MARS

KiHyun

YAOI

remake dari drama taiwan berjudul 'MARS' dengan beberapa perubahan yang disesuaikan dengan kebutuhan cerita

Don't Like, Just Leave!

Happy Reading...

Siang itu, tampak seorang namja manis tengah serius melukis di bawah pohon rindang di taman dekat rumahnya. Tanpa menghiraukan keramaian sekitar, dimana banyak anak-anak yang sedang berlarian, namja itu dengan tenang tetap fokus pada sketsa yang dibuatnya. Tiba-tiba seorang namja tampan menghampirinya.

"Cheogiyo... Apakah disekitar sini ada rumah sakit yang bernama Blue... Blue... Aduh, aku lupa! Blue... Sebentar, sepertinya namanya Blue... Blue... Arghh... Kenapa bisa lupa! Blue..."

Sementara namja tampan yang bertanya itu berusaha mengingat nama rumah sakit yang akan ditujunya, sang namja manis terlihat menuliskan sesuatu di buku sketsanya. Dia menggambarkan peta sederhana menuju lokasi rumah sakit yang dimaksud sang namja tampan, kemudian segera menyobek bukunya dan memberikannya kepada namja tampan yang masih berusaha mengingat nama rumah sakit yang akan ditujunya itu. Dengan wajah bingung, namja tampan itu mengambil kertas yang diberikan kepadanya.

"Ahh... benar, ini dia! Rumah sakit Sapphire Blue! Kamsa-"

Sebelum sang namja tampan sempat berterima kasih, namja manis itu sudah berlalu dan pergi dengan tergesa sambil membawa tas berisi peralatan melukisnya dari taman itu, membuat namja tampan tersebut mengernyit bingung.

.

.

.

Namja manis tersebut setengah berlari pulang ke rumahnya yang berada tidak jauh dari taman tadi. Sesampainya di rumah, dia segera menutup pintunya rapat-rapat. Setelah yakin pintu rumahnya terkunci rapat, dia pun beranjak hendak menuju kamar tidurnya, namun tiba-tiba pintu yang sudah dikuncinya tembali dibuka dari luar. Namja manis itu pun membelalakkan matanya waspada, saat sebuah tangan terlihat membuka pintu itu, dia nyaris berteriak, namun sebelum dia sempat berteriak, masuklah sosok sang eomma yang teryata baru saja pulang bekerja.

Melihat sang putra terdiam dengan ekspresi waspada, sang eomma pun menghampirinya.

"Apa terjadi sesuatu?" tanya sang eomma.

"Tadi di taman, aku bertemu seseorang." jawab sang namja manis dengan wajah menunduk.

"Siapa?" tanya eommanya penasaran.

"Seorang namja yang memiliki predikat jelek di kampus."

"Apa yang dia lakukan kepadamu?" tanya sang eomma dengan khawatir.

"Dia... dia bertanya jalan padaku."

Mendengar jawaban putra manisnya, sang eomma mendesah lega.

"Dia hanya bertanya jalan. Mengapa kau keliahatan begitu tegang?"

"Karena aku tidak menyukainya." jawab sang namja manis sambil melanjutkan langkahnya memasuki kamar.

.

.

.

Sapphire Blue Hospital.

"Untung saat di Italia aku sempat membelikan ini semua untukmu. Kalau tidak..." ujar seorang namja yang masih terlihat tampan di usianya yang tidak lagi bisa dikatakan muda sambil mengeluarkan beberapa botol wine dan sebongkah besar keju di atas kasur rumah sakit.

Namja tampan yang diajak bicara hanya diam memperhatikan semua kegiatan yang dilakukan namja didepannya.

"Woah... ini bau sekali. Tapi orang bilang semakin bau semakin enak. Coba cium ini..." ucap namja tadi sambil menyodorkan keju yang tadi dikeluarkanya.

Mau tidak mau namja tampan itu pun memajukan wajahnya untuk membaui keju tersebut, kemudian dia tersenyum kecil, dan mengangguk.

"Ah, sepertinya aku juga masih punya sebotol anggur di dalam koper. Tunggu sebentar..."

Namja itu pun menjalankan kursi roda yang sedari tadi didudukinya ke sudut ruangan diaman kopernya berada. Ketika kursi roda itu bergerak perlahan menuju sudut ruangan, terlihat jelas sebelah kaki nya yang diamputasi. Namja tampan itupun melihat sedih ke arah namja yang berada di atas kursi rodanya.

"Bagaimana rasanya?" tanya sang namja tampan yang akhirnya membuaka suara karena sejak kedatangannya tadi dia hanya berdiam diri.

Namja itupun menghentikan pergerakan kursi rodanya dan menoleh.

"Saat aku sedang berbelok... rasanya seperti meluncur. Akupun tidak begitu ingat." jawab namja itu lalu kemudian mulai membuka kopernya untuk mencari anggur yang tadi dimaksudnya.

"Maksudku kakimu... sudah tidak ada..." ujar namja tampan itu dengan pelan.

Namja itupun menghentikan kegiatan 'mari mencari botol anggur'nya dan menoleh.

"Apa boleh buat... Mereka bilang, jika tidak diamputasi, aku bisa mati." ucapnya sambil tersenyum.

"Hei, kenapa memasang wajah seperti itu? Tenang saja, mereka bilang akan segera menggantikannya dengan yang baru untukku." ujarnya sambil mengambil dua buah botol anggur dari dalam kopernya.

"Ini, ambil satu untukmu! Dan untuk yang satu ini, mari kita habiskan diam-diam..." ujar namja di kursi roda itu kepada namja tampan yang datang menjenguknya itu.

"Oh, baiklah..." ucap sang namja tampan dengan senyum yang dipaksakan.

Tiba-tiba masuklah seorang namja cantik sambil membawa beberapa barang di tangannya.

"Kibum, sejak kapan kau datang?" tanyanya kepada sang namja tampan.

"Baru saja, Teuki hyung." jawab sang namja tampan yang dipanggil Kibum itu.

"Tsk, memangnya kau sudah boleh minum?" tanya namja cantik yang bernama Leeteuk atau biasa dipanggil Teuki itu kepada namja yang berada di kursi roda.

"Tentu saja. Lagi pula ini bukan alkohol. Ini bensin dari Italia." gurau namja di kursi roda itu.

"Hahhh... terserah kau saja!" ucap Leeteuk kepada suaminya, Kangin, namja yang berada di kursi roda.

Kibum pun hanya tersenyum melihat perdebatan kecil tersebut. Sementara Kangin membuka botol anggurnya dengan semangat, Leeteuk merapikan barang bawaannya di lemari kecil di ruangan itu.

"Kau tahu Kibum, ketika kau sudah datang, dia baru bisa tersenyum." ucap Leeteuk menyindir suaminya.

"Pagi-pagi sekali dia memaksaku menghubungimu untuk memberitahukanmu jalan ke rumah sakit ini. Sedangkan kau tidak punya ponsel, aku bingung bagaimana cara menghubungimu, dan dia marah-marah kepadaku." adu Leeteuk pada Kibum, dan Kibum terkekeh mendengar hal tersebut.

"Yak! Aku tidak begitu!" ucap Kangin yang tidak ditanggapi oleh Leeteuk.

"Rumah sakit ini berada di tempat yang susah ditemukan." ucap Leeteuk lagi.

"Ne. Kenapa sih kalian memilih rumah sakit yang sulit dicari? Untung saja ada yang menggambarkan peta untukku." ucap Kibum sambil membuka lipatan kertas dari saku jaketnya.

"Peta? Mana? Coba aku lihat!" tanya Leeteuk penasaran sambil menghampiri Kibum.

"Wah, dibelakangnya ada gambar sketsa. Halus sekali" ucap Leeteuk mengagumi gambar yang berada di balik peta yang ditunjukkan Kibum.

"Yak! Kenapa kau melipat gambar orang seperti ini? Tidak sopan sekali." omel Leeteuk pada Kibum.

Tanpa menghiraukan omelan Leeteuk, Kibum pun memperhatikan gambar yang berada di balik peta itu dengan seksama. Itu adalah gambar seorang wanita dengan seorang bayi di dalam gendongannya. Gambar tersebut membuat hati Kibum menghangat dan dia pun tersenyum sambil terus memandangi gambar itu.

Kibum mendorong kursi roda Kangin ke luar rumah sakit. Dirinya akan berpamitan pulang, namun Kangin memaksa ingin mengantarnya sampai ke depan, dia ingin berbicara berdua dengan Kibum, dan Leeteuk pun membiarkannya.

"Sudah hyung, antar sampai sini saja." ucap Kibum.

Kangin pun tersenyum dan memberikan anggur, wine dan keju di pangkuannya kepada Kibum.

"Kalau kau ada waktu, datanglah lagi dan temani aku minum." ucap Kangin.

"Kalau ada waktu, lebih baik kau banyak beristirahat hyung." balas Kibum.

Kangin pun hanya tersenyum dan mengangguk.

"Aku akan datang menjengukmu lagi. Aku pergi." pamit Kibum.

Kangin hanya tersenyum tanpa berkata apapun. Namun ketika Kibum sudah melangkah pergi, Kangin memanggilnya kembali.

"Kibum-ah!"

Kibum pun menoleh, dan menatap Kangin dengan bingung. Sementara Kangin merogoh saku nya berusaha mengambil sesuatu.

"Aku lupa memberikanmu sesuatu." ucap Kangin sambil melempar benda yang didapatnya dari dalam sakunya.

Dengan cekatan Kibum pun menangkap benda yang dilempar Kangin.

"Kuserahkan 'dia' kepadamu. Kau tahu 'dia' di parkir dimana." ucap Kangin saat Kibum tengah memandang kunci yang tadi di lempar Kangin kepadanya.

"Kau memberikan motormu untukku?" tanya Kibum dengan wajah tidak percaya, karena selama ini dia tahu jika Kangin sangat menjaga dan merawat motor tersebut secara khusus.

"Hm. Lagipula aku tidak bisa menggunakannya lagi." jawab Kangin singkat.

"Apakah kau benar-benar tidak bisa kembali menaiki motor lagi?" tanya Kibum setelah terdiam sesaat.

Kangin pun mengalihkan pandangannya ke arah lain sebelum menjawab, "Setidaknya aku masih hidup."

"Kau harus merawatnya dengan baik." pesan Kangin.

"Tentu."

"Hm. Pergilah." ujar Kangin sambil melambaikan tangannya.

Kibum pun berbalik pergi sambil balas melambaikan tangannya.

.

.

.

Keesokan harinya, awal semester, hari pertama perkuliahan kembali dimulai.

Donghae tampak berlari kecil menuju kampusnya dengan membawa sekantung makanan untuk sarapannya. Namun ketika melihat sesosok namja manis yang sedang berjalan sambil menundukkan kepalanya, Donghae pun menghentikan larinya dan memilih untuk memperhatikan gerak gerik namja manis tersebut. Dia memperhatikan jika namja manis tersbut tampak mengasingkan dirinya sendiri dari lingkungannya. Dia selalu berusaha menghindari orang-orang yang berjalan terlalu dekat dengannya. Sebetulnya Donghae telah menaruh hati kepada namja manis yang dikenalnya sejak sekolah menengah itu, namun mengingat sifat namja manis itu yang pendiam dan penyendiri, membuatnya urung menyatakan perasaannya tersebut.

Tiba-tiba terdengar suara motor dari kejauhan. Donghae pun menolehkan kepalanya untuk melihat siapakah segarangan yang membuat keributan pagi itu.

"Bukankah itu Kibum?" monolog Donghae.

Ketika akan melewati Donghae, Kibum pun memperlambat laju motornya dan merampas bungkusan makanan yang berisi sarapan milik Donghae.

"Yak! Kim Kibum! Itu sarapanku!" teriak Donghae sambil berusaha mengejar Kibum, namun sia-sia karena Kibum kembali memacu motornya dengan kencang.

Ketika Kibum tengah memarkirkan motornya, seseorang berlari tergesa menemui Kibum.

"Ah, Shindong seongsanim, rajin sekali anda berlari pagi..." sapa Kibum kepada Shindong, seongsanimnya di kelas, yang berlari menghampirinya itu.

"Hahh..hahh..hahh... Yak, Kim Kibum, kau tahu berapa kecepatanmu barusan?" tanya Shindong dengan napas terengah.

"Aku tidak memperhatikannya." jawab Kibum.

"Aku memperhatikannya. Dan aku yakin jika tadi itu kecepatanmu 120."

"120? Benarkah? Kenapa aku merasa hanya sekirat 40 saja?" ujar Kibum santai.

"Yak! Aku peringatkan kau! Jangan sampai kau mengulanginya lagi!" omel Shindong.

"Seongsanim, apakah anda akan memasang alat pendeteksi kecepatan di kampus hanya karena aku? Ah... aku jadi merasa tidak enak. Baiklah, sampai nanti di kelas seongsanim." ucap Kibum dengan tidak sopannya sambil berlalu.

"Yak!" teriak Shindong.

Kibum berjalan santai di koridor kampus dengan kantong makanan Donghae di tangannya. Karena hari itu hari pertama perkuliahan, maka Kibum pun ikut berkerumun dengan mahasiswa lainnya di depan papan pengumuman untuk mencari tahu kelasnya. Ketika Kibum sedang berusaha mencari namanya, Donghae datang dan merangkul Kibum, menarik sahabatnya itu menjauh dari kerumunan.

"Tidak usah dilihat lagi, kau sekelas denganku." ucap Donghae.

"Wah, kenapa aku begitu beruntung?" ucap Kibum, karena Donghae adalah salah satu mahasiswa terpandai di kampus itu, berbanding terbalik dengannya.

"Ne, dan aku yang kena sial." balas Donghae yang dibalas dengan cengiran dari Kibum.

Mereka pun berjalan bersisian menuju kelas mereka. Ketika melihat bungkusannya berada di tangan Kibum, Donghae pun merampasnya dengan kasar, "Kembalikan! Ini milikku!"

Kibum hanya diam dan tetap berjalan tenang di sebelah Donghae. Donghae pun segera membuka bungkusan itu.

"Mwoya? Kenapa habis." ujar Donghae.

"Karena sudah kuhabiskan." ucap Kibum sambil terkekeh.

"Kalau sudah habis, kenapa masih kau pegang?" omel Donghae.

"Kalau tidak aku pegang, kau tidak akan tertipu, hahaha..." ucap Kibum sambil terbahak keras.

"Tck, kekanak-kanakan sekali." kata Donghae sambil mengembalikan bungkusan itu kepada Kibum.

"Aku tidak mau! Buang saja sendiri!" ucap Kibum sambil berjalan mendahului Donghae.

"Haishh..." Donghae pun membuang bungkusan itu ke tempat sampah terdekat, kemudian berlari kecil untuk menyusul langkah Kibum.

Mereka pun terus berbincang dengan seru, dan ketika mereka akan menaiki tangga, tiba-tiba Kibum menghentikan langkahnya melihat pemandangan didepannya. Di sana, di undakan tangga tertinggi seorang tengah menungging membetulkan tali sepatunya.

"Wow, bokong yang indah. Sepertinya aku pernah melihatnya sebelumnya." ujar Kibum.

Donghae pun tidak berkomentar apapun, karena dia tahu jika sang sahabat adalah playboy yang dengan bermodal wajah tampannya bisa mengajak namja maupun yeoja manapun ke ranjangnya dengan mudah.

Tiba-tiba namja yang sedang menungging itu menoleh ke belakang, dan ketika melihat Kibum, namja itupun langsung menyapa Kibum dengan wajah berseri-seri.

"Kim Kibum!" serunya.

"Lee Hyukjae." ucap Kibum dengan pelan, dan segera kembali melangkahkan kakinya menaiki undakan tangga, melewati namja yang bernama Lee Hyukjae atau biasa dipanggil dengan Eunhyuk tersebut dengan diikuti Donghae disebelahnya.

Tidak peka dengan sikap Kibum yang menghindarinya, Eunhyuk pun mensejajarkan langkahnya dengan Kibum dan langsung menggandeng tangan Kibum dengan manja.

"Kebetulan sekali kan? Kita berada di kelas yang sama. Kurasa ada benang merah yang mengikat kita berdua." celoteh Eunhyuk.

Kibum tidak menghiraukannya sama sekali, dia malah mempercepat langkahnya.

"Yak, Kim Kibum, kenapa kau diam saja? Apa yang kau lakukan selama liburan?" tanpa menyerah Eunhyuk terus berusaha mengajak Kibum berbincang.

Ketika memasuki kelas, Kibum langsung menarik Donghae ke belakang dimana hanya tersisa dua kursi yang kosong. Eunhyuk pun memajukan bibir sexynya karena tidak berhasil menarik perhatian Kibum, sedangkan Donghae pasrah mengikuti Kibum. Setelah duduk di tempatnya, Kibum pun melihat sekeliling ruang kelasnya, kemudian dia menoleh kepada Donghae.

"Ya, Donghae-ya, ternyata stok namja dan yeoja sexy di kampus kita sudah bertambah." ucap Kibum yang ternyata terdengar oleh namja manis di sebelahnya.

"Tsk, kau sudah melakukan pemeriksaan tubuh di hari pertama masuk kuliah? Benar-benar mata keranjang." ucap Donghae.

Kibum pun hanya terkekeh mendengar ucapan Donghae.

"Kibum-ah, aku akan memberimu saran. Jangan sia-siakan bakatmu itu. Pindah saja ke jurusan kedokteran." kata Donghae bergurau.

"Ah, benar juga!" ucap Kibum dengan wajah serius.

"Haisshh... jinjja!" ucap Donghae sambil menggelengkan kepalanya.

Mendengar percakapan kedua sahabat itu, namja manis yang duduk di sebelah Kibum pun bergegas memasukkan semua bukunya ke dalam tas. Dirinya memilih untuk membolos dari pada harus duduk bersebelahan dengan berandalan yang dihindarinya. Namun ketika dia akan bangkit dari kursinya, masuklah Shindong seongsanim.

"Pelajaran dimulai!"

Mau tidak mau namja manis itupun mengurungkan niatnya dan kembali duduk manis ditempatnya. Shindong, sang seongsanim melihat ke sekeliling ruang kelas, dan dia pun melihat sosok Kibum tengah tersenyum sambil mengedipkan sebelah matanya kearahnya, membuat Shindong menghela napas dan melanjutkan pelajaran, memilih menghiraukan keberadaan Kibum di kelas itu.

"Baiklah, ini hari pertama kuliah. Aku akan mulai mengabsen." ucap Shindong.

Shindong pun mulai memanggil satu persatu nama mahasiswa di kelas itu. Kibum pun tidak sengaja menoleh kesebelahnya dan dia mendapati jika disebelahnya itu adalah namja manis yang pernah memberitahunya jalan menuju rumah sakit. Kibum pun mencoba mengajaknya berbincang.

"Psst... Apa kau ingat aku? Waktu itu aku pernah menanyakan jalan kepadamu. Wah, tenyata kita satu kampus." ucap Kibum kepada namja disebelahnya yang terihat menghindarinya.

"Cho Kyuhyun." panggil Shindong.

"Hadir." sahut namja manis disebelah Kibum tersebut.

"Cho Kyuhyun? Jadi itu namamu?" tanya Kibum retoris.

"Ya, itu namanya." sahut Donghae.

"Ah, jadi kalian kenal? Hei, Kyuhyun-ah, kau tidak mengenalku? Aku pernah menanyakan jalan padamu dan kau menggambarkan peta untukku. Kau masih ingat aku? kau sudah lupa?" Kibum terus berusaha menarik perhatian namja manis disebelahnya yang tetap diam membisu.

"Kim Kibum" panggil Shindong.

Kibum yang sedang sibuk berusaha mengajak Kyuhyun berbincang pun tidak mendengar Shindong yang tengah memanggil namanya. Dia terus berbicara kepada Kyuhyun, meskipun tidak mendapatkan jawaban.

"Hei, kenapa kau diam saja?"

Kin Kibum.

"Hei Kyuhyun-ah... ting tong, ting tong, ting tong..." ucap Kibum sambil menekan tangan Kyuhyun seakan tengah menekan bel.

"KIM KIBUM!"

Semua mahasiswa di kelas itu menoleh ke arah Kibum, sementara Kibum masih tidak mendengar panggilan Shindong. Shindong yang merasa kesal pun mengambil ancang-ancang untuk melempar penghapus papan tulis ke arah Kibum.

"KIM KIBUM!" teriak Shindong sambil melayangkan penghapus ke arah Kibum.

Teriakan keras Shindong akhirnya mengalihkan perhatian Kibum dari Kyuhyun. kibum pun segera menghindar, namun malang bagi Donghae karena penghapus tersebut mengenai wajahnya dengan telak.

Di sudut ruangan, Eunhyuk melihat semua kejadian itu dengan jelas. Dimana Kibum yang biasanya cuek malah berusaha keras menarik perhatian seseorang, dan dirinya tidak bisa terima akan hal itu. Kibum hanya boleh menjadi miliknya.

Setelah kelas berakhir, Kibum menemani Donghae membasuh wajahnya di kamar mandi.

"Kurasa Shindong seongsanim tadi berusaha mencegahmu tertidur." ucap Kibum sambil terkekeh.

"Yak, dia berusaha mencegahmu bersikap genit dikelasnya. Kuberitahu, jangan bersikap genit dikelasnya, kau bisa tidak lulus." ucap Donghae sambil membasuh wajahnya berulang kali.

"Mata kuliahku sudah banyak yang gagal. Apa bedanya jika kali inipun begitu? Lagipula aku kan hanya ingin mengajaknya berteman." ucap Kibum.

"Lebih baik kau lupakan Cho Kyuhyun." ucap Donghae.

"Wae? Bagaimana kau bisa kenal dengannya?" tanya Kibum.

"Aku sekelas dengannya waktu sekolah menengah, maka dari itu, aku tahu tantang dia. Dia namja yang aneh. Seharian hanya menggambar saja, tidak pernah berbicara kepada orang lain. Dan dia sangat membenci skinship dalam bentuk apapun. Jika ada orang yang menyentuhnya, dia seperti terkena sesuatu yang menjijikan." jelas Donghae.

Donghae sengaja berkata seolah dia membenci Kyuhyun agar Kibum ikut membenci Kyuhyun juga. Dia tidak ingin Kibum mendekati Kyuhyun, namja manis yang selama ini disukainya sejak sekolah menengah.

"Apakah dia punya penyakit?" tanya Kibum penasaran.

"Ya, kudengar dari kabar yang beredar, dia memiliki trauma yang membuatnya takut dengan sentuhan orang lain, terutama dengan orang sepertimu, alat kelamin berjalan! Jadi lebih baik jangan mendekatinya!" ucap Donghae dengan tegas.

Kibum pun hanya mengangkat bahunya mendengar larangan tegas dari Donghae.

Kelas selanjutnya adalah kelas bahasa Inggris. Seperti biasa, Kibum dan Donghae duduk bersebelahan. Kyuhyun duduk tepat di depan mereka, seorang diri. Kali ini kelas bahasa Inggris di ampu oleh Choi Seunghyun seongsanim. Pelajaran berlangsung dengan tenang, sementara Kibum sibuk mengamati Kyuhyun dari kursinya.

"Cho Kyuhyun, silahkan bacakan paragraf pertama." ucap Choi seongsanim.

Kibum memusatkan perhatiannya. Dia ingin mendengar suara seorang Cho Kyuhyun. Namun Kyuhyun membacanya dengan suara yang sangat lirih, nyaris berbisik.

"Tolong suaranya lebih keras, Kyuhyun-ssi!" ucap sang seongsanim.

Namun Kyuhyun tetap membaca dengan berbisik.

"Seongsanim, sepertinya dia memang tidak bisa berbicara!" ucap Eunhyuk, yang langsung mendapat sorakan riuh dari yang lain.

Seunghyun pun menghampiri Kyuhyun dan menyentuh pundak Kyuhyun agak lama.

"Sudah, tidak apa Kyuhyun-ssi, baiklah Hyukjae-ssi, silahkan baca!" ucap Seunhyun sambil menepuk pundak Kyuhyun beberapa kali sebelum kembali ke tempatnya.

Kibum memperhatikan tubuh Kyuhyun yang mendadak kaku ketika sang seongsanim menyentuh pundaknya. Karena merasa penasaran dengan Kyuhyun, Kibum pun merobek paksa buku Donghae untuk meminta selembar kertas dan merampas pulpen yang dipegang Donghae. Kibum pun menuliskan sesuatu di kertas itu dan meremasnya menjadi sebuah bola kecil, kemudian melemparkannya ke arah Kyuhyun dan jatuh tepat didekat kaki Kyuhyun.

"Psstt... Kyuhyun-ah, ada surat..." bisik Kibum.

Kyuhyun pun menulikan telinganya, berusaha tidak memperdulikan Kibum.

Belajar dari pengalaman di kelas sebelumnya, dimana Kyuhyun tidak memperdulikannya sama sekali, Kibum pun memungut kertas tersebut dan menaruhnya di atas buku di hadapan Kyuhyun. Mau tidak mau, Kyuhyun pun membuka kertas tersebut.

"Peta yang kau gambar, gambar ibu dan anak di belakangnya ada padaku." isi surat dari Kibum.

"Ah!" pekik Kyuhyun dengan keras, membuat semua nya menoleh, termasuk sang seongsanim yang tengah menjelaskan di depan.

"Ada apa Kyuhyun-ssi?"

Kibum pun terseyum senang dengan reaksi Kyuhyun. Sementara Donghae, hanya bisa terdiam disampingnya.

suka banget sama drama ini dari dulu, Vic Zhou nya keren bangeetttt, kkkk...

coba-coba di remake jadi KiHyun, kayaknya lumayan, lol

TBC / FIN?

you decide it, readers-nim...