Yup! Satu lagi fic NaruHina kupersembahkan untuk fandom Naruto tercinta (?). fic ini didedikasikan untuk FFC (Fantasia Fanfiction Contest). Semoga aja bisa memenuhi standar syarat mengikuti FFC, hehe..
Yak! Tanpa basa-basi lagi!
Happy Reading Minna-san and HERE WE GO! XD
.
Disclaimer:
Papi Masashi Kishimoto, bolehkan aku menyiksa (?) para pemain Naruto? ^=^ *ngancungin Kunai di leher Masashi –dikeroyok fans Masashi-*
Genre:
Horor/Tragedy (tambahan supranatural kalau bisa)
Summary:
Taukah kau tentang rumor jembatan berdarah? Kata orang-orang sekitar.. Jika kau melewatinya saat tengah malam nanti, maka kau akan menjadi korban luka sabetan oleh 2 sosok bayangan pria dan wanita yang... berlumuran darah.
Warning:
AU, maybe bloody, abal, gaje, typo's everywhere, dedicated for FFC, insert song Hikariniwa ost. Naruto Shippuden movie 4: the lost tower, diharapkan mendengar lagu Blue Moon – Nana Mizuki (pengisi suara Hinata asli! XD) untuk menambah suasana seram (?) tapi kalau gak bisa ya terserah, dwwl (dan warning-warning lainnya)
Notification:
"Blablabla" = bicara biasa (tanda petik dua)
'Blablabla' = bicara dalam hati (tanda petik satu)
.
Bloody Bridge
By: Yui Hoshina.
Chapter 1: Rumor Bloody Bridge
.
Dulu..
Ada sebuah cerita menakutkan tentang jembatan yang berada di atas sungai di perbatasan Kota Konoha.
Konon katanya, saat terjadi bulan purnama dan waktu sudah menunjukkan tepat pukul 12 malam, selalu terdengar pedang beradu.
Jika kau akan melewati jembatan itu pada tengah malam saat terjadi bulan purnama, kau akan melihat dua sosok bayangan yang tengah mengadu pedang.
Jika mereka melihatmu, kau akan mendapatkan sabetan kecil di lenganmu.
Tidak hanya luka sabetan, kau akan menderita trauma berkepanjangan.
Karena..
Dua sosok bayangan itu adalah seorang pria dan wanita yang...
Berlumuran darah...
~Bloody_Bridge~
"Huwaaaaaa~! I-itu sungguhan?" teriak Matsuri histeris ketakutan ketika mendengar sebuah cerita horor dari Sakura. Cerita tentang Jembatan berdarah di sekitar daerah Konoha.
Matsuri, Sakura dan Ino kini tengah berada di atas atap sekolah. Bercerita sambil memakan bekal makan siang mereka.
"Begitulah. Sudah banyak saksi yang melihat keaslian cerita itu dan juga sudah banyak korban yang mendapat luka sabetan itu. Waktu mereka di interogasi soal luka itu, mereka terlihat ketakutan dan wajah mereka pucat pasi. Aku mendapat info ini dari Itachi nii-san yang juga seorang polisi secara langsung," ujar Sakura.
"Benarkah rumor tentang jembatan berdarah itu benar? Aku meragukannya," ujar Ino curiga.
"Itu pasti benar, Ino! Banyak saksi yang melihatnya!" kata Sakura bersikeras.
"Hah, mana mungkin! Bisa saja kan itu hanya akal-akalan seseorang yang ingin memanfaatkan rumor jembatan itu. Aku tidak percaya," kata Ino lagi.
"Kau.."
"Sudah, sudah. Jangan berdebat lagi," lerai Matsuri tidak ingin melihat kedua sahabatnya bertengkar.
"Huh, terserah kau saja, Ino. Percaya atau tidak, tapi sudah banyak orang yang menjadi korbannya," kata Sakura sedikit kesal karena cerita horornya dianggap kebohongan belaka oleh Ino.
"Lalu, Sakura. Se-sejak kapan rumor tentang Je-Jembatan berdarah itu muncul? Apakah ada asal usulnya?" tanya Matsuri agak ketakutan saat menyebutkan 'Jembatan berdarah'. Tapi, ia juga ingin tau sebab akibatnya tentang kemunculan rumor horor itu.
"Aku tidak tau. Tapi, yang kudengar, rumor tentang Jembatan berdarah itu muncul sekitar 8 tahun yang lalu. Dan waktu itu, ada sebuah berita tentang pertempuran antara dua klan yang mengakibatkan banyak korban berjatuhan di sekitar jembatan itu. Dan katanya lagi, masing-masing jasad pimpinan klan mereka hilang. Dan sejak saat itu, rumor itu terjadi setelah 40 hari terjadinya kejadian itu, dan mungkin saja rumor tentang dua orang bayangan itu adalah pemimpin mereka yang masih menyimpan dendam satu sama lain," ujar Sakura panjang lebar.
"Be-begitu ya," Matsuri sedikit merinding mendengarnya.
"Itu sama sekali tidak benar!" teriak seseorang mengejutkan mereka bertiga.
Sakura, Ino dan Matsuri langsung menoleh pada orang yang mengagetkan mereka dan terlihatlah seorang gadis remaja berambut merah panjang dan mata berwarna violet tengah berdiri di hadapan mereka.
"Sa-Sara?" Matsuri terlihat kaget dengan penampakan Sara yang tiba-tiba.
"Kau sedang apa di sini?" tanya Ino heran.
"Apa maksudmu itu tidak benar, Sara? Kau kan tidak tau apa-apa. Kau bahkan jarang mengobrol dengan kami," kata Sakura sarkastik. Yah, wajar saja Sakura berpendapatan seperti itu. Sara dikenal sebagai gadis yang jarang bergaul dengan teman-temannya, ia terlihat aneh karena sering berbicara sendiri, dan juga pendiam. Tatapan Sara juga sedikit tajam kepada orang-orang. Jadi, wajar saja orang-orang berpendapat begitu.
"Tidak. Aku tau semuanya. Aku tau apa yang kalian tidak tau. Aku tau semuanya lebih.. dari yang kalian bayangkan," ujar Sara lirih. Ekspresi wajah Sara terlihat sedih sekali dengan mata yang berkaca-kaca yang terlihat ingin menangis. Itu membuat Sakura yang sedikit sarkastik jadi luluh dan menyesal.
"Maafkan aku. Aku tidak bermaksud-.."
"Tidak apa-apa. Aku sudah biasa dengan respon seperti itu," kata Sara tersenyum miris.
Itu membuat Sakura, Ino dan Matsuri terkejut dengan reaksi ekspresi Sara. Padahal biasanya gadis berambut merah itu hanya menampilkan ekspresi datar saja.
"Kalau begitu, Sara. Bisakah kau ceritakan tentang asal-usul rumor itu?" pinta Ino.
Sara mengangguk dan duduk diantara mereka bertiga setelah mereka mempersilahkan Sara untuk duduk diantara mereka tentunya.
"Apa kau benar-benar tau cerita asli dari rumor tentang Jembatan berdarah itu, Sara?" tanya Sakura curiga.
"Ya. Aku tau. Dan saat kuceritakan, mungkin kalian tidak akan mempercayainya setelah mendengarnya," kata Sara tersenyum lemah. Ketiga gadis itu berpandangan heran. Apa maksud Sara yang sebenarnya?
"Percaya atau tidak, aku ingin mendengar. Walaupun aku juga sedikit takut tapi.. tidak apa-apa. Aku ingin mendengarnya," ujar Matsuri.
"Itu benar. Kami ingin mendengar ceritamu. Percaya atau tidak setelahnya, itu urusan belakang," kata Ino.
"Itu benar," timpal Sakura. Sara tersenyum lagi.
"Baiklah. Aku akan menceritakan semua yang aku tau. Tapi, sebelum aku bercerita, aku ingin bertanya terlebih dahulu pada kalian. Apakah kalian pernah mendengar nama Klan Yami dan Klan Hikari?" tanya Sara.
Ketiga gadis itu saling menoleh dan menggeleng-gelengkan kepalanya tanda mereka tidak tau.
"Baiklah, aku akan bercerita mulai dari awal. Seperti yang kalian tau, rumor itu mulai muncul sejak 8 tahun lalu dan..." Sara pun mulai bercerita.
Flashback 8 tahun lalu..
"Hinata-sama, persiapan perang melawan Klan Hikari sudah siap! Tinggal menunggu perintah saja," lapor seorang pria bertubuh besar tengah berlutut kepada seorang.. gadis?
"Aku tau, Ibiki-san. Pertempuran akan terjadi 3 hari lagi. Persiapkan dengan matang. Jangan sampai ada kesalahan," ucap Hinata.
"Baik, Hinata-sama," jawab Ibiki seraya keluar dari ruangan gadis Hyuuga itu atau lebih tepatnya ruang pertemuan para tetua klan.
"Haahh.." gadis bermarga Hyuuga itu hanya menghela nafas pasrah.
Inilah takdirnya. Menjadi ketua dari Klan Yami. Takdirnya sebagai heiress Hyuuga. Mengatur pertempuran yang tidak tau apa sebabnya mereka bertempur. Pernah terlintas dipikirannya untuk melakukan kontrak perdamaian dengan Klan Hikari, tapi.. itu mustahil. Permusuhan antara ke dua Klan sudah berlangsung selama berpuluh-puluh tahun lamanya. Apakah tidak ada sedikitpun harapan untuk berdamai? Jujur. Ia lelah dengan semua ini.
"Hinata.. apa kau masih memikirkan untuk mencoba berdamai dengan Klan Yami?" tanya seseorang sehingga membuat gadis yang dipanggil Hinata tersentak kaget. Ia pun menoleh pada sumber suara dan terlihat seorang pria dengan rambut coklat panjang diikat, tengah bersandar di tembok sambil menyilangkan ke dua tangannya di depan dada.
"Neji nii-san. Kenapa Nii-san ada di sini?" tanya Hinata tanpa ekspresi.
"Hanya memperhatikan pekerjaanmu saja. Apa kau serius masih mau melanjutkan pertempuran yang tidak ada ujung pangkalnya ini? Aku tidak ingin kau juga terlibat dengan pertempuran bodoh ini," ujar Neji terlihat khawatir.
Hinata hanya menunduk lesu, "Aku juga ingin menghentikan pertempuran yang sia-sia ini tapi.. kalau aku mati, pertempuran ini mungkin saja akan berakhir," kata Hinata tersenyum lirih. Pernyataan itu membuat Neji tersentak kaget.
"Kau pasti bercanda. Jangan bicara yang tidak-tidak, Hinata! Klan Yami dan Klan Hikari itu sudah lama bermusuhan selama puluhan tahun. Mana mungkin berakhir begitu saja dengan kematianmu itu!" bentak Neji tidak terima.
Hinata hanya melayangkan senyum kecil pada Neji, "Tidak. Pertempuran sia-sia ini akan segera berakhir. Entah kenapa, aku mempunyai firasat itu."
"Hinata.." Neji tertunduk lesu. Walaupun tidak yakin dengan ucapan Hinata, tapi ia harus mencoba mempercayai firasat Hinata.
.
.
"Naruto-sama, persiapan pertempuran dengan Klan Yami sudah selesai. Tinggal mengurus sisanya," lapor pria bertubuh sedikit besar.
"Terima kasih atas laporannya, Asuma-san," ucap Naruto.
"Saya mohon pamit," pamit Asuma seraya meninggalkan ruangan Naruto.
'Haahh.. sampai kapan pertempuran bodoh ini akan terus berlanjut?' batin Naruto lelah.
"Onii-chan.." panggil seorang gadis kecil berambut merah panjang sebahu bermata violet sekitar berumur 8 tahun mendekati Naruto.
Naruto menoleh pada gadis kecil berambut merah itu yang sudah seperti duplikat sang Ibu yaitu Kushina, sedangkan dirinya seperti duplikat sang Ayah yaitu Minato Namikaze yang sudah meninggal sejak ia kecil.
"Ada apa, Sara?" tanya Naruto tersenyum lembut.
Gadis kecil bernama Sara itu tidak menjawab tapi langsung berlari kecil dan memeluk kakak laki-lakinya.
"Onii-chan.. jangan pergi. Sara mohon.. jangan pergi. Sara takut Onii-chan 'pergi', hiks.." Sara terisak saat memeluk Naruto. Naruto hanya bisa tersenyum tipis dan membelai kepala Sara dengan lembut.
"Kau dapat mimpi aneh lagi ya?" tanya Naruto mengerti kebiasaan Sara yang sering ketakutan. Sara mengangguk.
"Sara.. mimpi.. Onii-chan mati bersama seseorang. Sara tidak tau siapa orang itu tapi.. sepertinya orang itu.. sangat berharga bagi Onii-chan," kata Sara terbata-bata.
Naruto hanya bisa tersenyum getir. Mimpi yang dikatakan Sara bukanlah mimpi biasa. Bisa dibilang, mimpi Sara itu seperti mimpi melihat masa depan. Inilah takdirnya. Mungkinkah pertempuran dengan Klan Yami akan merenggut nyawanya? Entahlah. Ia tidak tau. Tapi, ia berharap. Jika ia mati, ia ingin pertempuran sia-sia ini akan berakhir.
"A-apa Onii-chan akan tetap pergi?" tanya Sara sedikit merajuk.
Naruto langsung berlutut, menyamakan tinggi badannya dengan Sara dan menepuk kepala Sara.
"Sara.. Onii-chan ingin minta tolong pada Sara, boleh?" tanya Naruto tersenyum miris.
"Onii-chan ingin minta tolong apa sama Sara?"
"Onii-chan ingin.. saat Onii-chan tidak bisa kembali ke rumah, tolong jaga Okaa-sama baik-baik ya? Sara harus janji pada Onii-chan untuk menjaga Okaa-sama dan juga Klan Hikari. Ya?"
"Ta-tapi... Sara masih kecil. Sara tidak bisa menjaga klan. Paman-paman di sini galak-galak," kata Sara polos.
"Hmph.. Hahaha.. paman-paman di sini tidak galak kok. Cuma sedikit kaku. Jadi, Sara harus mencoba berteman dengan paman-paman di sini. Ya? Ini permintaan terakhir dari Onii-chan. Sara mau?" tanya Naruto menatap Sara lembut.
"Ng.. aku tidak mengerti tapi.. Sara akan berusaha!" kata Sara bersemangat.
"Bagus, bagus. Anak pintar. Onii-chan sangat mengharapkan Sara," Naruto mengacak-ngacak kepala Sara.
"Gaahh! Onii-chan! Jangan suka mengacak-ngacak rambut Sara. Rambut Sara jadi berantakan kan," protes Sara merapikan rambut merah panjang sebahunya yang barusan diacak-acak oleh Naruto.
"Dasar anak kecil!"
"Mulai lagi deh. Onii-chan menyebalkan!"
"Hahaha.. Sara memang enak untuk dijahili."
"Onii-chan baka!" ucap Sara kesal.
"Sudah, sudah. Ne, Sara. Kau mau menyanyikan lagu itu lagi untuk Onii-chan?" tanya Naruto.
"Lagu apa?"
"Lagu yang sering dinyanyikan Okaa-sama. Hikari Ni Wa."
"Ng.. baiklah. Tapi menyanyi di sini kurang menyenangkan. Kita ke halaman belakang saja. Nanti Onii-chan harus memangku Sara. Harus!"
"Baiklah," ucap Naruto tersenyum.
Mereka berdua pun mulai beranjak pergi dari ruangan Naruto. Sara terus menarik-narik tangan Naruto agar lebih cepat untuk berjalan.
Beberapa menit kemudian, sampailah mereka di tempat yang di tuju. Sebuah halaman yang dipenuhi bunga-bunga berbagai macam warna dan ada juga sebuah kolam kecil. Di dekat kolam itu, terdapat sebuah pondok tanpa dinding tempat untuk bersantai. Sara dan Naruto pun menuju pondok itu dan duduk di sana.
"Ayo, duduk di sini," Naruto menepuk-nepuk pahanya menandakan Sara diminta duduk di pangkuannya. Sara menatap Naruto ragu.
"Ng.. tidak jadi. Onii-chan main kecapi saja. Iringi nyanyian Sara dengan permainan kecapi Onii-chan," Sara menyerahkan kecapi yang cukup besar ke Naruto yang ia dapat dari pondok tersebut. Yah, kecapi itu memang sengaja diletakkan di pondok itu untuk dimainkan.
"Baik, baik," kata Naruto mengalah.
Ting~!
Naruto sedikit mengetes nada kecapi itu. Ia sedikit mengatur nada-nada yang dihasilkan alat musik petik itu dengan mengatur nada yang pas. Setelah mendapat yang pas, Naruto kembali mengetes nada kecapi dengan memetik senarnya.
Ting~! Ting~!
Hening sejenak. Naruto mulai memetik senar kecapi itu dan mulai melantunkan nada-nada indah. Orang-orang yang ada di dekat halaman itu berhenti sejenak untuk mendengarkan permainan kecapi Naruto yang terdengar memanjakan indra pendengaran setiap orang.
Sara duduk dengan manis dan mulai mengatur nafasnya. Ia pun mengeluarkan suara emasnya yang terdengar bening dan jernih seperti tanpa noda menurut orang-orang yang mendengarnya. Sara mulai menyanyikan lagu yang diminta Naruto. Hikari Ni Wa.
Wo takaku noboru hikari..
Wakitachi ta ru o mo hi.
Mamoru beki ryu no michi yo.
Shi na hasha tsu sora o aogi..
Suna, kaze, ara koto mo.
Sagi kokoru koko no hi yo hana ni ma ichira.
Hasenu ni tsutayu hikari..
Yu no te wo tatsu ni wa e~..
~o0o~
"Cepat! Siapkan senjata! Kita akan memulai perang dengan Klan Yami!" teriak salah satu anggota yang bertugas mempersiapkan kebutuhan mereka.
Sebentar lagi kita akan bertarung dengan Klan Hikari. Jangan sampai kalah!"
"Yaaaa!"
Persiapan pertempuran masing-masing Klan terlihat sibuk sekali. Masing-masing pemimpin tengah memperhatikan pasukannya yang terlihat sibuk.
'Apakah ini akhirnya? Bertarung dengan hasil sia-sia?' batin Hinata sang pemimpin Klan Yami.
'Jika aku mati di sini, apakah pertempuran ini akan berakhir?' batin Naruto sang pemimpin Klan Hikari.
'Apapun hasilnya, pertempuran ini harus berakhir walaupun.. nyawaku yang menjadi taruhannya!' batin Naruto dan Hinata bersamaan.
~0~
"Hinata-sama, persiapan sudah selesai. Tinggal menunggu perintah anda," kata Ibiki.
"Baik. Kuserahkan sepenuhnya padamu, Ibiki-san. Tapi, ada satu hal yang kuminta padamu.." ucap Hinata dengan nada datar.
"Apa itu, Hinata-sama?" tanya Ibiki.
"Pimpinan Klan Hikari.. biar aku saja yang menghadapinya. Tidak boleh ada satu orangpun yang boleh ikut mencampuri pertempuranku dengan pimpinan Klan Hikari. Apa bisa dimengerti?" tanya Hinata menatap tajam pada Ibiki.
"Ta-tapi.. Hinata-sama.." Ibiki terlihat ingin protes.
"Ini perintah. Jadi, laksanakan!"
Ibiki tertunduk lesu, "Te-terrserah anda, Hinata-sama."
.
"Asuma-san, aku ingin minta satu hal padamu," ujar Naruto membuka suara.
"Apa itu, Naruto-sama?"
"Pimpinan Klan Yami.. biar kuhadapi sendiri. Kalian tidak perlu ikut campur dengan pertempuranku. Mengerti?"
"Tapi.. Naruto-sama.." Asuma terlihat ingin memprotes.
"Tidak ada tapi-tapian. Laksanakan perintahku!" kata Naruto tegas.
"Ng.. baiklah, Naruto-sama," kata Asuma mengalah.
.
Malam yang ditentukan telah datang. Sepertinya, pertempuran malam ini akan menjadi lautan penuh darah yang akan diciptakan oleh kedua Klan. Pasukan dari masing-masing Klan sudah bersiap-siap di seberang jembatan. Mereka saling bertatapan dari kejauhan dengan sebuah jembatan sebagai pembatasnya.
Malam yang dingin dengan ditemani hujan yang deras membuat suasana sebelum pertempuran itu terasa mencekam. Penampakkan bulan purnama menambah kesan seram diantara kedua belah pihak walaupun hujan masih belum berhenti menurunkan tetesan-tetesan airnya. Mereka saling bertatapan tajam dan bersiap-siap dengan senjata mereka masing-masing, entah itu pedang, panah, naginata, dan senjata-senjata tajam lainnya. Tidak ada yang memakai senjata api karena mereka sudah sepakat tidak akan memakai senjata api dan hanya menggunakan senjata-senjata tajam.
Keheningan tercipta dan...
"SERAAAAAAAAAANG!"
Pasukan dari masing-masing Klan langsung maju menyerang. Sang pimpinan masing-masing klan masih terdiam di tempatnya menunggu saat yang paling tepat untuk menyerang.
TRANG! TRANG! TRANG!
Pedang beradu, darah berceceran, mayat bergelimpangan berlumuran darah. Sungguh pemandangan mengenaskan.
Sang pemimpin masing-masing klan masih tak berkutik dari tempatnya. Hujan semakin deras menambah suasana horor pertarungan berdarah itu.
Hinata mencabut pedangnya dan mengarahkan pada sosok pemuda berambut pirang di seberang dengan maksud menantang dari kejauhan. Pemuda pirang itu yang tak lain adalah Naruto, mengerti maksud dari lawannya. Ia mencabut pedangnya dan juga mengarahkan pada sang lawan yaitu Hinata.
Hinata melepas jubah yang menutupi tubuhnya dan menampilkan sosoknya yang memakai kimono mini berwarna lavender siluet indigo, dengan celana berwarna hitam sepanjang lutut. Sosoknya seperti seorang Kunoichi pada zaman ninja dulu.
Sedangkan sosok Naruto memakai jumpsuit berwarna hitam lengan panjang dengan jubah panjang berwarna orange corak api hitam di bawah jubah. Celana panjang warna biru gelap dan sebuah ikat kepala warna hitam bertengger didahinya.
Naruto dan Hinata berjalan bersamaan. Menembus pertempuran yang sedang berlangsung..
Trang! Trang! Set!
Seperti memiliki nafas yang sama, keduanya menghindari serangan dari masing-masing musuh dengan lihai. Hinata mengayunkan pedangnya ketika salah satu pasukan musuh menyerangnya, dan dengan mudahnya Hinata hindari dan membuat lumpuh sang lawan. Naruto juga demikian. Melakukan hal yang sama seperti yang Hinata lakukan. Menghindari lawan dan membuatnya lumpuh sementara.
Pertempuran semakin memanas di mana hujan yang disertai angin kencang dan bunyi gemuruh petir sebagai latar belakang pertempuran mereka.
Semakin lama jarak antara mereka berdua semakin dekat dan..
Tap!
Mereka berdua berhenti, menyisakan jarak sekitar 5 meter diantara mereka. Mereka berdua saling menghunuskan pedang masing-masing dan saling menatap tajam.
"Nyawamu.. cukup sampai di sini!" ucap Naruto dan Hinata. Bersamaan dengan itu, mereka saling menyerang dengan cepat.
Trang! Trang! Bets! Crash!
Pedang beradu. Luka sabetan tak terelakkan. Darah mengucur deras dari masing-masing pihak.
"Hiyaaaa~!" Hinata melancarkan serangannya pada Naruto dengan cepat.
Trang!
"Ukh.." Naruto berhasil menahan serangan Hinata. "Kau hebat juga, he."
Naruto menyeringai. Hinata sama sekali tidak merespon seringai Naruto dan hanya memasang tampang datar.
"Aku.. tidak akan kalah darimu. TIDAK AKAN! HEAAAH!" Hinata kembali melancarkan serangannya. Kali ini, serangan Hinata semakin kuat saja dan membuat Naruto sedikit kewalahan. Ia masih dalam posisi bertahan dari serangan brutal Hinata.
Trang! Trang! Trang!
Hinata semakin brutal menyerang Naruto dan Naruto tetap dalam posisi bertahannya.
"Aku juga tidak akan kalah! Walaupun nyawaku yang menjadi taruhannya, pertempuran ini.. harus.. SEGERA BERAKHIR!"
TRANG!
Naruto berhasil menepis pedang Hinata hingga pedang Hinata terlempar sedikit jauh dari pemiliknya.
"AAH!" Hinata tersentak kaget karena serangannya berhasil ditepis oleh Naruto.
"Kau.. kalah!" ucap Naruto dengan pandangan dingin sambil menghunuskan pedangnya di leher Hinata.
"Apa kau yakin?" tanya Hinata menyeringai licik. Naruto memasang tampang heran.
Set! Hinata mengambil sesuatu dari kantong belakangnya dan..
Trang!
Hinata berhasil menepis pedang Naruto dengan sebuah.. kunai?
Pedang Naruto terlepas dari genggamannya. Ia menoleh pada sang heiress Hyuuga yang sedang posisi siaga.
"Tidak kusangka. Ternyata seorang pemimpin Klan Yami seperti kau, punya senjata rahasia juga. Kalau begitu.." Naruto mengambil sesuatu dari kantong yang berada di kaki kanannya. "Pertempuran ini.. baru saja dimulai."
Naruto memasang posisi menyerang dengan sebuah senjata rahasia di tangannya yaitu sebuah.. kunai seperti Hinata.
"Jangan banyak bicara lagi. Kita akhiri saja pertempuran ini! Heaaaaah!" Hinata berlari menyerang Naruto. Naruto juga melakukan hal yang sama.
Trang! Trang! Trang!
Suara kunai beradu. Pertarungan sengit terjadi antara kedua belah pihak dan tidak ada yang mau mengalah.
Apakah ini yang mereka inginkan? Apa pertempuran seperti ini yang mereka mau? Jawabannya tidak! Mereka tidak menginginkan pertempuran ini. Mereka terjebak dalam permainan yang bernama takdir. Yah, takdir sebagai heiress masing-masing klan. Sungguh. Dunia.. telah mempermainkan kedua insan ini.
CRASH!
"KYAAAAA!"
"AAAARGHHH!"
Hinata dan Naruto terkena luka sabetan yang cukup parah. Naruto di lengan dan kaki kirinya, Hinata di perut sebelah kirinya.
"HINATA-SAMA!"
"NARUTO-SAMA!"
"JANGAN MENDEKAT!" teriak Naruto dan Hinata bersamaan pada tangan kanan mereka yaitu Asuma dan Ibiki. Asuma dan Ibiki yang ingin menghampiri pimpinan mereka terkejut dan diam di tempat.
"Jangan campuri pertempuranku! Cepat kalian menyingkir!" perintah Naruto dan Hinata bersamaan.
"Tapi, Hinata-sama.." Ibiki takut terjadi apa-apa pada pimpinannya.
"Naruto-sama.. tapi anda.." Asuma juga terlihat khawatir.
Jauh dilubuk hati mereka, para tangan kanan masing-masing klan sangat khawatir dengan pimpinan mereka yang masih terbilang muda di mana umur mereka masih sekitar 16-17 tahun.
"Ibiki-san.. ini pertempuranku. Jangan ikut campur," ujar Hinata dingin.
"Hinata-sama.."
"Asuma-san, tolong pergi dari sini. Ini pertempuranku dengan pimpinan Klan Yami. Kau tidak perlu ikut campur," ujar Naruto dengan nada dingin.
"Tapi, Naruto-sama.."
"Ibiki-san, tolong rawat pasukan kita. Perintahkan untuk mundur. Aku mohon.." pinta Hinata dengan ekspresi yang tidak terbaca. Sedih atau ingin menangis?
"Ba-baiklah, Hinata-sama," Ibiki pun berlari ke arah pasukannya yang masih bertarung. "SEMUANYA! MUNDUR!"
"Kau juga, Asuma-san. Perintahkan semua untuk mundur," pinta Naruto dengan ekspresi yang sama seperti Hinata tadi.
"Baiklah, Naruto-sama," ucap Asuma. Ia tidak sanggup menatap ekspresi Naruto seperti itu. "SEMUANYA MUNDUR!"
Mendengar perintah dari wakil pimpinan masing-masing klan, para pasukan mundur sambil membopong teman mereka yang terluka parah. Menyisakan 2 orang yang kini sedang diam di tengah jembatan itu.
Mereka semua sudah menjauh dan kini hanya bisa menatap sang pimpinan dari kejauhan saja.
"Ugh.. UHUK! UHUK!" Hinata terbatuk-batuk dan mengeluarkan cairan merah dari mulutnya.
"Hinata!" pekik Naruto khawatir melihat Hinata memuntahkan darah dari mulutnya.
"Ugh.." Naruto mulai merasakan sakit di lengannya. Darah mengucur deras dari lengannya yang terkena sabetan dari kunai Hinata.
"Aku.. tidak apa-apa. Kita akhiri saja pertempuran bodoh ini. Aku.. sudah tidak sanggup lagi jika terus-terusan bertarung denganmu," ujar Hinata lirih memegang perut sebelah kirinya yang berdarah.
"Jadi kau..." Naruto menatap Hinata tidak percaya.
Hinata tersenyum lembut dan mengeluarkan sesuatu dari bajunya. Menampakkan sebuah kalung berbentuk 'Ying dan Yang' tapi hanya setengahnya yang berwarna putih dengan titik hitam di tengahnya.
Menyadari hal itu, Narutopun mengeluarkan kalung yang sama seperti Hinata tetapi berwarna hitam dengan titik putih di tengahnya.
"Kau.. masih menyimpannya," ucap Hinata terkejut dan tanpa sadar meneteskan cairan bening dari pelupuk matanya.
Melihat Hinata menangis, ingin sekali Naruto berjalan dan menghapus airmata sang gadis Hyuuga tapi... itu tidak mungkin. Walaupun hujan masih belum berhenti tetapi, Naruto masih bisa membedakan mana airmata dan mana air hujan.
"Tentu saja. Karena ini adalah benda yang paling berharga untukku," ujar Naruto tersenyum lembut.
Ya. Inilah takdir mereka. Mengapa di saat mereka menjalin hubungan atas nama cinta, kenapa harus diakhiri dengan pertempuran berdarah?
Tidak ada yang bisa disalahkan dalam hal ini. Tidak ada yang bisa dilakukan untuk mengakhiri semua ini. Inilah takdir mereka. Dan mereka sudah tau konsekuensinya. Mati di tangan orang yang dicintai.. sepertinya hanya cara itu yang bisa dilakukan.
"Terima kasih," ucap Hinata tersenyum lembut. Senyuman yang hanya bisa diberikan pada orang terkasih.
Senyuman lirih menatap masa depan mereka yang suram. Naruto dan Hinata melempar kunai mereka dan mulai berjalan tertatih-tatih mengambil pedang mereka yang terlempar di tengah pertarungan tadi.
"Pertempuran terakhir.." ucap Naruto dan Hinata.
UGH! BRUUK!
Tiba-tiba keduanya terduduk dan mengeluarkan darah dari mulut mereka.
"HINATA-SAMA!"
"NARUTO-SAMA!"
Teriakan histeris para anggota klan melihat pimpinan mereka terjatuh. Ingin sekali mereka membantu pimpinan mereka tapi dihalangi wakil pimpinan mereka.
"Jangan ganggu pertempuran Hinata-sama," cegah Ibiki.
"Tapi.. Ibiki-taichou.." protes salah satu anggota.
"Jangan maju. Ini.. permintaan dari.. Hinata-sama," ujar Ibiki dengan nada bergetar. Jujur. Diantara para anggota klan, ialah yang paling mengkhawatirkan keadaan pimpinannya.
Para anggota klan Yami yang melihat tubuh Ibiki bergetar menahan keinginannya untuk maju mengurungkan niat mereka untuk maju. Ia tidak boleh maju. Walaupun ingin, tapi ia tidak ingin mengganggu pertempuran Hinata.
Dilain pihak, Asuma juga sedang mencegah anggota klan Hikari untuk maju.
"Jangan maju! Kita tidak boleh mengganggu pertempuran Naruto-sama," kata Asuma.
"Tapi.. Asuma-taichou, Naruto-sama.." salah satu anggota juga ikut protes seperti anggota klan Yami melihat pimpinan mereka tersungkur bermandikan air hujan dan darah.
"Ini.. perintah langsung dari Naruto-sama. Jangan ganggu," ujar Asuma. Sama seperti Ibiki, tubuhnya bergetar hebat melihat pimpinan mereka terluka parah.
Para pasukan dari masing-masing klan hanya bisa menatap pasrah pimpinan mereka. Dalam pikiran mereka kini, mulai bertanya-tanya. Apa artinya pertempuran ini? Apa yang akan mereka dapat jika menang? Semua mulai bertanya-tanya, apa gunanya mereka bertarung sekarang? Perasaan menyesal mulai menelusuri hati mereka. Pertarungan tanpa sebab telah membutakan logika mereka. Apa yang mereka pertahankan dalam pertempuran sia-sia ini? Apa?
Kini mereka hanya bisa menatap pasrah sang pimpinan yang sedang bertarung tanpa alasan yang jelas.
.
.
To be continue
Perhatian! Bagi yang tidak tau siapa itu Sara, Sara itu bukan OC! SARA BUKAN OC! #Ups.. sorry, capslock
Sara adalah putri dari Rouran yang berperan dalam Naruto Shippuden Movie 4: The Lost Tower (sengaja di Bold biar jelas).
Pertama kali melihat sosoknya, aku kira itu Kushina karena (sumpah) mirip banget versi Kushina remaja umur 15-16 tahun. Karakter yang aku pakai mulanya Shion, tapi.. setelah dipikir-pikir, kenapa gak pakai 'Sara' aja? Kan mirip ma Kushina tuh. Hohoho.. jadi seperti duplikat MinaKushi versi kecil (?), shishishi~.. XD
Bagi yang ingin melihat movienya, silahkan cari di Narutoget(.)com.
Yup! Next chapter! XD
