Seorang pemuda menyeret kopernya memasuki lingkungan bangunan sekolah itu. Ia melirik sekeliling, lalu kembali memperhatikan kertas yang berada dalam salah satu tangannya yang bebas.

"Tempatnya benar ini, kan ...?" gumamnya ragu sambil menatap lurus pada bangunan sekolah di depannya.

Saat itu juga, entah kenapa tiba-tiba ia merasa merinding.

~o~

Boarding School

01 – Beginning

By Vira D Ace

Bungou Stray Dogs by Asagiri Kafka and Harukawa Sango

Genre: horror-friendship

Berminat RnR?

~o~

"Dan sekali lagi saya ucapkan, selamat datang di SMP Bungou!"

Suara riuh para siswa baru SMP tersebut memenuhi aula. Begitu sang wakil kepala sekolah—seorang guru pria bertubuh jangkung, mewakili kepala sekolah yang berhalangan hadir—turun dari panggung, seluruh siswa yang ada di sana mulai memencar. Ada yang pergi menjelajahi sekolah, ngeluyur ke kantin, atau mencari kamar mereka terlebih dahulu di asrama.

Nakajima Atsushi masih di tempatnya, bingung. Tas ransel dan koper masih bersamanya. Kunci juga sudah di tangan. Atsushi hanya tidak tahu di mana letak asrama—ketika baru masuk di gerbang, yang terlihat hanya gedung sekolah dan lapangannya, entah di mana gedung asrama berada.

Tahun ini, ketika dirinya baru naik kelas 2 SMP, Atsushi dapat beasiswa untuk masuk ke sebuah sekolah berasrama di pinggiran kota. Atsushi tidak tahu kenapa ia bisa dapat beasiswa itu—selain seingatnya prestasinya biasa-biasa saja, pemuda itu tidak pernah dengar nama SMP Bungou di manapun. Tapi karena Paman Tatsuhiko setuju-setuju saja, maka mau tidak mau Atsushi harus pindah dari SMP lamanya ke SMP berasrama di pinggiran kota ini.

"Kamu ... Nakajima Atsushi?"

Atsushi menoleh. Seorang pemuda dengan kulit pucat terbalut seragam SMA Bungou tengah berdiri di sampingnya, menatapnya datar sambil menutup mulut yang terbatuk kecil. Atsushi mengangguk kaku.

"I-iya, itu aku ..." ucap Atsushi pelan. "K-kenapa?"

"Aku disuruh mengantarmu ke kamarmu," ucap pemuda asing itu datar, "kau sekamar denganku, katanya."

"O-oh, begitu ..." Atsushi mangut-mangut.

Pemuda tadi mengajak Atsushi keluar dari aula, menuju belakang gedung sekolah—tempat gedung asrama berada, pantas saja Atsushi tidak melihatnya.

Koridor asrama entah kenapa terasa hening—padahal ini hari pertama masuk sekolah. Tadinya Atsushi ingin menanyakan hal itu pada pemuda yang memandunya, tapi niatnya batal entah karena apa.

"Di sini," pemuda itu berhenti melangkah di depan sebuah pintu kamar. Atsushi ikut berhenti.

Pemuda itu mengeluarkan kunci dari sakunya, lalu memasukannya ke lubang pintu dan membukanya. Atsushi menyeret kopernya masuk setelah pemuda tadi masuk lebih dulu.

"Sekolah baru dimulai tiga hari lagi, setelah pengenalan lingkungan sekolah untuk anak-anak kelas 1 selesai," ujar pemuda itu ketika Atsushi menyimpan kopernya di samping sebuah meja belajar kosong.

Atsushi menoleh. "B-baiklah ..." ucapnya sambil mengangguk. "Omong-omong ... namamu siapa?"

"Akutagawa Ryuunosuke."

"Oh. S-salam kenal ..."

Manik pemuda itu, ketika Atsushi baru menyadarinya, entah kenapa terasa kosong.

~o~

"Oh, jadi kamu anak baru itu?"

Akutagawa hanya mengangguk, mewakili Atsushi yang sepertinya gugup sekali ketika ditanyai. Si pemuda bersurai jingga yang baru saja bertanya itu hanya tersenyum, begitu pula dengan kawannya yang bersurai coklat dengan perban di beberapa tempat di tubuhnya.

"Nggak usah gugup," tangan kiri si surai jingga yang tidak memegang nampan makanan menepuk pelan bahu Atsushi. "Biar kami kakak kelas, tapi kami nggak segarang kakak-kakak kelas lain, kok."

"Tapi biasanya Chuuya garang, tuh," si surai coklat menyahut.

"Hah?!"

"Tehee~"

Atsushi tersenyum kaku. Akutagawa memberinya tatapan ini-sudah-biasa-terjadi.

"Sudahlah," Akutagawa beranjak dari tempatnya, "aku lihat tempat kosong. Ayo makan di sana."

"Ah, ya."

Keempatnya berjalan menuju meja yang ditunjuk oleh Akutagawa. Selagi mereka berjalan, pemuda bersurai coklat itu mengoceh macam-macam pada Atsushi—sebenarnya apa yang ia ocehkan tidak ada gunanya sama sekali, tapi Atsushi diam saja ketimbang dianggap kurang ajar karena menyela ucapan (tidak penting) senior baru.

"Oiya, namaku Dazai Osamu," si surai coklat memperkenalkan diri di sela-sela ocehannya. Lalu tangannya menunjuk pada si surai jingga yang berjalan di samping Akutagawa. "Kalau yang pendek itu namanya Nakahara Chuuya. Kami sekelas."

"Aku sedang nggak mood memukulmu, bodoh," sahut si surai jingga dongkol. "Atsushi, saranku, kalau orang ini bicara yang aneh-aneh, abaikan saja."

"Ish, Chuuya jahat ih."

Chuuya tidak membalas.

Atsushi sedikit menoleh pada siswa-siswi lain yang juga sedang berada dalam aula makan itu. Mereka terlihat makan dengan tenang, tidak ada yang mengobrol. Suasananya berbeda jauh dibanding saat upacara pembukaan tadi. Atsushi mengernyit, merasa janggal.

"Atsushi, duduk, gih."

"I-iya, Nakahara-senpai ..." Atsushi buru-buru duduk ketika suara Chuuya membuyarkan lamunannya.

Chuuya mendengus kecil. "Jangan panggil aku senpai," ucapnya. "Chuuya saja, itu lebih akrab buatku."

"I-iya, Naka—Chuuya-san."

Dazai terkekeh di tempatnya.

"Oh ya, Atsushi," Chuuya memanggil sambil menyumpit nasi, "kau sudah hafal ruangan-ruangan yang ada di sini?"

Atsushi menggeleng.

"Ya ampun ..." tatapan pemuda bersurai jingga itu beralih pada Akutagawa. "Akutagawa, kamu nggak memandunya?"

"Dia nggak memintanya."

"Kau ini, kebiasaan ..."

"Kalau begitu kita saja yang pandu," Dazai berkata ringan. "Lumayan kan, bisa nyari tempat sembunyi kalau dia dikejar."

"Dikejar?" Atsushi memiringkan kepala.

"A-aa ..." Chuuya langsung menyikut lengan Dazai. "Kau bodoh," bisiknya pada si surai coklat. Kentara sekali kalau pemuda bersurai jingga itu panik.

"Chuuya-san?"

"B-bukan apa-apa, kok," Chuuya menggeleng sambil memasang senyum kaku. "Maksudnya si Bodoh ini soal dikejar guru—dia langganan dikejar Kunikida-sensei sampai gedung asrama pas jam matematika, haha~"

Atsushi hanya mangut-mangut—meski ... ia mendengar dengan jelas bahwa tawa seniornya itu terdengar dipaksakan.

"Makan sudah," ucap Akutagawa pelan. Pandangannya tertuju pada Atsushi. "Setelah itu kupandu keliling sekolah."

"I-iya ..."

"Aku ikut," sahut Dazai.

"Sama," tambah Chuuya.

Akutagawa mengendikkan bahu. "Terserah," ucapnya.

~o~

Atsushi berjalan mengikuti langkah Akutagawa yang memandunya mengelilingi gedung sekolah. Di belakang mereka, Dazai dan Chuuya memperhatikan—sesekali bisa terdengar kalau keduanya sedang adu mulut, Akutagawa bilang itu sudah biasa.

"Di lantai dua ini, ada banyak kelas yang berhubungan satu sama lain," ujar Akutagawa menjelaskan. "pintunya terbuka semua, jadi kamu bisa mengaksesnya kapan saja."

Dahi Atsushi mengernyit bingung.

"Nanti kamu ngerti, kok," sahut Dazai.

"B-baiklah ..."

Dari lantai satu sampai lantai dua, semua disusuri. Sesekali mereka bertemu dengan rombongan anak kelas satu yang sedang dipandu oleh anak OSIS. Dan lagi, Atsushi melihat ada kekosongan dalam manik mereka. Saat itu pula biasanya Dazai atau Chuuya menarik tangan Atsushi, mengajaknya pergi seolah tidak ingin berlama-lama menatap rombongan itu.

Hingga akhirnya matahari sudah condong ke barat ...

"Bentar lagi malam," Chuuya menatap langit yang dapat terlihat dari jendela lantai tiga itu. Raut wajahnya terlihat khawatir walau tidak terlalu kentara.

Atsushi menoleh. "M-memangnya kenapa kalau sudah mau malam?" tanyanya ragu.

"Aturannya memang begitu—pokoknya sebelum malam, istirahat dulu sampai bel makam malam berbunyi," ujar Dazai. "Kan, Chuuya?"

"Nah, iya," Chuuya mengangguk, mengiyakan. "Kalian berdua, pulang dulu ke asrama, gih. Nanti balik lagi ke aula makan pas bel makan malam bunyi."

Akutagawa mengangguk. "Kami pergi dulu," ucapnya sambil berbalik. "Ayo, Nakajima."

"U-um ..." Atsushi mengangguk pelan dan mengikuti langkah Akutagawa.

Hanya ada hening yang menyelimuti. Baik Atsushi maupun Akutagawa yang berjalan beriringan, tidak ada yang ingin memulai percakapan. Namun walau begitu, Atsushi bisa melihat manik Akutagawa yang menatap ke sana-sini meski sorotnya masih kosong.

"Nakajima, dengar," suara Akutagawa tiba-tiba terdengar. Atsushi berjengit.

"Y-ya?"

"Apapun yang terjadi, kalau kamu sudah keluar dari sini, tolong jangan pernah kembali kemari."

Lagi, dahi Atsushi mengernyit. Ucapan Akutagawa terasa aneh, Atsushi tidak memahami maksudnya.

"Apa maksud—"

Tepat ketika Atsushi akan bertanya, seorang pria jangkung melangkah melewati mereka berdua. Sorot matanya terlihat tajam, menatap lurus ke depan tanpa menoleh ke arah Atsushi atau Akutagawa sama sekali.

Tunggu, kalau Atsushi tidak salah—bukankah itu guru yang tadi berpidato di aula?

Akutagawa tiba-tiba meraih tangan Atsushi dan berlari. Atsushi tersentak, lantas mengikuti langkah Akutagawa dengan sedikit tertatih—salah-salah malah dia yang jatuh.

"A-akutagawa—"

"Dia sudah patroli, kita harus cepat kembali sebelum malam."

"S-siapa—"

"Jangan banyak tanya!"

Atsushi bungkam. Pada akhirnya ia hanya bisa mengikuti Akutagawa sambil menyimpan rasa bingungnya sendiri.

~o~

"Buku itu sebenarnya ada di mana?"

"Entahlah. Yang pasti, kita harus cepat sebelum dia ikut jadi bagian dari kita."

"Hmm ..."

~o~

Gelap sudah mengisi langit kala bel berbunyi 4 kali. Dari yang Atsushi ingat ketika siang tadi, berarti sekarang sudah waktunya makan malam. Pemuda itu beranjak.

"Mau ke mana?"

Suara Akutagawa menginterupsi langkah Atsushi. Si surai putih menoleh.

"I-itu tadi bel makan malam, kan?" Tanya Atsushi ragu.

Akutagawa menatapnya lurus. Tak lama, pemuda itu berujar, "Nggak usah keluar."

"Eh?" Atsushi tampak bingung. "T-tapi, Chuuya-san bilang—"

"Nakajima."

Atsushi diam. Akutagawa menghela napas.

"Pokoknya, untuk sekarang nggak usah keluar dulu," Akutagawa melempar sebungkus roti—beli di kantin tadi, sebelum pulang ke asrama—pada Atsushi. "Kalau lapar, makan itu dulu. Besok pagi baru sarapan lagi."

"K-kenapa …?"

Akutagawa tidak menjawab. Atsushi kembali diam. Sunyi mulai menyelimuti kamar itu.

"Ini … demi kebaikanmu juga …" suara Akutagawa terdengar pelan sekali, nyaris berbisik. Atsushi diam saja.

~tbc~

Halo halo, Vira D Ace di sini :D

Well, yeah, saya kangen nulis horror (terakhir nulis horror itu kayaknya tiga bulan lalu, sih :'v). Sekarang diriku nulis lagi, tapi ga tau bisa selesai ato nggak :"vv /digebuk readers

Diriku ga tau mau ngebacot kek mana lagi di sini, tapi yang pasti, makasih udah mampir :v

-Vira D Ace-