01: Height Difference
.
.
Dua sudut bibir tertarik tipis, empat mata saling memandang rindu.
Tidak ada kata yang terucap, yang ada hanya pelukan dalam keheningan yang nyaman. Luhan lantas menenggelamkan wajahnya di dada pria yang memberinya ciuman-ciuman sayang di kepala. Senyum dibibirnya semakin naik, terutama saat Sehun mencium kepalanya lama sebagai ciuman terakhir yang diberikan kepadanya.
Dia rindu.
Sangat rindu dengan segala yang 'Sehun'.
Sebenarnya, selama apapun mereka berpelukan, Luhan yakin jika keduanya tidak akan merasa puas. Tapi dia terpaksa menghentikannya untuk menatap wajah pria yang menatapnya dengan begitu sayang —masih dengan tangan yang berada dipinggang sang kekasih.
"Kau semakin tinggi." Ungkap Luhan, yang kini harus mendongak jika ingin saling berpandangan dengan Sehun. "Aku ingat saat bibir ini—" Luhan menyentuh lembut bibir Sehun dengan jari telunjuknya. "—dulu hanya sedikit lebih tinggi di atas bibirku." Luhan tersenyum tipis. "Tapi sepertinya sekarang bibir ini akan lebih mudah untuk mencium hidungku."
"Benarkah?" Sehun membalas senyuman Luhan, lantas menggesekkan hidungnya dengan hidung Luhan yang disambut oleh kekehan renyah sang pemilik. Begitu manis. "Bagaimana kalau kita buktikan?" Ungkapnya, yang tak lama kemudian mendaratkan bibirnya dihidung sang kekasih yang merona malu.
Hanya bertahan beberapa detik karena Luhan nyatanya terlalu malu sehingga mendorong dada kekasihnya dan kembali menyembunyikan wajahnya di dada bidang Sehun. Sehun tergelak, tapi dia tidak tahan untuk tidak memeluk erat kekasihnya yang selalu bertingkah lucu meskipun tanpa ada intensi untuk melakukan itu.
"Sepertinya aku memang bertambah tinggi." Ungkapnya memecah keheningan yang sempat mengisi. Luhan hanya menanggapi dengan gumaman yang teredam. "Tapi," Sehun memegangi bahu Luhan untuk melepaskan pelukan mereka, lantas menangkup kedua pipi yang terlihat semakin gembil. "Meskipun bibirku setara dengan letak hidungmu, aku tetap lebih suka jika bibirku menyambangi bibirmu." Ungkapnya sebelum mencium lembut pria yang terlihat begitu mungil dalam rengkuhannya.
Keempat mata terpejam, dua bibir saling bertaut, dan dua hati saling berdebar dari yang satu untuk yang lain.
.
FIN
