Traumatic

GOT7 FANFICTION

Pairing? You will know if you read the story

Brothership,Loveline

"jika cinta bisa membuat seseorang bahagia, maka cinta dapat pula membuat seseorang menderita. Jinyoung menyetujui opini ini, karena pada kenyataannya 'adik'nya adalah seseorang yang dimaksud dari opini tersebut"

The beginning, but not the start, its prolog

.

.

.

"bruuuum bruuuum, wush wush, terbaaaaaang"

Seperti memiliki dunia sendiri, anak itu terus bermain tanpa memperdulikan siapapun. Menerbangkan pesawat mainannya sembari mengeluarkan suara aneh dari bibirnya yang masih penuh dengan makanan. Dia, choi youngjae. jika kalian mengira youngjae adalah anak kecil berusia 3 atau 5 tahun, maka kalian salah besar.

Choi youngjae, pemuda berusia 19 tahun yang mengalami trauma hingga menyebabkan akalnya mundur pada usia 5 tahun dan tidak akan berkembang, singkatnya, youngjae keterbelakangan mental. Bukan, dia tidak idiot sejak lahir, 19 tahun yang lalu ibu youngjae melahirkan nya dengan normal tanpa kurang suatu apapun. Tapi, semenjak 2 tahun belakangan youngjae menjadi gila seperti sekarang ini.

Tidak ada yang tau apa penyebab logic mengapa youngjae mengalami pemunduran akal, tapi yang jinyoung tau ini semua penyebab dari traumatic yang dialami adik nya itu

Jinyoung ingat sekali bagaimana youngjae dua tahun yang lalu sebelum menjadi seperti ini, anak itu dalam keadaan masih normal, meminta izin padanya pergi menemui seseorang yang jinyoung tau adalah faktor utama youngjae menjadi seperti sekarang. kejadian selanjutnya jinyoung menerima telfon bahwa adiknya itu ada di rumah sakit. Dan ketika jinyoung ke rumah sakit, ia disambut dengan youngjae yang sudah menjadi gila

Dokter menjelaskan bahwa youngjae mengalami trauma berat hingga menyebabkan psikis nya terganggu, entah karena apa itu tidak ada yang tau kecuali youngjae sendiri. Tapi satu hal yang jinyoung yakini, ini semua tak lepas dari seorang bastard yang bahkan enggan jinyoung sebut namanya. Dan ketika ia menemukan sebuah surat undangan yang ada di dalam tas youngjae, jinyoung menemukan jawabannya

Youngjae mengalami trauma karena dicampakkan oleh si bastard itu

Sejak saat itu, jinyoung memutuskan mengurusi youngjae tanpa memberitahukan siapapun tentang keadaannya termasuk orangtua youngjae sendiri. karena ia tau, kedua pasangan choi itu mungkin tidak akan mau menerima youngjae yang akan merusak nama baik choi yang sudah mereka jaga puluhan tahun lamanya

For your information, youngjae adalah anak tunggal dari keluarga choi yang terhormat dan kaya raya, sang penerus sah perusahan furniture dan tambang terbesar di asia. Namun sampai sekarang, tidak ada satupun pihak keluarga choi yang mencari youngjae sampai ke apartemen jinyoung. Entah karena mereka tidak tau youngjae bersamanya atau mereka memang tidak mencari anak itu

"youngjae, buka mulutmu. Aaa~" jinyoung mengarahkan sesendok penuh nasi dan sayuran ke mulut youngjae yang disambut baik oleh anak itu. sekejap makanan yang ada di sendok itu sudah berpindah tempat ke dalam mulut youngjae. jinyoung tersenyum puas, mangkuk yang ada di tangannya sudah kosong, itu artinya hari ini youngjae menghabiskan makanannya.

setelah memastikan makanan yang ada di mulut youngjae habis, jinyoung membuka bungkus obat yang ada di sampingnya. "nah sekarang saatnya minum vitamin, youngjae mau kan?" tanya jinyoung lembut, dan lagi-lagi ia tersenyum karena anak itu menurut, membuka mulutnya dan membiarkan jinyoung memasukkan pil itu ke dalamnya.

Jinyoung kembali duduk, membiarkan youngjae kembali bermain setelah meminum obatnya. Jinyoung menatap bungkus obat yang ada di tangannya sedih, memikirkan entah sampai kapan youngjae akan menenggak berbagai macam pil yang sebenarnya tidak berpengaruh terlalu banyak untuk kesembuhan youngjae, hanya sekedar meringankan atau menenangkan agar anak itu tidak bertindakan anarkis

"bagaimana, apa dia menghabiskan makanan dan obatnya hari ini?" seseorang datang dan duduk di sampingnya, tanpa jinyoung menolehpun ia tau siapa pemilik suara itu. jinyoung tersenyum, menganggukkan kepalanya ringan. "hm, dia menghabiskan semuanya"

Orang itu ikut tersenyum mendengar penuturan jinyoung, seolah merasa sama lega nya dengan pemuda manis disampingnya. "benarkah? Syukurlah" orang itu lalu memfokuskan pandangannya pada youngjae yang masih bergelut dengan tumpukan mainan.

Jinyoung menatap wajah orang itu dari samping. Orang itu adalah kekasihnya, Mark Tuan. Lelaki berkebangsaan LA yang berhasil menjerat hatinya dengan berbagai tindakan yang lelaki itu perbuat untuknya. Termasuk sekarang, mark ada disisinya disaat ia kesusahan mengurus youngjae seorang diri

Disaat jinyoung memutuskan untuk merawat youngjae, disaat itu pula ia hanya ingin fokus pada adik nya itu. jinyoung menemui mark dan mengatakan bahwa ia ingin mengakhiri hubungan mereka karena youngjae. tapi, jawaban yang jinyoung terima justru di luar perkiraannya. Ia mengira bahwa mark mungkin saja akan memutuskannya begitu saja ketika mark tau alasan konyolnya itu. namun siapa sangka, mark dengan kecintaannya pada jinyoung justru berkata

'aku akan membantumu merawat youngjae, kau tidak sendirian, jinyoung. Ada aku di sampingmu. Merawat youngjae dalam keadaan seperti ini tidak mungkin bisa kalau melakukannya sendiri. Kita akan menjaganya bersama-sama sampai dia sembuh'

Jadilah sekarang, mark dan dirinya bekerja sama merawat youngjae. dan mark sukses membuat jinyoung jatuh cinta padanya semakin dalam

"hyuuuuungggg hyuuuuung" karena terlalu lama merenung jinyoung sampai tak menyadari bahwa sekarang youngjae ada di hadapannya, menggenggam pergelangan tangannya erat. "eh, ada apa youngjae-ya?"

Youngjae menggoyangkan tangan jinyoung ke atas dan ke bawah. "aku ingin ke taman biasa, boleh ya hyung? boleeeeh yaaaa"

Jinyoung menggeleng. "ani, kita ke mana saja asal jangan ke sana ya jae-ah" tawar jinyoung, tapi justru youngjae mengeluarkan airmatanya

"aniyaaa huweee jae mau nya ke taman itu tidak mau kemana mana, maunya kesana, huweeeee"

Jinyoung menoleh, menatap mark dengan tatapan bingung. Mark menganggukkan kepalanya pelan sambil tersenyum agar jinyoung mengizinkan youngjae ke taman kesukannya. Jinyoung mendesah pelan, dengan sangat terpaksa ia menganggukan kepalanya.

"baiklah, kita pergi ke taman biasa. Tapi ingat, youngjae tidak boleh marah-marah seperti kemarin, arrachi?" youngjae mengangguk senang, menerjang jinyoung hingga pemuda itu sedikit terhuyung ke belakang kalau saja mark tak menahan bobot tubuhnya.

"aku sayang jinyoung hyung~" senandung youngjae dalam pelukannya. Jinyoung tersenyum, mengelus lembut anak rambut orang yang sangat ia sayangi itu.

"hyung lebih menyayangimu, jae-ah. Kajja kita pergi"

(apapun yang terjadi padamu, aku akan selalu menyayangimu choi youngjae. karena kau, aku menyadari bahwa hidup ini terlalu berharga untuk disia-siakan. Jadi, tetaplah menjadi choi youngjae yang ceria walaupun keadaanmu tidak sama lagi. –from jinyoung, to youngjae)

.

.

.

.

.

.

##

Mereka bertiga kini sudah berada di taman kesukaannya youngjae. mark dan jinyoung hanya duduk di salah satu bangku taman yang ada di sana, membiarkan youngjae bermain dengan seekor anjing mungil yang mark berikan untuknya agar anak itu tidak kesepian saat jinyoung ataupun mark tidak bisa menemaninya bermain. Dilihat seperti itu, youngjae sama sekali tak seperti anak idiot, ia terlihat seperti manusia normal yang bersenang senang dengan peliharaan kesayangannya.

Jinyoung tidak melepaskan pandangannya barang sedikitpun dari youngjae, matanya mengekori setiap pergerakan youngjae kemanapun anak itu pergi. Sesekali ia terkikik ketika melihat youngjae menggerutu lucu pada anjing mungil itu. dan mark tidak bisa menahan senyumnya melihat jinyoung.

Sadar diperhatikan oleh kekasihnya, jinyoung balik menatap mark dengan ekspresi berbanding terbalik dengan mark, jinyoung cemberut, dan itu membuat dahi mark berkerut sempurna. "aku masih marah padamu, hyung"

"why?"

Jinyoung mendengus. "aku tidak mengerti, bagaimana kau masih bisa membiarkan youngjae ke taman ini? kau tau sendiri seperti apa tempat ini untuknya di masa lalu!" gerutu jinyoung kesal, dan lebih kesal lagi karena mark hanya terkikik.

"lalu, dimana letak kesalahannya, sayang?" jinyoung refleks mencubiti lengan kurus mark hingga menyebabkan lelaki blasteran itu meringis kesakitan. "terakhir kita kesini berakhir dengan youngjae mengamuk pada anak orang lain dan kolaps, jika hyung lupa"

Mark menggeleng. "mana mungkin aku lupa, itu adalah saat paling mendebarkan dalam hidupku"

"lantas, kenapa sekarang kau malah mengizinkan dia kesini?"

Tangan mark menunjuk ke arah youngjae yang sedang berguling dengan anjingnya. "coba kau lihat youngjae, jinyoung-ah. Apa sekarang dia menangis?" jinyoung mengikuti arah tunjukan mark. jinyoung menggelengkan kepalanya, karena memang anak itu tidak sedang menangis

"apa terlihat raut kesedihan di wajahnya?"

Jinyoung kembali menggeleng

"apa sekarang ia sedang terlihat seperti orang patah hati yang menyedihkan?"

Lagi-lagi jinyoung menggeleng

"look him, dia sekarang tertawa, bukan? Kau bisa lihat sendiri dia bahagia berada disini"

Dan dengan amat terpaksa, jinyoung mengangguk. Sedikit menyetujui perkataan mark.

Mark menyenderkan punggungnya pada sandaran bangku, merentangkan tangannya di sepanjang sandaran itu hingga ujung jarinya bisa menyentuh bahu jinyoung. Menarik pemuda manis itu agar ikut bersandar. Jinyoung menurut, bahkan sekarang kepalanya sukses bertumpu di dada mark. indra penciuman jinyoung bisa merasakan parfum maskulin yang menguar dari tubuh mark, dan itu semakin membuatnya nyaman

"lupakan tentang cerita di taman ini untuknya, tapi sekarang dia bahagia. Aku sendiri lupa sudah berapa lama tak melihat tawanya selepas itu. haruskah kita tega membiarkan dia terus menerus sedih dan terkurung dirumah sementara disini dia bisa merasakan kebebasan sama seperti orang lain?"

Jari jinyoung mengetuk-ngetuk dada mark pelan, sepelan helaan nafasnya. "aku hanya tidak ingin youngjae sedih dan teringat pada luka lamanya hyung. taman ini saksi bisu semua alasan traumanya. Hanya itu"

Mark maklum, pemuda yang ada dalam pelukannya itu sangat amat menyayangi youngjae, begitupun dirinya. Perlahan, mark mulai merasakan bahwa youngjae sudah seperti adik kandungnya sendiri, dan melihat youngjae yang lemah membuat mark ingin sekali menjaganya. Mark mengelus bahu jinyoung pelan.

"terlepas dari semua itu, taman ini juga menyimpan banyak kenangan manis baginya. Bukankah selalu seperti itu? dibalik sebuah cerita yang menyakitkan, tersimpan pula cerita bahagia yang dapat mengikis cerita yang menyakitkan itu. dan youngjae merasakannya"

Sedikit banyak jinyoung membenarkan pernyataan kekasihnya, mata jinyoung kembali mengamati youngjae, anak itu terlihat tertawa bahagia ketika si anjing kecilnya menjilati kulit tangannya yang sensitif.

"yah, mungkin kau benar hyung. mungkin aku terlalu egois sampai tidak berfikir kesana, tapi kau tau sendiri kan? Aku melakukan semua ini untuknya, untuk kebaikannya"

Mark mengangguk, menumpukan kepalanya pada kepala jinyoung. Sesekali mengecup pucuk kepala kekasihnya sayang. "aku tau. Sangat tau"

Dan keduanya lalu terdiam, menikmati semilir angin yang berhembus ke wajah mereka. membiarkan mata mereka tertutup sekedar merasakan sensasi menenangkan di musim semi. Melepaskan penat yang selalu menghambat kinerja syaraf mereka. membiarkan sesak yang sedari lama jinyoung rasakan saat ia berada di dekat youngjae menguar begitu saja.

Tidak, jinyoung sama sekali tak penat ataupun jenuh merawat dan mengurus youngjae, ia bahagia. Sangat bahagia. Tapi kenyataan yang ia lihat ketika youngjae menangis, mengerang, mengamuk, bahkan memberontak sendiri karena sakit yang entah kenapa anak itu rasakan, membuat dada jinyoung sesak. Seolah merasakan kesakitan yang youngjae rasakan.

Mungkin mark maupun jinyoung sudah terlelap dalam tidur mereka jika –

BRUAGH

"HUWAAAAAAAAAAA HIKS HIKS" – suara tangis youngjae yang nyaring terdengar di telinga keduanya, sontak saja baik jinyoung maupun mark terlonjak dari zona nyaman mereka. panik, mereka berdua berlarian menyusul youngjae yang sudah terlungkup di tanah

"jae-ah, gwaenchana?" tanya jinyoung panik, mark mengangkat tubuh telungkup youngjae dan mendudukkannya. Jinyoung meluruskan kaki youngjae dan alangkah kagetnya ia ketika melihat lutut anak itu berdarah, amat banyak.

"astaga!" dan jinyoung tak bisa menyembunyikan raut cemasnya lagi ketika melihat bukan hanya lutut, dahi youngjae juga mengeluarkan darah, hanya saja tak sebanyak lututnya.

"mungkin dia terjatuh dan kepalanya membentur batu ini. thats crazy. Bagaimana bisa disini ada batu setajam ini" mark mengambil batu yang membentur kepala youngjae, cukup tajam, lalu membuang batu itu ke arah tong sampah. Jinyoung mengambil air mineral yang ada di tasnya, menyiram dahi youngjae dan mengelapnya perlahan

"hiks... appo... hiks, sa-sakit hyung. huwaaa" tanpa memperdulikan erangan youngjae, jinyoung masih membersihkan luka – luka youngjae, setidaknya ini adalah pertolongan pertama yang tepat agar luka anak itu tidak infeksi nantinya.

"ssstt, sabar ya jae. Sakitnya sebentar lagi hilang, sabar ya. Jinyoung hyung mau membersihkan lukanya dulu, bisa bahaya kalau ada kuman , bisa-bisa dahi youngjae semakin sakit nantinya" ujar mark halus, memelankan nada bicaranya agar youngjae tenang.

"ka-kalau sakitnya bisa hilang, bi-bisa hiks tidak jinyoung-hiks- hyung membersihkan yang –hiks- disini, mung-mungkin hiks disini juga ter-hiks-luka dan banyak kumannya" youngjae menepuk dada kirinya, ke hatinya. jinyoung terpekur, gerakannya yang sedang membersihkan dahi youngjae terhenti seketika.

"jae-ah..."

"jae su-hiks-dah lelah hyung, lelah karena disi-hiks-sini selalu sakit, sakit sekali, lebih sakit dari-hiks-pada di atas sini, hiks. Ayo hyuung ber-hiks-sihkan lukanya yang di-hiks-sini" mark menggenggam tangan youngjae ketika anak itu berulang kali menepuk dadanya, dan semakin lama semakin kuat. Jinyoung memandang youngjae dengan tatapan iba.

Inilah yang terkadang membuat dada jinyoung sesak, pemandangan youngjae yang rapuh. Jinyoung menangkupkan wajah youngjae agar melihat ke arahnya, dada jinyoung semakin sakit ketika ia lihat mata youngjae yang sarat akan luka. Anak itu terluka terlalu dalam, hingga tak ada yang bisa mengobatinya. Kecuali jika takdir tuhan berkehendak.

"jae sayang, dengarkan hyung ya" jinyoung mengelus airmata yang keluar dari mata indah youngjae dengan kedua ibu jarinya lembut.

"sakit disana, tidak bisa hilang hanya karena dibersihkan kumannya. Luka itu akan terus terasa sakit jika jae masih tetap bersedih. Tapiii, kalau jae mau sakitnya menghilang, jae harus selalu tertawa, selalu bahagia." Jinyoung menunjuk-nunjuk dada youngjae, menyimbolkan bahwa 'disana' yang ia maksud adalah segumpal daging tempat berkumpulnya rasa fana yang bernama, hati

Kedua kelopak mata youngjae mengejap, menangkap maksud dari perkataan jinyoung. "bagaimana bis-hiks-bisa jae tertawa, ka-kalau rasa hiks sakit itu sep-sepert-hiks-ti menusuuuuuk, sakit se-sekali hyuuung"

Mati-matian jinyoung berusaha agar pertahanannya tak goyah, dirinya tidak boleh ikut menangis. jika ia menangis, lalu siapa yang akan menguatkan youngjae? jika dia juga lemah, lalu siapa yang akan menjaga youngjae? maka dari itu, jinyoung sekeras mungkin menahan air matanya agar tidak jatuh begitu saja.

Jinyoung merasakan ada tangan yang mengelus bahunya, dan tangan itu milik mark. pemuda blasteran itu mencoba menyalurkan kekuatan pada kekasihnya.

"kau tidak sendirian, ingat. Ada aku" ujar mark seperti tau apa yang ada di dalam fikiran jinyoung. Mark lalu menarik tubuh youngjae agar menghadap ke arahnya. Setelah anak itu ada di hadapannya, mark justru berbalik, berjongkok memunggungi youngjae

"siapa yang mau satang* naik ke punggungku" ucap mark, menepuk punggungnya memberi kode agar youngjae naik ke atasnya. Sontak saja, ketika mendengar mark menyebutkan makanan manis dengan berbagai macam warna itu youngjae langsung berdiri dan

HUP!

Mendaratkan tubuhnya tepat di atas punggung nyaman mark. "jae mau sataaang, satang satang satang satang, saaaa taaaaang" seolah lupa dengan tangisnya barusan, youngjae berseru senang, bergerak lincah di atas punggung mark.

"lets go!" hap. Sekali gerak, mark sudah berdiri. Jinyoung yang sedari tadi hanya memperhatikan tingkah keduanya tersenyum, berterima kasih pada mark yang sekali lagi telah membantunya. Mark membalas senyuman jinyoung dengan sebuah anggukan ringan, lalu ia sedikit berlari agar youngjae yang berada di punggungnya bisa merasakan sensasi 'berkuda' ala mark tuan

Jinyoung belum beranjak dari tempatnya, ia masih terduduk memandangi mark yang perlahan menjauh darinya. Kali ini, air mata yang sedari tadi ia tahan meluncur mulus. Menyisakan pipinya yang basah.

"terimakasih tuhan, kau telah mengirimkan youngjae sebagai penyemangatku, dan mark sebagai penguatku. Aku tidak meminta yang lain selain keberadaan mereka agar selalu berada di sisiku" melihat mark memberi kode dari jauh, jinyoung lalu mengusap air matanya. Berdiri, dan ikut menyusul mark dan youngjae, menuju ke sebuah toko manisan.

.

.

.

.

.

.

.

.##

Segini dulu ya? Anggep ajalah ini prolog, eheheh lagipula aku mau liat ada ga yang minat sama ff ini, ada yang mau lanjut apa engga. Maafin ide kacau ini ya, aku dapetnya dari mimpiku yang tiba-tiba mimpi youngjae jadi ga waras,ehehehhe