah dibungkus itu lalu memakannya dengan perlahan. Di cuaca yang sangat dingin seperti ini, menyantap ubi bakar yang masih hangat tentu menjadi pilihan terbaik.

"Berapa?"

"1600 Won."

Jongin dengan segera merogoh uang senilai 2000 Won dari dalam dompetnya dan memberikan uang itu kepada pria penjual ubi.

"Maaf, tapi aku belum punya kembaliannya. Kau adalah pelanggan pertama yang membeli daganganku hari ini."

"Begitukah? Baiklah, ambil saja kembaliannya."

"Benarkah?"

Jongin mengangguk. "Tentu."

Pria itu pun tersenyum lebar. "Terimakasih banyak tuan."

Jongin ikut tersenyum. "Sama-sama."

"Apa kau orang baru disini? Aku belum pernah melihatmu sebelumnya."

"Iya, aku baru tiba dari Seoul. Rencananya aku akan bekerja disini. Ngomong-ngomong, apa kau tau alamat ini?"

Jongin mengeluarkan secarik kertas yang berisi alamat rumah kontrakan yang akan ia tinggali selama berada di Busan.

"Distrik Myeongdong? Kebetulan aku juga tinggal disana."

"Oh benarkah? Kebetulan sekali."

"Kita bisa pulang bersama jika kau tidak keberatan."

"Bukankah kau harus berjualan?"

"Aku rasa sudah cukup untuk hari ini, sepertinya tidak akan ada yang membeli ubi lagi di cuaca seperti ini."

Jongin mengangguk pelan. "Baiklah kalau begitu."

"Park Chanyeol."

Lelaki penjual ubi bakar itu menoleh ketika mendengar namanya disebut oleh seseorang, seketika itu pula matanya langsung membulat melihat 4 orang pria keluar dari dalam mobil berwarna hitam dan langsung menghampiri stand ubi bakar miliknya.

"Kris.."

"Kapan kau akan membayar hutang orangtuamu?"

"Beri aku waktu, aku belum punya uang sekarang."

"Sampai kapan aku harus menunggu? Minggu lalu kau bilang akan segera melunasi semua hutang orangtuamu."

"Aku minta maaf, untuk saat ini aku benar-benar tidak punya uang. Aku mohon beri aku sedikit perpanjangan waktu lagi."

Kris menghela nafasnya kesal. "Seungri, Yoochun, Jun Young, Jong Hoon. Hancurkan tempat ini."

Chanyeol membelalak kaget. "J-jangan.."

"Siap bos.."

Keempat anak buah Kris langsung memporak-porandakan stand tempat Chanyeol berjualan, meja-meja mereka banting hingga patah dan ubi-ubi yang belum sempat dibakar pun mereka injak hingga hancur.

"Jangan, aku mo-aaakkkhh."

BRAAKK

"YAKK! Kalian tidak boleh melakukan itu!" Jongin tampak tersulut emosi ketika melihat Chanyeol di dorong dengan begitu kuatnya hingga tersungkur ke tanah.

"BERHENTI." Jongin berusaha menghentikan perilaku bar-bar mereka namun ia juga di dorong hingga ikut tersungkur ke tanah.

BRUKK

"Akkhhh.." Jongin meringis kesakitan ketika pantatnya membentur tanah dengan sangat keras, dalam hati ia benar-benar mengutuk kelakuan bar-bar orang-orang ini.

"STOP!" Kris menyeru keras dan seketika para anak buahnya pun menghentikan kegiatannya.

"Aku memberimu waktu satu minggu lagi, jika dalam waktu satu minggu kedepan kau masih belum melunasi hutang orangtuamu, kau akan tau akibatnya Park Chanyeol."

Chanyeol mengangguk lesu, ia menatap miris stand ubi bakar miliknya yang kini benar-benar hancur tak berbentuk.

"Kita pergi." Kris langsung berbalik dan berjalan masuk kedalam mobil.

Keempat anak buahnya pun ikut berbalik namun salah satu yang bernama Yoochun kembali berbalik dan menendang perut Chanyeol sembari memakinya dengan kata-kata kasar.

BUGH!

"Akkhhh.."

Chanyeol langsung mencengkram perutnya yang terasa sakit setelah ditendang oleh Yoochun.

"YA! Apa yang kau lakukan?" Jongin kembali berteriak murka, namun Yoochun hanya menyeringai remeh dan berbalik masuk kedalam mobil Kris.

Mobil itu pun melaju pergi meninggalkan Chanyeol dan Jongin, setelah mobil itu benar-benar pergi Jongin pun langsung berteriak kesal sembari memaki-maki 4 pria berengsek tadi.

"Chanyeol-ssi kau baik-baik saja?"

Chanyeol tampak tersenyum meskipun terlihat sangat jelas jika ia tengah menahan sakit. "Tidak apa-apa, aku sudah biasa diperlakukan seperti ini."

"Maksudmu mereka sering melakukan ini?"

"Mereka akan terus melakukannya selagi aku masih belum mampu melunasi hutang orangtuaku."

"Lalu kau hanya diam saja? Kenapa kau tidak melaporkannya kepada polisi?"

"Aku tidak berani melakukan itu, urusannya pasti akan semakin rumit jika polisi ikut campur."

Jongin berdecak sebal mendengarnya. "Memangnya berapa hutang orangtuamu? Biar aku yang melunasi semuanya."

"Sepuluh.."

"Sepuluh? Sepuluh ribu Won? Seratus ribu Won pun akan aku lemparkan pada mereka!"

"Sepuluh juta Won."

DEG

"Apa?"

"Sepuluh juta Won, orangtuaku berhutang sepuluh juta Won."

Tubuh Jongin mendadak lemas mendengarnya, niat hati ingin membantu, ia justru dibuat terkejut dengan jumlah nominal hutang yang begitu besar.

.

.

.

"Kebetulan sekali rumah kita bersebelahan."

Setelah membereskan kekecauan yang dibuat oleh Kris dan anak buahnya, Chanyeol dan Jongin langsung pulang kerumah yang ternyata rumah kontrakan yang disewa Jongin berada tepat disamping rumah Chanyeol.

"Kau menyewa flat kecil ini?" Tanya Jongin sembari menunjuk flat berukuran kecil yang merupakan tempat kediaman Chanyeol.

Chanyeol mengangguk. "Iya aku menyewanya."

Jongin meringis pelan melihat kondisi flat Chanyeol yang terbilang kumuh, ukurannya juga sangat kecil, sepertinya hanya ada satu ruangan di dalam flat itu.

"Kalau begitu aku permisi, aku harus segera membersihkan diri. Jika perlu apa-apa, kau bisa langsung memanggilku."

Jongin mengangguk pelan. "Ne, sekali lagi terimakasih banyak Chanyeol-ssi."

Chanyeol tersenyum ramah dan langsung masuk kedalam flat miliknya. Jujur saja, Jongin merasa begitu iba pada laki-laki itu, sepertinya ia punya banyak sekali masalah di hidupnya.

.

.

.

"Aaaahhh aaahhh ikkeehh ikeehhh kimmoochiiiii.."

Jongin memejamkan matanya erat sembari terus mengurut penisnya pelan, saat ini ia tengah menonton video porno dari laptop yang ia beli dengan cara menyicil selama 10 bulan. Sama halnya seperti kebanyakan laki-laki pada umumnya, Jongin juga senang menonton film porno dan melakukan masturbasi.

"Aaaah fuck.."

Jongin menegadah ketika dirasa ejakulasinya akan segera tiba, ia semakin mempercepat kocokannya hingga cairannya menyembur seperti pistol air.

CROTT!

"Oooouhhh.." Jongin melenguh nikmat, cairan spermanya pun berceceran dimana-mana.

"Ahhh rasanya nikmat sekali." Ucapnya dengan tubuh yang terengah-engah.

BRUKK

"PERGI KAU DARI SINI!"

Jongin terlonjak kaget ketika mendengar suara ribut-ribut dari luar rumah, ia pun dengan segera membersihkan sisa cairan sperma miliknya dan kembali menggunakan celananya.

"Kenapa diluar berisik sekali.." pemuda berusia 25 tahun itu langsung berjalan keluar rumah.

CKLEK

Diluar, ia melihat sebuah mobil bak yang melaju pergi meninggalkan kediaman Chanyeol. Jongin pun langsung berjalan menghampiri rumah Chanyeol.

"Chanyeol ssi?"

Jongin tampak begitu terkejut melihat Chanyeol terduduk diatas tanah dengan banyak pakaian yang berserakan ditanah. Ia pun dengan segera menghampiri laki-laki yang baru ia kenal beberapa jam yang lalu itu.

"Chanyeol ssi apa yang terjadi? Wajahmu.." Jongin meringis pelan ketika melihat wajah Chanyeol yang babak belur, sebenarnya apa yang terjadi?

"Aku tidak apa-apa." Lagi-lagi Chanyeol tersenyum ramah meskipun ekspresi diwajahnya terlihat jelas jika ia tengah menahan sakit.

"Ayo kerumahku, aku akan mengobati luka diwajahmu."

.

.

.

"Sebenarnya apa yang terjadi?"

Jongin baru saja selesai mengobati luka di wajah Chanyeol dengan menggunakan obat-obatan di dalam kotak P3K yang ia bawa dari Seoul.

"Aku diusir oleh pemilik flat."

"Diusir? Bagaimana bisa?"

"Aku sudah menunggak pembayaran selama 5 bulan, pemilik flat terlihat sangat marah dan langsung menghajarku habis-habisan."

"Astaga, kenapa hidupmu begitu menyedihkan Chanyeol ssi?"

Chanyeol hanya mengangguk pelan, Chanyeol sudah merasakan pahitnya hidup semenjak ia masih kecil. Rasanya ia sudah terbiasa dengan segala masalah yang selalu datang menghampiri hidupnya.

"Lalu sekarang bagaimana? Kau akan tinggal dimana?"

"Aku juga tidak tau, mungkin aku akan menginap di sauna atau gereja."

"Untuk sementara menginap lah disini sampai kau menemukan tempat tinggal baru."

"Aku tidak ingin merepotkanmu Jongin ssi."

"Aku sama sekali tidak merasa direpotkan."

Chanyeol tersenyum. "Terimakasih banyak."

"Sama-sama."

Chanyeol menatap layar laptop dihadapan Jongin dan seketika matanya pun terbelalak. "J-Jongin ssi, itu.."

"Apa?" Jongin menoleh dan mengikuti arah telunjuk Chanyeol yang mengarah pada laptop miliknya.

"Oh, kebetulan aku sedang menonton video porno. Kau mau lihat?"

Chanyeol semakin terbelalak. "A-apa? T-tidak.."

"Hei kenapa? Tidak ada laki-laki yang tidak menonton video porno di dunia ini."

"Aku tidak pernah."

Kini giliran Jongin yang dibuat terbelalak. "Benarkah? Kalau begitu kau harus menontonnya mulai sekarang."

"A-apa? A-aku tidak mau."

"Kenapa? Laki-laki normal pasti menonton video porno."

"Tapi aku tidak."

"Apa jangan-jangan kau tidak normal? Penismu tidak bisa berdiri?"

"Mwo? Tentu saja tidak, penisku masih bisa berdiri tegak!" Ucap Chanyeol yang tanpa sadar membentak Jongin.

"Hei kenapa membentakku?"

"M-maaf, aku tidak bermaksud." Chanyeol langsung menunduk dalam.

Jongin menghela nafas. "Lupakan, kenapa kau tidak mau menonton video porno?"

"Aku tidak terlalu suka melihat seseorang yang memperlihatkan hubungan semacam itu, rasanya sangat menggelikan."

"Kau ini aneh, yasudah. Terserah kau saja, aku akan menontonnya sendiri."

Jongin kembali menonton videonya yang tadi sempat terpotong karena insiden ribut-ribut diluar, sedang Chanyeol sendiri semakin menundukan kepalanya dalam dengan wajah yang memerah mendengar desahan-desahan erotis dari video yang di tonton Jongin.

"Aku.. ingin menikah." Celetuk Chanyeol tiba-tiba.

Jongin langsung menoleh. "Ne?"

"Aku ingin menikah dan punya anak, usiaku sudah 30 tahun sekarang, sudah saatnya aku menikah dan berkeluarga."

"30 tahun? Itu artinya kau lebih tua dariku."

Chanyeol mengangguk pelan. "Tidak pernah ada perempuan yang mau menjalin hubungan denganku, setiap aku mencoba mendekati mereka, mereka selalu saja menghinaku dan mengatakan jika aku ini hanya pria culun yang tak punya apa-apa."

"Kau tidak pernah berpacaran sebelumnya?"

Chanyeol menggeleng. "Belum."

Jongin meringis lagi mendengarnya, sekarang ia benar-benar yakin jika hidup Chanyeol sangatlah menyedihkan.

"Dengan kondisimu yang seperti ini, tidak heran jika tidak ada perempuan yang mau denganmu."

"Begitukah?"

"Tentu saja, wanita tidak menyukai laki-laki culun karena pria yang culun terkesan lemah dan tak bisa melindungi perempuan. Pria yang tidak punya apa-apa juga tidak akan dilirik oleh wanita manapun, wanita adalah makhkuk pecinta materi. Harta dan tahta adalah senjata paling ampuh untuk membuat mereka tunduk dihadapanmu."

Chanyeol terdiam, apa yang dikatakan Jongin itu memang benar. Rasanya mustahil sekali jika ada perempuan yang mau menjalin kasih dengannya.

"Apa kau bisa membantuku Jongin ssi?"

Jongin terdiam selama beberapa detik. "Begini saja, jika mendapatkan pasangan di dunia manusia itu sulit, bagaimana jika kau mencari pasangan dari dunia lain?"

Chanyeol mengernyit bingung. "Apa maksudmu Jongin ssi?"

"Aku punya kenalan seorang cenayang sakti di Seoul, ia bisa membantumu untuk mencari pasangan dari dunia lain."

"Aku benar-benar tidak mengerti Jongin ssi."

Jongin berdecak sebal. "Bilang saja kau mau atau tidak, jika kau mau, minggu depan aku akan mengantarmu langsung untuk menemuinya di Seoul."

Sebenarnya Chanyeol masih belum mengerti dengan apa yang diucapkan Jongin barusan, tapi jika dengan bertemu cenayang itu bisa membuatnya bertemu dengan pasangan yang mau ia nikahi, maka ia tidak punya pilihan lain selain mengangguk setuju.

Jongin tersenyum kemudian. "Baguslah kalau begitu."

"Kenapa harus minggu depan, kenapa tidak besok saja?"

"Besok aku harus bekerja, besok adalah hari pertamaku. Aku tidak boleh membolos."

Chanyeol mengangguk mengerti.

.

.

.

1 minggu kemudian..

Chanyeol merasa benar-benar lelah, selama satu minggu ini ia bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Ia sudah tidak bisa berjualan ubi bakar lagi karena semua ubi miliknya telah dirusak oleh anak buah Kris.

"Jongin ssi.."

Jongin yang baru keluar dari kamar mandi langsung menoleh ketika Chanyeol memanggil namanya. "Apa?"

"Kapan kita akan pergi ke Seoul?"

Jongin menghela nafas. "Besok saja, hari ini aku malas pergi kemana-mana."

"Kau sudah berjanji akan mengantarku minggu ini, lagipula hari ini Kris akan datang dan kembali menagih hutang. Jika kita pergi sekarang, aku jadi punya alasan untuk menghindar."

Jongin kembali menghela nafas. "Yasudah, kita berangkat sekarang."

Chanyeol tersenyum lebar. "Terimakasih banyak Jongin ssi."

.

.

.

"Jadi.. ada keperluan apa kalian kemari?"

Chanyeol tampak menegang ketika cenayang yang memakai pakaian serba hitam itu bertanya sembari menatapnya dengan tajam. Setelah sampai di Seoul, Jongin langsung mengajaknya menemui seorang cenayang bernama Heechul.

"Begini Heechul ssi, temanku ini agak kesulitan mencari pasangan karena beberapa alasan. Jika kau tidak keberatan, bisa kah kau membantunya untuk mendapatkan pasangan dari dunia lain?"

Heechul menatap Chanyeol dengan intens. "Kau yakin ingin mempunyai pasangan dari dunia lain?"

Chanyeol tersentak. "T-tentu, m-masalahnya tidak ada wanita yang mau menikah denganku."

Heechul menyeringai tipis. "Sekitar satu bulan yang lalu, ada seorang carrier yang meninggal dengan cara yang tragis. Ia diperkosa oleh 7 orang pria sebelum akhirnya dibunuh dengan cara dilempar ke dasar jurang."

Chanyeol dan Jongin meringis ngeri mendengarnya, kenapa Heechul menceritakan itu kepada mereka?

"Karena kematiannya yang tidak wajar, ia menjadi arwah penasaran yang terus menghantui para pelaku yang telah membunuhnya. Dari yang aku dengar 4 dari pelaku pembunuhan dan pemerkosaan itu tewas bunuh diri karena tidak tahan terus dihantui, sedangkan 3 orang sisanya mendekam di rumah sakit jiwa, mereka mengalami gangguan kejiwaan yang sangat parah karena terus-terusan dihantui."

"Jadi maksudnya kau ingin menjadikan carrier itu sebagai pasangan untuk temanku begitu?"

Heechul mengangguk mengiyakan pertanyaan Jongin. "Kau tidak perlu khawatir, carrier itu juga mempunyai rahim seperti wanita, kau bisa mempunyai keturunan jika menikah dengannya."

Chanyeol mengangguk pelan. "Tidak masalah perempuan atau bukan, yang terpenting aku bisa menikah dengan seseorang yang bisa menerimaku apa adanya."

Heechul lantas mengeluarkan sebuah peti kecil dari dalam laci meja miliknya, ia membuka peti itu dan memperlihatkannya kepada Chanyeol.

"Ini adalah paku dan palu yang terbuat dari ukiran batu keramat yang terdapat di gunung Ansan. Tancapkan paku ini di kepala carrier itu maka ia akan kembali menjadi manusia dan menjadi pengikut setia bagi siapapun yang menancapkan paku ini dikepalanya."

Chanyeol menatap paku dan palu itu dengan pandangan ragu, haruskah ia melakukan ini?

"Tunggu apalagi hyung, hanya tinggal selangkah lagi kau bisa menikah seperti keinginanmu." Ucap Jongin mencoba meyakinkan.

Chanyeol menelan ludahnya gugup, dengan tangan gemetar ia menerima palu dan paku itu.

"Malam ini tepat jam 12 malam kita akan pergi ke makam carrier itu, siapa namamu?"

"C-Chanyeol.."

"Siapkan dirimu Chanyeol ssi."

"N-ne."

.

.

.

Pukul 00.00 tepat, mereka sudah berada disebuah pemakaman tua yang letaknya cukup jauh dari pusat kota. Heechul pun langsung menyiramkan sebotol air bunga melati keatas sebuah makam sembari membaca mantra yang sama sekali tidak Chanyeol mengerti.

Chanyeol menatap nisan pada pusara itu, disitu tertulis nama Byun Baekhyun yang lahir pada tanggal 6 Mei 1997 dan meninggal pada tanggal 5 April 2019. Jika ia masih hidup, usianya berarti sekitar 22 tahunan. Sayang sekali ia meninggal di usia yang masih sangat muda.

Setelah membaca mantra dan menyiram air, Heechul langsung membuat sebuah lingkaran diatas tanah yang di dalamnya ia ukir gambar sebuah bintang dengan menggunakan kayu yang kemudian setiap sudut bintang tersebut ia simpan lilin yang menyala diatasnya.

Heechul duduk ditengah-tengah lingkaran tersebut seperti orang yang tengah bertapa, matanya terpejam dan mulutnya pun tak berhenti merapalkan berbagai macam mantra. Jongin dan Chanyeol hanya bisa terdiam melihatnya, entah kenapa perasaan mereka berubah menjadi tidak enak melihat Heechul yang bertapa seperti itu.

Heechul membuka mata, ia mengambil beberapa dupa dan mengangkatnya keatas.

"WAHAI SANG PENGHUNI KUBUR, BANGKITLAH KE ALAM DUNIA!"

Heechul berteriak dengan mata yang melotot tajam, hal itu tentu saja membuat Jongin dan Chanyeol merinding setengah mati.

"BANGKITLAH! BANGKITLAH! BANGKITLAH!"

Drrt.. Drrt.. Drrt..Drrt..

Tak lama setelah itu, tanah tempat mereka berpijak pun terasa bergetar, angin malam terasa bertiup lebih kencang hingga membuat pepohonan bergoyang kesana kemari. Suasana pun terasa semakin mencekam ketika petir mulai menyambar disana-sini.

"BANGKITLAH!"

JDERR!

BOOM!

Chanyeol dan Jongin terlonjak kaget ketika tiba2 saja petir menyambar makam Baekhyun, makam itu pun langsung meledak dan hancur tak karu-karuan. Sesosok bayangan putih melesat dengan begitu cepatnya dari dalam makam dan melayang-layang di udara.

Heechul yang melihat itu pun langsung berdiri dan terus menatap sosok yang terbungkus kain putih itu. Chanyeol dan Jongin melangkah mundur dengan kedua kaki yang bergetar hebat, mulut mereka bahkan terasa begitu kelu melihat sosok gaib yang baru pertama kali mereka lihat.

"TUNJUKAN WUJUD ASLIMU." Tariak Heechul dengan sangat lantang.

Sosok itu pun lantas melepas kain putih yang menutup wajahnya dan menatap Heechul dengan wajah yang penuh amarah. Jongin dan Chanyeol langsung jatuh terduduk, wajah mereka pucat pasi melihat sosok yang amat sangat menyeramkan itu.

Sosok itu berambut pendek dengan bola mata yang hampir putih seluruhnya, wajahnya penuh dengan darah dan kuku-kukunya berwarna hitam dan amat sangat panjang. Demi Tuhan, tubuh Chanyeol bahkan sudah bergetar hebat saking takutnya ia sekarang.

"BYUN BAEKHYUN, KEMBALILAH KE ALAM DUNIA. ADA SEORANG PRIA YANG INGIN MEMPERSUNTINGMU." Ucap Heechul sembari menunjuk kearah Chanyeol.

Baekhyun menatap Chanyeol selama beberapa detik dan hal itu sukses membuat Chanyeol seolah kehilangan nyawanya.

"KAAAAAAHHHH."

Baekhyun berteriak nyaring, teriakannya amat sangat mengerikan hingga membuat kelelawar dan hewan malam lainnya pergi menjauh.

Tanpa aba-aba Baekhyun langsung melesat menghampiri Chanyeol dan hendak mencakar wajah pria itu dengan kuku-kukunya yang sangat panjang.

BUGH

Namun belum sempat Baekhyun menyentuh wajah Chanyeol, Heechul sudah terlebih dahulu memukul wajah Baekhyun dengan dupa yang tadi ia pegang. Wajah Baekhyun langsung terputus dan menggelinding di tanah dengan api yang sebagian membakar wajahnya.

Tubuhnya kembali melayang-layang di udara dan hanya dalam hitungan detik kepala Baekhyun kembali tumbuh dengan sendirinya. Demi Tuhan, ini adalah hal paling mengerikan yang pernah Chanyeol lihat seumur hidupnya.

"Sepertinya ia tidak bisa diajak bicara baik-baik, Jongin bantu aku."

"A-apa?"

"Cepat ambil gulungan mantra di dalam saku celanaku."

Jongin mengangguk takut, ia dengan segera mengambil gulungan yang dimaksud dan menyerahkannya kepada Heechul.

"Rentangkan gulungan itu di tengah-tengah lingkaran."

Jongin mengangguk lagi, ia langung merentangkan gulungan tadi ditengah lingkaran. Setelah itu Heechul langsung menggigit jarinya sendiri hingga berdarah dan meneteskan darahnya pada gulungan tadi, ia kembali membaca mantra2 yang tidak dimengerti oleh siapapun.

Heechul kembali menodongkan dupa yang mengepul kearah Baekhyun.

"BERTARUNGLAH DENGANKU BYUN BAEKHYUN."

"KAAAAAAHHH.."

Baekhyun kembali berteriak mengerikan dan terbang menghampiri Heechul. Heechul tak bergeming, namun ketika Baekhyun semakin mendekatinya Heechul langsung melompat kebelakang hingga membuat Baekhyun terjatuh tepat diatas gulungan mantra.

Gulungan itu tampak bercahaya hingga mengeluarkan asap, Baekhyun pun berteriak kesakitan karena cahaya itu seolah mengurung tubuhnya.

"APA YANG KAU LAKUKAN BODOH! CEPAT TANCAPKAN PAKU ITU DI KEPALANYA!"

Chanyeol tersentak, dengan tangan bergetar ia berusaha menancapkan paku itu di kepala Baekhyun.

"AYO CEPAT LAKUKAN." Teriak Heechul murka.

Chanyeol berusaha meyakinkan hatinya, ia menutup matanya dan langsung menancapkan paku itu tepat diatas kepala Baekhyun.

"ARRRGGHH."

Baekhyun berteriak kesakitan, perlahan-lahan wajah mengerikannya berubah seperti ketika ia masih hidup, kuku-kuku panjang yang tadi hendak mencakar Chanyeol hidup-hidup pun perlahan menyusut hingga tak terlihat sama sekali.

Pemuda berparas cantik itu langsung tersungkur dan tak sadarkan diri. Chanyeol pun ikut jatuh terduduk, tubuhnya masih bergetar hebat setelah kejadian mengerikan yang baru saja ia alami.

"Sekarang ia telah menjadi manusia kembali, bawa ia pulang dan basuh tubuhnya dengan menggunakan air bunga melati." Ucap Heechul sembari menatap Baekhyun yang kini tak sadarkan diri.

Chanyeol menatap sosok yang terbungkus kain putih itu dalam diam, sosok yang sangat mengerikan tadi kini sudah menghilang dan tergantikan oleh sosok cantik nan rupawan layaknya bidadari surga.

Benarkah sosok yang tak sadarkan diri ini adalah seorang pria?

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC

Hutang ff yang lain masih banyak tapi udah bikin ff baru, abisnya author gatel banget pengen ngepost ff ini. Btw, ff ini terinspirasi sama filmnya yang judulnya Malam Satu Suro. Ini genrenya horror tapi gak tau deh menurut readers sekalian ceritanya horror atau enggak hahaha.

Pen tau respon kalian buat ff ini.

See you in the next chap ~

Bye Bye ~