-Pangeran Bintang-
Disclaimer : Bleach © Tite Kubo
Rated : K+
Genre : Friendship/Family
Pairing(s) : GrimmNel
WARNING : AU, typo(s), (full of) OOC, chibi espada inside (Let me introduce them : Starrk, Harribel, Nelliel, Ulquiorra, Nnoitra, Grimmjow, Zommarie, Szayel, and Yammy. Barragan and Aaroniero absent in this fic. Why? I can't imagine their chibi. *dihajar massa*)
Summary : Karena di mana pun kau bersembunyi, aku akan menemukanmu. Aku sahabatmu, yang akan menghapus air matamu saat kamu menangis dan akan selalu menjagamu.


- Chapter 1 -

"Hompimpah alaium gambreng..."

Suara anak-anak kecil yang sedang bermain tedengar jelas di panti asuhan Las Noches. Adalah Starrk, Harribel, Ulquiorra, Nnoitra, Grimmjow, Zommarie, Szayel, dan Yammy yang sedang melakukan hompimpa untuk menentukan siapa yang berjaga dalam permainan petak umpet.

"Grimmjow kalah!" seru saudara-saudara Grimmjow bersamaan.

Laki-laki cilik berambut biru itu mendengus sebal, lalu akhirnya menerima dengan pasrah kalau ia yang berjaga.

"Aku hitung sampai sepuluh," kata Grimmjow.

"Kau curang! Tadi aku sampai dua puluh," Szayel protes.

"Grimmjow tak bisa berhitung," ujar Ulquiorra.

"Siapa bilang? Aku bisa kok!" elak Grimmjow.

"Coba saja!" emerald Ulquiorra menantang Grimmjow.

"Agh! Pokoknya aku hitung sampai sepuluh!"

"Ya sudah, ya sudah! Mulai!" Starrk akhirnya menengahi.

Grimmjow berbalik, menyembunyikan wajahnya di balik tangan mungilnya, dekat tembok. Ia mulai berhitung, sementara saudara-saudaranya mulai berlari mencari tempat persembunyian.

"Satu... dua... tiga... empat... en..."

"Lima!"

"Hmm, lima... enam... dela..."

"Tujuh!"

"Oh iya, tujuh... delapan... sepu..."

"Sembilan!"

"Aduuuh, sembilan... sepuluh!" Grimmjow terdengar gembira setelah selesai berhitung dengan sukses, tapi berikutnya, ia menyadari kalau tadi ada yang membantunya.

Suara itu, suara anak perempuan. Mungkinkah itu Harribel? Tapi tidak mungkin. Harribel kan tipe anak yang jarang sekali bicara, kecuali jika memang diperlukan. Grimmjow memutar tubuhnya, lalu mendapati seorang anak perempuan dengan rambut hijau panjang tergerai sedang berdiri.

"Halo!" sapanya.

"Si-si-siapa kau? Ayah Aizen bilang, aku tak boleh bicara pada orang asing!" Grimmjow terlihat gugup.

"Ayah Aizen?" anak perempuan itu memutar bola matanya.

"I-i-iya! Yang memiliki panti asuhan ini!"

"Itu ayah kandungku, baka!"

"Kau? Anak kandung ayah Aizen? Pasti kau bohong!"

"Tidak, namaku Neliel Tu Oderschvank."

"Tuh! Namamu saja aneh!"

"Jangan sebut namaku aneh! Nanti ku laporkan pada ayah, loh!"

"Aneh!" ejek Grimmjow menjadi.

"Huh! Kau malah ribut denganku, bukannya mencari temanmu, Grimmjow!" Neliel melipat tangan di depan dadanya.

"D-d-dari mana kau tahu namaku?"

"Neliel!" Aizen memanggil anak perempuan tadi.

"Ayah!" Neliel berlari memeluk ayahnya.

"Tadi ayah ajak kamu ke sini supaya bisa main, kan? Dan bukannya bertengkar?" kata Aizen sambil berjongkok dan mengacak rambut Neliel.

"Grimmjow duluan!"

"Ayah Aizen! Nal... Nil... Argh! Siapalah itu! Anak itu betulan anak ayah?" tunjuk Grimmjow pada Neliel.

"Ahh ya, Grimmjow. Ini, Neliel."

"Hei, Grimmjow! Kau bukannya... Ayah Aizen! Hei! Lihat teman-teman! Ayah Aizen mengunjungi kita!" seru Yammy yang sepertinya tak sabar karena Grimmjow begitu lama mencarinya.

Semua anak keluar dari tempat persembunyiannya. Starrk, Harribel, Ulquiorra, Nnoitra, Zommarie, Szayel, dan Yammy, kini berdiri mengelilingi 'ayah' mereka. Nelliel tersenyum, lalu melepas pelukannya pada Aizen.

"Anak-anak, kenalkan, ini putri ayah, Neliel," jelas Aizen.

"Halo! Aku Nel!" sapa Neliel dengan sopan.

"Hai, Nel!" sapa Nnoitra balik.

"Mata di tutup sebelah, punya baju dengan kubah aneh. Kau pasti Nnoitra!" tebak Nelliel.

"Hebat! Bagaimana kau bisa tahu?" tanya Szayel takjub.

"Ayah sering bercerita tentang kalian!" jawab Neliel ceria.

Aizen tersenyum melihat tingkah anak perempuan satu-satunya itu, lalu berdiri sambil merogoh sakunya. Kini, di tangannya ada berbagai macam jenis permen. Yammy yang pertama melihatnya langsung bersemangat.

"Ayah punya permen!" seru Yammy.

"Wah, wah, kalau makanan, kau selalu cepat ya, Yammy," Aizen tersenyum.

Aizen pun membagi-bagikan permen itu pada 'anak-anak'nya, yang tentu saja disambut gembira. Beberapa bahkan sampai bertengkar kecil. Seperti Szayel yang protes karena bagiannya di rebut Yammy. Atau Grimmjow yang ribut karena permen berwarna biru keburu dimakan oleh Ulquiorra, dan hanya tersisa bungkusnya.

"Sudah, sudah! Sekarang, kalian lanjutkan bermainnya, ya."

"Ayah!" panggil Starrk.

"Ada apa?"

"Nanti ayah akan membacakan cerita, kan?" tanya Starrk penasaran, begitu juga dengan saudara-saudaranya.

"Kalau kau berjanji tidak tidur, mungkin akan ayah bacakan," jawab Aizen.

"..." wajah Starrk memerah.

"Nel, kamu main disini dulu, ayah mau mengurus beberapa surat."

Neliel mengangguk kuat-kuat, lalu Aizen pun berbalik meninggalkan Nelliel bermain dengan teman-teman 'baru'nya. Nnoitra dan Szayel yang pertama kali tertarik dengan anak perempuan berambut hijau itu.

"Nel, bagaimana kalau kau ikut kami bermain petak umpet?" ajak Nnoitra.

"Aku sih tak mau bermain dengannya," tanggap Grimmjow.

"Soalnya kau takut jaga lagi dan tak bisa berhitung," ledek Neliel sambil menjulurkan lidahnya.

"Siapa bilang?"

"Kataku barusan!"

"Tidak benar! Itu tidak benar!" sanggah Grimmjow tak mau kalah.

"Grimmjow tak bisa berhitung! Bweeek..." Neliel menjulurkan lidahnya lagi.

"Kau ini! Baik, baik, aku ikut bermain!" Grimmjow tak mau kalah.

Selanjutnya, anak-anak itu pun melakukan hompimpa lagi untuk menentukan siapa yang berjaga. Sialnya, lagi-lagi Grimmjow yang kebagian berjaga. Anak itu mendengus sebal, lalu kembali lagi ke dekat tembok tempat tadi ia berhitung.

"Perlu ku bantu?" tawar Neliel setengah mengejek.

Grimmjow hanya melirik sebal anak perempuan itu, lalu mendengus. Neliel hanya menanggapinya dengan senyuman manis dan mulai berlari. Grimmjow pun kembali sibuk menghitung.


Sore hari, saat matahari akan kembali ke singgasananya, Neliel duduk manis di bawah pohon bersama teman-teman barunya. Grimmjow masih menatap sebal pada gadis kecil di hadapannya itu, dan bohong rasanya kalau Neliel tak melihatnya.

"Kenapa kau menatapku begitu?" tanya Neliel dengan suara agak sedih.

"Grimmjow! Kalau kau membuat Nel sedih, berarti kau membuat ayah Aizen sedih juga!" cerca Yammy.

"Ya, ya, maafkan aku..." ujar Grimmjow.

"Kau masih kesal padaku?" tanya Neliel.

"Tidak," jawab Grimmjow, "Sedikit, sih..."

"Baikan sana!" Harribel akhirnya bersuara.

"Iya!" dukung yang lainnya.

"Baik! Baik! Aku minta maaf, Nel," Grimmjow menjulurkan tangan kanannya.

"Hihihi... Mulai sekarang, kita sahabat ya, Grimmjow!" Neliel tersenyum sambil menjabat tangan Grimmjow.

"Ng, ya!" Grimmjow memutar bola mata birunya.

Aizen kembali ke halaman panti asuhan itu, memanggil putrinya dan juga anak-anaknya. Hari ini, ia akan membacakan cerita tentang Pangeran Bintang pada mereka semua.

-Neliel's POV-

Aku mengikuti ayah berjalan ke dalam panti asuhan itu. Ku lirik di sisiku masih ada Grimmjow, tapi kali ini wajahnya tak lagi menunjukkan kalau ia sebal padaku. Well, ini sebuah awal yang bagus, kan?

Aku akhirnya sampai di sebuah kamar yang tak cukup besar, namun sepertinya cukup untuk menampung separuh dari para penghuni panti asuhan ini. Ku tebak ya, menurutku ini adalah kamar mereka semua, Szayel dan kawan-kawan.

Aku pun duduk di pangkuan ayah, sementara yang lainnya duduk di atas tempat tidur. Ayah tersenyum padaku dan teman-teman, lalu memulai ceritanya. Pangeran Bintang. Cerita yang sudah lama ku dengar dari ibu sebelum beliau meninggal.

Pangeran Bintang adalah tentang seorang pangeran yang memiliki sebuah kerajaan bintang, ia sedang mencari putri cantiknya karena sangat kesepian. Akhirnya ia menyamar menjadi laki-laki biasa dan bersembunyi agar tidak ditemukan oleh siapapun yang ada di istana. Sebenarnya pangeran sangat kesepian, tapi ia sama sekali tak ingin menunjukkannya.

Sampai akhirnya, seorang sahabatnya, putri Bulan, menemukannya dan mengajaknya pulang. Setengah memohon, pangeran Bintang ingin tetap di tempat persembunyiannya. Putri Bulan akhirnya menurut saja.

Karena penasaran, pangeran Bintang pun menanyakan bagaimana cara putri Bulan menemukannya. Putri Bulan hanya tersenyum dan menjawab sebisanya.

"Karena di mana pun kau bersembunyi, aku akan menemukanmu. Aku sahabatmu, yang akan menghapus air matamu saat kamu menangis dan akan selalu menjagamu."

Mendengar hal itu, pangeran Bintang akhirnya memutuskan untuk kembali ke istananya, lalu menikah dengan putri Bulan. Mereka pun hidup bahagia selamanya di istana.

Begitulah kira-kira cerita tentang Pangeran Bintang. Aku tak tahu kapan ayah selesai bercerita karena sepertinya mataku berat untuk dibuka kembali.

-End Neliel's POV-

.

.

TBC

.

.


Well, di akhir itu, mungkin Nel ketiduran. Fhiuh... Sepertinya akhir-akhir ini Cha suka bikin cerita dengan rated K+. Yah, aura childish Cha sedang kuat (?).

Nee, mind to RnR, readers?