Hai semuanya! Saya Aleunaf!
Saya kali ini akan membuat fic tentang Takami.
Karena saya tidak tau di dipasangin sama cewek yang mana jadi saya buat OC.
Yaoi? Saya lagi tidak selera.. hahhah!
Mohon maaf ya kalau agak kurang bagus.
Selamat membaca!
Kita mulai saja ya!
The Missing Lamb
Chapter 1
The Lamb
Disclaimer : Inagaki Riichiro and Murata Yuusuke
Takami's POV
Fyuh… Lelah sekali, hari ini cuaca sangat bersalju tapi pelatih terus memaksa kami untuk latihan. Aku sangat lelah, aku ingin beristirahat sebentar. Aku memutuskan untuk duduk di kursi yang ada di dekat pepohonan yang daunnya sudah tidak ada.
Aku menikmati minuman hangat yang diberikan Wakana kepadaku. Kupejamkan mataku, kunikmati waktu istirahatku yang sangat sedikit ini.
1 menit...
2 menit...
MBEEEEKKK!
"HAAAH?", aku langsung membuka mataku. Aku tidak percaya dengan apa yang kulihat sekarang. SEEKOR DOMBA?
Aku sedikit curiga dengan domba itu, dia masih kecil tapi sudah berkeliaran sampai kesini. Ada apa dengan pemiliknya, tega sekali dia membiarkan anak domba yang masih lemah berkeliaran sendirian. Aku menatapnya sebentar, lalu mataku terpaku pada kalung bulat yang dipakai oleh anak domba itu. Kalung bulat yang ditengahnya terdapat bentuk bintang. Kupandangi terus kalung itu...
"Merry? Merry! Dimana kau?"
Kudengar suara serak memanggil nama Merry, ketika kulihat kebelakang ternyata ada seorang pria tua yang kelihatannya sedang kebingungan. Aku memutuskan untuk mendatangi pria tua itu.
"Kek, apakah kakek sedang mencari seseorang?"
"Aku sedang mencari anak dombaku yang hilang bernama Merry, apakah kau melihatnya?"
"Ah! Anak domba ya? Dia ada disana kek."
"Terimakasih banyak anak muda. Tuhan memberkatimu."
"Sama-sama kek."
(***)
Author's POV
Diluar sedang turun salju yang lumayan banyak. Lebih nyaman kalau menghabiskan waktu di dalam ruangan sambil minum teh. Tapi bagi seorang gadis yang bernama Maria Clarence ini teh tidak akan cukup.
"PAK! MINTA SATU BOTOL LAGI!", hampir semua orang di bar menoleh ke arah Maria.
"Baik nona kecil. Apakah nona kecil baik-baik saja? Kelihatannya nona kecil sudah mabuk berat."
"Berisik! Berhenti memanggilku nona kecil! Aku ini sudah besar tahu!"
"Ternyata kau benar-benar mabuk."
"Tch! Pergi kau pak tua!"
GLUK! GLUK! GLUK!
Maria langsung menghabiskan satu botol sake dengan sangat cepat. Beberapa menit kemudian dia merasa pusing. Dia memutuskan untuk kembali ke rumahnya.
Maria jalan sempoyongan menuju ke rumahnya.
BRUAK!
Maria menabrak seorang gadis kecil dengan rambut model ponytail berwarna coklat.
"MARIA-CHAN? Kau mabuk?", gadis itu tak lain adalah Wakana.
"Siapa kau? Beraninya bertanya-tanya kepadaku!", karena mabuk Maria jadi tidak mengenal Wakana, padahal mereka sekelas.
"Maria-chan...kau memang mabuk."
"Tch! Dasar gadis kecil sok tau! Pergi sana!"
"MARIA-CHAN! INI AKU WAKANA!", Wakana jadi berteriak karena terus-terusan dihina oleh Maria.
"Huh? Wakana? Maafkan aku ya, kupikir kau orang lain. Hahahah~"
HYUUUNG~
Tubuh Maria jatuh, Wakana berusaha menopangnya tapi tidak bisa, tubuh Wakana sangatlah mungil sedangkan Maria postur tubuhnya cukup tinggi dan berisi.
"Maria-chaan! Kau berat sekaliiii. UKH! Nafasmu juga tidak enak. Pasti kau banyak minum."
"Huh? Zzzzz..."
Karena tidak bisa membantu Maria menuju ke rumahnya Wakana menunggu di kursi sebuah taman bersama Maria yang sedang tertidur pulas. Karena telah lama menunggu dan Maria tidak kunjung bangun Wakana memtuskan untuk menelpon Shin.
...
NUT NUT NUT...
"AH! Aku lupa! Shin tidak bisa menggunakan hape. Jangan-jangan yang dipegangnya sekarang sudah hancur. Aduh! Aku benar-benar lupa."
Wakana tidak bisa terus menyesali kelupaannya dan langsung menelpon Sakuraba.
"Halo Sakuraba. Apakah kau bisa..."
"AKH! Tidak! Jangan tarik jaketku! AKH!"
NUT NUT NUT...
Wakana sedikit bingung dengan reaksi Sakuraba yang baru ditelpon olehnya. Wakana baru ingat lagi kalau Sakuraba sangat terkenal, pasti dia sedang kesulitan menghadapi para gadis yang mengejarnya. Lebih tepatnya mengeroyokinya.
Wakana belum putus asa, dia mencoba menelpon Otawara. Berhubung badannya besar, pasti bisa menggendong Maria.
"Halo, Otawara..ini aku, Wakana."
"Oh, ya. Ada apa?"
"Bisakah kau kemari untuk membantuku?"
"Ah, maafkan aku. Aku sedang ikut perlombaan memakan daging 10 ember. Maaf sekali ya. Aku harus menang!"
NUT NUT NUT...
Tidak ada cara lain, Wakanapun akhirnya menelpon Takami. Dia pasti mau menolong.
"Halo Takami. Bisakah kau menuju ke taman di dekat supermarket yang menjual kacang-kacangan?"
"Oh, boleh. Memangnya kenapa Wakana?"
"Kau harus melihat sendiri dan membantuku."
"Oke, baiklah."
"Terimakasih"
NUT NUT NUT...
Takami langsung dengan cepat menuju ke taman yang dimaksud Wakana. Dia melihat seorang gadis tertidur di pangkuan Wakana.
Takami's POV
Aku melihat seorang gadis tertidur di pangkuan Wakana, sepertinya aku pernah melihatnya di sekolah, tapi kapan ya? Ah, sudahlah.
"Wakana, apa ada yang bisa kubantu?"
"Anu.. Takami, bisakah kau menggendong Maria? Dia tadi mabuk berat. Aku tidak kuat menggendong sampai rumahnya."
Maria?...
Ah, aku ingat. Gadis di Ojo yang sangat terkenal karena kebandelannya. Dia adalah seorang penyanyi, tapi karirnya sudah mulai memudar sekarang, jadi dia sering mabuk-mabukan. Aku sedikit kasihan kepadanya.
"Baiklah, akan kugendong dia."
"Terimakasih Takami."
"Sama-sama."
Kuangkat Maria ke punggungku. UKH! Dia cukup berat. Mungkin menggendong Maria bisa kujadikan sebagai latihan tambahan.
Wakana memberikanku petunjuk tentang keberadaan rumah Maria, ia pulang duluan karena masih harus mengerjakan pekerjaan manager. Akhirnya aku berjalan menuju ke rumah Maria. Sesampainya aku di rumah Maria kusndarkan dia ke tembok depan rumahnya dan membangunkannya, "Maria...Maria..."
"Huh? Hoam!~ dimana aku?..."
Matanya perlahan-lahan terbuka, dan dia seperti kaget melihat wajahku...
Maria's POV
Seorang pria membawaku pulang ke rumahku. Sebenarnya siapakah pria itu. Aku terus berpikir..
Ah! Dia adalah anak American Football, seorang quarterback yang bernama Takami. Tapi untuk apa dia mengantarkanku pulang. Seharusnya aku pulang sendiri, tapi kenapa dia tiba-tiba ada di depanku. Wajahku memerah, aku tidak pernah sedekat ini dengan pria. Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang berbeda, tapi aku tidak berani mengakuinya.
"Hei! Kenapa kau membawaku kesini? Jangan-jangan kau adalah pemerkosa ya? Akan kulaporkan kepada polisi!",aku memarahinya dengan asal karena tidak tahu apa maksud dia membawaku pulang,
"T-t-tunggu dulu! Ada 2 teorimu yang salah. Aku bukan pemerkosa. Dan satu lagi, kalau aku pemerkosa aku tidak akan mengantarkanmu pulang. Lagipula kita inikan satu sekolah, aku tidak mungkin berbuat yang tidak-tidak, apalagi dengan gadis kecil sepertimu."
Wajahku memanas, antara marah dan malu sudah bercampur menjadi satu. Aku sudah tidak tahan dengan kata-katanya.
"Dasar kau mata empat! Beraninya kau memanggilku anak kecil! Kau sama saja dengan semua orang-orang kurangajar di luar sana! Mati saja kau!"
Aku sudah tidak bisa menahan kekesalanku lagi. Setelah membentak-bentaknya aku pergi masuk kerumahku.
Setelah masuk rumah, kupikir aku akan disambut hangat oleh ibuku dan juga ayahku. Tapi, yang terjadi adalah...
PLAKKKK!
"Apa yang kau lakukan anak berandal? Kau pergi sampai semalam ini? Pasti kau mabuk-mabukan lagi ya? Dasar kau anak yang tidak menghoramti orang tua! Kau tau ibumu ini sudah susah paya bekerja dan memberikanmu uang jajan dan uang itu kau pakai untuk minum-minum? Sekarang pergi ke kamarmu!," Yap! Benar sekali, dugaanku100% salah, aku datang dengan kepala yang masih sedikt pusing dan ibu memarahiku.
Akupun dengan terpaksa menuju ke kamarku. Kakakku sedang duduk di meja makan dan melihat ke arahku dengan tatapan kasian. Kakak sering membelaku, begitu juga dengan ayah. Tapi, entah kenapa kekuasaan ibuku tidak dapat dikalahkan. Akupun hanya bisa menurut.
Aku sampai di kamarku. Kubuka jendela kamarku untuk melihat langit di luar sana. Kulihat pria bernama Takami itu masih berdiri di depan rumahku, aku ingin berteriak menyuruhnya pulang. Tapi, aku takut kedengaran ibu. Akhirnya aku mengambil kalung yang ada di meja belajarku dan melemparkan kalung itu ke arah Takami.
Takami melihat ke arahku, lalu aku memberikannya isyarat untuk segera pergi. Takami hanya tersenyum, melihat ke arah kalung itu sebentar lalu pergi dari depan rumahku.
Aku melihatnya pergi meninggalkan rumahku, aku terus tersenyum melihatnya. Aku...HEI! apa yang terjadi denganku? Aku menampar pipiku sendiri, menutup jendela dan langsung pergi tidur.
Takami's POV
Gadis yang bernama Maria itu mempunyai pikiran yang sangat aneh, mana mungkin aku ingin memperkosa gadis seperti dia. Aku hanya menginginkan gadis baik-baik.
Ah, sudahlah. Yang menjadi pikiranku sekarang adalah kalung yang dilemparkannya kepadaku. Aku membawa pulang kalung itu. Aku seperti pernah melihat kalung itu.
...
'AH! Kaluung ini! Kalung yang sama persis seperti yang dipakai oleh anak domba milik sang kakek!', aku membatin.
Sesampainya di rumah, aku terus berpikir apa hubungan Maria dengan anak domba itu. Tapi, berpikir membuatku lelah. Akupun tertidur pulas, dengan kalung Maria yang masih kupegang.
In Takami's Dream...
Author's POV
"Dimana aku? Gelap sekali disini.", Takami sangat bingung dengan apa yang terjadi.
"Halo! Apakah ada orang disini?", Takami masih bingung karena tidak ada seorangpun yang menjawabnya.
Tiba-tiba muncul 2 buah cahaya merah yang datang menghampirinya. Takami sangat bingung sekaligus ketakutan. Dia berusaha menjauh tapi cahaya merah itu semakin cepat dan semakin mendekat ke arah Takami. Takamipun berusaha untuk berlari secepatnya, tapi usahanya sia-sia. Di depannya muncul sesosok gadis dengan pakaian yang kumal dan juga rambut yang berwarna merah tua, gadis itu mengenakan kalung yang sama seperti yang ia pegang.
"Maria?..."
(***)
Fyuh... segitu dulu ya... Sebenarnya saya besok ada test Matematika lho! *nekat bikin fic*
Review ya! Terimakasih banyak!
