Disclaimer : Naruto belongs to Masashi Kishimoto
Pairing : SasuSaku
Warning: OOC, Typo (s), EYD masih terus belajar
Hujan yang mengguyur bumi sejak beberapa jam yang lalu membuat banyak orang terpaksa menghentikan aktifitasnya tidak terkecuali Haruno Sakura gadis yang sejak hujan turun tidak henti-hentinya mengumpat kesal, bukan tanpa alasan, dengan turunnya hujan menandakan bahwa Sakura harus menunda keinginannya untuk cepat pulang dan mengistirahatkan tubuhnya yang telah lelah karena padatnya aktifitas yang Sakura lakukan hari ini.
Sakura adalah seorang dokter muda di rumah sakit Konoha. Statusnya saat ini bukanlah sebagai dokter tetap melainkan hanya sebagai dokter magang yang artinya dia harus berusaha untuk mendapatkan citra baik untuk bisa menjadi dokter tetap di rumah sakit Konoha.
"Kau tidak pulang? Bukankah jam kerjamu sudah berakhir?" tanya sahabat seperjuangan Sakura – Yamanaka Ino sambil memberikan segelas kopi hangat. Tidak berniat menjawab Sakura hanya memberikan isyarat kepada Ino untuk melihat keadaan di luar jendela yang sejak tadi Sakura pandangi.
Melihat wajah Sakura yang muram membuat Ino sedikit tersenyum kasihan.
"Aku memiliki dua pilihan, yang pertama kau bisa menggunakan payung atau bahkan mobilku untuk pulang atau yang kedua kau bisa menggantikanku lembur malam ini," kata Ino santai sambil menyeruput kopi miliknya.
"Menggantikanmu lembur? Apa kau memiliki rencana lain hingga memberikanku pilihan itu?" tanya Sakura sambil mengangkat alisnya heran.
"Sebetulnya malam ini aku akan bertemu lagi dengan Shikamaru-kun," jawab Ino dengan senyuman malu-malunya.
"Shikamaru-kun?" tanya Sakura memastikan dengan nada yang penuh keragu-raguan, sedangkan yang ditanya hanya mengangguk malu-malu.
"Pria dari kencan buta yang kau datangi dua minggu lalu?" tanya sakura dengan nada yang sedikit tinggi.
"Shuut! Kau ini berisik sekali sih! Memangnya apa salahnya dengan pria dari kencan buta? Dia tampan, baik dan juga dari keluarga terhormat."
Mendengar jawaban Ino membuat Sakura tersenyum geli karena tidak biasanya Ino memuji seorang pria yang seolah-olah menggambarkan bahwa Ino memang sedang jatuh cinta.
"Kalau memang itu alasanmu maka aku akan menggantikanmu lembur malam ini!" seru Sakura yang langsung disambut dengan senyuman yang mengembang di wajah Ino.
"Arigatou Sakura-chan" Ino segera memeluk Sakura dengan erat karena merasa sahabatnya itu benar-benar mengerti dirinya.
"Jika kau membutuhkan kencan buta aku akan membantumu," kata Ino seolah menawarkan Sakura untuk mengikuti jejaknya.
"Iie, Arigatou tawarannya, lagipula aku tidak sepertimu yang mendapatkan tekanan dari keluargamu untuk segera menikah," jawab Sakura santai
"Meskipun pada awalnya ini merupakan sebuah tekanan tapi jika pria yang dijodohkan melalui kencan buta oleh keluargaku adalah Shikamaru-kun, kurasa itu tidak akan pernah menjadi tekanan," kata Ino dengan penuh semangat
"Ya ya baiklah kau benar, cepatlah pergi sebelum aku mengubah fikiranku," ucap Sakura santai sambil menatap Ino serius seolah menandakan dia tidak main-main dengan ucapannya.
"Siap Captain!" seru Ino sambil mengangkat tangannya memberi hormat seperti seorang prajurit, setelah itu segera berlari membelakangi Sakura. Sakura hanya menatap punggung Ino dengan senyuman leganya karena akhirnya sahabatnya itu bisa menemukan pria yang cocok.
"Kau memang selalu beruntung dan semoga akan selalu beruntung Ino-chan," gumam Sakura sambil terus menatap Ino yang semakin menjauh dengan senyuman tulusnya.
Sakura memang tidak seberuntung Ino dalam menjalani hidupnya, meskipun mereka merupakan sahabat dekat, namun nasib mereka sangat jauh berbeda. Ino berasal dari keluarga yang kaya dengan keluarga yang sangat harmonis dan sangat peduli pada Ino, sedangkan Sakura entahlah lahir dari keluarga kaya ataupun miskin yang Sakura tau, Sakura merupakan anak yang ditinggalkan orang tuanya di panti asuhan.
Pada usia 12 tahun Sakura pernah diadopsi oleh pasangan suami istri yang kaya namun sayangnya takdir baik tidak berada dipihaknya kebahagiaan itu hanya bertahan sebentar, 3 tahun setelah Sakura diadopsi orang tua angkatnya mengalami kecelakaan yang merenggut nyawa keduanya, setelah kematian kedua orang tua angkatnya Sakura harus mengalami perlakuan yang tidak menyenangkan dari Bibi angkatnya sehingga Sakura harus kembali berjuang sendiri untuk menjalani hidupnya.
Malam ini Sakura seolah tidak mendapatkan sedikit waktu untuk ngistirahatkan tubuhnya bagaimana tidak, hal ini dipicu dengan kondisi UGD yang sangat ramai dengan pasien-pasien baru, meskipun jam sudah menunjukkan tengah malam namun masih banyak pasien yang berdatangan karena disebabkan oleh kecelakaan beruntun yang terjadi tidak jauh dari rumah sakit.
"Sakura Sensei ada pasien baru," panggil seorang perawat yang langsung ditanggapi oleh Sakura dengan berlari menghampiri pasien yang baru saja tiba itu.
Sakura membelalakkan matanya begitu melihat pasien yang berada dihadapannya itu bukan karena wajah dan tubuh pasien tersebut yang berlumuran darah, namun karena pasien tersebut merupakan orang yang sangat sakura kenal. "Sasuke" gumam Sakura masih dengan ekspresi kagetnya.
"Sakura Sensei" panggil seorang perawat yang langsung menyadarkan Sakura dari rasa kagetnya tersebut dan dengan segera Sakura mengambil tindakan untuk mengobati pasien yang Sakura panggil dengan sebutan Sasuke itu.
Kondisi UGD yang sudah terkendali membuat beberapa dokter dan perawat bisa sedikit beristirahat namun hal tersebut tidak berlaku untuk Sakura, Sakura menghampiri tempat dimana Sasuke terbaring. Sakura menatap Sasuke yang masih terpejam dengan fikiran yang sangat kacau.
Kenangan demi kenangan saat pertama kali bertemu Sasuke muncul begitu saja yang akhirnya membuat Sakura sedikit meneteskan air matanya.
"Kenapa pertemua kita selalu diawali dengan hal yang tidak menyenangkan?" gumam Sakura pelan sambil tetap menatap Sasuke
Flashback
"Kurasa dia memang anak yang tidak diinginkan kau lihat saja bagaimana sangat berbedanya mereka."
"Wajahnya tapi sangat tampan loh!"
"Ck apa itu penting? Yang terpenting dia adalah aib bagi keluarganya, meskipun dari keluarga yang lebih kaya dari kita tapi apa gunanya kalau hanya menjadi aib yang ada malah membuat nama keluarga kita juga jelek!"
Sepanjang lorong sekolah hal itulah yang Sakura dengar meskipun Sakura tidak tau pasti apa yang sedang mereka bicarakan.
"Hey Pink bodoh, apa kau siput huh? Disuruh membeli begitu saja lama sekali!" teriak seorang gadis yang sedang duduk-duduk bersama empat orang gadis lainnya. mendengar teriakan tersebut langsung membuat Sakura bereaksi dengan berlari menghampirinya dengan beberapa bento dan air mineral yang memenuhi tanganya.
"Gomen." ucap Sakura sembari memberikan bento dan air mineral yang memenuhi tangannya tersebut.
"Dengar ya! Kau itu seharusnya sudah tidak bersekolah disini karena status kita sudah berbeda, kau itu sekarang hanya orang miskin yang tidak berguna!" seru salah satu dari lima gadis yang sedang duduk tersebut.
"Masih untung orang tuaku memiliki rasa kasihan padamu dan membiarkanmu melanjutkan sekolahmu meskipun kita tidak memiliki hubungan keluarga, kau itu hanya anak angkat Ji-san ku saja jadi bersikaplah selayaknya, kau harus membalas budi kepadaku!" lanjut gadis tersebut.
Sakura hanya menundukkan kepalannya dan tidak berniat untuk mejawabnya. Semua itu Sakura lakukan untuk membuat posisinya tidak semakin sulit sebetulnya Sakura ingin sekali membalas mereka, tapi Sakura tidak ingin memperpanjang masalah.
"Pergi sana!" usir gadis tersebut.
Sakura berjalan menuju taman belakang sekolah sambil menghembuskan nafas berat hal ini dilakukan Sakura untuk menghindari bullyan yang mungkin akan dilakukan murid-murid yang berada di sekolah elit ini, meskipun terkadang Sakura merasa ingin menyerah dan pindah sekolah namun Sakura bahkan tidak memiliki uang untuk membayar sekolahnya yang baru karena semua harta peninggalan orang tua angkatnya diambil semua oleh Ba-san angkatnya.
"Apa kau bisa menjadi luarbiasa dengan nama Uchihamu itu?"
"Ck aku penasaran sekali seberapa hebatnya nama itu buat mu!"
Samar-samar Sakura mendengar ucapan beberapa orang yang terdengar seperti seolah sedang akan berantem. Sakura berjalan cepat menghampiri sumber suara dan benar saja Sakura melihat ada tiga orang laki-laki yang sedang mengelilingi seorang pria yang terduduk ditanah dengan luka bekas pukulan di sudut bibirnya, salah satu pria menarik kerah baju pria yang terduduk tersebut dan seolah bersiap untuk melayangkan pukulan lagi kepada pria tersebut. Hal tersebut membuat Sakura semakin membelalakkan wajahnya dan berfikir keras untuk membantu pria tersebut namun Sakura bahkan tidak tau apa yang harus dilakukannya.
"Sensei! Ada soal yang tidak aku mengerti, aku ingin bertanya padamu bisakah kau membantuku menyelesaikannya?" teriak Sakura spontan entah pada siapa hal itu dilakukan hanya untuk menakut-nakuti pria-pria tersebut dan benar saja tiga pria tersebut segera bergegas meninggalkan pria yang masih terduduk ditanah dengan lukanya.
Begitu dilihatnya aman Sakura segera menghampiri pria tersebut, "kau baik-baik saja?" tanya Sakura sedikit panik dan langsung memegang dagu pria tersebut dan mengecek lukanya, namun pria tersebut justru menghempaskan tangan Sakura yang menyentuh dagunya.
"Aku tidak butuh kasihan darimu!" seru pria tersebut dengan nada yang sangat dingin.
"Aku juga tidak berniat mengasihanimu! Hidupku saja sudah cukup kasihan buat apa mengasihanimu!" balas Sakura dengan sedikit ketus karena tidak suka dengan sikap pria tersebut.
Sakura merogoh kantongnya dan memberikan obat oles pada pria tersebut untuk mengobati lukanya, "cepat gunakan ini, aku hanya memberimu sedikit jadi jangan kau habisakan obat tersebut," kata Sakura sambil menyodorkan obat tersebut dan mengisyaratkan untuk segera mengambil obat tersebut. Sementara pria tersebut hanya mengernyitkan alisnya, melihat hal tersebut sakura menghembuskan nafas berat dan segera membuka obat tersebut.
"Mungkin kau heran kenapa aku hanya memberikanmu sedikit saja, itu karena aku tidak punya cukup uang untuk membelinya lagi jadi aku harus menggunakan obat ini dengan bijak!" jelas Sakura meskipun pria tersebut tidak bertanya.
"Aku tidak bertanya soal itu!" kata pria tersebut sambil mengambil obat tersebut dan mengoleskannya pada lukanya.
"Ishh dasar," gumam Sakura sedikit kesal.
"Kenapa bisa kebetulan kau membawa obat ini?" tanya pria tersebut sambil terus mengoleskan obat tersebut ke lukanya.
"Bukan kebetulan tapi aku memang selalu membawanya kemana-mana." jawab Sakura sambil mendudukkan dirinya ditanah juga seperti pria tersebut.
"Itu berarti kau adalah gadis yang sangat ceroboh!" seru Sasuke santai.
"Tidak, aku bahkan sangat teliti, obat-obatan yang ku bawa hanya sebagai penjagaan saja karena orang sepertiku memiliki kemungkinan 98% untuk dibully di sekolah ini" jelas Sakura dengan santai sambil mengadahkan kepalanya melihat kearah langit.
"Kau sendiri kenapa sampai dipukuli seperti ini?" tanya Sakura samabil mengalihkan pandangannya menuju pria tersebut.
"Sasuke" bukan jawaban yang di dapatkan Sakura tapi hanya ucapan yang tidak jelas
"Hah? Maksudmu apa?" tanya Sakura dengan mengernyitkan dahinya tanda bingung
"Panggil aku Sasuke" jawab Sasuke dengan santai
"Hmm… jadi Uchiha Sasuke ya?" tanya Sakura santai
"Kau juga mendengar rumor tersebut ternyata!" kata Sasuke santai sambil memberikan kembali obat yang tadi diberikan Sakura.
"Aku tidak tau rumor apa yang kau maksud tapi aku mendengar pria yang memukulimu itu menyebutkan kata Uchiha jadi kufikir namamu Uchiha Sasuke, apa tidak apa-apa aku memanggilmu Sasuke, kita bahkan baru pertama bertemu?" Sakura menatap Sasuke dengan sedikit senyum di bibirnya
"Jauh lebih baik jika kau memanggilku Sasuke, aku tidak suka jika seseorang memanggilku dengan panggilan Uchiha!"
"Baiklah, Sasuke, kau juga bisa memanggilku Sakura" kata Sakura dengan senyuman hangat yang tidak luntur dari wajahnya.
"Hanya Sakura?" tanya Sasuke
"Haruno Sakura, tapi sepupu angkatku sangat membenci hal tersebut jadi sebaiknya hanya Sakura."
"Kenapa sangat membenci hal tersebut?" Tanya Sasuke spontan karena rasa penasarannya
"Apa kau akan bertukar informasi denganku?" tanya Sakura dengan antusias, sementara Sasuke hanya menatap Sakura bingung. "Aku akan memberi tau tentang kisahku kepada mu tapi kau juga harus melakukan hal yang sama dengan memberi tau tentang kisahmu kepadaku" lanjut Sakura.
"Rasanya tidak nyaman jika melakukannya di hari pertama kita bertemu, kita lakukan jika kita bertemu lagi." Kata Sasuke yang langsung mendapat anggukkan dari Sakura.
"Kalau begitu sampai jumpa lagi!" seru Sakura sambil berdiri dan sedikit membersihkan rok sekolahnya, sementara Sasuke masih pada posisinya dan menatap Sakura dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Jaga dirimu baik-baik Sasuke" kata Sakura sambil melambaikan tangan dan berjalan menjauhi Sasuke sementara Sasuke hanya terdiam ditempatnya sambil menatap Sakura.
Hampir seminggu setelah pertemuan pertama Sasuke dengan Sakura mereka tidak pernah bertemu lagi meskipun terkadang Sakura beberapa kali mendatangi tempat pertama mereka bertemu tersebut namun Sakura tidak pernah melihat Sasuke kembali ketempat tersebut, entahlah mungkin ucapat terakhir Sasuke merupakan tanda bahwa dia sebetulnya tidak ingin bertemu dengan Sakura lagi. Kecewa tentu saja Sakura sangat kecewa dengan hal tersebut, entahlah tanpa dasar yang pasti mengapa Sakura merasa sangat kecewa.
"Bagaimana bisa kau menumpahkan jus tersebut hah!" bentak seorang teman kelas Sakura.
Saat itu mereka sedang berada di lorong sekolah dekat sebuah lab yang otomatis juga banyak sekali murid-murid yang menjadikan mereka sebagai tontonan.
"Gomen, aku tidak sengaja menumpahkannya," kata Sakura membela dirinya
"Jadi tidak sengaja rupanya" kata gadis tersebut santai sambil mengambil jus milik temannya yang tidak tumpah setelah itu dengan santainya dia mengangkat jus tersebut dan akan menumpahkannya kerambut Sakura dengan perlahan.
Namun baru sedikit jus tersebut mengenai kepala Sakura tiba-tiba ada seseorang yang menarik lengan Sakura sehingga membuat Sakura terhindar dari guyuran jus yang lebih banyak lagi, semua orang yang berada di tempat tersebut kaget termasuk Sakura.
Sakura menatap orang yang telah menarik lengannya, "Sasuke" gumam Sakura pelan sementara Sasuke hanya fokus pada wanita yang akan menumpahkan jus tersebut ke Sakura.
"Ck,kau fikir kau siapa huh? kau ingin menjadi pahlawan?" bentak gadis tersebut tidak terima karena Sasuke menyelamatkan Sakura.
"Kau yang siapa? Berani-beraninya menumpahkan jus ke kepalanya!" seru Sasuke balik ke gadis tersebut dengan nada yang sangat menusuk.
"Kau fikir aku takut denganmu karena kau adalah Uchiha, dengar Sasuke semua orang bahkan sudah tau jika kau itu tidak berharga dan kau akan benar-benar menjadi sampah jika tidak ada nama Uchiha di depan namamu, kau harus tau itu!" bentak gadis tersebut lagi dengan penuh penekanan.
"Tutup mulutmu itu sebelum aku yang menutupnya dengan paksa!" kata Sasuke semakin dingin
"HAHAHA apa yang bisa kau lakukan huh? Kau adalah aib bagi keluargamu semua orang tau itu" ledek gadis tersebut
"Ada Uchiha Itachi" beberapa orang menggumam nama tersebut sehingga baik Sasuke maupun gadis tersebut menghentikan perdebatan tersebut, tidak hanya itu fokus mereka juga berubah tidak menatap mereka berdua lagi namun menatap Uchiha Itachi yang semakin mendekati mereka dengan penuh rasa takut dan hormat.
"Kau meninggalkannya di rumah" kata Itachi sambil menyodorkan sebuah dompet kepada Sasuke, Sasuke segera mengambilnya dengan penuh rasa tidak suka bukan tidak suka karena Itachi membawakan dompetnya, namun tidak suka melihat semua orang bersikap seperti itu kepada Itachi yang jelas bertolak belakang dengan sikap mereka kepada Sasuke. Setelah mengambil dompetnya Sasuke segera menarik Sakura pergi dari tempat tersebut meninggalkan gadis tersebut dan juga Itachi.
"Seharusnya kau datang lebih cepat sebelum jus itu mengenai rambutku!" ucap Sakura begitu mereka berdua telah berada di atap sekolah yang sepi
"Bukankah kita seimbang, kau juga tidak datang lebih cepat saat aku dipukuli" kata Sasuke sambil menunjuk bekas luka pada sudut bibirnya, sementara Sakura hanya tersenyum mendengar ucapan Sasuke.
"Sebaiknya bersihkan dulu rambutmu!" kata Sasuke sambil membuka tutup pada botol air meneral yang dia bawa, "biar kubantu mengguyurnya, buat posisimu nyaman" kata Sasuke sambil bersiap mengguyurkan air tersebut ke kepala Sakura.
"Mana ada posisi nyaman ketika seseorang akan mengguyur kepala ku!" jawab Sakura protes dengan kata-kata Sasuke.
"Bisakah kau turuti saja kata-kataku atau aku tidak akan membantumu," kata Sasuke sambil menarik dirinya menjauhi Sakura.
"Ah baiklah, lakukanlah!" kata Sakura pasrah.
Setelah membersihkan rambut Sakura mereka mendudukkan diri mereka dengan nyaman di lantai atap sekolah sementara Sakura masih mengusap rambutnya menggunakan handuk
"Bagaimana bisa kau berada di tempat tersebut dan menyelamatkanku?" tanya Sakura sambil melanjutkan kegiatan mengeringkan rambutnya.
"Apa kau tidak sadar dimana kalian bertengkar tadi?" tanya Sasuke sementara Sakura hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyaan Sasuke.
"Kau berada di lorong lab, itu merupakan jalan menuju kelasku" jelas Sasuke
"Tidak mungkin, itu berarti kau adalah senpaiku?" tanya Sakura memastikan
"Kurasa begitu, kau bisa memanggilku Sasuke-senpai mulai sekarang" kata Sasuke dengan senyuman yang aneh
"Ishh baiklah," kata Sakura pasrah
"Aku hanya bercanda! Tidak perlu memanggilku senpai jika itu membuatmu tidak nyaman" kata Sasuke sambil menggapai kepala Sakura yang masih tertutup handuk, "Tidak perlu kau tutupi biarkan rambutmu terkena angin itu akan membuatnya cepat kering" kata Sasuke sambil mengambil handuk yang berada di kepala Sakura.
"Arigatou" kata Sakura
"Tidak perlu berterimakasih, kita seimbang karena kau juga pernah menyelamatkanku" kata Sasuke sambil menikmati angin yang berhembus mengenai wajahnya
"Tidak perlu berterimakasih? Cih aku bahkan sudah mengucapkannya dan kau sudah mendengarnya, bagaimana bisa itu masih dikatakan seimbang" gumam Sakura yang masih bisa di dengar oleh Sasuke
"Arigatou" kata Sasuke sambil menatap Sakura dengan tatapan sedikit meledek "Kau puas?" tanya Sasuke penuh penekanan.
"Sangat puas!" jawab Sakura dengan penuh penekanan juga.
"Apa kau menghindariku?" tanya Sakura dengan suara yang sangat tenang, meskipun faktanya Sakura sedikit takut untuk menanyakan pertanyaan itu ke Sasuke.
"Tidak, aku bahkan mencarimu di beberapa kelas, tapi ternyata kau tidak setingkat denganku, siapa yang menyangka kalau kau adalah juniorku."
"Kau mencariku?" tanya Sakura memastikan, Sasuke hanya menjawabnya dengan anggukan
"Aku menghampiri tempat kita pertama bertemu tapi sepertinya kau tidak pernah ketempat itu lagi" kata sakura sambil menatap Sasuke butuh penjelasan.
"Aku tidak mungkin ketempat itu lagi karena aku menghindari perkelahian, apa kau lupa apa yang aku dapatkan ketika datang ketempat tersebut?" Sakura tersenyum lebar mendengar kata-kata Sasuke.
End Flashback
"Sakura-sensei, wali untuk pasien ini sudah datang" mendengar ucapan tersebut membuat Sakura dengan segera mengusap air matanya dengan cepat.
"Dimana walinya?" tanya Sakura penasaran
"Walinya dengan mengurus administrasi dan pasien akan segera dipindahkan dari UGD ke ruang inap" jelas perawat tersebut, sakura hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
Matahari masih malu-malu menampakkan wujudnya dan kegiatan di rumah sakitpun belum terlihat ramai.
"Saya adalah dokter yang semalam menangani pasien, maka dari itu saya bertanggungjawab untuk mengontrol kondisi pasien sampai pasien mendapatkan dokter khusus untuk menangani semua maslah kesehatannya" kata Sakura pada seseorang yang mengatakan dirinya sebagai wali Sasuke.
Memang prosedur mengatakan hal seperti itu namun sebetulnya dalam pelaksanaan tidak perlu melakukan kontrol secara rutin seperti apa yang dilakukan Sakura kepada Sasuke.
"Sensei apa saya boleh minta tolong untuk tetap disisinya karena saya takut jika terjadi sesuatu denganya, setidaknya sensei bisa di sampingnya hingga kondisinya stabil atau hingga ada dokter lain yang menggantikan sensei sebagai penanggungjawabnya." mendengar permintaan tersebut tentu saja langsung di iyakan oleh Sakura karena memang itu tujuan utama Sakura ingin selalu melihat kondisi Sasuke.
Sakura tidak meninggalkan Sasuke sendiri dia terus berada di dalam ruangan Sasuke, sementar orang yang menyebutnya wali Sasuke justru berada di luar ruangan.
Meskipun Sakura sangat lelah namun entah mengapa sulit bagi Sakura untuk memejamkan matanya, Sakura terus menatap Sasuke hingga tanpa terduga orang yang terus dia tatap pun membuka matanya perlahan dan tentu saja itu membuat Sakura tersenyum lebar.
"Sasuke, akhirnya kau sadar juga, kau tau aku sangat khawatir denganmu!" seru Sakura sedikit menitihkan air mata, sementara Sasuke hanya menatap Sakura dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Kau tau aku sangat bingung kata apa yang harus aku ucapkan ketika bertemu denganmu, apa aku harus marah karena kau pergi begitu saja tanpa memberi kabar, atau aku harus bertanya kenapa kau bersikap seperti itu atau aku hanya akan mengkhawatirkan kondisimu, atau aku hanya mengatakan bahwa aku benar-benar merindukanmu Sasuke" ucap Sakura dengan air mata yang mengalir di pipi Indahnya.
"Kau siapa?" tanya Sasuke pada Sakura.
TO BE CONTINUE
