.oOo.
CHARGING
.oOo.
Cast
Kang Dongho (Trainee from Pledis Ent.)
Lee Daehwi (Trainee from Brand New Music Ent.)
And another many support characters that may appears unintentionally.
.oOo.
Produce 101 season 2 © Mnet
Cerita ini murni imajinasi saya. Apabila memiliki kesamaan konsep, alur cerita, masalah, bahkan dialog, saya jamin itu 100% ketidaksengajaan karena (mohon maaf) saya tidak pernah membaca FF dengan alur cerita seperti ini. Maaf juga kalau konsep ceritanya sangat umum dan klise.
.oOo.
Lee Daehwi terduduk dengan gelisah. Tangannya bermain-main dengan ujung bajunya. Ia melirik ke arah kanan terus sejak tadi. Ruang tunggu ini terasa sangat sepi ketika hanya ada 2 orang didalamnya.
Ia. Lee Daehwi.
Dan pria berbaju hitam di seberang ruangan sana.
Seorang pria yang berambut cepak dan memiliki pandangan mata sangat menantang.
Kang Dongho.
Sesekali bulir keringat jatuh dari dahinya. Pria ini memiliki aura ganas yang mampu membuat siapapun meneguk ludah membayangkan horor yang akan dihadapi bila berhadapan dengannya.
Daehwi dan Dongho hanya tinggal berdua di ruang tunggu karena rekan-rekan seagensinya sedang bersiap-siap di ruangan lain. Secara bergiliran mereka akan dimakeup lalu mulai masuk ke studio untuk melakukan rekaman episode awal PD101.
"Hei."
Daehwi terkejut. Rambut-rambut halusnya bergoyang akibat tengokan mendadak kepalanya ke arah hyung nya itu.
"N-ne, hyung?"
"Kau tegang sekali. Perutmu sakit?"
"A-ah, t-tidak, hyung. Perutku tidak sakit," jawab Daehwi terbata.
"Kenapa cara jawabmu begitu? Grogi ya?" goda Dongho sambil terkiki.
Daehwi tersenyum canggung merespon tawa kecil Dongho. Lelaki yang lebih muda itu terdiam kembali. Dongho tak suka suasana canggung seperti ini.
Ia tak terlalu menyalahkan Daehwi. Bagaimanapun, Dongho tak hanya hyung namun juga sunbae dalam hal perpanggungan. Dengan pengalaman hampir 4 tahun, Dongho jelas termasuk sunbae dibanding semua trainee Produce 101 season 2 ini.
"Hyung," panggil Daehwi.
"Ne?"
"Em, giliran hyung di make up," ujar Daehwi hati-hati.
"Oh, tentu. Terima kasih…," Dongho membaca label nama di dada Daehwi.
"Daehwi. Lee Daehwi, hyung," ujarnya sopan.
"Ah ya. Daehwi. Salam kenal," kata Dongho dengan senyumnya.
Ah, hyung satu ini nggak semengerikan kesan pertamanya. Begitu pikir Daehwi.
Sampai ketika, trainee dari Pledis itu memasuki studio penampilan per-agensi.
Wajah Dongho yang ramah tadi mendadak berubah kusam. Entah apa yang terjadi sejak di area make up hingga di runag tunggu tadi. Lokasi make up mereka berbeda sehingga percakapan tadi adalah pertemuan terakhir sebelum di studio ini.
Daehwi bingung. Dongho tadi sangat ramah kepadanya. Ia tersenyum layaknya hyung dari tetangga rumah di kampung halamannya.
"Woah Pledis, Pledis. Idol beneran," ujar seseorang entah siapa.
"Auranya beda ya."
"Kok cuma 4?"
"Yang paling pojok mukanya nyeremin."
Dan banyak komentar bersahutan.
.oOo.
Daehwi POV.
Aku dan member dari Brand New Music tidak sekamar semua. Selain itu tidak banyak barang yang bisa kami bawa disini. Sudah ruangan yang sempit, keterbatasan waktu juga membuat seminimal mungkin barang yang harus kami bawa. Sebagian besar waktu kami dihabiskan di ruang latihan. Dalam 3 hari sejak diperkenalkan lagu Naya Na, kami disuruh merekam perkembangan kami lalu akan dievaluasi dan penempatan kelas baru. Karena waktu yang sangat sedikit itulah makanya kami lebih sering di ruang latihan ketimbang di kamar.
Pada hari ke tiga, hari rekaman evaluasi, semua trainee sibuk mematangkan skillnya. Aku, yang sudah ditempatkan di kelas A, memiliki beban yang lebih berat karena daripada meningkatkan, memepertahankan adalah hal yang lebih sulit.
Di saat aku sedang istirahat, Taehyun hyung memanggilku.
"Kau dicari Dongho, di ruang pojok"
Ruang pojok ini adalah ruangan yang dipersiapkan oleh kru PD101 untuk kami yang tidak ingin urusan dnegan agensi atau urusan pribadi lainnya tertangkap kamera. Ini adalah bagian dari kesepakatan tiap agensi terhadap keberlangsungan PD101.
Dongho hyung memanggilku untuk menuju ke sebuah ruangan di luar tangkapan kamera. Aku sadar sih pasti artinya dia minta 'itu'.
Aku mengetuk pintu berwarna hijau itu.
"Masuk"
Suara ini. Aku kenal sekali.
"Ke sini, Daehwi," ucap Dongho hyung.
Ia masih dengan baju seragamnya yang sewarna dengan pintu didepan.
"Warna pintunya sama seperti warna bajumu hyung. Haha," guyonku, yang tak ditanggapi seperti harapanku untuk sedikit mencairkan suasana.
Aku sudah berdiri didepannya. DI depan Dongho hyung yang sedang bersandar di dinding. Hanya memandangku dengan matanya yang sayu dan wajah sangat berantakan. Aku bisa lihat meski pencahayaan tidak terlalu terang, matanya menunjukkan sikap yang putus asa. Seakan-akan semua ini adalah akhir dari segalanya.
"Aku butuh kau sekarang," katanya seraya mendekatkan badannya ke tubuhku.
Dongho hyung menjatuhkan badannya yang besar itu ke tubuhku. Berat badan kami yang cukup jauh selisihnya (hei, aku ini kurus. Masih dalam masa pertumbuhan), membuatku sedikit oleng dan terdorong sampai ke dinding.
Dongho hyung melingkarkan tangannya di pinggangku. Hidungnya diusap-usap ke leherku, jelas aku merasa kegelian. Tapi pelukannya nyaman.
Dongho hyung hanya beberapa cm lebih tinggi dariku. Tapi saat ini aku melihatnya seperti anak anjing yang sangat butuh belaian. Wajahnya diusap-usapkan ke leherku. Aku bisa merasakan banyak rambut wajahnya yang sudah mulai tumbuh dan belum dicukurnya. Dongho hyung benar-benar seorang pria.
Hyungku ini mengeratkan pelukannya. Aku mengelus-elus punggungnya agar hyung lebih tenang. Namun ia malah semakin dalam mengambil nafas di leherku.
"Hihihi. Hyung, geli ah," ujarku sambil memukul pelan punggungnya.
Dongho hyung berhenti sejenak. Lalu mengangkat wajahnya dari leherku dan seketika aku bisa melihat matanya yang sangat hitam itu. Ia menempelkan hidungnya ke hidungku. Aku bisa merasakan nafasnya di bibirku.
"Hyung kenapa?" tanyaku.
"Aku benci pada diriku sendiri," Dongho hyung mengatakannya sambil menutup kedua matanya. Ia meresapi keadaannya sekarang.
Rekaman evaluasi dilakukan di 2 ruangan berbeda. Kelas A, B dan C di ruang atas sedangkan D dan F di ruangan bawah. Kelas D dan B adalah kelas pertama yang melakukan rekaman. Sedangkan kelas A direkam setelah kelas B dengan kata lain siang ini setelah seluruh anggota kelas B selesai di rekam.
Proses rekaman akan dimulai setelah makan siang. Artinya masih ada waktu sampai Dongho hyung untuk rekaman. Aku bisa mangajarinya sedikit!
"Hyung jangan begitu. Hyung pasti bisa," ucapku sambil menggenggam tangannya.
Dalam waktu yang sedikit itu, aku berusaha semampuku untuk mengajarinya.
Kalian bertanya apa hubunganku dengan Dongho hyung?
Tidak ada.
Ceritanya panjang bagaimana awalnya kami bisa seperti ini. Tapi intinya, Dongho hyung saat itu sedang kelelahan dan salah memelukku disaat ia ingin ke Minki hyung. Awalnya ia terkaget, namun aku lebih kaget ketika malamnya ia menemuiku dan berkata bahwa aku "charger" tenaganya. Ia merasa dirinya jauh lebih bertenaga setelah menghirup tubuhku.
Aku yang bingung, hanya diam saja membiarkan hampir setiap waktu istirahat dipakai untuk "charging" menggunakan tubuhku. Aku tak berani berkata apa-apa. Waktu hari pertama setelah malam aku disebut "charger"nya itu, aku ingin bertanya 'mengapa aku? Lalu sebelum aku siapa?'. Tapi tak bisa keluar karena melihat wajah bahagia Dongho hyung setelah "charging" tenaga di tubuhku membuatku lupa segalanya, kecuali dance Naya Na. Haha.
Lalu apakah kemudian aku dan Dongho hyung menjadi dekat setelah itu?
Tidak. Tidak juga.
Tidak sedekat Samuel. Tidak juga sedekat Jihoon.
Hanya sekedar sapaan dongsaeng ke hyungnya.
Kembali ke saat ini.
Ruangan ini mungkin tidak terlalu luas. Namun cukup bisa digunakan untuk 2 orang melakukan koreo. Sudah beberapa kali kami memakai ruangan ini. Kalau alasanku ke anak-anak sih, Dongho hyung les privat sama aku. Hehe.
Saat ini Hyung belum melepaskan tanganku. Hidung kami juga masih bersentuhan. Matanya pertama menghadap ke bawah. Namun, sedetik kemudian menusuk tajam kedalam bola mataku.
Sangat tampan.
Sangat berkharisma.
Sangat menawan.
Degup jantungku semakin cepat. Tak terasa bulir keringat turun di leherku, meninggalkan rasa geli disepanjang jalannya.
Jemari tanganku tertangkup didalam tangannya hyung. Tangan Dongho hyung besar, hangat, sedikit kasar, namun sangat ada tenaganya. Tangan inilah yang setiap 3 jam memelukku. Tangan ini lah yang menghapus air mataku saat aku curhat mengenai beban sebagai penghuni kelas A. Tangan inilah yang menangkup wajahku lalu berkata 'terima kasih' sambil tersenyum bahagia.
"H-hyung..," panggilku hati-hati.
Dongho hyung menaruh tanganku di pinggangnya, dan satu tangannya menangkup wajahku, disaat tangan satunya di punggungku.
Wajahnya mendekat ke arahku. Hyung memiringkan wajahnya sehingga hidung kami tidak lagi bersentuhan.
Dekat sekali. Bibir kami hampir bersentuhan saat..
BRAK!
Secara mendadak pintu ruangan itu terbuka.
Aku tergagap.
"Hyung! Ini…."
= TBC =
