Disclaimer: Masashi Kishimoto

Rating: T

genre: romence

Warning : Semi Canon, OOC, Absurd, typo, etc.

Half and half

Embun sejuk di dedaunan baru saja jatuh keatas tanah. Matahari yang tadinya hanya mengintip kini sudah mulai naik sepenggal. Cahayanya menembus jendela kamar milik gadis bersurai melon itu dan langsung menyinari sang pemilik kamar yang masih saja terlelap. Fu sangat sebal karena tidurnya diganggu oleh sang mentari ditambah bunyi dering jam weker miliknya yang tak tau malu.

"SIAPA SIH YANG NYETEL ALARM JAM SEGINI"amuk Fu sambil menarik selimutnya sampai ke kepala. Dia berniat untuk menenggelamkan dirinya kealam mimpi lagi sampai dia sadar bahwa dia punya kegiatan di pagi hari ini

"Tunggu, kan aku yang nyetel alarmnya tadi malam. Soalnya..."ujar Fu sembari membangunkan badannya. Fu mengusap kedus matanya. Kemudian Ia menatap langit-langit sejenak untuk membantunya mengingat acara apa yang harus ia ikuti.

"Aku lupaa, aku ada jadwal pagi hari ini."Fu meloncat dari kasur dan segera berlari menuju kamar mandi. Sesampainya dikamar mandi, Fu disuguhi pemandangan yang membuat mood nya hancur seketika.

Dia mendengus kesal. Tentu saja ia kesal, kondisoner dan shampo yang baru saja dia beli kemarin sudah habis tak tau untuk apa dan oleh siapa. Walaupun mahkotanya itu cuma sebahu tapi dia tak suka melihat rambutnya kusut dan berantakan. Fu berpikir kalau ayahnya lah yang menggunakannya. Tapi itu tidak mungkin karena ayahnya BOTAK BERKILAU-_-

Setelah ritual mandi yang biasanya berlangsung selama 30 menit ia percepat menjadi hanya 4 menit. Fu segera berapih diri untuk pergi ngampus tanpa sarapan terlebih dahulu. Ia menyalakan motor metik kesayangannya Dan segera melesat.

Saat melalui persimpangan didekat rumahnya. Gawai disakunya bergetar dan memaksa Fu menepikan motornya terlebih dahulu. Sebuah telepon tanpa nama ternyata yang membuat gawainya bergetar.

"halo, siapa ini"

"Aku malaikat"

"HAH"Fu menyeruak, sempat ingin membanting handpone nya. Di benaknya fu sudah terlanjur marah-marah. MANA MUNGKIN MALAIKAT PUNYA HP. Orang bodoh mana yang membuat cerita ngelantur ini.

"semangat lah, kau akan mendapat suatu hal yang indah" kata sang lawan bicara di telponya

"HAL YANG INDAH KATAMU, RAMBUTKU KUSUT KARENA SHAMPO DAN KONDISONER YANG KUBELI TIBA-TIBA HABIS..." Fu berteriak, mengoceh sejadinya tak peduli dengan mata orang-orang yang kini tengah memperhatikannya.

"DAN KARENA KAU, MALAIKAT BIADAB, AKU BAKAL TELAT MASUK KELAS- HALO HEI HALO AKU SEDANG BICARA HEI KEMANA KAU" si 'Malaikat' yang tiba-tiba memutus telephonenya semakin membuat amarah Fu meledak.

"hal yang bagus apanya"

.

.

.

Ditengah sebuah perempatan dengan gagahnya seorang polisi bersurai kuning itu mengatur lalu lintas. Terkadang ia meniupkan peluitnya kepada pengendara yang melanggar dan sesekali juga menyapa orang-orang yang melewatinya. Polisi itu bernama Uzumaki Naruto, polisi baru yang sangat bersemangat. Tugas pertama Naruto sebagai polisi adalah untuk mengatur lalu lintas. Dia begitu bangga dengan pekerjaanya. Itu terbukti dari mukanya yang selalu dihiasi oleh senyuman.

Mata birunya yang tadi begitu fokus dengan jalanan. Terganggu dengan pengendara dipinggir jalan yang agaknya tengah berdebat dengan salah satu rekannya. Jadi ia memutuskan untuk menghampiri dua insan tuhan itu

"heh nona, anda itu melanggar, jadi harus ditilang"

"tapi saya buru-buru om, jadi saya lupa ga bawa helm"

"lupa-lupa, banyak alasan kamu"

"tapi-"

"udaah ga pake tapi-tapian"potong sang aparat

"TAPI SAYA BURU-BURU OM"jelas si pengendara dengan nada yang lebih tinggi dari polisi tersebut

itu lah yang tak sengaja ditangkap oleh Naruto. Dia menggelengkan kepala. Dia begitu bingung dengan pengendara yang salah tapi lebih ngotot dari pada polisi

"hei tenang lah, biar aku yang urus" dengan satu anggukan polisi yang tadi tengah berdebat dengan pengendara itu segera pergi mempersilahkan juniornya mengatasi pengendara yang sangat tidak sopan.

"jadi saya udah boleh pergi" tanya pengendara

"tentu tidak. Kau tetap ditilang tapi jika kau mau damai tentu aku akan menolongmu"

"ehh, apa maksudmu"

"kau mau ditilang atau damai saja?"

Pengendara itu memejamkan matanya beberapa detik. Dia terlihat seperti sedang berpikir untuk memutuskan jawaban dari pertanyaan polisi berambut jabrik itu.

Naruto menyeringai sesaat. Dan kembali mengajukan pertanyaan yang sama"kamu ingin ditilang atau damai ajah"

"ya sudah, aku milih ditilang"

"yang bener nih"Tanya naruto untuk meyakinkan telinganya bahwa ia tak salah dengar

"iyah, tilang ajah".

"beneran, gamau damai ajah"Bujuk Naruto

"Iyahh beneran, kayaknya om lagi butuh uang banget ya..."ledek pengendara berkulit esotis tersebut

APAAA!?? Rasanya Naruto ingin menampar Manusia bermulut menyebalkan di depannya. Sepertinya dia tau mengapa rekannya tadi sampai naik pitam

"heh kurang aj-"perkataan Naruto terhenti karena sodoran uang tiga puluh ribu dari pengendara menyebalkan itu "nih om saya ada receh, saya sedekahin buat om ajah, maaf om saya buru-buru" Pengendara itu segera menggas motornya. Dan Tetap melaju meskipun polisi tadi terus meneriakinya

"HEI BERHENTI KAMU"Naruto berteriak. Ia berusaha mengejar sang pengendara. Sebenarnya Naruto bisa saja lompat dan langsung menjatuhkan pembawa motor tersebut. Akan tetapi dia tidak mungkin melakukan hal itu, karena sipengendara adalah perempuan dan mungkin baru kelas 3 SMP.

"saya lagi buru-buru om"

"Berhenti kau sialan"

"GAMAU"

"Heh aku serius kau harus berhenti"Naruto mengerinyit kesal. Mengadukan kedua giginya hingga berbunyi. Naruto mempercepat larinya. Dia benar-benar harus menghentikan pengendara itu, Jika tidak, ahgh... Naruto berhasil menggengam gagang besi di belakang motor tapi sayangnya itu sudah terlambat "BERHENTI"

Jdaar!

Sebuah bis dari arah samping dengan cepat menyambar kedua orang itu. Mereka berdua terpental cukup jauh. Sebagian polisi yang melihat kejadian itu langsung berlari mendekati naruto bersama dengan kerumunan orang yang berniat mengambil foto atau hanya ingin tau kondisi korban yang tadi tertabrak.

"darahnya kemana-mana, serem ihh"

"bawa gadis ini lebih dulu"

"Cepet Tolong BEGO, jangan ngobrol"

Naruto yang masih sadar sempat memperhatikan gadis yang tadi mengendarai motor. A-apa dia sudah mati ujar naruto dalam batin."akh sial..."ucap naruto sebelum kesadarannya hilang dan akhirnya kelam tak sadarkan diri.

"Apakah ini akhir dari cerita hidupku?

Inikah ending dari harapan keluargaku?

hufh, maafkan aku, ayah, ibu. Aku sudah mengecewakan kalian

Padahal ini hari pertamaku, maaf telah mengecewakanmu komandan

Terimakasih semuanya

Aku rasa aku sudah selesai sampai disini"

.

.

.

"Lho!!!"

Naruto merasakan suatu yang aneh. Dia terbangun di ladang rumput hijau tanpa pengahalang satupun yang terlihat di segala sisi. Keanehan tempat ini ditambah dengan awan hitam yang membentuk pola melingkari dirinya.

"dimana aku"seseorang bangun disebelah Naruto. Sembari memegangi kepalanya yang rasanya begitu berat. Dia memperhatikan wajah pria berseragam disampingnya yang mungkin dia kenali

"kau!"

"kau Pengendara bodoh tadi kan!" balas Naruto dengan emosi jiwa yang semakin meninggi

"kau juga polisi yang sangat membutuhkan uang tadi kan"

"siapa yang kau bilang membutuhkan uang, dek..."

"dan siapa yang kau bilang dek HAH, aku sudah kuliah tau"

/@*Dang$1?,

"A-apa? Kuliah? Bahkan tinggimu hanya 150cm!"

gadis itu tiba-tiba berkoar"150cm? Aku 160cm kau harus tau itu."gadis itu berteriak sambil menunjuk wajah naruto yang kini terlihat menyesal dengan perkataanya.

"Jadi kau menilai seseorang dari tinggi badan mereka, Hah?!"

"tidak, bukan begitu maksudku. Maafkan aku"

"maaf?! Apa maksudmu maaf"

"maafkan ak-"perkataan terakhir Naruto terhenti setelah ia mendengar suara tawa. Dari mana suara itu? Mereka tak dapat menemukan asal suara tersebut. Tapi mereka dapat dengan jelas mendengar suara yang mengerikan itu.

"sekarang apa lagi"keluh pengendara tersebut.

"Hei siapa itu" Naruto berteriak. Dia celingukan kesana kemari namun ia tetap tidak menemukan siapapun kecuali dirinya dan gadis sensi di sebelahnya

"aku? Aku adalah pencipta langit dan bumi."

"BISA KAH ORANG-ORANG BERHENTI BECANDA"gadis itu kembali meledak. Dia merasa bahwa telah di permainkan. Dia sudah lelah dengan candaan orang-orang yang semakin melantur dan menjengkelkan.

"DIAM!"seketika terdengar gemuruh dari jauh yang menggema.

"Kau yang diam. Aku hanya ingin pergi kuliah dan kembali ke rumah jam 4 sore."Gadis bersurai hijau mint itu tidak mau kalah. Sedangkan Naruto, dirinya hanya bisa terpaku ditempat tanpa bisa mengeluarkan sepatah katapun

"pagiku sudah berat, aku ingin pergi. Aku mohon.."teriakan dari mulutnya yang begitu lantang kini menjadi sebuah isak tangis yang tak dapat ia tahan. Pipinya sudah terbanjiri oleh air matanya sendiri.

"AKU BILANG DIAM!"kilatan dilangit kembali muncul setelah suara tak dikenal itu berbicara.

"Kau tidak pantas memerintahku, Fu!"

"Ba-bagaimana kau tau namaku"ya, gadis yang sedari tadi mengamuk itu adalah Fu.

"tak hanya itu Bahkan aku tau kesialanmu dipagi hari tadi"badan Fu mendongkrak. Dia begitu kaget. Dia merasa tak ada yang tau dengan kesialannya dipagi hari. Lalu siapa yang sebenarnya ia tantang sejak tadi

"Sebenarnya siapaa kau" Naruto yang tadi ciut kini mulai membuka suara.

"Bukannya aku sudah bilang tadi. Akulah yang Maha Tinggi, Maha Agung dan Maha Sempurna. Akulah Tuhan kalian"Naruto dan Fu hanya bisa kaget, syok, bingung dan tentu juga takut setelah mendengar penjelasan pemilik suara yang begitu berat tadi.

Naruto menegak air liurnya sendiri sebelum berucap"La-lalu Di-dimana kami"Naruto berusaha bertanya walau tergagap.

"Sekarang kalian berada diantara batasan kehidupan dan kematian"

Batas?batasan apaa? Pikir Fu bersamaan dengan alisnya yang terangkat

"Kupikir kau lebih pintar dari Naruto, Fu"Apa! Fu berdecak, ia membaca pikiran Fu"untuk saat ini kalian ku selamatkan, dan kalian berada di antara kehiduapan sebelum dan sesudah mati"

"Haaah" keduanya semakin syok mendengar kata tuhan mereka

"ja-ja-jadi kami sudah mati"Naruto kembali berbicara walau tetap gagap

"hmm... begini biar aku jelaskan... Jadi diantara kalian akan ada yang ikut aku ke kehidupan setelah kematian dan salah satunya lagi akan ku kirim ketempat kalian hidup"

"Apa... Itu tidak adil" Fu kembali berkoar namun dengan suara yang lebih tenang

"hei aku sudah menyelamatkan nyawa kalian. Di dunia ini semuanya harus ada bayaran bukan"

"jadi, kalau kita mau mati harus bayar. Kaya lewat jalan tol aja" kalimat bodoh itu keluar tiba-tiba dari mulut Naruto. Tentu Naruto memang bodoh. Mungkin jika dia tidak kenal orang dalam dia tak akan jadi polisi.

"hahahahaha" Tuhan tertawa lagi

"aku tak peduli dengan tanggapan kalian. Sekarang dengarkan aku! Aku tidak akan mengulanginya sampai dua kali. Kalian akan ku beri waktu selama 7 hari untuk hidup. Kalian harus memutuskan siapa yang tetap hidup atau ikut bersamaku. Dan selama itu pula kalian akan saling terikat"

"hei tunggu apa maks-"

"tambahan, jangan pernah saling meninggalkan"

Wushhhh

Dengan suara itu. Suara yang kini mereka percaya sebagai tuhan mereka menghilang. Dan kedua remaja itu kehilangan penglihatannya karena silauan cahaya dari seluruh sudut.

.

.

.

"agh, ada apa ini, dimana aku" Naruto terbangun diatas ranjang didalam sebuah kamar bercat putih.

"akhirnya kau sadar juga yah"kata wanita berseragam putih yang tengah membersihkan sesuatu diatas meja.

"dimana aku"tanya Naruto yang masih bingung

"kau di rumah sakit,pa"jawab wanita itu yang merupakan seorang perawat

"ke-kenapa aku disini"perawat itu menerawang aneh pemuda berseragam kepolisian tersebut"apakah kau lupa ingatan, tunggu disini. Akan kupanggilkan dokter"

"ehh?! Tunggu jang-" terlambat, Naruto gagal menahan perawat itu untuk tidak pergi dan menjelaskan kejadian lebih rinci lagi kepadanya.

Setelah perawat itu pergi. Ia melihat sosok wanita yang sangat familiar"dia!?"

Tepat, disebrangnya seorang gadis berkulit sawo matang itu berada. Dia masih tak sadarkan diri diatas kasur biru tersebut.

"ugh, dimana aku"gadis itu terbangun sembari mengusap matanya. Ia menatap sekeliling sebelum dirinya menjerit karena Naruto

"Kenapa kau disini, kau mengikutiku yah?"

"enak saja kau, aku pun baru bangun tau?"jawab Naruto atas tuduhan gadis itu

"pret, dasar pembohong, sekarang aku akan pergi dari sini"

"siapa peduli"

Gadis itu dengan cepat mengenekan sepasang sepatu sniker abunya dan kemudian melangkah pergi, menjauhi Naruto.

Tap

Tap

Tap

Deg

"akh!?" Naruto terjatuh dari kasurnya. Dia merasakan sakit didadanya begitu pula dengan Fu. Perlahan namun pasti Naruto merangkak ke arah Fu. Dia tak tau apa alasannya memdekati Fu. Akan tetapi detag jantungnya kembali berdebar secara normal saat hampir mencapai Fu.

"Hah...hah mengapa tadi, aku sekarat!"jelas Fu dengan keadaannya tadi sambil mengatur nafasnya.

Naruto mengingat-ngingat perkataan dari Tuhan "jangan pernah saling meninggalkan" dan dia mulai paham soal apa yang tuhan maksudkan.

"mungkin ini maksud dari tuhan, bahwa kita tak boleh saling meninggalkan"jelas Naruto kepada Fu

"apakah kau percaya itu beneran Tuhan?"

"aku percaya jika itu Tuhan"jawab Naruto dengan sayup-sayup

Fu menatap Naruto dengan tatapan tajam andalannya. Matanya seperti akan menerkam segala hal didepannya. Aura gelap disekeliling Fu membuat suasana semakin mencekam.

"hei, hentikan tatapan itu. Mukamu jadi tambah jelek"tanggapan Naruto membuat gadis sensi itu semakin mempertajam tatapannya. Aku yakin dia akan membunuhku jika tak hati-hati, mungkin seperti itu lah yang dibaca Naruto dari tatapan Fu

"kau Fu kan?"kata Naruto untuk kembali memulai pembicaraan

"iyah, dan om siapa?"

Ehhhh!?

Naruto berdehem lalu berkata"umurku masih muda tau"

Fu mengganggukan beberapa kali kepalanya. Yang menandakan kalau ia setuju dengan pemuda gagah tersebut. Muka Naruto memang terlihat masih muda

"Aku adalah Uzumaki Naruto, seorang yang akan mengubah dunia ini menjadi lebih baik"Naruto mengucapkannya dengan sungguh-sungguh tanpa ada rasa ragu di dalam hatinya

Mengubah dunia katanya... Jadi polisi aja minta sogokan. BULLSHIT*

"Jadi-"Naruto berhenti sejenak. Serta menghela nafas agak dalam Sebelum melanjutkan kalimatnya"jadi diantara kita akan ada yang mati yah"

"Dan kitapun tidak bisa saling meninggalkan"tambah Fu dengan nada penuh kekecewaan.

.

.

.

-krek-

Naruto membuka pintu kamar apartemenya. Badannya yang biasanya enteng saat melangkah ke apartemennya kini terasa sangat berat sekali. Tentu saja berat, Naruto dan juga gadis dibelakanya itu harus memutuskan siapa yang pergi dan siapa yang tetap tinggal untuk melanjutkan kehidupan. Dan yang paling menyebalkan, Tuhan hanya memberikan waktu 7 hari bagi mereka untuk membicarakanya

"jadi ini kamar laki-laki, berantakan sekali"ujar Fu sehabis memasuki kamar Naruto

"terimakasih"

"itu bukan pujian"

"kau benar juga"balas naruto dengan cengiran yang memperlihatkan semua gigi putihnya.

Sambil menyeduh mie cup Naruto bekelakar tentang Fu yang memilih tinggal disini"apartemenku jadi tambah sempit tau jika kita tinggali berdua"

"memang kau mau tinggal dirumahku"balas Fu dengan ketus

Naruto menghela nafas "ga."

"apa keluargamu tak masalah kau disini"tentu Naruto sedikit risau. Ia takut jika dia akan dituduh sebagai seorang penculik oleh keluarganya Fu. Naruto tak ingin ada masalah baru lagi, sebelum masalah yang menyangkut nyawanya ini selesai.

"aku bilang ke mereka bahwa aku ada darmawisata keluar kota selama seminggu. Aku rasa tak akan ada masalah"

"hemm...baikalah. Oh yah, mari makan"ajak Naruto yang ternyata sudah lebih dulu menyantap mie cupnya

Fu memicingkan matanya. Dia merasa bahwa memakan makanan instan itu tidak baik untuk kesehatan. Lagi pula sebenarnya Fu bisa memasak. Ya, memang tak terlalu banyak menu masakan yang bisa ia masak. Akan tetapi masakan yang dia buat pasti enak untuk dimakan.

"kenapa tak masak saja sih"

Naruto hanya diam. Dia tetap menyibukan diri dengan acara makan malamnya. Sebenarnya Naruto menjawab akan tetapi hanya didalam batin."Mana mungkin aku biarkan kau memasak. Aku tidak akan tau apa yang kau masukan kedalamnya nanti. Bisa saja sianida bukan."

"ohhh ya, boleh kan aku meminjam bajumu"Fu tak sempat kembali kerumah untuk mengambil beberapa pakaian. Dan tidak mungkin jika dia memakai baju yang sama selama satu hari.

"silahkan, asal jangan kau rusak"

"haha, itu tidak lucu"

.

.

.

Fu menerawang segala isi kamar Naruto. Tak terlalu banyak benda dikamarnya. Hanya memang tak tersusun saja dan ditambah bau busuk ada disetiap sisi ruangan. Dia tidak mungkin tidur di lantai. Dia terlalu bersih untuk tidur di tempat yang berdebu. Jadi Fu segera menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur small size milik Naruto. Dan tetap berpura-pura tak mengetahui soal ocehan Siempunya kasur tersebut.

"oi, oi, siapa yang memperbolehkanmu tidur diatas"

Sembari tersenyum Fu memeletkan lidahnya, kemudia berujar"aku pinjam kasurmu ya"Naruto mendengus sebal. Kasur kesayangannya kini telah dijajah orang lain.

"terserah"walaupun kesal dan marah, Naruto tetap mengizinkan gadis cerewet itu meniduri kasurnya. Karena tak mungkin rasanya jika dia melihat seorang perempuan tidur dilantai yang dingin serta keras sedangkan dia enak-enakan tidur diatas kasurnya.

Suasana hening datang menyambangi mereka berdua. Keduanya memilih untuk tenggelam dalam pikirinnya masing-masing. Dan seketika juga udara menjadi dingin. Naruto yang duduk dilantai sangat merasakan perubahan suhu udara tersebut. Badannya mulai bergetar.Dia memeluk lututnya. Berharap bahwa ada kehangatan saat melakukan itu Namun tak menghasilkan apa.

"hei, apa kau tidak merasa kedinginan"

"zzzZzZzzzz"

"tunggu- apa dia sudah tidur"

Ini kesempatan!?

Suatu ide jahat merasuki pikiran Naruto. Dia pergi kedapur, mengambil sebilah pisau. Naruto meyakini jika Fu mati maka dia akan tetap hidup.

"maafkan aku tapi aku tak boleh mati"Pisau itu mulai menghabisi jarak. Namun kala jarak pisau dengan badan Fu hampir habis. Tangan Naruto terhenti. Pikirannya berbicara untuk membunhnya akan tetapi hatinya berkata tidak.

"aku tak mungkin membunuhnya"Naruto berkoar dengan sepi. Dia tak mau menjadi pembunuh. Dia tak mau mengotori nama kepolisian. Dan dia juga tak mau membuat kedua orang tuanya kecewa.

"aku harus jernihkan pikiranku" Naruto menaruh benda tajam itu. Benda tadi digantikan dengan satu kotak tisu. Ia segera pergi kekamar mandi. Melakukan suatu hal yang tak pantas sama sekali untuk dijelaskan.

.

.

.

"ahh leganya- eh kenapa kau bangun"setelah melakukan ritual joroknya. Naruto mendapati Fu yang sudah terbangun dia atas kasurnya.

"Apa yang kau lakukan tadi"Mata Fu berkaca-kaca. Rasanya air mata di irisnya akan segera menetes. Sepasang madunya yang cerah, saat ini terasa sangat gelap

"Ga ngap-"

"BOHONG"potong Fu dengan cepat

"kau melakukan hal jorok kan?"

"tidak"jawab Naruto atas tuduhan Fu

"aku merasakannya. Dasar mesum"jelas Fu.

Naruto berdecak bingung. Dia tak mengerti apa yang terjadi dengan Fu. Dan bagaimana Fu tau apa yang dia lakukan. Naruto hanya bisa diam kala Fu meneteskan air matanya. Karena sungguh dia tengah bingung saat ini

"TOLONG... AKU DIKOTORI"Fu berteriak sekencang-kencangnya di keheningan malam

"Hei jangan berteriak bodoh"Naruto segera menyergap. Akan tetapi dia gagal dan Fu kembali bisa membuka mulutnya lagi"TOLONG...ADA OM OM CABUL DISINI"

"Diam..."

Bersambung...

A/n

Wah...Akhirnya beres juga chapter pertama ini. kangen baget sama nulis lagi. Mungkin ada beberapa orang yang udah familiar sama cerita ini. Yap, plot fic ini berdasarkan manga seo kouji, half and half.

jadi disclaimernya pasti nambah

Disclaimer: Masashi Kishimoto seo kouji

segitu aja palinging cuwit-cuwitku. Jangan lupa buat review yah... Aku butuh banget saran dan juga kritik kalian

MAKASIH...