A/N: Anime Naruto Shippuden kembali ngasih saya ide buat bikin fic. Ide lama yang dari dulu pengen dibikin fic tapi baru semangat lagi nerusin waktu liat anime filler episode 230: Revenge of The Shadow Clones. Episode yang bikin ngakak tapi juga ngajarin hal yang berguna bagi Naruto maupun buat yang nonton. Dan ini… crack pair. Idenya agak aneh jadi jangan terlalu dianggap serius. Bagi yang ga suka, segera tekan tombol back. Selamat baca!
Seseorang Yang Paling Mengerti Dirimu
Naruto © Masashi Kishimoto
Warning: Canon, crack pair, OOC, typo, sorry kalo ga lucu
Chapter 1
Naruko Uzumaki
Matahari sudah condong ke barat hari itu. Naruto sedang berjalan dengan lesu menuju apartemennya. Ia baru pulang dari misi solonya. Sebenarnya bukan misi yang terlalu sulit untuk seorang shinobi yang telah berhasil menyelamatkan Kazekage Sunagakure dari kematiannya beberapa minggu lalu. Hanya saja jarak yang ditempuh sangatlah jauh, memerlukan waktu lebih dari 2 minggu untuk menyelesaikan misi ini. Tapi tetap saja mau tidak mau Naruto harus menerima misi ini, selain karena ia memang butuh uang untuk mengisi dompet Gama-chan-nya yang kian menipis, misi ini juga lumayan untuk mengisi waktu luang sekaligus latihan agar ia semakin kuat.
Namun tiba-tiba langkah Naruto terhenti saat seseorang menghalangi jalannya. Kini tatapannya berubah serius. Mata shapire Naruto menatap tajam ke arah sosok di hadapannya. Kedua tangannya mengepal kuat, mengantisipasi jika ada serangan dari sosok di depannya itu.
Hening beberapa saat. Tak ada yang bicara. Hanya tatapan mereka yang saling beradu, yang menggambarkan aura kebencian diantara mereka berdua.
Naruto maju beberapa langkah ke depan tanpa melepas tatapan tajamnya kepada sang lawan.
"Apa maumu?" tanya Naruto, merasa kesal karena perjalanan pulangnya harus terganggu.
"Tentu saja kita bertarung!" bentak sang lawan, tak sedikitpun merasa takut kepada Naruto.
"Cih, jangan salahkan aku jika kau kalah!" gertak Naruto.
Sang lawan tak juga bergeming. Bukannya takut, ia malah tersenyum penuh percaya diri. "Jangan meremehkanku, aku yakin bisa mengalahkanmu!"
"Ck." Naruto tersenyum meremehkan. "Kau terlalu percaya diri."
"Jangan banyak bicara! Ayo kita buktikan!" teriak sang lawan sambil berlari menerjang Naruto.
Sang lawan membentuk satu bunshin. Naruto sedikit kaget, ia tahu persis serangan apa yang akan dilancarkan oleh lawannya. Ini berbahaya, Naruto pun segera membentuk satu bunshin dan bersiap menahan serangan lawannya.
"Tunjukan kemampuan terbaikmu!" teriak Naruto, sambil tetap memperhatikan pergerakan lawannya yang sekarang hanya berjarak beberapa meter saja darinya.
Sekarang saatnya!
Naruto, lawannya, serta bunshin mereka masing-masing membentuk segel yang sama.
"SEXY NO JUTSU!" teriak mereka bersamaan.
Setelah itu munculah empat gadis sexy tanpa sehelai benangpun yang menutupi tubuh mereka. Hanya asap tipis yang menutupi dada serta selangkangan mereka. Mereka berempat langsung memasang pose erotis secara berpasangan.
Dua gadis yang lebih dewasa memasang pose erotis andalan mereka yang sangat menggoda, yang bisa membuat semua lelaki mimisan. Sedangkan dua gadis yang kelihatan lebih muda nampak kecewa karena ternyata ia kalah cantik oleh dua gadis dewasa tersebut.
"Sudah kubilang, kau masih perlu berlatih lebih lama lagi," kata Naruto - yang masih dalam sosok perempuan - sambil tersenyum puas.
Dan kalian pasti sudah bisa menebak 'kan siapa lawan Naruto?
Konohamaru, ya Sarutobi Konohamaru.
Dua remaja kurang kerjaan dengan pertarungan konyol mereka. Pertarungan Sexy no Jutsu. Pertarungan yang sederhana, hanya perlu melakukan jurus perubahan (Henge no Jutsu) dan berubah jadi wujud perempuan. Siapa yang lebih cantik, sexy dan menggoda maka dialah yang jadi pemenangnya. Sebuah pertarungan klasik yang seolah sudah menjadi duel wajib bagi kedua remaja itu jika mereka bertemu.
Ini memang miris jika mengingat cita-cita mereka yang ingin jadi Hokage. Membuat beberapa penduduk khawatir bagaimana nasib desa mereka jika suatu hari nanti Naruto dan Konohamaru benar-benar jadi Hokage. Masalahnya 'Hokage Mesum' tidak ada dalam catatan sejarah Konoha sebelumnya. Karena rasanya tidak ada shinobi lain di Konoha yang cukup 'tidak tahu malu' untuk menggunakan jurus tersebut selain mereka berdua.
Sekarang kita kembali ke dua orang mesum yang dimaksud.
Dua gadis yang lebih muda lenyap dalam kepulan asap dan menampakan Konohamaru yang kesal. Ia berusaha menutupi hidungnya yang mengeluarkan darah. Dua gadis yang dibuat Naruto memang benar-benar sexy dan menggoda hingga sukses membuatnya mimisan.
Dan sekarang, lagi lagi ia harus mengakui kehebatan Naruto dalam pertarungan Sexy no Jutsu ini. Henge yang dibuat Naruto tidak hanya sexy dan menggoda saja, tetapi memang sosoknya cantik. Wajahnya putih mulus, berbeda dengan wajah asli Naruto yang berwarna tan. Mata shapire-nya mirip dengan Naruto, tapi alis dan bulu mata lentiknya membuat sepasang mata itu terlihat jauh lebih indah dari mata Naruto. Rambut pirangnya panjang mencapai paha, diikat dengan gaya twintails. Tubuhnya langsing, dadanya proporsional, tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil, serta kulitnya putih bersih nyaris tanpa cacat dan noda sedikitpun.
Jurus Sexy no Jutsu Naruto memang telah mengalami banyak perkembangan. Diawali dengan Naruto yang mendapat ide untuk membuat henge-nya dalam sosok perempuan saat di akademi (berbeda dengan shinobi lain yang lebih memilih binatang atau benda sebagai henge mereka). Dan saat itulah lahir jurus Sexy no Jutsu sebagai suatu jurus perkembangan dari Henge no Jutsu. Jurus ini kembali berkembang setelah Naruto menguasai Kage Bunshin no Jutsu. Dengan mengkombinasikan dua jurus itu, maka lahirlah Harem no Jutsu atau munculnya puluhan bahkan ratusan gadis telanjang dalam waktu bersamaan.
Begitu juga dengan sosok henge perempuan milik Naruto, fisiknya mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Awal diciptakan sosoknya masih biasa, tapi bertambah cantik saat Naruto melakukan 'penelitian' di toko buku, lebih tepatnya di bagian majalah dewasa. Naruto selalu datang ke tempat yang sama (beberapa kali ditemani Konohamaru) untuk melihat model-model majalah dewasa tersebut. Fisik dari model-model itulah yang Naruto jadikan referensi untuk membuat henge-nya semakin cantik dan sexy. Belum lagi perjalanannya dengan Jiraiya sang Ero Sennin juga turut memberikan pengetahuan berharga bagi Naruto tentang apa yang didefinisikan cantik dan sexy.
Hingga akhirnya lahirlah henge-nya yang sekarang, yang tercantik di antara henge buatannya sebelum ini.
Konohamaru menunjuk Naruto kesal. "Lain kali aku akan mengalahkanmu!" katanya sambil berbalik dan berlari meninggalkan Naruto. Ia takut kalau lama-lama diam disana, ia kehabisan darah karena terus mengeluarkan darah dari hidung.
Naruto tersenyum melihat Konohamaru pergi. Meski ia terlihat mengejek Konohamaru, dalam hatinya ia yakin kelak Konohamaru akan jadi shinobi hebat, bahkan jauh lebih hebat darinya. Naruto mengangkat tangannya, membentuk isyarat untuk melenyapkan bunshin-nya.
"Kai!" serunya.
Tak lama kemudian Naruto kembali ke wujud laki-lakinya. Naruto menghela nafas, sekarang saatnya untuk melanjutkan perjalanan pulang yang sempat tertunda. Apartemennya hanya tinggal beberapa blok saja dari tempatnya berada sekarang. Ia ingin segera sampai dan mengistirahatkan badannya yang lelah.
Belum sampai ia berjalan tiga langkah, ia merasakan seseorang menahan tangannya. Naruto menoleh untuk mencari tahu siapa sebenarnya yang menahan tangannya. Karena setahunya tadi Konohamaru sudah pergi.
Naruto mendapati sebuah tangan mungil menahan pergelangan tangannya. Mungil disini bukan dalam artian tangan seorang anak kecil, melainkan fisiknya saja yang kecil. Kalau diperhatikan, ini seperti tangan perempuan. Telapak tangannya halus, ruas-ruas jari tangannya lebih kecil dari milik Naruto, kuku-kukunya bersih dan terawat, serta kulit tangannya putih mulus.
Naruto semakin penasaran dan menelusuri si pemilik tangan. Hingga akhirnya mulutnya terbuka, kaget saat melihat sosok di belakangnya.
"Naruto-kun," sapa sosok di belakang Naruto sambil tersenyum manis, suara feminimnya memberi penegasan kalau memang yang menahan tangan Naruto adalah seorang perempuan.
Tapi yang membuat Naruto kaget adalah kenyataan bahwa ternyata perempuan itu adalah bunshin-nya. Atau lebih tepatnya, bunshin-nya yang masih menggunakan jurus henge, masih dalam sosok perempuan.
Naruto tidak bicara saking kagetnya. Ia mengangkat tangan kanannya –yang tidak dipegang bunshin-nya - hingga berada di depan mulutnya dan mengulangi isyarat untuk menghilangkan bunshin-nya.
"Kai!" serunya lagi. Tapi anehnya sang bunshin tidak juga menghilang. Naruto mengulangi kembali isyarat untuk menghilangkan bunshin-nya hingga beberapa kali. Kali ini dengan lebih berkonsentrasi.
"KAI! KAI! KAI!" serunya lagi, lagi dan lagi. Tapi hasilnya tetap, bunshin-nya tidak juga menghilang. Sebaliknya, sang bunshin malah tersenyum, terlihat menertawai Naruto.
Karena penasaran, Naruto memperhatikan bunshin-nya, dari ujung kaki hingga ke ujung rambut. Tidak ada yang aneh. Tapi ia tak habis pikir kenapa bunshin-nya tidak mau menghilang juga. Rasanya tadi ia membentuk segel dengan benar.
Pertama, ia membentuk segel untuk melakukan jurus Kage Bunshin dan membentuk satu bunshin. Kedua, ia membentuk segel untuk melakukan jurus Henge alias Sexy no Jutsu dan merubah dirinya jadi perempuan. Seharusnya saat Naruto berkata 'kai', bunshin-nya langsung menghilang. Tapi kenapa jadi begini? Apanya yang salah?
"Kenapa kau tidak hilang?" tanya Naruto, untuk pertama kalinya beradu tatapan dengan bunshin-nya.
Bunshin-nya hanya tersenyum kecil. Kini ia melangkah maju dan bergelayut manja di tangan kiri Naruto. Naruto sedikit merasa tak nyaman diperlakukan seperti itu, karena ia tahu persis perempuan itu bunshin-nya sendiri, atau secara tidak langsung ia adalah dirinya sendiri.
"Apa kau tahu Naruto-kun? Menghilangnya seorang bunshin juga tergantung pada keinginan bunshin itu sendiri," jawab sang bunshin. "Kalau ia tidak ingin menghilang, maka ia tidak akan menghilang."
Naruto mengerutkan keningnya. "Itu berarti… kau tidak ingin menghilang?" tanya Naruto memastikan.
"Yup," jawab sang bunshin yang kini memeluk lengan kiri Naruto dengan erat.
Naruto tersentak, kemudian mendorong bunshin-nya dengan kasar. Ia tidak terlalu bodoh untuk tidak mengerti perkataan bunshin-nya. Ini tidak masuk akal, bukankah seorang bunshin harusnya menuruti majikannya? Tapi sekarang bunshin-nya malah bertindak sebaliknya. Ini benar-benar gila! Tidak masuk akal!
"Hei jangan bercanda!" bentak Naruto. Fisik bunshin-nya yang lebih pendek darinya memaksa Naruto untuk sedikit menunduk saat ingin menatap mata shapire sang bunshin. Kedua tangannya memegang pundak bunshin-nya.
"Aku tidak bercanda, aku sudah terlalu bosan. Tiap dipanggil hanya sebentar. Itupun tidak setiap hari, kalaupun aku dipanggil, aku hanya dimanfaatkan untuk hal-hal konyol seperti tadi dan-"
"Omong kosong!" potong Naruto sambil mengguncang-guncang tubuh bunshin-nya. "Itu memang tugas seorang bunshin!"
Tatapan bunshin Naruto menajam, kedua tangan Naruto yang berada di pundaknya ia tepis dengan kasar.
"Apa kau pernah sekali saja memikirkan perasaan bunshin-mu? Tidak hanya aku, tapi seluruh bunshin-mu. Apa pernah kau memikirkan perasaan bunshin-mu saat kau dengan seenaknya memerintah mereka? Aku hanya satu dari sekian ribu bunshin yang pernah kau buat yang cukup nekat untuk menentangmu. Aku muak terus-menerus kau perintah. Aku hanya ingin hidup lebih lama," seru bunshin Naruto nyaris tanpa jeda.
Naruto menganga mendengar ucapan bunshin-nya. Bunshin punya perasaan? Yang benar saja! Kejadian ini semakin membuat Naruto tidak mengerti saja.
Naruto malah semakin geram sekarang. "Jangan seenaknya begitu!" bentak Naruto lagi. "Aku majikanmu, harusnya kau menuruti perintahku!"
Bukannya takut, bunshin Naruto malah tersenyum dingin. Ia mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Peraturan dari mana itu wahai majikaann?" tanya bunshin Naruto dengan nada mengejek. "Kau Naruto, aku juga Naruto. Kita punya hak yang sama. Jangan mentang-mentang kau Naruto yang asli kau jadi bertindak seenaknya."
Naruto semakin kesal dibuatnya. Ia bingung harus bilang apa lagi karena kata-kata bunshin-nya ada benarnya juga. Ugh, sejak kapan bunshin-nya lebih pintar bicara dari dirinya? Kedua tangan Naruto mengepal, ingin sekali Naruto memukul gadis didepannya hingga ia menghilang jadi kepulan asap. Tapi sayang sekali kali ini tubuhnya sudah terlalu lelah untuk sekedar memukul atau meladeni ocehan-ocehan bunshin-nya. Hari mulai gelap, ia ingin cepat istirahat.
"Aku sedang tidak mood untuk berdebat. Sekarang aku tidak peduli apapun yang akan kau lakukan, aku ingin cepat istirahat." Naruto berbalik dan meninggalkan bunshin-nya.
Bunshin-nya berubah panik, tak menyangka kalau Naruto akan mengacuhkannya. "He-hei tunggu, jangan tinggalkan aku disini sendirian."
Naruto tidak mempedulikannya dan mulai berlari menuju apartemennya.
Sesampainya di apartemen, ia mengunci pintu masuk dan merebahkan dirinya di sofa. Beberapa saat kemudian seseorang mengetuk pintu apartemennya dengan kasar.
"Heiiii Naruto-kun, biarkan aku masuk! Ini juga apartemenku baka!"
Naruto pura-pura tidak dengar.
"Naruto-kuuunn, disini dingin. Biarkan aku masuk. Aku mohon."
Dingin? Naruto kemudian tersadar, sekarang musim dingin dan suhu di Konoha bisa dibawah 0 derajat Celcius di malam hari seperti ini. Tapi lagi-lagi Naruto tidak pedulikan itu, lagipula bunshin-nya hanya membuatnya repot saja.
"Biar saja, kalau kau mati kedinginan, pasti kau akan menghilang," teriak Naruto sambil tertawa.
Terdengar gerutuan kesal bunshin-nya di luar. "Dasar kau tega sekali ya! Biarkan aku masuk! Jangan sampai aku hancurkan pintu ini!"
Naruto kembali tertawa. "Hei, kita ini miskin. Kalau kau hancurkan pintu itu, apa kau punya uang untuk membeli yang baru?" tanya Naruto. Bunshin-nya kembali menggerutu di luar sana.
"Kalau begitu bukakan kuncinya. Aku serius, disini dingin sekali."
Naruto lebih memilih untuk menuju kamar tidur, membiarkan bunshin-nya berteriak-teriak di luar. Ia berusaha menghilangkan pikiran tentang bunshin itu dari kepalanya dan berusaha tidur. Dan nampaknya rasa letihnya telah membantunya untuk cepat terlelap.
Naruto terbangun untuk ketiga kalinya malam itu. Ia kembali melihat jam.
19:45.
Ini baru 30 menit dari pertama kali ia terlelap! Dan terbangun tiga kali dalam rentang waktu kurang dari 30 menit malah membuat tubuhnya makin lemas.
Ia pergi ke dapur untuk minum segelas air putih, berharap itu akan membantu menenangkan pikirannya. Setelah minum, sekilas Naruto melihat pintu masuk apartemennya. Setengah jam berlalu dan sudah tidak terdengar suara teriakan dari luar. Tapi berhentinya teriakan sang bunshin malah membuat Naruto merasa aneh. Apa bunshin-nya sudah lenyap? Tapi kalau sudah lenyap harusnya pikiran sang bunshin langsung berpindah ke kepalanya 'kan? Atau dia sekarat? Mana bisa bunshin sekarat.
Naruto mengintip gorden untuk melihat ke luar jendela, ternyata salju turun.
Ada perasaan aneh yang muncul dari dalam hati Naruto.
Perasaan apa ini? Khawatir?
Entahlah, tapi ia merasa perasaan inilah yang membuat tidurnya tidak nyenyak. Kemudian ia teringat kata-kata bunshin-nya tadi sore.
"Apa kau pernah sekali saja memikirkan perasaan bunshin-mu? Apa pernah kau memikirkan perasaan bunshin-mu saat kau dengan seenaknya memerintah mereka? Aku hanya ingin hidup lebih lama."
Naruto mengepalkan kedua tangannya. Ia harus melupakan rasa kesalnya kepada bunshinnya.
'Lupakan! Lupakan! Lupakan!' batin Naruto dalam hati. Apa salahnya ia menyuruh bunshin-nya masuk?
Dan saat itu juga ia bergegas mendekati pintu masuk apartemen. Setelah pintu dibuka, nampaklah bunshin-nya sedang memeluk lutut dan bersandar ke dinding apartemen.
Mendengar pintu dibuka sang bunshin mengangkat wajahnya. Naruto sedikit bersyukur, bunshin-nya tidak sekarat atau mati. Kemudian tatapan mereka bertemu, mata shapire bunshin-nya menatap Naruto dengan sayu.
Naruto sedikit kaget saat melihat bibir bunshin-nya bergetar dan biru karena kedinginan, mukanya juga terlihat pucat. Baiklah, Naruto merasa sudah kelewatan tadi membiarkan bunshin-nya di luar. Melihat keadaan bunshin-nya seperti itu, Naruto jadi tidak tega.
"Masuklah," ujar Naruto. Bunshin-nya berusaha tersenyum kemudian berdiri pelan, tubuhnya sedikit gemetaran. Mau tidak mau Naruto harus membantunya berdiri.
"Mama, mama, kenapa kakak itu telanjang saat turun salju begini?"
Perhatian Naruto dan bunshin-nya langsung tertuju ke dua sosok di belakang mereka. Tetangga Naruto, seorang ibu dan anaknya yang kelihatannya baru pulang ke rumah mereka.
Sang ibu langsung melotot mendapati anaknya yang masih polos tak berdosa mendapat pemandangan yang tidak senonoh itu. Ia menyadari keadaan dan menyuruh anaknya masuk.
"Cepat kita masuk Nak." Dan sebelum Ibu tersebut masuk, ia melongo ke luar, ke arah Naruto. "Naruto, lain kali suruhlah pacarmu untuk berpakaian."
"Eh?" Naruto dan bunshin-nya bertukar pandang. Bunshin-nya mengalihkan pandangannya ke arah lain karena malu. Sedangkan sedetik kemudian Naruto baru sadar siapa yang dimaksud pacar oleh tetangganya itu.
"Dia bukan pacarku!" teriak Naruto. Tapi tetangganya tak peduli dan langsung menutup pintu rumahnya rapat-rapat.
"Cih, menyebalkan." Naruto kembali membantu bunshin-nya untuk berdiri. Setelah berdiri, Naruto membuka jaketnya dan memakaikannnya kepada bunshin-nya. Membuat pipi sang bunshin memanas di tengah udara malam Konoha yang dingin.
"Duduk saja disana," kata Naruto saat mereka sudah memasuki apartemen. Ia menunjuk sofa bututnya dan berlalu menuju dapur. Naruto kembali dengan membawa segelas coklat hangat di tangannya. Beruntung ia masih punya persediaan coklat di dapurnya. "Minum ini," serunya sambil ikut duduk di sofa, di samping bunshin-nya. Bunshin-nya tidak menolak, ia menerima coklat hangat dari Naruto karena ia masih sangat kedinginan.
Untuk beberapa saat, mereka hanya diam. Tak ada yang mau memulai pembicaraan. Naruto terlihat bersandar di sofa dan melihat langit-langit di ruangan itu sedangkan bunshin Naruto meminum coklat hangatnya. Setelah beberapa tegukan, kini wajahnya sudah kembali berwarna, tidak terlalu pucat seperti tadi.
"Terima kasih. Kupikir kau serius akan membiarkanku mati kedinginan," kata bunshin Naruto memecah keheningan.
Naruto menggaruk belakang kepalanya. Sejujurnya Naruto juga bertanya-tanya kenapa ia berubah pikiran dan malah menyuruh bunshin-nya masuk? Apa karena ia bunshin-nya? Tidak juga. Naruto sering menghilangkan atau 'membunuh' bunshin-nya ketika latihan. Lebih parahnya ia sering memanfaatkan bunshin-nya hanya untuk membersihkan apartemen atau sekedar menemaninya bermain bola. Setelah tugas bunshin-bunshin itu selesai, dengan entengnya Naruto akan menghilangkan mereka (seperti kata bunshin-nya tadi sore).
Atau karena saat ini bunshin-nya melakukan jurus henge dan dalam sosok perempuan? Sehingga membuat Naruto tidak tega?
Itu mungkin saja. Tadi Naruto membiarkan bunshin-nya masuk hanya karena mengikuti kata hatinya. Menebak-nebak apa karena ia membiarkan bunshin-nya di luar sehingga ia tak tenang dan tak bisa tidur nyenyak. Dan kelihatannya itu benar, sekarang hatinya sudah tenang. Malah ada perasaan lain yang muncul yaitu lega. Lega karena bunshin-nya ternyata baik-baik saja.
Bunshin itu masih menatapnya, menunggu tanggapan dari kalimatnya tadi. Tapi Naruto tidak ingin mengatakan semua yang ada dalam pikirannya, ia lebih memilih untuk mencari kalimat lain yang lebih pas.
"Umm.. kalau dipikir, jika aku membiarkanmu di luar, sama saja dengan aku membunuh diriku sendiri 'kan?" tanya Naruto sambil memamerkan cengirannya.
Bunshin-nya ikut nyegir, tentunya dengan lebih feminim dan memperhatikan girl manner. "Hihi, benar juga."
"Hei, sebenarnya mau berapa lama kau disini?" tanya Naruto.
"Tidak tahu. Mungkin sehari, seminggu, sebulan, atau sampai aku bosan," jawab bunshin Naruto dengan cuek.
"Ah, jawabanmu tidak jelas," protes Naruto, bunshin-nya kembali terkekeh mendengar tanggapan Naruto.
"Memangnya kenapa kalau aku tinggal disini? Seharusnya kau senang bisa tinggal serumah dengan gadis cantik sepertiku."
Sebelah alis Naruto terangkat. "Hah? Hei, sadarlah kau itu sama denganku. Kau itu laki-laki! Jangan menggodaku. Aku jadi curiga kau berubah jadi banci kalau terlalu lama dalam tubuh itu, hahaha."
Tawa Naruto langsung lenyap saat bunshin-nya menggerakan telunjuknya di depan wajah Naruto.
"Tidak, tidak. Kau sama sekali tidak mengerti. Dengar ya, semua orang punya sisi feminim dan sisi maskulin. Setiap kau mempraktekan Sexy no Jutsu, sebenarnya kau membentuk henge-mu dari sisi feminim dirimu. Dan aku adalah henge dari sisi feminim dirimu, jadi secara teknis aku adalah perempuan," kata bunshin Naruto dan kembali meneguk coklatnya.
"Heee? Hahahahaha. Jangan bohong. Aku tidak percaya padamu." Naruto menarik pundak bunshin-nya agar ia menghadap ke arahnya. Kemudian ia memegang kedua dada bunshin-nya (yang tertutup jaket) dengan kedua tangannya. "Hanya karena kau punya dada yang lebih besar dariku, bukan berarti kau bisa menyebut dirimu perempuan," ejek Naruto sambil meremas pelan dada bunshin-nya.
Bunshin-nya langsung melotot melihat kelakuan Naruto, pipinya merona hebat. Dan sesaat kemudian ia mengerang saat bagian sensitifnya disentuh Naruto.
"Anhhh.."
Mendengar erangan bunshin-nya, Naruto langsung menghentikan kegiatannya dan langsung cengo. Apa itu tadi? Bunshin-nya mengerang? Kalau begitu bunshin-nya adalah-
PLAK!
Belum sempat Naruto menyadari kesalahannya, bunshin-nya sudah menghadiahinya dengan sebuah tamparan.
"Sudah kubilang aku perempuan! Jangan sembarangan menyentuh bagian itu! Dasar mesum! Hentai! Brengsek! Naruto Bakaaa!" teriak bunshin-nya sambil mundur beberapa langkah dari Naruto. Kedua tangannya disilangkan di depan dada, seolah melindungi bagian itu dari Naruto.
Naruto langsung gelagapan. "Ma-maaf aku tidak tahu kalau-"
"Ah sudahlah, lupakan. Aku sudah ngantuk dan ingin tidur. Sebagai hukuman dari kelakuanmu tadi, aku yang tidur di kasur, kau di futon."
Tidur di futon di tengah musim dingin? Ah, yang benar saja! Mana ia cuma punya satu selimut. Tapi baru saja ia akan protes, Naruto ingat kesalahannya tadi. Kelihatannya malam ini ia hanya bisa pasrah dan menuruti keinginan bunshin-nya.
Naruto menghela nafas. "Baiklah," gumamnya lesu.
Dan akhirnya, ia harus rela kedinginan setengah mati malam itu, sedangkan bunshin-nya tidur dengan nyaman di tempat tidurnya.
Keesokan paginya, bunshin Naruto terbangun jam 5 pagi karena ingin buang air kecil. Tapi setelah kembali ke kamar ia tidak bisa tidur lagi. Ia malah memperhatikan Naruto yang meringkuk kedinginan di futon. Kasihan juga, pikirnya. Akhirnya ia menyelimuti tubuh Naruto dengan selimutnya sedangkan ia tidak akan tidur lagi setelahnya.
"Lebih baik aku beres-beres." gumamnya.
Jam 8 pagi Naruto terbangun dan merasa aneh karena ia sudah tak merasa kedinginan. Ternyata badannya kini sudah diselimuti. Ia tersenyum menyadari bunshin-nya masih mempedulikannya. Ia kemudian menyadari kalau bunshin-nya sudah menghilang, tak ada di tempat tidurnya. Baru saja ia berniat mencarinya, aroma ramen telah menggoda penciumannya pagi itu. Ia langsung bergegas menuju dapur.
"Pagi Naruto-kun," sapa bunshin-nya yang pagi itu memakai jaket dan celana orange-biru miliknya yang sudah jarang dipakai karena kekecilan. Tapi karena tubuh bunshin-nya lebih kecil dari tubuhnya, pakaian lamanya itu terlihat pas di tubuh sang bunshin.
"Pagi," jawab Naruto.
"Aku sudah menyiapkan ramen, makanlah."
Naruto duduk di meja makan dan segera memakan ramen yang telah disiapkan bunshin-nya. Sejujujurnya Naruto merasa aneh ketika di pagi hari ada yang menyiapkan sarapan untuknya. Ini baru pertama kali baginya, dan ia merasa senang. Ditambah lagi dengan bunshin-nya yang sudah menyelimutinya tadi, Naruto merasa rasa kesalnya kemarin sudah hilang sepenuhnya. Selain karena Naruto juga bukan tipe orang yang pendendam dan cenderung mudah memaafkan orang.
Naruto menyimpan cup ramennya yang telah kosong di meja makan.
"Apa benar kau akan tinggal lama disini?" tanya Naruto tiba-tiba.
"Hn," jawab bunshin-nya sambil tetap memakan ramen miliknya. "Kenapa? Apa kau tak yakin padaku?"
Naruto menggeleng. "Bukan begitu. Aku yakin. Kemarin saat aku membiarkanmu di luar, aku tahu seharusnya kau bisa saja menghilangkan dirimu dari pada harus kedinginan. Tapi kenyataannya kau tetap bertahan dan lebih memilih untuk kedinginan di luar sana. Dari situ aku sadar, kau benar-benar serius ingin merasakan hidup lebih lama."
"Aku senang kau mengerti. Jadi? Apa aku boleh tinggal lama disini?" tanya bunshin-nya penuh harap.
Naruto tersenyum. "Sebelum itu kita harus mencari nama untukmu, rasanya membingungkan jika memanggilmu dengan 'Naruto' atau 'hei'. "
"Ja-jadi kau mengizinkanku tinggal disini?" tanya bunshin-nya memastikan. Naruto mengangguk.
Saat itu juga bunshin Naruto langsung menghambur memeluk Naruto. "Terima kasih Naruto-kuunnn," serunya kegirangan.
"Ugh, le-lepaskan," kata Naruto berusaha melepas bunshin-nya karena pelukannya yang terlalu erat membuatnya susah bernafas. Akhirnya bunshin-nya mau melepaskan pelukannya. Naruto melanjutkan kalimatnya. "Kau tahu 'kan aku selalu tinggal sendiri dari kecil. Dengan adanya kau disini, aku jadi ada teman. Selain itu aku merasa kau tidak seperti bunshin-bunshin-ku yang lain, kau berbeda. Nah, sekarang kita cari nama untukmu, ada saran?"
"Terserah kau saja," kata bunshin-nya. Ia tak terlalu ambil pusing masalah nama karena mendengar Naruto membiarkannnya tinggal saja sudah membuatnya senang bukan main.
"Bagaimana kalau Naruko?" tanya Naruto.
"Naruko?" Bunshin Naruto terlihat berpikir sejenak.
"Aku tidak pandai memilih nama. Hanya itu yang ada di kepalaku, jadi-"
"Nama yang bagus, aku setuju," potong bunshin Naruto, senyuman tak pernah lepas dari bibir mungilnya. Ia benar-benar senang sekarang.
"Baiklah, mulai sekarang aku akan memanggilmu Naruko, Uzumaki Naruko," ujar Naruto sambil ikut tersenyum bersama gadis yang mulai hari ini akan tinggal bersamanya di apartemen sederhana miliknya.
To Be Continue…
A/N: Ini masih permulaan. And yup, NaruNaru lagi. Kali ini saya jadiin mereka pair. Karena ternyata di polling profile saya mereka paling disukai sebagai crack pair. Saya berusaha jadiin fic ini canon. Karena di FFn bahasa Indonesia belum ada NaruNaru yang canon 'kan? Dan ternyata perlu ide yang 'nyeleneh' dan sedikit kenekatan buat bikin fic canon NaruNaru ini. Semoga aja hasilnya bagus dan setelah ini banyak yang tertarik dan ngikutin ^^
Ada fanart yang cocok buat chapter 1 nih:
s541[dot]photobucket[dot]com/albums/gg391/gre_rifky/Anime/NaruNaru1[dot]png
*ganti [dot] pake titik
Review… review… review…
Arigatou
-rifuki-
