.
Naruto © Masashi Kisimoto. Story © Archmblt MinMi
All characters and cameo belongs to God
T(+) – for the language (Ini beneran!)
.
Chocolate Cherry
.
[Please always read my special note behind—at the end of the story.]
Sasuke Uchiha.
Siapa yang tidak mengenalnya? –Tentu semua orang mengenalnya.
Lelaki dengan perawakan sempurna yang diciptakan oleh Tuhan itu membuat iri seluruh makhluk sejenisnya dan membuat banyak orang memujanya. Tidak hanya dianugerahi fisik yang dapat membuat gadis-gadis menjerit, ia bahkan memiliki status sosial yang baik, yaitu dia berasal dari keluarga yang terpandang. Tapi tahukah kamu, lelaki dengan kenikmatan Tuhan itu adalah seseorang dengan sifat yang buruk. Dia adalah seorang anak jagoan yang bahkan telah berhasil mendapatkan daerah kekuasaan dan beberapa pengikut. Jika ingin kamu hitung, sudah empat kali dia berkelahi di bulan ini dan empat kali pula dia dipanggil oleh kepala sekolah.
Misalnya, seperti sekarang.
Sasuke mengambil duduk di ruangan kepala sekolah sembari mengetuk-ngetukkan kakinya yang pegal. Sasuke menunduk menatap layar I-pod-nya dengan luka di sudut kanan dan kiri bibirnya, lebam di pipinya dan tubuhnya yang loyo. Dia menghela napas sebal karena pak tua itu belum juga menyelesaikan ceramahnya, sedang ia ingin buru-buru pergi dari ruang terlaknat itu. Sasuke pun menulikan telinganya sembari memasang earphone dengan santai dan dia paham, tanpa mendengarkan ocehan dari lelaki berumur itu pun ia pasti akan dibebaskan.
Kepala sekolah itu pun mendesah tertahankan melihat Sasuke yang dengan tidak sopannya malah tidak mengacuhkannya terang-terangan. "Bisakah kamu melepaskan alat itu?"
Sasuke awalnya bergeming, namun ia pun harus kembali ke kenyataan setelah alat yang menempel di telinganya itu dicabut paksa. "Aku tidak akan memberikan keterangan lanjut. Aku akan meminta ayahku membayar atas perbuatanku."
Lelaki berumur kurang lebih lima puluh tahun itu pun memegang lehernya, "Ah, leherku." Ia mengaduh sejenak dan kembali menatap bocah kurang ajar di depannya. "Aku tahu keluargamu banyak membantu sekolah ini. Tapi aku ingin kamu benar-benar berubah."
Sasuke menyeringai tipis mendengar penuturan orang tua itu. "Bukankah Anda senang, Tuan? Setiap kali aku melakukan kesalahan, setiap kali itu pula sekolah Anda ini akan mendapat dana
yang cuma-cuma. Walaupun hanya sekedar memperbaiki pagar."
Lidah lelaki berumur itu tercekat. Memang ada benarnya juga omongan Sasuke. Tapi bukan itu maksudnya. Ia hanya ingin Sasuke berubah. Untuk apa memiliki dana banyak tapi nama sekolahnya tercemar karena sering berurusan dengan sekolah yang tidak teratur seperti sekolah yang sering Sasuke geluti.
"Aku mohon kamu perbaiki sikapmu. Karena ini sudah hampir ke seratus kalinya kamu masuk ke ruanganku akibat perkelahian bodoh itu sejak awal semester di tahun pertamamu. Bahkan dalam sebulan ini kamu sering membolos ketimbang masuknya," Kepala sekolah itu menuturkan kalimatnya dengan lembut, mencoba memberi pengertian pada Sasuke.
Kemudian ia mendengus sejenak. "Lagipula tanpa berkelahi pun kamu punya semuanya."
"Tahu apa Anda dengan hidupku?"
"Itu—."
"Jangan Anda berpikir karena Anda sudah menjadikanku murid spesial, Anda jadi tahu segalanya tentangku!" Sasuke menggeram marah yang membuat laki-laki yang jauh lebih tua darinya itu terkesiap. "Lagipula yang Anda incar itu hanya harta orang tuaku."
Napasnya kembali tercekat mendengar itu. Dapat dilihat mata sayu yang mulai berubah warna menjadi abu-abu akibat faktor usia itu mulai bergetar. Ia marah. Emosinya sudah mencapai puncaknya. Harga dirinya sebagai Tuan besar di sekolah Konoha itu dipijak-pijak hingga lecek oleh lidah pemuda Uchiha di depannya.
"Aku berkata demikian agar kamu bisa fokus belajar saja dan kelak kamu bisa menjadi penerus—."
"Dan supaya aku bisa mendonorkan dana banyak untukmu sebagai ucapan terimakasih? Haha don't make me laugh."
Tanpa sengaja pemilik sekolah itu menggebrak mejanya hingga Sasuke hampir melompat dari kursinya karena terkejut. Rasanya amarahnya benar-benar tersulut. "Aku memberikanmu masa percobaan satu bulan! Kalau kamu masih juga tidak berubah, persetan dengan dana orang tuamu! Aku tidak mau membuat sekolahku hancur karenamu!"
Sasuke mengorek telinganya yang gatal. "Sudah Tuan mengocehnya?"
Dengan santai, Sasuke memundurkan kursinya. Melangkahkan kakinya yang sedari tadi pegal dan berjalan menjauhi ruangan itu tanpa memerdulikan amukan dari Kepala sekolah itu.
"DAMN!"
.
Saat keluar dari ruangan kepala sekolah, Sasuke langsung ditarik oleh temannya ke dalam pelukannya. Temannya itu menangis sesenggukkan karena menyesal. Rupanya ia mengambil pembicaraan dari dalam ruangan Kepala sekolah itu sembari dilanda rasa bersalah yang teramat. Pasalnya Sasuke mendapat masalah karena dirinya yang terjebak dan tak bisa melawan saat dirinya diculik oleh sekolah yang menjadi musuh bebuyutan Sasuke.
"Move, asshole. You are disgusting." Ucap Sasuke sembari mendorong tubuh teman kuningnya.
Naruto mengelap air yang lolos dari matanya menggunakan punggung tangannya. "Maafkan aku Sasuke. Aku menyesal karena lemahnya tubuh ini."
Sasuke berjalan tanpa menggubris perkataan Naruto dan kemudian diikuti oleh Naruto yang mengekor dibelakangnya. Sesekali Naruto mencuri tatap ke arah wajah Sasuke yang babak belur dan itu berhasil membuatnya meringis.
Naruto pun mengambil langkah lebar dan mendahului Sasuke lalu membentangkan tangannya agar Sasuke menatapnya. "Aku tidak akan memberimu lewat sebelum kamu maafkan aku."
Bukannya kalimat permaafan, Naruto justru mendapat bogeman mentah dari tangan kanan Sasuke yang bebas dari I-Pod-nya. Lelaki berambut kuning itu meringis merasa hidungnya terbakar.
"Sudahlah. Saat itu kamu memang lagi cidera, makanya mereka dengan gampangnya menculikmu. Aku tahu kamu sebenarnya bisa." Lawan bicara Sasuke yang tengah memegangi hidung berdarahnya pun kembali berbinar mendengar penuturan bijak Sasuke. Heh, leader yang baik.
"Terimakasih."
"Tapi gara-gara kamu, aku harus jadi baik selama sebulan. Kamu bisa mengambil alih anak buah itu untukku sampai masa percobaanku selesai?"
Naruto menganggukkan kepalanya mantap. "Ya! Ya! Ya!"
Sasuke mendengus dan kembali berjalan dan sekali lagi diikuti oleh Naruto yang kemudian memutuskan untuk berjalan di samping Sasuke dan ia kembali mencuri pandang ke wajah Sasuke.
"Stop it. Kamu menjijikkan dengan mata itu."
"Sakitkah?"
"Nope. Rasanya seperti dipukul balita."
"Cockhead. Kamu sombong sekali."
"Lihatlah siapa yang bicara."
.
Sesampainya Sasuke dan Naruto di ujung pintu kelasnya, semua orang dari kelas itu langsung berhamburan menuju Sasuke dan ingin memastikan kabar baik atau buruk yang didapatnya sekembalinya dari ruangan kepala sekolah itu.
Shikamaru, yang tadinya hanya menutup mata menuju alam bawah sadar pun kembali ke kenyataan setelah kelas menjadi berisik. Dia ikut menghampiri kumpulan orang yang kepo dengan Sasuke. Disingkirkannya badan-badan orang yang menghalanginya itu dengan malasnya.
Sasuke melirik Shikamaru. "Aku hanya perlu beristirahat menjadi perompak selama satu bulan."
Mengerti maksud Sasuke, Shikamaru pun menghela napasnya panjang. Digaruknya belakang kepalanya dengan gusar. Bagaimana ia tidak gusar, Sasuke itu pemimpin mereka dan kalau dia tidak bisa ikut beraksi, lalu bagaimana dengan daerah mereka yang sudah susah payah didapatnya. Rasanya sulit mempertahankannya.
Sasuke menepuk pundak Shikamaru yang tiba-tiba menegang karena perkataannya.
Shikamaru melirik ke arah Sasuke dan tersenyum ketika mendapati mata oniks Sasuke yang melembut—menandakan agar Shikamaru tidak usah terlalu khawatir.
Sasuke pun kembali berjalan untuk mendudukkan badannya yang penat itu di sembarang bangku. Saat Sasuke mendudukkan pantatnya, Naruto datang dan memijat pundak Sasuke tanpa disuruh.
"Good job, lead," ujar Naruto kemudian.
"It's nothing. Sudah lama juga aku tidak berkelahi."
Shikamaru tersenyum sinis. "You moron. Empat kali dalam sebulan dan kamu bilang sudah lama? Terakhir kali kamu berkelahi itu seminggu yang lalu."
Sasuke hanya terkekeh mendengar Shikamaru yang menyindirnya. Kemudian Sasuke menyamankan posisinya saat terlena dengan pijatan-pijatan Naruto di pundak pegalnya. Ia benar-benar merasa sangat nyaman sekarang, otot-ototnya menjadi rileks kembali. Dia pikir akan nikmat jika dia menidurkan dirinya sekejap sebelum jam pelajaran selanjutnya dimulai.
Itu yang awalnya menjadi pikirannya.
Kalau saja tidak ada yang menggeplak meja.
Sasuke menatap orang yang merusak kenyamanannya.
Seseorang. Dan jidat lebar.
"Excuse me. Aku tahu kamu lagi lelah atau semacamnya. Tapi ini bangku milikku dan ada barang yang mau kuambil," jelas gadis merah jambu itu sembari menunjuk meja yang berada di hadapan Sasuke.
Sasuke menghela napas bosan. Segitu cintanya kah gadis itu pada Sasuke? Sasuke tahu dia itu tampan dan menawan walau sifatnya buruk tetapi belum pernah ia jumpai seorang fans yang menggeplak meja hanya untuk menarik perhatiannya.
Sasuke tersenyum manis—untuk fanservice tentunya. "Silahkan, sugar. Apapun yang kamu mau akan aku ambilkan."
Gadis itu tampak memutar bola matanya bosan. "Tolong ambilkan CD yang ada di bawah meja ini."
Jemari Sasuke langsung menggapai-gapai bawah meja yang ada di depannya. Merasa menyentuh sesuatu yang berbentuk petak, Sasuke pun mengambilnya. Ia melihat sejenak.
"Exodus?" Sasuke bergumam sejenak sebelum akhirnya ia memberikan benda persegi itu pada gadis cherry di depannya. Gadis itu meraihnya dan membungkukkan badannya lalu langsung berlari begitu saja tanpa memandang Sasuke lagi.
"Hey.." Sasuke membuka suara, membuat Naruto yang sedang menonton Shikamaru bermain video game bergetar.
Naruto berusaha meneguk saliva-nya yang tercekat di kerongkongannya karena gugup. "Y-ya? M-maaf Sasuke. Tadi aku pikir kamu sudah tertidur makanya aku berhenti memijat."
"Siapa gadis itu?"
"Ha?"
Sasuke mendecakkan lidahnya karena Naruto yang tidak mengerti maksud dia. "Gadis yang duduk di bangku ini. Siapa namanya?"
Naruto melongo sejenak. "Oh. Gadis gila itu."
Alis Sasuke bertautan mendengar Naruto yang seenaknya menyebut anak orang itu gila.
"Namanya itu Sakura Haruno. Dulu aku pernah menceritakannya padamu tetapi kamu tidak tertarik karena dia bukan salah satu sugar-mu."
"Ceritakan sekarang."
"Apa?"
Sasuke pun menonjok muka Naruto membuat hidungnya semakin nyeri. Apalagi yang tadi belum sembuh. "A- iya. Dia itu gadis gila yang memuja-muja laki-laki yang suka joget."
Sasuke menggeplak mejanya membuat Naruto terperanjat. Naruto menarik napas dalam-dalam. Untung dia tidak mempunyai jantung yang lemah.
"Penjelasan macam apa itu? Memangnya ada laki-laki yang suka joget di dunia ini?" Sasuke menggeram membuat Naruto bergidik ngeri.
Naruto pun hendak menjelaskannya. Namun ketika mulutnya membuka, Sasuke mengangkat tangannya agar Naruto tidak menjelaskannya. Dan Naruto mencoba menahan sakit hatinya karena omongannya tadinya sudah berada di ujung lidahnya.
Sasuke mengambil tasnya yang jaraknya dua meja dari meja yang tadi ia duduki. Ia meraih ponselnya dan mengetik sesuatu di layar sentuh itu. Ia tampak memencet tombol download dari suatu situs yang nampaknya ia cuma asal memencet salah satu dari sekian banyak file download. Kemudian ia kirim file yang sudah ia unduh tadi ke I-pod-nya. Tak lupa memasang earphone dan memencet tombol play.
"Call me baby. I georineun wanjeon nalliya. Call me baby. Saramdeul saineun namiya—."
Sasuke tampak memijat pelipisnya. Ia pun menggebrak mejanya membuat banyak mata tertuju padanya sekarang.
Gadis-gadis manis yang sedari tadi pada bergosip itu pun langsung cari muka dan mendatangi Sasuke yang nampaknya penat.
"Ada apa, Sasuke-kun?" tanya salah satu dari mereka yang berhasil memberanikan diri bertanya pada Sasuke yang sedang marah.
Sasuke menggeleng pelan dan kembali tersenyum. "Tidak apa-apa. Maafkan aku karena mengagetkan kalian, ma sugar."
Seketika kelas itu menjadi berisik karena teriakan-teriakan yang keluar dari mulut para gadis yang mengelu-elukan Sasuke dan Sasuke hanya bisa tersenyum bahagia. Senangnya mendapat cinta dari orang, pikirnya.
Kelas yang tadinya berisik karena canda tawa pun tiba-tiba menjadi riuh. Siswa-siswi sibuk berlarian untuk menempati tempat duduknya. Rupanya seorang guru sudah datang sembari membawa materi yang akan diajarkannya. Sekarang adalah pelajaran fisikanya guru Kakashi—guru yang merangkap menjadi wali kelas mereka.
Sasuke melirik ke samping kiri dan mendapati gadis yang namanya Sakura itu sedang duduk sambil memasukkan kaset dan beberapa kertas ke dalam laci mejanya. Ide cemerlang pun muncul untuk menjahili gadis yang berhasil merusak tidurnya tadi.
Sasuke menyeringai dan mengangkat tangannya. Kakashi pun melihat dan menyuruh Sasuke untuk berbicara. "Sensei, aku tidak bisa melihat apa-apa dari sini. Di sini terlalu gelap. Bolehkah aku minta pindah di daerah dekat jendela?"
Kakashi mendengus bosan. "Kalaupun kamu di sana, tetap saja kamu tidak akan mendengarkan materiku."
"Ayolah sensei."
Akhirnya Kakashi mendengus panjang. "Kamu boleh pindah asalkan kamu tidak pernah bolos lagi."
"Tenang saja. Aku akan jadi anak baik mulai sekarang," ucap Sasuke yakin.
Kakashi hanya mengangguk-anggukkan kepalanya malas. "Baiklah kamu boleh bertukar tempat duduk di tempat yang kamu mau."
Dan Sasuke pun langsung berjalan menghadap seorang gadis berambut pirang yang duduk tepat di samping Sakura. Gadis itu langsung mengerti dan membereskan barang-barangnya lalu beranjak menuju tempat duduk barunya.
Pantatnya pun didudukkan oleh Sasuke. Ia menghela napas panjang dan akhirnya menoleh ke samping. Dilihatnya Sakura tengah melamun dengan manik emerald hijau yang berkilauan dan tak lupa dengan jidat kebanggaannya. Dia tampak menghadap keluar jendela—karena tempatnya duduk di samping jendela—dengan sepasang earphone menyumpal di telinganya. Mungkin kalau dilihat dari depan kelas, Sakura berhasil mengkamuflasekan earphone-nya agar tidak terlihat oleh sensei, tapi kini Sasuke dapat melihat jelas karena dia tepat berada di sampingnya.
Sasuke kembali mengangkat tangannya membuat Kakashi menghela napasnya dan kemudian mempersilahkan Sasuke berbicara. "Sensei, gadis ini bernyanyi di sampingku. Suaranya membuatku sakit."
Sakura yang sedang menikmati lantunan musik dan sesekali mengikuti lirik yang tersalur melalui earphone-nya pun merasa diperhatikan. Buru-buru ia memegang telinganya untuk menutupi earphone -nya dan berlagak normal. Namun sepertinya gagal, melihat Kakashi sedang menuju ke arahnya.
Kakashi menarik paksa earphone Sakura dan mengambilnya.
"Haruno-san. Apakah kelasku begitu membosankannya hingga kamu lebih memilih mendengarkan musik ketimbang mendengarkan materiku?"
Sakura menelan ludahnya kesusahan sembari menunduk dan tidak menjawabnya.
Kakashi berkacak pinggang dan mulai berjalan kembali ke depan. "Barang ini terpaksa sensei sita. Nanti kamu datang ke ruanganku."
Sakura mengerang. Masalahnya itu adalah earphone limited edition berlogo EXO asli dari Korea yang sudah ia beli dengan susah payah. Persetan dengan pelajaran fisika, harusnya ia tidak sembrono dan memakainya saat pelajaran berlangsung.
Sakura merutuki nasib sialnya. Baru dua kali dia menggunakannya karena paketnya tadi baru sampai. Ia meringis dalam hati rasanya ia ingin menangis. Sedangkan laki-laki pengadu di sampingnya malah tersenyum menyeringai sembari melipatkan kedua tangannya di dada.
"Tipe musikmu buruk, girl."
Sakura menegang tiba-tiba ketika ia mendapati seringai dari Sasuke. Akibat seringai itu dia tahu kalau Sasuke yang mengadukannya.
Sakura menggeplak mejanya kemudian berdiri, membuat seluruh murid kelas memandangnya. "HEY! KAMU PIKIR KAMU SUDAH BAIK?"
Sasuke yang tadinya menyeringai pun gelagapan. Apa-apaan dengan gadis tidak tahu malu ini sampai mengatakan secara tidak langsung kalau Sasuke ini belum baik di matanya. "Oh shit. My ear is hurts, dimmit. Aw—."
Kepala Sasuke ternyata terkena penghapus papan tulis yang memang sengaja di lemparkan oleh Kakashi yang sedari tadi melihat ulah mereka. "Kalian berdua ikut ke ruanganku sekarang. Yang lainnya kalian bisa belajar sendiri dan beres-beres saja. Tidak boleh pulang sebelum bel berbunyi."
"BAIK!"
.
Sakura duduk di depan meja Kakashi dengan muka kusut. Dia berulang kali memelas minta earphone barunya dikembalikan. Sedangkan Sasuke hanya melipatkan kedua tangannya puas.
Kakashi memijit pelipisnya. "Masalah kalian itu apa? Ini baru sebulan semenjak kalian naik ke kelas dua dan kalian sudah membuat kepalaku sakit."
Sakura menatap Sasuke sebagai isyarat agar laki-laki itu mau buka suara dan menjelaskan semuanya. Sedangkan yang diisyaratkan cuma menyeringai tipis ke arah Sakura. Sakura pun mendesah dan membuka mulutnya. "Maafkan kesalahanku sensei. Aku tidak akan melakukannya lagi."
Sasuke berdecak mengejek. "Kurasa dia tak akan melakukannya lagi saat Kakashi sensei saja yang mengajar."
Sakura menganga tak percaya, apa sih yang sudah Sakura perbuat hingga laki-laki ini begitu menyudutkannya. "Hello Mr. Prank. Aku tidak tahu masalahmu apa tapi aku tidak akan masuk ke kandang yang sama."
Sasuke menggelak. Dipegangnya mulutnya yang tak henti-hentinya tertawa membuat Sakura jengkel. "Wait what? Kamu lagi membela diri? Diksimu tidak bagus untuk membela diri," sindirnya membuat kepala Sakura berkedut-kedut.
"Shut up you fuckhead! Get off my ass."
"Kiss my ass."
Kakashi menggebrak mejanya membuat keduanya terperanjat. "Simpan umpatan kalian. Sekolah ini bukan tempat main-main. Lagipula aku tidak mengumpulkan kalian untuk saling mengumpat." Kakashi kembali memijat pelipisnya. "Aku tidak tahu kenapa kalian seperti musuh, tapi kuharap kalian mau menjelaskan apa yang membuat kalian menjadi musuh."
"Tapi dia yang memulainya duluan," Sakura mencoba membela dirinya yang tampaknya sudah buruk di mata wali kelasnya itu.
"Ah," Sasuke menggeliatkan badannya sejenak. "Tapi aku mengatakan yang sebenarnya."
Sakura menggeram mendengar penuturan Sasuke yang seratus persen benar. Ia tahu ia salah, tapi dia benar-benar tak rela karena earphone-nya yang menjadi taruhannya.
Mengerti situasi yang makin menegang, Kakashi pun berdehem dan itu sukses membuat keduanya menatap Kakashi kembali.
"Bisa kalian renungkan kesalahan kalian?"
Sakura menatap Sasuke tajam. Jikalau tatapannya nyata, Sasuke pasti sudah mati tertusuk. Sakura benar-benar tidak tahu mengapa Sasuke mencari masalah dengannya, sehingga dia mengisyaratkan kembali agar Sasuke mau menjelaskan kepada guru mereka apa yang sebenarnya terjadi.
Paham maksud tatapan Sakura, Sasuke pun angkat bicara, "Because she's had a baldhead."
"And that because he's a fucking airhead," timpal Sakura tak mau kalah.
Kakashi kembali menggeplak mejanya.
.
Sekembalinya mereka dari ruangan guru Kakashi membuat hati Sakura cenat-cenut. Sakura berjalan loyo akibat earphone-nya disita permanen sampai semester depan. Sesekali ia menjedotkan kepalanya ke dinding dan bunyinya menyeruak ke seluruh koridor. Kakashi benar-benar menceramahi mereka kurang lebih empat jam, sehingga saat mereka keluar pun seluruh koridor kelas benar-benar kosong.
Sasuke berdecak sembari mengusap telinganya yang panas. Banyak sekali omongnya si tua itu, pikir Sasuke dalam diam. Namun kekesalannya teralihkan sejenak ketika dia menatap gadis di sampingnya yang berjalankan bak mayat hidup.
"See now? Who is the real loser. Kamu lelah cuma karena diceramahi selama itu? Dasar lemah, dasar payah," ejek Sasuke bahagia.
Sakura mendelik dia menatap Sasuke tajam. Namun pandangan Sasuke lebih terarah kepada jidat Sakura yang lebih menantang. "Ini semua salahmu. Aku kehilangan barangku dan sekarang aku harus terus bekerja kelompok bersamamu selama sebulan? What the hell. Tolong kembalikan masa indahnya sekolahku," ucap Sakura sinis sembari menunjuk-nunjuk Sasuke.
Sasuke berkacak pinggang. "Harusnya kamu bahagia sekarang. Aku sudah membantumu agar kita bisa terus bersama. I know your feelings."
Aku tahu kamu mau menarik perhatianku supaya aku membantumu mendekatiku.
Sakura menghela napas panjang. "Untuk apa aku harus selalu bersamamu? Aku sama sekali tidak tertarik untuk bersamamu."
Atau tidak.
Sasuke mematung mendengarnya. Apa ia tidak salah dengar. Ia sudah membantu salah satu penggemar beruntungnya dan malah ini balasannya.
"Lihat siapa yang bicara. Aku ini berbaik hati supaya kita bisa sama-sama. Kamu tuh harusnya bersyukur bukannya malah marah-marah."
Perempatan jalan kembali menghiasi kepala Sakura. Ditahannya mati-matian agar ia tidak menonjok muka jelek itu dan mengenyahkannya dari dunia ini. "Kamu ngomong apa? Aku benar-benar tidak tertarik," ucap Sakura mencoba setenang mungkin.
"Apa kamu bilang?" Sasuke berjalan ke depan Sakura dan menghadap Sakura. "Ah, ucapanmu menyakitiku."
Manik emerald hijau Sakura terputar dengan bosannya karena perkataan Sasuke yang sangat hina di telinganya itu.
"Ah, aku tahu. Kamu pasti cuma berpura-pura tidak peduli karena malu padaku, 'kan? Sudah jujur saja," Sakura kesal ketika punggungnya ditepuk-tepuk oleh Sasuke yang tadi langsung menyamakan langkahnya dengan Sakura.
Sakura menepis kasar tangan Sasuke yang menepuk punggungnya.
"Aku tidak tahu kenapa kamu membuatku dalam situasi sekarang dan bahkan ocehanmu tentang kamu yang berbaik hati itu. Tapi sekarang aku benar-benar yakin kalau aku menemukan alasan untuk tidak mengacuhkanmu."
Saat Sakura hendak berjalan menjauhi Sasuke, lengannya ditarik Sasuke dan mereka masuk ke sembarang kelas yang tentunya kosong.
Sasuke memojokkan Sakura dengan menopang tubuhnya dengan salah satu tangannya. Sasuke memerhatikan Sakura dari atas ke bawah. What a nice view.
"Hey, aku akan bertanya padamu sekali. Apa kamu benar-benar tidak tahu motifku yang baik hati ini?" Sasuke menatap Sakura penuh selidik, membuat Sakura enggan menatapnya.
"Ya aku tidak tahu," sahut Sakura cepat.
Sasuke mencengkram bahu Sakura kasar sehingga Sakura mengaduh dengan kerasnya. "Sasuke Uchiha," Sasuke membisikkan namanya ke telinga Sakura sampai Sakura bergidik karena geli.
"Namaku Sasuke Uchiha. Dan ayolah kamu pasti tahu kelebihanku," ucap Sasuke sesaat setelah ia membebaskan cengkramannya pada Sakura dan lebih memilih melipatkan kedua tangannya di dada.
Sakura memerhatikan Sasuke.
Badan atletisnya bagus. Bahunya melebar benar-benar hugable. Lalu matanya setajam elang, benar-benar membuat Sakura berenang-renang di dalamnya. Hidungnya yang runcing membuat Sakura iri. Lalu bibirnya—
"Ah, kamu benar-benar buruk. Kelebihanmu hanya pada umpatan kotormu yang tertata sempurna."
Sasuke tertohok mendengar penuturan Sakura yang benar-benar di luar prediksinya. Perlahan-lahan tangannya yang bersedekap itu merosot. "Apa kamu benar-benar buta? I pull my words. Kamu bukan pemandangan yang indah."
Penjelasan Sasuke membuat Sakura bingung. Rasanya dia belum pernah mendengar Sasuke bilang kalau dirinya itu pemandangan indah.
"Semua perempuan biasanya tertarik padaku hanya dari sekali lihat. Lantas kamu kenapa berbeda seperti ini? Punya kelainan?" Sasuke benar-benar tak habis pikir. Apa yang dipikiran Sakura sampai bisa menganggap tubuh dan wajah sempurna Sasuke itu buruk.
Sakura melenguh malas. Akhirnya dia tarik lengan Sasuke untuk keluar kelas itu dan pergi ke kelas mereka. Sakura melepaskan tangan Sasuke dan mengalihkan tangannya untuk menggapai beberapa barang yang ada di laci mejanya.
Sakura mengambil sebuah poster yang tadinya ada di mejanya lalu menunjukkannya pada Sasuke. "Aku rasa kamu kalah tampan dari orang-orang ini."
Sasuke meraih kertas itu dan di dalamnya tampak ada sembilan orang yang tersenyum ganteng. "E? Exo? Lelucon apa ini."
Sakura tersenyum dan melipatkan tangannya untuk bersedekap. "Aku tahu kalau sedari tadi itu kamu tuh mau nunjukkin kalau dirimu itu tampan."
Sakura kembali mengambil salah satu poster, bedanya poster yang ini hanya menampilkan seseorang saja. "But, stop wasting your time. Kamu itu bukan tipeku. Oppa ini seribu kali lebih tampan daripadamu."
Sasuke langsung menyambar poster itu. Tampak seseorang yang tersenyum ganteng dengan rambut ala-ala Koriya berwarna hitam. Laki-laki itu memakai baju berwarna abu-abu dan bercorak seperti sapi. "Siapa ini?" Sasuke takut saja kalau misalkan ada laki-laki lain yang lebih tenar di sekolahnya dan cinta para penggemarnya pun merenggang. "Aku tidak pernah melihatnya di sekolah."
Sakura tergelak. "Itu bukan anak sekolah sini," gelakan Sakura sukses membuat Sasuke sweatdrop dan merasa kalau gadis itu benar-benar gila.
"Itu Chanyeol. Park Chanyeol –Oppa."
Sasuke mengerutkan alisnya. Namanya saja sudah aneh. Pantas saja dia tidak tahu. Sasuke lalu menatap Sakura lama membuat Sakura mengangkat kepalanya tanda ia menyuruh Sasuke berbicara. "Beginikah tipemu?"
"That's right my tipe!"
"What a jackass face."
"HEY! Kamu tidak boleh menjelekkan oppa! Kamu lebih jackass."
"Airhead."
"Lameass."
Sasuke tidak membalas. Ia malah memajukan badannya menghadap Sakura.
"Tapi entah kenapa dia buruk di mataku."
Sakura menatap tajam Sasuke, tidak terima oppa saranghaeyo-nya dihina oleh Sasuke yang lebih hina. "Tapi kamu yang paling buruk."
Sasuke tidak membalas dan kembali memajukan dirinya hingga ia berhasil memojokkan Sakura ke pinggir jendela. Sakura menarik napas dalam-dalam, takut-takut tiba-tiba Sasuke mendorongnya dan Sakura akan mengucapkan selamat tinggal pada oppa dan dunia ini.
Face to face. Eyes to eyes.
Tapi tidak seromantis yang kalian pikir karena kini tangan kiri Sasuke yang tidak memegang poster tengah menarik kerah Sakura agar mendekati wajahnya.
"Kamu tahu, mereka tidak akan pernah bisa menyentuhmu seperti ini," ucap Sasuke sembari melempar poster di tangan kanannya ke meja Sakura. Tangan kanannya kini mengelus pelan pipi Sakura.
Sakura mati-matian menahan napasnya. Ia benar-benar gugup.
Tapi dienyahkannya kegugupan itu. "Tapi aku tetap mencintai mereka. Mereka benar-benar sayang pada orang sepertiku. Walaupun aku cuman salah satu aeri-nya."
Sasuke menyeringai tipis. Pandangan di depannya memang kuasa Tuhan. Gadis ini manis sekali kalau ditatap lekat-lekat dari dekat seperti ini. "Benarkah? Tapi aku ragu dengan kasih sayang itu. Aku rasa mereka mengobral sayang supaya kalian terus melejitkan popularitas mereka."
Dan tamparan mendarat di pipi Sasuke. Tamparan itu meninggalkan bekas merah di pipinya.
"HEY! SUDAH KUBILANG JANGAN BERLAGAK KAMU LEBIH BAIK!"
Sasuke mendecih. Pipinya benar-benar panas. Benarkah gadis ini tidak tahu apa-apa tentang Sasuke? Secuil pun tidak tahu? Bahkan kenyataan kalau Sasuke itu adalah ketua dari para berandalan di sekolah ini? –ah Sasuke bisa gila. Sasuke mati-matian meredam emosinya. Ia tidak boleh tersulut, tidak boleh. Untuk apa menghabiskan tenaga hanya untuk gadis macam ini.
"You such a jerk. Aku kini benar-benar mendapatkan alasan untuk membencimu."
Sasuke terdiam. Namun seringai tipis muncul kembali dari bibirnya. Ia meraih poster yang berisi Chanyeol dan menunjukkannya pada Sakura.
"Kamu tahu, sebagus apapun bibirnya, jika dia cuma berbentuk poster datar seperti ini, kamu tidak akan pernah benar-benar bisa merasakan bibirnya." Sakura tercekat. Pernyataan Sasuke benar. SANGAT BENAR. Dan itu membuat Sakura kesal.
"You—," Sakura terbungkam dengan poster Chanyeol.
"Kamu merasakannya? Tidak terasa, bukan?" Sasuke berusaha menggodanya. Pipi Sakura merah padam. Apa-apaan dia berani sekali mempertemukan bibirnya dengan bibir oppa—walau hanya poster.
"Dan aku bisa membuatmu merasakan bibir yang asli. Dan aku yakin kamu pasti akan bertambah benci padaku. Tapi apa boleh buat, kamu sudah terlanjur benci padaku."
Sakura tidak mengerti sehingga Sasuke sedikit menghela napasnya sambil terus berusaha sabar. "Aku akan menaikkan tingkat kebencianmu dengan menciummu."
Mata Sakura sukses terbelalak. Tapi dia tidak akan percaya begitu saja dengan si brengsek ini. "If you dare , try it. Kemudian ucapkan selamat tinggal pada hidungmu."
"Ah," Sasuke melempar poster yang tadi digenggamnya kesembarang arah lalu dengan cepat ia menarik kerah Sakura lagi. "Kamu meremehkanku?"
Sakura membelalakkan matanya lagi ketika dirasakan jarak mereka semakin menipis. Sumpah dia benar-benar tidak menyangka anak brengsek ini benar-benar brengsek.
Sakura menolaknya dengan menutup bibirnya dengan tangannya namun Sasuke tidak menarik wajahnya melainkan menempelkan bibirnya yang menggoda itu ke punggung tangan Sakura.
"Turunkan tanganmu," ucap Sasuke lirih dengan nada seksi ketika bibirnya menyentuh telinga Sakura dan membuat Sakura menengang karena geli.
Perlahan namun pasti, tangan yang menutup bibir yang tercetak sempurna itu pun merosot dan itu diluar kendali Sakura. Sasuke menyeringai tajam kemudian melumat bibir Sakura tanpa tahu Sakura yang terkejut akibat serangan langsung itu. Sakura mengira dia akan dicium lembut, tapi nyatanya Sasuke malah melumat kasar bibirnya bagaikan orang yang tengah menyantap hidangannya.
Iris hijau itu terbelalak, menampilkan refleksi sepasang kelopak mata yang tertutup rapat. Sasuke tampak menyedot-nyedot bibir atas Sakura dengan agresifnya membuat Sakura melenguh.
Sakura benar-benar tetap tak bisa berbuat apa-apa, untuk membalas ciumannya pun rasanya tak sanggup—mengingat keagresifan Sasuke—dan itu yang membuat Sasuke menggigit bibir bawah Sakura hingga Sakura memekik dan mulutnya pun terbuka karena refleks. Langsung saja lidah Sasuke memainkan lidah Sakura. Dia menarik lidah Sakura dan menghisapnya. Tangannya yang tadinya berada di kerah Sakura pun ia alihkan menjadi ke pinggangnya supaya mereka bisa makin dekat. Sasuke bahkan menekan kepala Sakura agar dapat memperdalam ciumannya. Walau napas mereka terengah, belum ada tanda-tanda Sasuke yang mau melepaskan panggutannya pada Sakura.
Persediaan oksigen di paru-paru Sakura benar-benar minim. Sakura pun memukul-mukul bahu Sasuke dengan frustasi namun pukulan itu terasa lemah sekali di badan Sasuke. Apalagi mengingat Sasuke yang tipikal adalah seorang pemimpin anak-anak berandalan di sekolahnya—sudah jelas saja kalau pukulan itu tidak akan bisa membuatnya tak bergeming walau dipaksa.
Tetapi akhirnya Sasuke melonjak ketika tangannya terasa pedih dan benar saja tangannya adalah korban cakaran maut Sakura. Jangan pernah menyepelekan kuku para fangirl, batin Sakura sembari tersenyum menang.
Saat Sasuke masih mengusap-usapkan tangannya yang pedih. Sakura langsung menonjok Sasuke hingga hidung Sasuke berdarah. Bogeman mentah itu ternyata menyakitkan.
"Jerk," desis Sakura marah sembari menggosok-gosok bibirnya.
Tanpa pikir panjang, Sakura pun langsung mengambil beberapa poster yang tercecer dan kaset yang tak lain tak bukan adalah kaset EXODUS-nya EXO. Ia memasukkan semuanya dan menarik tasnya kemudian berjalan terhuyung-huyung untuk keluar.
Sasuke mengelap darahnya menggunakan punggung tangannya. Ia mengambil tasnya dan menyampirkannya di punggungnya.
Sasuke berlari kecil agar bisa bersanding dengan Sakura dan berbisik di telinga Sakura, "Your lip's taste and smell like cherry, just like you."
Sakura mendengus sebal menatap punggung Sasuke yang berjalan menjauhinya. Bagaimana dengan imajinasi ciuman pertamanya yang awalnya ia delusikan akan menjadi milik Chanyeol oppa?
Laki-laki dengan senyuman sarkastik itu telah menghancurkannya. Impian ciuman pertama yang lembut dan manis hilang sudah ditelannya. Awalnya ia berpikir, ciuman pertamanya akan ia lalui bersama orang yang dicintainya dan dengan suasana romantis nan syahdu, agar ketika kedua bibir itu tersentuh, kehangatan yang akan menjalar di sekujur tubuhnya.
Ya, dan itu hanya akan menjadi mimpi belaka untuk selamanya.
Sakura sedikit meringis dan merutukki nasib sialnya karena bertemu dengan laki-laki ini. Apalagi bibir bagian bawahnya terasa nyut-nyutan karena laki-laki sialan itu tadi menggigitnya.
"Ah," Sasuke yang sudah lumayan jauh dari Sakura pun berbalik. "Aku lupa mengucapkan kalimat cinta setelah apa yang kita perbuat," timpalnya dengan nada menggoda.
"Shut up. Tidak usah."
"Sampai jumpa besok, sweety," Sasuke langsung tergelak setelah mengucapkan kalimat cinta itu pada Sakura. Dia benar-benar berhasil menjahili Sakura—yang menurutnya sama seperti Sakura menjahilinya.
Senyum Sasuke mengembang ketika mendengar Sakura berteriak, "Make your own sandwich, bastard!"
Kalau kalian bertanya mengapa Sasuke begitu ingin menjahili Sakura, dia akan menjawab entahlah. Mungkin kalian bisa menyalahkan mata indah Sakura yang tersulut api ketika Sakura meminta Sasuke mengambilkan kasetnya atau kalian boleh menyalahkan jidat lebar Sakura yang menantang itu. Ya, Sasuke hanya ingin menjahili gadis itu karena Sasuke merasa Sakura benar-benar berbeda dari yang lainnya. Karena cuma mata hijau Sakura yang berani menatap Sasuke tanpa pandangan cinta. Tapi sebenarnya, Sasuke terkesima akan mata bulat hijau itu yang sangat adorable sekali ketika Sakura melamun.
Kembali lagi kepada Sakura.
Sakura melihat arlojinya merah jambunya yang bertengger di tangan kirinya.
Ah, sudah waktunya oppa-nya LIVE. Buru-buru saja dia berlari sampai tak sengaja menabrak bahu Sasuke. Sasuke mengembangkan senyumnya ketika menatapi rambut bubble gum itu naik turun sesuai ritme langkah kaki Sakura yang terkesan buru-buru.
—Terasa seperti cokelat. Bibir kissable Sasuke terasa seperti cokelat panas di musim dingin.
.
[Special note from me!] – HARAP DI BACA SAMPAI HABIS.
Oppa : Panggilan kakak laki-laki atau panggilan untuk laki-laki kesayangan (Bisa abang atau pacar)
EXO : Idol grup dari negeri ginseng dan bambu (Korea Selatan dan Cina). EXO ini berada di bawah naungan SM Entertainment.
EXODUS : Album kedua EXO dengan title CALL ME BABY (Pas Sasuke denger lagunya itu judulnya Call Me Baby)
Park Chanyeol : Rapper di EXO-K (Tapi sekarang dia Rapper EXO)—hiks.
AERI : Sebutan fans dari Baekhyun (member EXO). Karena fans EXO kan EXO-L. Orang koriya bacanya jadi EXO-aeri (dibaca eri/L). Makanya Baekhyun panggil aeri :'v.
FANFICTION INI BUKAN CROSSOVER! Cuma mau mengambil karakter dari EXO saja karena saya bingung mau nyari idol di fandom Naruto :'V Soalnya Sasuke sama Naruto-nya aja cuma anak sekolah biasa :". Tapi EXO cuman cameo kok disini jadi harap maklumi. Maafkan saya. (POKOKNYA CREDIT-NYA EXO JUST FOR LEE SOOMAN SUNBAENIM!)
Mengenai RATTING nih. Saya masih bingung menempatkan ratting kali ini. Kalau dilihat-lihat banyak sekali kalimat ungkapan—umpatan maksudnya—yang not safe for kids. Tapi adegan yang berlebihan juga tidak ada. Awalnya saya berpikir mau menempatkan di ratting M. Cuman karena tidak ada adegan yang berarti jadinya saya menempatkan di ratting T. TAPI SEBENARNYA INI TUH RATED T(+). SUDAH DI WARNING KOK HEEHE. Dan masalah bad english-nya maafkan ya. Aku benar-benar kaget pas aku baca ulang, kayak "KENAPA AKU PAKAI BILLINGUAL PADAHAL ENGLISH-NYA RIP GINI?" gitu. Hampura atuh nyak. Abdi pan keur belajar oge. (Re: Maafkan ya. Aku kan lagi belajar juga.)
Ini ceritanya cuman oneshoot. Tapi kalau banyak yang cinta akan saya lanjut wkwk *plak.
Oh ya, mengenai DN saya yang berubah. Iya, awalnya penname saya itu 'AYUHA CHAAN'. Tapi pengen ikut kekinian *Digaplok* jadinya berubah deh jadi 'ARCHMBLT MINMI' KEREN KAN HAHAHAHA *ditinju*
Terus saya mau sampaikan kabar kurang menyenangkan. FF saya yang berjudul "UNE FLEUR DE L'AMOUR" itu dengan terpaksa akan saya berhentikan. Kalau ingin bertanya kenapa sih banyak faktornya. Tapi faktor utamanya adalah hilangnya catatan ide saya, hiks. Saya pernah curhat di sana juga kok kalau catatan saya hilang. Tanpa catatan ide saya bingung sama kerangkanya yang udah terjadi. Makanya dengan sangat terpaksa saya berhentikan. Maafkan saya jikalau ada yang kesal, aku mah apa atuh. (Sebenernya aku kesal juga, soalnya banyak yang cinta ff saya yg itu, hiks).
LALU oot bentar. Di sini ada yang EXO-L gak? WKWK. Aku salah satunya hiks. Terus tadi di atas ada lirik-nya mz Sehun wkwk. Tiba-tiba pas aku tulis sambil nyanyi wkwk.
.
Last,
Mind to review? :3
But don't bash it ok :3 Please leave a positive one :3
.
